Abstract
INDONESIA:
Hambatan-hambatan yang ditemui para siswa dalam pendidikan seperti, perasaan bosan dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, metode belajar yang monoton, rendahnya keinginan seseorang untuk mencapai keberhasilan akademik (prestasi). Pada akhirnya menyebabkan seseorang memiliki keputusan untuk menunda-nunda dalam menyelesaikan dan memulai suatu tugas akademik atau yang disebut prokrastinasi akademik. Prokrastinasi banyak berakibat negatif. Oleh karena itu, dengan adanya kontrol diri diharapkan siswa mampu mengarahkan pada perilaku yang lebih utama dan dapat menggunakan waktu yang sesuai, sehingga prokrastinasi dapat lebih diminimalisir.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah tingkat kontrol diri Siswa MAN Malang I, mengetahui bagaimanakah tingkat prokrastinasi Siawa MAN Malang I, mengetahui apakah ada hubungan antara kontrol diri dengan prokrastinasi pada Siswa MAN Malang I.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional dengan kontrol diri sebagai variabel bebas dan prokrastinasi akademik sebagai variabel terikat. Teknik korelasi Product Moment digunakan untuk menguji hubungan negatif antara tingkat kontrol diri dengan tingkat prokrastinasi akademik. Kemudian mengkategorisasikan tingkat kontrol diri dan tingkat prokrastinasi akademik dengan menentukan mean dan standar deviasi terlebih dahulu. Subyek penelitian adalah siswa MAN Malang I kelas XI dan XII IPA dengan sampel penelitian sebesar 25% yang didapatkan dari teknik random dengan mengundi subyek dalam populasi. Jumlah populasi 321 siswa sehingga sampel didapatkan sejumlah 81 siswa.
Hasil penelitian menunjukkan sejumlah 13% siswa mempunyai tingkat kontrol diri tinggi, 73% sedang dan 14% rendah. Kemudian terdapat 19% siswa mempunyai tingkat prokrastinasi akademik tinggi, 64% sedang dan 17% rendah. Hasil korelasi antara kontrol diri dengan prokrastinasi akademik menunjukkan angka sebesar -.262 dengan p = 0,018. Hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara keduanya adalah negatif tetapi signifikan karena p < 0.05. Jadi jika tingkat kontrol diri tinggi maka tingkat prokrastinasi akademik rendah begitu pula sebaliknya jika tingkat kontrol diri rendah maka tingkat prokrastinasi akademik tinggi.
ENGLISH:
The obstacles encountered in the education of the students like , feeling bored in the teaching and learning activities , learning methods monotony , lack of desire for someone to achieve academic success ( achievement ) . Eventually cause a person to have the decision to delay the start and finish a task called academic or academic procrastination. Procrastination many negative consequences. Therefore, the presence of self-control is expected that students are able to steer the behavior of a more mainstream and can use the appropriate time, so that procrastination can be minimized .
This study aims to determine how the level of self-control Students MAN Malang I, knowing how the level of procrastination student of MAN Malang I, determine whether there is a relationship between self-control with procrastination at MAN Malang I students.
This study is a quantitative correlation with self-control as the independent variable and academic procrastination as the dependent variable. Product Moment correlation technique is used to examine the negative relationship between the level of self-control with the level of academic procrastination. Then categorize the level of self-control and academic procrastination level by determining the mean and standard deviation first. Subjects were students of MAN Malang I class XI and XII Science with a sample of 25% were obtained from random technique with raffle subjects in the population. Total population of 321 students so that the sample obtained a number of 81 students.
The results showed some 13 % of students have a high level of self-control, 73 % moderate and 14 % low. Then there are 19 % of students have a high level of academic procrastination, 64 % moderate and 17 % low. The correlation between self-control with acadeic procrastination showed the number of -.262 with p = 0.018. It shows that the relationship between the two is negative but significant because p > 0.05. So if a high level of self-control, the low level of academic procrastination and vice versa if the low level of self-control, the high level of academic procrastination.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Masa remaja merupakan masa peralihan
dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa ini remaja memiliki
kecenderungan untuk tumbuh berkembang guna mengembangkan kemampuan dan potensi
yang ada di dalam diri mereka. Dalam proses pencarian identitas diri atau
keutuhan diri tersebut, pada umumnya para remaja mengalami masalah. Hal
tersebut dikarenakan adanya perubahanperubahan fisik dan psikis dalam diri
mereka maupun pada lingkungan sosial tempat mereka berada. Lingkungan sekolah
merupakan lingkungan sosial remaja yang jauh lebih luas daripada lingkungan
sosial di rumah atau wilayah tempat tinggal1 . Dalam proses belajarnya di
sekolah, tidak sedikit remaja yang mengalami masalah-masalah akademik, seperti
pengaturan waktu belajar, memilih metode belajar untuk mempersiapkan ujian,
menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya dan sebagainya. Jika seseorang, dalam hal
ini pelajar SMA/MA mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai batas
waktu yang telah ditentukan, sering mengalami keterlambatan, mempersiapkan
segala sesuatu dengan berlebihan, dan gagal dalam menyelesaikan tugas sesuai
batas waktu yang telah ditentukan, maka dapat dikatakan sebagai orang yang
melakukan prokrastinasi2 . 1 Gunarsa.S. 2003. Psikologi remaja. Jakarta: PT.
BPK Gunung Mulia. hlm. 1 2 Ghufron, M Nur & Rini Risnawati S. 2010,
Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruz Media, hal 158 2 Hambatan seseorang
dalam mencapai kesuksesan dalam bidang akademik sangat bervariasi dan komplek.
Berdasarkan hasil wawancara yang menunjukkan adanya hambatan dalam kegiatan
belajar mengajar yang didapat dari MAN Malang I. Menurut penuturan salah satu
guru, bahwa masih terdapat siswa yang memiliki nilai yang tidak sesuai dengan
kreteria ketuntasan belajar karena seringkali mengabaikan tugas-tugas sekolah
dan kurang disiplin, atau bahkan membolos pelajaran ( April 2014). Selain
banyak yang mengabaikan tugas, ternyata banyak juga siswa yang tertidur saat
pelajaran serta mengobrol dengan teman sebangku dan tidak memperhatikan
pelajaran yang disampaikan oleh guru yang menerangkan di depan kelas
(Observasi, April 2014). Menurut salah satu guru, siswa-siswi seringkali
menunda-nunda tugas yang telah diberikan sehingga pengumpulan tugas dapat
melebihi batas waktu yang telah ditentukan. Tidak sedikit pula murid yang tidak
mengumpulkan tugas hingga hari ujian akhir sekolah berlangsung. Hal tersebut
terjadi tidak di satu mata pelajaran saja, tapi dibeberapa pelajaran ada siswa
yang selalu melakukan prokrastinasi. Menurutnya, hal semacam itulah yang
menghambat penilaian para siswa, walaupun sebelum ujian berlangsung para guru
telah memberikan himbauan kepada para siswa untuk segera menyelesaikan
tugas-tugas yang belum dikerjakan (Wawancara, April 2014). Dari uraian di atas
tampak jelas bahwa masih banyak hambatan yang ditemui para siswa dalam mencapai
keberhasilan, dalam hal akademik. Hambatanhambatan yang muncul seperti,
perasaan bosan dalam melakukan kegiatan belajar mengajar yang monoton,
rendahnya keinginan seseorang untuk mencapai 3 keberhasilan akademik
(prestasi). Pada akhirnya menyebabkan seseorang memiliki keputusan untuk
menunda-nunda dalam menyelesaikan dan memulai suatu tugas akademik atau yang
disebut prokrastinasi akademik. Jadi, seseorang dengan perilaku menunda akan
cenderung untuk lari dari suatu tanggung jawab atau permasalahan sebagai bentuk
perilaku untuk menghadapi hal yang tidak menyenangkan. Perilaku-perilaku di
atas tergolong dalam indikasi prokrastinasi akademik, karena sesuai dengan ciri
prokrastinasi akademik. Contoh ciri-ciri prokrastinasi antara lain, adanya
penundaan untuk memulai dan menyelesaikan tugas, keterlambatan dalam
mengerjakan tugas, adanya kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual,
serta melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan3 . Prokastinasi akademik
merupakan prokastinasi situasional yang berhubungan dengan tugas akademik
(Harris & Sutton, 1983). Solomon & Rothblum (1986) mendefinisikan
prokrastinasi akademik sebagai: 1) hampir selalu atau selalu menunda tugas
akademik, dan 2) hampir selalu atau selalu mengalami pengalaman kecemasan
dengan tugas akademik. Lay, Knish, dan Zannata (1992) mengemukakan perilaku
khusus yang berkontribusi terhadap prokrastinasi mahasiswa yaitu kurang latihan
atau persiapan, kurangnya usaha, dan tidak sesuainya adegan kinerja, khususnya
dalam persiapan. Perilaku lain yang berkontribusi terhadap prokrastinasi adalah
sabotase diri atau ‘self- 3 Ferrari dkk, dalam Ghufron, M Nur & Rini Risnawati
S. 2010, Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruz Media, hal 158 4
handicapping’ yaitu memilih untuk mengerjakan tugas namun kemudian malah
menyebabkan menunda mengerjakan tugas4 . Solomon dan Rothblum (1984)
menyebutkan ada enam jenis tugas akademik yang sering diprokrastinasi oleh
pelajar, yaitu yang pertama tugas mengarang, meliputi penundaan terhadap
tugas-tugas yang berkaitan dengan menulis, seperti menulis laporan, makalah.
Kedua adalah tugas belajar menghadapi ujian, pada tugas ini penundaan mencankup
penundaan belajar untuk menghadapi ujian, misalnya penundaan belajar ketika
ujian tengah semester. Ketiga adalah Tugas membaca meliputi adanya penundaan
membaca refrensi atau buku yang berkaitan dengan tugas akademik yang
diwajibkan. Keempat adalah Kerja tugas administratif, seperti menyalin catatan,
menulis presensi kehadiran, daftar peserta praktikum dan lain sebagainya.
Kelima adalah Menghadiri pertemuan, yaitu penundaan maupun keterlambatan dalam
menghadiri pelajaran, peraktikum dan pertemuan-pertemuan lainnya. Keenam adalah
Penundaan dalam kinerja akademik keseluruhan, yaitu menunda mengerjakan atau
menyelesaikan tugas-tugas akademik secara keseluruhan5 . Menurut Silver,
seseorang yang melakukan prokrastinasi tidak bermaksud untuk menghindari atau
tidak mau tahu dengan tugas yang dihadapi. Akan tetapi, mereka hanya
menunda-nunda untuk mengerjakannya sehingga menyita waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaiakan tugas. Ellis dan knaus mengatakan bahwa prokrastinasi akademik
adalah kebiasaan penundaan yang tidak bertujuan dan 4 Ilfiandra (tanpa
tahun),Penanganan Prokrastinasi Akademik Siswa Sekolah Menengah Atas.hal 7 5
Ghufron, M Nur & Rini Risnawati S. 2010, Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta:
Ar-Ruz Media, hal 157 5 proses penghindaran tugas yang sebenarnya tidak perlu
dilakukan. Hal ini terjadi karena adanya perasaan takut gagal, dan pandangan
bahwa segala sesuatu harus dilakukan dengan benar6 . Perilaku prokrastinasi
akademik juga muncul pada kondisi lingkungan tertentu. Kondisi yang menimbulkan
stimulus tertentu bisa menjadi reinforcement bagi prokrastinasi. Kondisi yang
lenient atau rendah dalam pengawasan akan mendorong seseorang untuk melakukan
prokrastinasi akademik. Kognitif dan kognitif behavioral; prokrastinasi terjadi
karena adanya keyakinan tak rasional yang dimiliki seseorang. Keyakinan tak
rasional disebabkan oleh kesalahan mempersepsi tugas akademik, misalnya sebagai
sesuatu yang berat dan tidak menyenangkan (aversiveness of the task dan fear of
failure). Fear of failure adalah ketakutan yang berlebihan untuk gagal dan
seseorang menunda-nunda mengerjakan tugas akademik karena takut gagal
menyelesaikannya sehingga akan mendatangkan penilaian yang negatif terhadap
kemampuannya. Ferrari (1995) mengemukakan bahwa seseorang melakukan prokrastinasi
untuk menghindari informasi diagnostik terhadap kemampuannya sehingga orang
tidak mau dikatakan mempunyai kemampuan yang rendah atau kurang7 . Berbagai
hasil penelitian menemukan aspek-aspek pada diri individu yang mempengaruhi
seseorang untuk mempunyai suatu kecenderungan perilaku prokrastinasi, antara
lain, rendahnya kontrol diri (self-control) (Green, dalam Tuckman, 1991), self
consciuous, rendahnya self-esteem, self-efficacy, dan 6 Ibid. hal. 152 7
Ilfiandra (tanpa tahun),Penanganan Prokrastinasi Akademik Siswa Sekolah
Menengah Atas.hal 9 6 kecemasan sosial (Ferrari, Johnson, & McCown, 1995) 8
. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba menarik sebuah variabel yang diduga
memiliki ketertarikan dan termasuk ke dalam salah satu bentuk kondisi psikis
seseorang, variabel tersebut adalah Kontrol Diri. Kontrol diri berkaitan dengan
bagaimana seseorang mengendalikan emosinya serta dorongan-dorongan negatif
dalam dirinya kearah yang lebih positif, bermanfaat, dan dapat diterima secara
sosial. Saat berada di lingkungan sosialnya, ketika berinteraksi dengan orang
lain seseorang akan cenderung berusaha untuk menampilkan perilaku yang dianggap
paling tepat dan benar bagi diri dan lingkungan sekitarnya. Kontrol Diri
menurut Goldfried dan Merbaum mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu
kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku
yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif. Kontrol diri juga
menggambarkan keputusan individu yang melalui pertimbangan kognitif untuk menyatukan
perilaku yang telah disusun untuk meningkatkan hasil dan tujuan tertentu
seperti yang diinginkan9 . Individu yang memiliki kontrol diri yang tinggi
mampu mengubah kejadian dan menjadi agen utama dalam mengarahkan dan mengatur
perilaku utama yang membawa kepada konsekuensi positif. Sebagai siswa yang
tugas utamanya adalah belajar, bila mempunyai kontrol diri yang tinggi, mereka
akan 8 Abdul Muhid. Hubungan Antara Self-Control Dan Self-Efficacy Dengan
Kecenderungan Perilaku Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. studi psikologi iain
sunan ampel Surabaya, hal 2 9 Opcit, hal 22 7 mampu memandu, mengarahkan dan
mengatur perilaku. Mereka mampu menginterpretasikan stimulus yang dihadapi,
mempertimbangkan konsekuensinya sehingga mampu memilih tindakan dan melakukannya
dengan meminimalkan akibat yang tidak diinginkan. Mereka mampu mengatur
stimulus sehingga dapat menyesuaikan perilakunya kepada hal-hal yang lebih
menunjang prestasinya. Individu yang kontrol dirinya rendah tidak mampu
mengarahkan dan mengatur perilakunya, sehingga diasumsikan, seorang siswa yang
dengan kontrol diri yang rendah akan berperilaku lebih bertindak kepada hal-hal
yang lebih menyenangkan dirinya misalnya melakukan aktivitas sia-sia seperti
jalan-jalan ke Mall, nongkrong tanpa batas waktu, begadang semalaman, dan juga
aktiviatsaktivitas lain yang tidak bermanfaat dan membuang-buang waktu, bahkan
siswa cenderung menunda-nunda tugas yang seharusnyalah ia kerjakan terlebih
dahulu. Dengan kontrol diri yang rendah, meraka tidak mampu memandu, mengarahkan
dan mengatur perilaku. Mereka tidak mempu menginterpretasikan stimulus yang
dihadapi, tidak mampu mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin dihadapi
sehingga tidak mampu memilih tindakan yang tepat. Secara umum orang yang
mempunyai kontrol diri yang tinggi akan menggunakan waktu yang sesuai dan
mengarah pada perilaku yang lebih utama, yaitu belajar, sedangkan orang yang
mempunyai kontrol diri rendah tidak mampu mengatur dan 8 mengarahkan
perilakunya, sehingga akan lebih mementingkan sesuatu yang lebih menyenangkan,
dan diasumsikan banyak menunda-nunda (prokrastinasi)10 . Di sekolah, pelajar
selalu dihadapkan pada situasi penilaian keberhasilan, baik itu dari penilaian
selama ulangan harian atau ujian, maupun keberhasilan siswa dalam melaksanankan
seluruh tugas sekolah. Jika pelajar memiliki kontrol diri yang rendah dalam
proses belajarnya di sekolah sehingga menimbulkan kecenderungan prokrastinasi
akademik, maka lama-kelamaan hal tersebut menjadi suatu trait atau kebiasaan
seseorang terhadap respon nya dalam mengerjakan tugas. Dalam pengertian ini
prokrastinasi tidak hanya sebuah perilaku penundaan saja, tetapi juga
melibatkan komponen-komponen perilaku maupun struktur mental lain yang saling
terkait11 . Penelitian mengenai fenomena prokrastinasi akademik sudah sering
dilakukan oleh banyak peneliti, seperti halnya yang dilakukan oleh Mauhid
(2009), untuk melihat hubungan antara self control dan self efficacy dengan
kecenderungan perilaku prokrastinasi akademik seluruh mahasiswa Fakultas Dakwah
IAIN Sunan Ampel, Surabaya yang tersebar pada 4 jurusan dan 3 program studi.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa perilaku prokrastinasi akademik
mahasiswa sangat banyak ditentukan oleh variabel-variabel kepribadian seperti
self control dan self efficacy, yakni terdapat hubungan yang signifikan 10
Abdul Muhid. Hubungan Antara Self-Control Dan Self-Efficacy Dengan
Kecenderungan Perilaku Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. studi psikologi iain
sunan ampel Surabaya, hal 3 11 Ferrari dkk, dalam Ghufron, M Nur & Rini
Risnawati S. 2010, Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruz Media, hal 154 9
antara self control dan self efficacy dengan kecenderungan perilaku
prokrastinasi akademik pada mahasiswa12 . Penelitian lain juga dilakukan oleh
Maria Yohana (2005) dengan judul hubungan antara Kontrol Diri dengan
prokrastinasi akademik pada mahasiswa teknik arsitektur Universitas katolik
soegijapranata fakultas psikologi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, maka hasil yang diperoleh menunjukkan rxy = -0,709 dengan p
<0,01. Hal ini menunjukkan adanya hubungan negatif yang sangat signifikan antara Kontrol Diri dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa teknik arsitektur Universitas katolik soegijapranata fakultas psikologi. Dimana semakin tinggi Kontrol Diri maka semakin rendah prokrastinasi akademik pada mahasiswa, begitu juga sebaliknya13 . Berdasarkan uraian di atas prokrastinasi akademik juga terjadi di MAN Malang I. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang hampir sama, namun berbeda objek dan variabel, sehingga hal ini menarik untuk dikaji lebih mendalam. Penulis ingin melihat apakah ada hubungan antara kontrol diri dengan prokrastinasi akademik pada Siswa IPA MAN Malang I Kota Malang. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah tingkat kontrol diri Siswa IPA MAN Malang I ? 2. Bagaimanakah tingkat prokrastinasi Siswa IPA MAN Malang I ? 12 Ibid. hal 9. 13 Maria yohana paula dian sari. (2005). Hubungan antara kontrol diri dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa teknik arsitektur universitas katolik soegijapranata semarang. fakultas psikologi universitas katolik soegijapranata semarang, hal. 50 10 3. Apakah ada hubungan antara kontrol diri dengan prokrastinasi akademik pada Siswa IPA MAN Malang I ? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui bagaimanakah tingkat kontrol diri Siswa IPA MAN Malang I. 2. Untuk mengetahui bagaimanakah tingkat prokrastinasi Siswa IPA MAN Malang I. 3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kontrol diri dengan prokrastinasi akademik pada Siswa IPA MAN Malang I. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Sebagai bahan kajian tambahan bagi mahasiswa psikologi tentang kontrol diri dan prokrastinasi akademik. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk mengurangi atau mencegah prokrastinasi akademik pada siswa berkaitan dengan kontrol diri.>
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" : Hubungan kontrol diri dengan prokrastinasi akademik pada siswa IPA MAN Malang 1 Kota Malang." Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah iniDOWNLOAD
No comments:
Post a Comment