Abstract
INDONESIA :
Tebuireng dikenal sebagai sebuah Pesantren dengan tokoh-tokoh besar di dalamnya. K.H. Hasyim Asy’ari dan K.H. Abdurrahman Wahid merupakan dua tokoh yang merupakan Kyai sekaligus tokoh Nasional. Keberadaan makam beliau menjadi magnet tersendiri bagi Pesantren Tebuireng. Budaya ziarah yang sudah ada dari zaman dahulu menjadi tontonan setiap hari di sana. Hal itulah yang kemudian Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng (LSPT) memberikan fasilitas dengan pengadaan kotak amal di sekitar area makam agar para peziarah yang ingin memberikan infaq, dari kotak amal tersebutlah sebagian besar dana yang diperoleh LSPT. Dana yang dihimpunkemudian didistribusikan kepada yang berhak menerimanya. LSPT sendiri merupakan lembaga pengelola Zakat, Infaq, Shadaqah, dan Wakaf yang didirikan oleh K.H. Shalahuddin Wahid selaku Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengumpulan dan pendistribusian dana infaq di Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng. Dan bagaimana pengelolaannya ditinjau dengan teori manajemennya George Terry yaitu terkait Perencanaan, Pengorganisasian, Menggerakkan, dan Pengawasan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengumpulan dan pendistribusian dana infaq di Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng. Dan bagaimana pengelolaannya ditinjau dengan teori manajemennya George Terry yaitu terkait Perencanaan, Pengorganisasian, Menggerakkan, dan Pengawasan.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun sumber data diperoleh dari wawancara langsung terhadap pengurus dan beberapa informan yang berkaitan dengan penelitian, serta dokumen-dokumen untuk memperkuat. Maka, teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan ditemukan bahwasanyapengumpulan dana dilakukan dengan dua cara yaitu melalui kotak amal dan infaq donatur. Sedangkan pendistribusiannya bersifat konsumtifyang disalurkan dalam bentuk aktualisasi program-program, yaitu: program yatim/piatu, kesehatan, pendidikan, dakwah, dan pengabdian masyarakat. Proses perencanaan dilakukan dengan rapat kerja pada awal kepengurusan, namun belum mencakup perencanaan jangka panjang. Pengorganisasiandilakukan berdasarkan jobdisc, namun kurang maksimal karena struktur organisasi belum tertata dengan baik. Proses menggerakkan dilakukan oleh manajer dengan memberikan contoh kepada pengurus di bawahnya, pun juga ada pengaruh kultur pesantren yang mempengaruhi para pengurusnya. Pengawasan dilakukan dengan tiga cara, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh manajer bidang, pengawasan yang dilakukan oleh manajer utama, dan pengawasan yang dilakukan oleh dewan pengasuh dan dewan penasehat lembaga.
ENGLISH :
Tebuireng known as a islamic boarding school with great figures inside it.K.H. Hasyim Ashari and K.H. Abdurrahman Wahid are two figures whose are Kyai well as national figures. The existence of the grave, it became a magnet for Pesantren Tebuireng. Pilgrimage cultural that had been there from time immemorial a spectacle every day over there.It was then the Social Institutions Tebuireng Pesantren (SITP) provides a facility with the procurement of a charity box around the area of the tomb so that the pilgrims who want to give infaq, donations can be collected and distributed in appropriate with the Islamic Shari'a. SITP its a management agency Zakat, Infaq, Sadaqah and endowments established by K.H. Salahuddin Wahid as a Caregiver Pesantren Tebuireng.
This research head for determine how the collection and distribution of funds infaq in Institute of Social Pesantren Tebuireng then reviewed by a management theory that is related to George Terry Planning, Organizing, Moving, and Monitoring.
This research is a qualitative research approach to the field of study. The source of the data obtained from direct interviews of the officers and some of the informants related to the research , as well as documents to strengthen.Thus, data collection techniques by observation, interviews, and documentation.
From the research conducted found that fundraising is done in two ways: through charity boxes and infaq donors. And then directly channeled into programs: programs fatherless / motherless, health, education, propaganda, and community service. The planning process is done by a working meeting at the beginning of management, but does not include long-term planning. Organizing is basedjobdisc, but less than the maximum because of the organizational structure is not well ordered. The process moves made by the manager to give an example to the board underneath, was also a cultural influence that affects the administrators boarding. Supervision is done in three ways, namely supervision by field managers, supervision carried out by the main manager, and supervision carried out by the board of caregivers and institutions advisory council.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Zakat, infaq, dan shadaqah yang selanjutnya
disingkat ZIS merupakan ibadah yang tidak hanya berhubungan dengan nilai
ketuhanan saja namun berkaitan juga dengan hubungan kemanusiaan yang punya
nilai sosial di masyarakat. ZIS memiliki manfaat yang sangat penting bagi
kehidupan bermasyarakat dipandang dari sudut ajaran islam dan juga
kesejahteraan umat. Hal ini telah dibuktikan dalam sejarah perkembangan Islam
yang diawali sejak 2 masa kepemimpinan Rasulullah SAW. ZIS telah menjadi sumber
pendapatan keuangan negara yang memiliki peranan sangat penting, antara lain
sebagai sarana pengembangan agama Islam, pengembangan dunia pendidikan dan ilmu
pengetahuan, pengembangan infrastruktur, dan penyediaan layanan bantuan untuk
kepentingan kesejahteraan sosial masyarakat yang kurang mampu seperti fakir
miskin, serta bantuan lainnya. Peranan ZIS di atas, sesuai dengan kondisi
ekonomi masyarakat miskin di Indonesia menurut Badan Pusat Statistik pada tahun
2013 mencapai 11,47 persen atau 28,55 juta jiwa1 yang masih membutuhkan
berbagai macam layanan bantuan, namun masih kesulitan dalam memperoleh layanan
bantuan tersebut guna meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Ummat Islam
Indonesia tentunya tidak bisa dikecualikan dari fenomena kemiskinan tersebut.
Yang memprihatinkan adalah ketika kita mengetahui bahwa ummat Islam adalah
mayoritas di negeri ini. Bukankah dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kemiskinan ummat Islam tersebut juga menjadi potret kemiskinan bangsa. Maraknya
berbagai bencana yang melanda Negeri Sejuta Pulau ini tampaknya juga semakin
memperparah kondisi tersebut. Pada saat demikian inilah pada akhirnya
mengharuskan ummat Islam untuk menelaah dan mengkaji lagi tentang hubungan
ajaran agama dengan salah satu problem pokok kehidupan terkini, yaitu kemiskinan
tersebut. Kajadian ini diawali dengan sebuah pertanyaan mendasar, sejauhmana
1Badan Pusat Statistik, “Jumlah Penduduk Miskin”,
http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/ 1494, diakses tanggal 02
Spetember 2015. 3 kontribusi ajaran Islam dalam memecahkan problem kemiskinan
tersebut. Pertanyaan tersebut penting, sebab secara tekstual banyak
ajaran-ajaran Islam yang menjanjikan kesejahteraan hidup setiap orang beriman,
tidak saja di akhirat tetapi juga di dunia. Pertanyaan berikut, kalau demikian,
mengapa terjadi kesenjangan apa yang seharusnya (das Sollen) dengan kenyataan
(das Sein)? Di mana letak kesalahannya?. Perhatian Islam terhadap
penanggulangan kemiskinan dan fakir miskin ditunjukkan melalui firman allah
pada surat al- Dzâriyât:19 yang berbunyi: ِ وم ُ ر ۡ ح
َۡ ٱۡل َ ِ ِل و ئ ٓ ا ِ لسَّ ّ ل ّ ق َ ح ۡ ِ م ِه ل ََٰ و ۡ م َ أ ٓ ِي ف َ و Artinya:
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang
miskin yang tidak mendapat bagian”. 2 Dari penjelasan ayat di atas jelas bahwa
Allah memerintahkan kepada mereka yang mempunyai harta untuk memberikan
sebagian hartanya kepada orang-orang yang kurang mampu. Jelas bahwa islam
mempunyai solusi yang tepat bagi permasalahan yang dihadapi tersebut. Oleh
karena itu, ibadah ZIS yang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat
Islam di Indonesia, didukung dengan besarnya kekayaan sumber daya alam yang
dimiliki bangsa Indonesia, sehingga dapat dikatakan Indonesia adalah negara
yang memiliki potensi ZIS yang cukup besar. Potensi ini merupakan sumber
pendanaan yang dapat dijadikan kekuatan pemberdayaan ekonomi, pemerataan
pendapatan, bahkan akan dapat menggerakkan roda 2QS. al-Dzâriyât (51): 19. 4
perekonomian negara. Potensi ini sebelumnya hanya dikelola oleh
individuindividu secara tradisional dan bersifat konsumtif, sehingga
pemanfaatannya belum optimal. Setelah berlakunya Undang-undang Nomor 38 Tahun
1999 tentang Pengelolaan Zakat, pelaksanaan pengelolaan zakat di Indonesia
dilakukan oleh Lembaga Pengelola Zakat (LPZ) yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) yang
dibentuk Pemerintah di tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota dan kecamatan
serta Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk dan dikelola masyarakat.3 ZIS yang
merupakan dana keagamaan yang mengandung potensi ekonomi, seharusnya bisa
menjadi dana dan aset yang memiliki potensi dalam pemberdayaan masyarakat.
Potensi zakat dan infaq sebagai sumber dana dan aset dapat tumbuh dan
berkembang secara baik dan tepat sasaran apabila dikelola secara baik dan optimal.4
Dalam pengelolaan dana ZIS, suatu lembaga itu tentu harus mempunyai manajemen
yang baik dengan mempunyai visi dan misi dalam menyelenggarakan program
pemberdayaan masyarakat. Lembaga zakat dalam menerapkan fungsi manajemen yang
juga harus diperhatikan juga mengenai sumber dana ke arah tercapainya tujuan
yakni dalam penghimpunan dan pendistribusiannya perlu kejelian dalam
pelaksanaanya atau dalam bahasa manajemen adalah actuating sehingga dapat
tercapainya tujuan-tujuan lembaga yang telah dirancang. 3Muhammad, Manajemen
Organisasi Zakat, (Malang: Madani, 2011), h. 46. 4Muhammad, Manajemen..., h.
41. 5 Dalam distribusi ZIS yang sehubungan dalam pengelolaan nya diperlukan
pengelola ZIS secara profesional, mempunyai kompetensi dan komitmen sesuai
dengan kegiatan yang dilakukan. Dalam hal ini mekanisme pelaksana ZIS dan
kriteria pemilihan dalam mengambil keputusan pada pimpinan lembaga harus
dilakukan secara tepat. Alasan yang melatar belakangi pemilihan Lembaga Sosial
Pesantren Tebuireng yang selanjutnya disingkat LSPT sebagi tempat penelitian,
karena LSPT sendiri mempunyai peranan sebagai salah satu lembaga yang berbasis
sosial di bawah naungan yayasan Hasyim Asy’ari yang bertujuan untuk
memberdayakan masyarakat dengan mendayagunakan sumber daya dan partisipasi
publik, menyalurkan dan mengatur pengelolaan zakat, infaq, shadaqah, dan wakaf
bukan berorientasi pada pengumpulan profit bagi pengurus organisasi.
Terbentuknya lembaga ini bermula dari tumbuh dan berkembangnya Pesantren
Tebuireng, seiring perkembangan zaman. Ratusan tenaga pengajar dan pekerja
mengabdi di Pesantren. Sementara para santri, siswa, guru, dan pekerja (abdi
pesantren) banyak yang berasal dari kalangan ekonomi kurang mampu. Atas
kesadaran dan pemahaman ini, maka pada bulan Agustus tahun 2007 pesantren
Tebuireng menggagas sebuah lembaga yang diberi nama Lembaga Sosial Pesantren
Tebuireng.5 Lembaga yang berpusat dikawasan pesantren Tebuireng ini kemudian
mendapat legalitas sebagai bagian dari Unit 5Shalahuddin Wahid, Transformasi
Pesantren Tebuireng: Menjaga Tradisi di Tengah Tantangan, (Malang: Uin-Maliki
Press, 2011), h. 175. 6 Pengumpulan Zakat (UPZ) BAZNAS Provinsi Jawa Timur pada
tahun 2013 sesuai dengan SK nomor 88/SK-UPZ/BAZ.PR/2013.6 LSPT merupakan salah
satu lembaga zakat dengan pendapatan yang cukup besar, bisa mencapai 200 juta
setiap bulannya. Pendapatan terbesar justru diperoleh dari kotak-kotak amal
yang tersebar di area makam pendiri Pondok Pesantren Tebuireng, yang juga
merupakan makam Presiden Republik Indonesia ke-4 yakni K.H. Abdurrahman Wahid
atau yang sering kita kenal dengan Gus Dur. Pada waktu itu sebenarnya masih
belum ada kotak-kotak amal di sekitar makam Gus Dur. Awalnya pada saat Gusdur
meninggal banyak peziarah yang melemparkan uang di atas makam Gusdur, kemudian
Ketua LSPT pada saat itu mempunyai ide untuk membuatkan kotak amal sebanyak
delapan kotak besar sehingga uang-ang peziarah tersebut bisa terakomodir dan
tidak berserakan di area makam Gus Dur. Itulah yang kemudian melatar belakangi
pembuatan kotak amal yang tersebar di area makam Gus Dur hingga saat ini yang
berjumlah sangat besar.7 Membeludaknya peziarah tidak terlepas dari kemasyhuran
dan karismatik tokoh-tokoh yang berada di area makam tersebut. Sehingga
antusias untuk ber-infaq ataupun bershadaqah para peziarah sangat besar. Inilah
yang kemudian menjadikan omset dana LSPT menjadi sangat besar. Berbeda dengan
lembaga zakat lain, para pengurus LSPT tidak perlu mencari dana ZIS, justru
6LSPT, Profil Lembaga, http://www.lspt.or.id/profil-lembaga, diakses tanggal 03
Spetember 2015. 7Agus, Wawancara, (Cukir, 08 September 2015) 7 dana-dana yang
dibutuhkan guna mencapai visi misi lembaga justru datang sendiri melalui para
pengunjung yang berziarah dimakam tersebut. Dengan dana pemasukan yang begitu
besar kemudian penulis mempunyai pertanyaan besar kaitannya dengan pengelolaan
yang telah dilakukan oleh LSPT tersebut. Apakah kemudian dengan dana tersebut,
LSPT sudah menerapkan manajemen pengelolaan dengan baik?. Kemudian apakah
pengelolaan yang dilakukan sudah efektif dan terdistribusikan dengan baik dan
tepat sasaran?. Itulah beberapa pertanyaan yang kemudian muncul yang
selanjutnya akan dirumuskan dalam rumusan masalah di bawah. Itulah yang
kemudian membuat penulis melakukan penelitian di Lembaga Sosial Pesantren
Tebuireng dengan memfokuskan penelitian dalam hal planning (perencanaan),
organizing (pengorganisasian), actuating (menggerakkan), dan controling
(pengawasan) di Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng dalam perspektif teori
manajemen menurut George Terry. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar
belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut : 1. Bagaimana Pengumpulan dan Pendistribusian Dana Infaq di Lembaga
Sosial Pesantren Tebuireng? 2. Bagaimana Manajemen Pengelolaan Infaq di Lembaga
Sosial Pesantren Tebuireng dalam perspektif Teori Manajemen George Terry? 8 C.
TUJUAN PENELITIAN Berangkat dari rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini
adalah untuk: 1. Mendiskripsikan pengumpulan dan pendistribusian dana Infaq di
Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng. 2. Mendeskripsikan Manajemen Pengelolaan
Infaq di Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng dalam perspektif Teori Manajemen
George Terry. D. MANFAAT PENELITIAN Adapun manfaat yang diharapkan dapat
diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara teoritis a.
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi kepada masyarakat tentang
perkembangan pelaksanaan pengelolaan dana LSPT, serta dapat berguna juga
sebagai bahan masukan bagi LSPT ke depan. b. Sebagai media pengaplikasian ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan, serta membandingkannya dengan
kondisi sebenarnya di dunia nyata. Guna melatih kemampuan dalam menganalisis
secara sistematis. c. Hasil penelitian juga diharapkan sebagai tambahan ilmu
pengetahuan bagi mahasiswa fakultas Syariah, terutama mahasiswa Jurusan AlAhwal
Al-Syakhsiyyah yang ingin memfokuskan penelitian ini dimasa yang akan datang. 9
d. Sebagai bahan studi tambahan terhadap penelitian mengenai pengelolaan dana
infaq dalam perspektif teori manajemen George Terry. 2. Secara Praktis, hasil
penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi baru akan
pentingnya penerapan manajemen dalam pengelolaan dana zakat, infaq dan shadaqah
secara baik dan profesional, sehingga menjadikannya sebagai instrumen sosial
dan ekonomi untuk membebaskan masyarakat dari kemiskinan, serta meningkatkan
pertumbuhan perekonomian Negara
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Hukum Bisnis Syariah" : Manajemen pengelolaan infaqdi Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng: Tinjauan teori manajemen George Terry.." Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment