Abstract
INDONESIA:
Ujian adalah sistem evaluasi yang dilakukan untuk mengukur sejauh mana mahasiswa memahami materi yang sudah diajarkan. Selain itu, ujian juga sebagai penentu mereka lulus atau tidak pada satu mata kuliah. Bagi mahasiswa yang memiliki motivasi belajar rendah akan melakukan berbagai cara agar bisa lulus ujian, salah satunya dengan menyontek. Mereka malas belajar untuk mempersiapkan ujian, sehingga saat kesulitan menjawab soal mereka akan cenderung untuk menyontek. Perilaku menyontek adalah perbuatan tida jujur yang dilakukan seseorang saat ujian untuk mendapatkan keuntungan akademik.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat motivasi belajar dan tingkat perilaku menyontek serta hubungan antara motivasi belajar dengan perilaku menyontek pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional dengan motivasi belajar sebagai variabel bebas dan perilaku menyontek sebagai variabel tergantung. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2009-2011 Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang dengan jumlah populasi 487 mahasiswa. Jumlah sampel penelitian diambil sebesar 15% dari masing-masing populasi pada setiap angkatanyang didapatkan dari teknik stratified proporsional random sampling, dengan mengundi nama subjek dalam populasi, dan menghasilkan jumlah sampel 74 mahasiswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi dan skala psikologi. Skala psikologi yang digunakan adalah skala motivasi belajar dan perilaku menyontek.Teknik korelasi Product Moment digunakan untuk menguji hubungan antara motivasi belajar dengan perilaku menyontek. Kemudian mengkategorisasikan tingkat motivasi belajar dan tingkat perilaku menyontek dengan menentukan mean hipotetik dan standar deviasi terlebih dahulu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat motivasi belajar mahasiswa pada kategori tinggi (89,19%) yaitu 66 mahasiswa, sedang (10,81%) yaitu 8 mahasiswa dan tidak ada mahasiswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Untuk kategori tingkat perilaku menyontek tinggi (4,05%) yaitu 3 mahasiswa, sedang (48,65%) yaitu 36 mahasiswa, dan rendah (47,30%) yaitu 35 mahasiswa. Hasil korelasi antara motivasi belajar dengan perilaku menyontek menunjukkan angka sebesar -.468 dengan p = 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara keduanya adalah negative yang signifikan karena p < 0,05. Jadi, jika tingkat motivasi belajar tinggi maka tingkat perilaku menyontek rendah.
ENGLISH:
Exam is an evaluation system to measure how far student understands their study. Beside that, exam is used as a parameter whether the students passing or not in a subject. If students have a low learning motivation, they will do everything for passing the exam, include cheating. They are lazy to prepare the exam, so when having a difficulty of answering the questions they will do cheating. Cheating behavior is a dishonest activity that someone do in exam for getting the academic advantages.
The purpose of this research is for know learning motivation level, cheating behavior level and the relationship between them in Faculty of Psychology State Islamic University (UIN) Maulana Malik Ibrahim of Malang. This research used quantitative correlation methods whichtake learning motivation as independent variable and cheating behavior as dependent variable. The population of this research is 487 students year 2009-2011 in Faculty of Psychology Islamic State University (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. The sample is taken 15% from every population in every year based on stratified proportional random sampling technique by randomizing the name of subject in population and resulting total of sample are 74 students. Collecting data method that used are observation, interview, documentation and psychology scaling. Psychology scales that used are learning motivation scale and cheating behavior scale. Technique correlation Product Moment is used to test the correlation between learning motivation and cheating behavior. Then categorize level of learning motivation and cheating behavior determined by mean hypotetic and standard deviation.
The result of this research showed that level category of learning motivation of student in high category (89,19%) are 66 students, moderate category (10,81%) are 8 students and there is no students have low category learning motivation. For the level category of student in cheating behavior in high category (4,05%) are 3 students, moderate category (48,65%) are 36 students, and low category (47,30%) are 35 students. The correlation results between learning motivation and cheating behavior is -.468 (p = 0.000). This showed that the relationship between learning motivation and cheating behavior is negative and significant because p < 0.05. So, if the level of learning motivation is high then the level of cheating behavior is low.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Perguruan tinggi di Indonesia sangat
banyak, sehingga terjadi persaingan dalam hal kualitas maupun kuantitas. Dari
segi mahasiswapun terjadi persaingan baik antar maupun intern perguruan tinggi.
Persaingan mahasiswa biasanya terjadi dalam hal untuk mendapatkan beasiswa,
perolehan nilai, kelulusan dengan label kelulusan istemewa atau cumlaude. Usaha
yang ditempuh oleh mahasiswa untuk mencapai keberhasilan di atas bermacammacam,
baik itu usaha yang positif maupun usaha yang negatif. Usaha positif yang
dilakukan oleh mahasiswa bisa berupa rajin belajar dan membaca literatur untuk
menambah pengetahuannya. Sedangkan salah satu bentuk usaha yang negatif yang
dilakukan oleh mahasiswa yaitu perilaku curang atau yang biasa disebut dengan
kecurangan akademik. Salah satu bentuk kecurangan akademik yang dilakukan
adalah menyontek. Kata menyontek sudah tidak asing lagi bagi mahasiswa, karena
menyontek adalah salah satu fenomena pendidikan yang sering dan bahkan selalu
muncul menyertai aktivitas proses belajar mengajar. Masalah menyontek biasanya
selalu hadir dalam kegiatan ujian atau tes. Permasalahan menyontek merupakan
masalah yang dihadapi oleh semua negara. Perilaku menyontek dapat ditemui di
semua belahan dunia. Diantaranya, di beberapa negara di Asia, Amerika,
Australia, Eropa dan juga di 2 Indonesia sendiri. Menyontek memang sudah
menjadi musuh bersama dari berbagai negara dan memerlukan penanganan yang
serius. Negara-negara maju di Amerika dan Eropa bahkan telah membentuk komite
Kode Etik untuk menangani masalah ini secara khusus (Hartanto, 2012:2).
Anderman et al. (2007:1) dalam bukunya yang berjudul “Psychology of Academic
Cheating”, mengatakan bahwa perilaku menyontek di institusi pendidikan terjadi
pada semua tingkatan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Hal ini
dibuktikan dengan adanya penelitian oleh Kanfer dan Duerfeldt (1968), yang
menemukan terjadinya perilaku menyontek di Sekolah Dasar. Sementara itu
Anderman et al., (1998) dan Murdock et al., (2001), menemukan terjadinya
perilaku menyontek di sekolah menengah pertama dan Sekolah Menengah Atas.
Perilaku menyontek di Perguruan Tinggi dapat ditemukan dalam penelitian
Newstead et al., (1996). Penelitian yang dilakukan oleh Smyth dan Davis (2003)
yang mengungkapkan bahwa 74% responden menyontek saat di perguruan tinggi, 43%
responden dideteksi menyontek, dan 45.6% responden mengakui pernah menyontek
setidaknya sekali. Selain itu penelitian ini juga membuktikan bahwa laki-laki
lebih cenderung untuk menyontek daripada perempuan. Meskipun tidak ada
perbedaan antara mahasiswa baru dan mahasiswa tingkat kedua, yang tinggal di
asrama dan di luar kampus, mahasiswa yang bekerja seharian dan setengah hari.
Keduanya, antara mahasiswa yang bekerja dan yang tinggal di asrama dilaporkan
mempunyai kecenderungan yang tinggi untuk membantu temannya menyontek. 3 Di
Indonesia, berdasarkan Survei Litbang Media Group yang telah dilakukan Andi
pada tahun 2007 di enam kota besar di Indonesia yaitu: Makasar, Surabaya,
Yogyakarta, Bandung, jakarta, dan Medan dengan 480 responden dewasa. Hasil
survei menyebutkan hampir 70% responden yang ditanya apakah pernah menyontek
ketika masih sekolah atau kuliah menjawab pernah. Dari hasil di atas menunjukan
mayoritas anak didik, baik di bangku sekolah dan perguruan tinggi melakukan
kecurangan akademik dalam bentuk menyontek (Muktaman, 2010:3). Berdasarkan
hasil penelitian dari Friyatmi (2011:181), bentuk-bentuk perilaku menyontek
yang sering dilakukan oleh mahasiswa yaitu dengan menggunakan bahan atau bantuan
yang tidak diizinkan, menyalin jawaban orang lain atau mengizinkan orang lain
menyalin jawaban sendiri, saling bertukar jawaban dengan orang lain dalam
berbagai cara dan mencari jawaban ujian diluar ruang ujian. Menyontek memang
dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dilakukan dengan usaha sendiri
ataupun yang dilakukan dengan cara bekerjasama dengan teman. Menyontek dengan
usaha sendiri dapat dilakukan dengan membuat catatan kecil (repe’an) sendiri,
membuka buku, membuat catatan di tangan, meja, dan di media lain yang bisa
disembunyikan. Sedangkan menyontek dengan bekerjasama bisa dilakukan dengan
cara membuat kode-kode tertentu untuk soal pilihan ganda dan saling berbagi
serta meminta jawaban kepada teman. 4 Perilaku menyontek juga dilakukan oleh mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Hal
ini diketahui berdasarkan wawancara yang dilakukan pada mahasiswa semester II
(Pada 14 Maret 2012) yang mengaku pernah menyontek saat mengerjakan tugas dan
ujian. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan selama UTS semester genap
(Pada 20 April 2012), bentuk perilaku menyontek yang dilakukan bermacam-macam,
mulai dari bertanya atau meminta jawaban pada teman, membuat catatan kecil di
kertas, mengunting kecil-kecil slide yang sudah di print, dan berusaha membuka
catatan saat pengawas lengah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari
Beird, perilaku yang paling sering dijumpai dalam menyontek adalah meminta
informasi atau jawaban dari orang lain atau teman lain, memberikan izin kepada
orang lain untuk menyalin pekerjaannya, menyalin tugas orang lain, plagiarizing
(Hartanto, 2012:20). McCabe, Linda dan Keneth (2001:219), menyatakan bahwa
menyontek sudah menjadi hal yang umum dan bentuk menyontek mengalami
peningkatan secara drastis dalam 30 tahun. Dulu, menyontek hanya dilakukan
dengan menggunakan catatan kecil (repe’an) dan melihat jawaban teman, tapi
sekarang dengan kemajuan teknologi, bentuk perilaku menyontek menjadi semakin
canggih. Hal ini terbukti degan penelitian yang dilakukan oleh Read, bahwa
mahasiswa di Universitas Maryland, Universitas Negeri Arizona dan Universitas
Negeri Meksiko menggunakan telpon seluler (handphone) dalam menyontek
(Hartanto, 2012:12). Dari hasil penelitian di atas, dapat diketahui 5 bahwa kemajuan
teknologi disalah gunakan untuk berbuat curang yang dilakukan oleh mahasiswa,
yaitu untuk menyontek. Menurut Suparno (dalam Muktamam, 2010:4) perilaku
menyontek akan berakibat negatif. Perilaku menyontek yang menjadi kebiasaan
akan berakibat negatif bagi diri sendiri maupun dalam skala yang lebih luas.
Pelajar yang sering menyontek akan terbiasa menggantungkan pencapaian hasil
belajarnya kepada orang lain atau sarana tertentu dan bukan kepada kemampuannya
sendiri. Selain itu sikap masyarakat yang acuh tak acuh terhadap
kecurangan-kecurangan kecil yang dilakukan sejak dini seperti menyontek
merupakan akar dari permasalahan moral yang lebih besar. Selain akibat bagi
diri sendiri juga berdampak pada penilaian tingkat keberhasilan, karena nilai
yang dihasilkan dari ujian bukanlah nilai murni hasil kerja sendiri, melainkan
dengan mendapat jawaban dengan cara yang tidak sah. Alasan seseorang menyontek
sangat beragam. Berdasarkan teori perkembangan moral Kohlberg, perilaku
menyontek lebih terkait dengan masalah pembentukan kode moral. Seseorang
melakukan perilaku menyontek karena mereka mengganggap bahwa menyontek akan
dimaafkan dan dianggap sebagai hal biasa, karena mereka dituntut untuk
mendapatkan nilai yang tinggi agar dapat diterima di jenjang sekolah yang lebih
tinggi. Menurut Roig dan deTomaso, perilaku menyontek banyak dilakukan oleh
anak yang mengalami masalah prokrastinasi. Siswa yang suka menunda-nunda
pekerjaan lebih mudah menjadi penyontek dibandingkan siswa yang memiliki 6
perencanaan studi dan menepati waktu belajar yang telah dibuat (Hartanto,
2012:5-6). Berdasarkan penelitian dari Muktaman (2010) pada mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, ditemukan bahwa ada hubungan
negatif antara konsep diri dengan perilaku menyontek. Hal ini berarti semakin
tinggi konsep diri maka akan semakain rendah tingkat perilaku menyontek dan
sebaliknya semakin rendah konsep diri maka akan semakin tinggi tingkat perilaku
menyontek. Penilaian terhadap diri seperti, “saya pandai” , “saya bodoh” juga
mempengaruhi perilaku menyontek yang dilakukan mahasiswa. Hutton (dalam
Hartanto, 2009:7) menyebutkan faktor-faktor umum yang menyebabkan terjadinya
perilaku menyontek adalah: adanya kemalasan pada diri seseorang, karena merasa
stres, melihat perilaku menyontek bukan merupakan hal yang salah dan merugikan,
dan sebagian yang lain menyontek karena memiliki keyakinan bahwa perilakunya
tidak akan diketahui. Berdasarkan hasil wawancara pada salah satu mahasiswa
semester VI dan IV (pada 9 Maret 2012). Mahasiswa semster VI mengatakan bahwa
dia sering menyontek saat ujian disebabkan tidak belajar karena malas dan
mengganggap remeh ujian. Hal yang sama juga dikatakan oleh salah satu mahasiswa
semester IV yang mengaku menyontek karena saat menjelang ujian dia tidak
belajar. Tidak belajar adalah salah satu tanda dari orang yang memiliki
motivasi belajar yang rendah. Karena memiliki motivasi belajar yang rendah
sehingga mereka tidak belajar untuk mempersiapkan ujian. 7 Motivasi belajar
sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar bila tidak dimiliki
oleh mahasiswa, maka tidak akan terjadi aktivitas belajar. Mereka malas belajar
walaupun keesokan harinya mereka akan melaksanakan ujian. Motivasi dapat
dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar,
sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Mahasiswa belajar bukan hanya untuk mendapatkan nilai yang baik saja, tapi juga
mendapatkan ilmu pengetahuan. Bagi mahasiswa yang merasa belajar adalah
kebutuhan, maka dengan otomatis ia akan rajin untuk belajar. Karena peranan
yang khas dari motivasi adalah penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat
untuk belajar (Sardiman, 1994:75). Dalam proses belajar, motivasi sangat
diperlukan, sebab seseorang yang tidak memiliki motivasi dalam belajar, tidak
akan mungkin melakukan aktivitas belajar dengan baik. Sebab segala sesuatu yang
menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang selama sesuatu itu
tidak bersentuhan dengan kebutuhannya (Djamarah, 2002:114-115). Motivasi
belajar akan mempengaruhi tinggi rendahnya hasil kegiatan belajar.
Implikasinya, motivasi belajar yang ada pada diri siswa harus dibangkitkan dan
dikembangkan secara terus menerus. Tinggi rendahnya motivasi belajar siswa
sangat mempengaruhi performansinya dalam mengerjakan tugas-tugas akademiknya.
Beberapa penelitian juga sudah menyebutkan bahwa motivasi belajar mempengaruhi
prestasi siswa. Nilai 8 prestasi siswa adalah cerminan dari motivasi belajar
yang dimiliki. Lemahnya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajarnya,
selanjutnya mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu, motivasi
belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus-menerus sehingga memiliki motivasi
belajar yang kuat (Huda, 2007:5). Berdasarkan hasil penelitian dari Huda (2007)
tentang Hubungan Antara Motivasi Belajar dengan Prokrastinasi Akademik Pada
Siswa Mts. Miftahul Ulum Ngigit Tumpang, diketahui bahwa motivasi belajar
mempunyai hubungan negatif dengan prokrastinasi akademik. Hal ini berarti jika
semakin tinggi motivasi belajar maka semakin rendah tingkat prokrastinasinya
atau semakin rendah motivasi belajarnya, maka semakin tinggi tingkat
prokrastinasinya. Jadi, motivasi memiliki peran penting dalam kegiatan belajar,
dengan adanya motivasi belajar, maka anak didik akan selalu semangat dalam
mengerjakan tugas-tugas akademiknya tanpa harus menunda-nunda. Mahasiswa yang
memiliki motivasi belajar rendah akan malas untuk belajar dalam mempersiapkan
ujiannya. Biasanya mereka akan belajar sistem kebut semalam untuk mempelajari
materi kuliah yang akan diujiankan, sehingga informasi pelajaran yang diterima
dan disimpan kurang maksimal. Akhirnya saat ujian berlangsung mahasiswa akan
cenderung untuk mencari jawaban dengan jalan pintas yaitu menyontek jawaban
temannya. 9 Berdasarkan latar belakang dan fenomena di atas maka peneliti ingin
mengetahui apakah ada hubungan antara motivasi belajar dengan perilaku
menyontek mahasiswa. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul: Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Perilaku
Menyontek Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka
rumusan masalah dari penelitian ini adalah : 1. Bagaimana tingkat motivasi
belajar mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana
Malik Ibrahim Malang 2. Bagaimana tingkat perilaku menyontek mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang 3. Apakah
ada hubungan antara motivasi belajar dengan perilaku menyontek mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah : 1. Mengetahui tingkat motivasi belajar mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 10 2. Mengetahui tingkat
perilaku menyontek mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang. 3. Mengetahui apakah ada hubungan antara motivasi belajar
dengan perilaku menyontek mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang. D. Manfaat 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini
diharapkan akan dapat memberikan kontribusi pada khasanah ilmu pengetahuan
dalam bidang psikologi, khususnya psikologi pendidikan. 2. Manfaat Praktis a.
Bagi Pembaca dan Pengembangan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan masukan tentang usaha mengatasi masalah mahasiswa yang sering
menyontek saat ujian agar bisa termotivasi dan yakin untuk bisa mengerjakan
ujian dengan cara yang jujur tanpa harus menyontek. b. Bagi Peneliti Menambah
pengetahuan dan wawasan dalam aplikasi ilmu yang telah diperoleh serta
mengetahui gambaran umum mengenai hubungan antara motivasi belajar dengan
perilaku menyontek mahasiswa. c. Bagi Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada pihak Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang 11 mengenai
hubungan motivasi belajar dengan perilaku menyontek yang dilakukan mahasiswa,
serta tingkat perilaku menyontek mahasiswa Fakultas Psikologi. Sehingga dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan untuk
meminimalisir perilaku menyontek yang dilakukan oleh mahasiswa.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" : Hubungan antara motivasi belajar dengan perilaku menyontek pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang." Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment