Abstract
INDONESIA:
Menurut teori John Locke setiap bayi dilahirkan dalam keadaan seperti kertas kosong. Perlakuan, peran dan sikap orang tua kepada anak adalah faktor yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian anak. Perbedaan perlakuan pertama didapat sang anak adalah perbedaan berdasarkan urutan kelahirannya yang mana akan berpengaruh dan menjadi pondasi dasar pembentukan sikap, kepribadian serta kerakter anak dalam kehidupan pribadi atau sosial.
Dalam kehidupan sosial seseorang harus mampu menempatkan diri dengan baik, mengeluarkan pendapat, dan menyakinkan orang lain. Semua kemampuan tersebut haruslah diselaraskan dengan kepercayaan diri yang baik. Begitu pula dengan mahasiswa yang merupakan agen perubahan, harus memilki kemampuan-kemampuan tersebut. Kepercayaan diri yang baik tidak tumbuh dengan instan, melainkan tumbuh bersama setiap proses jenjang kehidupan.
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif yang dilakukan di UIN Maliki Malang dengan jumlah sampel sebesar 97 mahasiswa Fakultas Psikologi. Pengambilan sampel menggunaka tehnik random sampling. Metode yang digunakan dalam penelitian ini angket dengan skala Likert, observasi, wawancara dan dokumentasi. Perhitungan analisis data dilakukan dengan menggunakan program IBM SPSS versi 20,0 for windows.
Hasil analisa data diketahui bahwa tingkat kepercayaan diri responden berada pada ketegori tinggi yakni78 % dan 22% berada pada ketegori sedang. Untuk tingkat kepercayaan diri setiap posisi urutan kelahiran diperoleh hasil posisi kelahiran sulung mempunyai nilai mean 80,74, tengah 81,24, bungsu 81,23 dan tunggal 79,92. Kemudian analisis menggunakan one way anova, dieroleh nilai p lebih besar dari nilai α yaitu 0,933 > 0,05. Jadi dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepercayaan diri antara anak sulung, tengah, bungsu dan tunggal, sehingga dapat dikatakan Ha ditolak dan Ho diterima.
ENGLISH:
According to the theory of John Locke every baby born in a state like blank paper. Treatment, the role and attitude of parents to children is a very important factor in the formation of the child's personality. Difference in treatment of the child come first in order of birth are differences which will affect and be the basic foundation of the formation of attitudes, personality and kerakter children in private or social life.
In the social life of a person must be able to put yourself well, an opinion, and convince others. All of these capabilities must be coupled with good confidence. Similarly, students who are the agents of change, needs to have these abilities. Good self confidence does not grow with instant, but grew up with every level of the process of life.
In this research uses descriptive quantitative research, conducted at UIN Maulana Malik Ibrahim Malang with a sample size of 97 students of the Faculty of Psychology. Sampling techniques make use of random sampling. While the method used in this study a questionnaire with Likert scale, observations, interviews and documentation. Data analysis calculations were performed using the IBM SPSS version 20.0 for windows.
Results of analysis of the data found that the confidence level of the respondents were in the high category is 78% and 22% in the moderate category. For a confidence level of each birth order position obtained results eldest birth positions have mean values 80.74, 81.24 middle, youngest 81.23 and 79.92 single. Later analysis using one way ANOVA, get value of p is greater than the value of α is 0.933 > 0.05. So it can be seen that there is no difference in the level of confidence among the oldest, middle, youngest and sole, so it can be said Ha is rejected and Ho is accepted.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Manusia merupakan mahluk sosial, yang mana
dalam setiap aspek kehidupannya memerluhkan bantuan dari manusia lainnya.
Seseorang harus mampu menyesuaikan diri untuk dapat bersosialisasi. Kemampuan
menyesuaikan diri sosial seseorang tidak akan berjalan dengan baik apabila
tidak diikuti dengan tingkat keparcayaan diri yang baik pula. Hal di atas dapat
dibuktikan bahwa kepercayaan diri memiliki hubungan yang erat dengan kemampuan
seseorang dalam menyesuaikan diri dalam lingkungan masyarakat. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan oleh Dwi Safitri (2010) dengan judul “Hubungan
Antara Kepercayaan Diri dengan Penyesuaian Sosial Mahasiswa di Fakultas
Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang”, terdapat hubungan yang signifikan antara
kepercayaan diri dengan penyesuaian sosial, hasil angka sebesar 0,398 dengan p
= 0,000.1 Seseorang yang mampu memiliki kemampuan penyesuaian tinggi, maka akan
tinggi pula kepercayaan diri . Kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian
manusia yang berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi diri. Tidak
sedikit yang selalu merasa tidak percaya pada kemampuan diri sendiri. Apabila
mengkoreksi lebih jauh, 1 Safitri, Dwi. Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan
Penyesuaian Sosial Mahasiswa Di Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang. Skripsi (tidak diterbitkan). (Malang: Psikologi UIN Maliki Malang,
2010). Hal: 132 2 dalam diri manusia tersimpan kekuataan-kekuatan yang kadang
jarang untuk menyadarinya. Percaya diri merupakan modal utama dalam menggapai
cita-cita.2 Anthony (1992) berpendapat bahwa kepercayaan diri merupakan sikap
pada diri seseorang yang dapat menerima kenyataan, dapat mengembangkan
kesadaran diri, berfikir psoitif, memiliki kemandirian, mempunyai kemampuan
untuk memiliki serta mencapai segala sesuatu yang diinginkan.3 Adanya
kepercayaan diri akan mampu mambuat individu berinterksi dengan optimal
sehingga dapat menyesuaikan diri. Terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, salah satunya ialah lingkungan.
Lingkungan disini merupakan lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya dan
masyarakat. Dukungan yang baik yang diterima dari lingkungan keluarga seperti
anggota keluarga yang saling berinteraksi dengan baik akan memberi rasa nyaman
dan percaya diri yang tinggi. Begitu juga dengan lingkungan masyarakat semakin
dapat memenuhi norma dan diterima oleh masyarakat, maka semakin lancar harga
diri berkembang.4 Perkembangan anak merupakan proses yang kompleks, terbentuk
dari potensi diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitarnya. Artinya,
ada beberapa perkembangan yang dipengaruhi oleh faktor bawaan, dan ada beberapa
perkembangan yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan pertama dan 2
Ismawati, Erna. Rahasia Pikiran Manusia. (Jogjakarta: Garai Ilmu, 2009). Hal:
44. 3 Ghufron, Op.Cit. hal: 34 4 Centi, P. J. Mengapa Rendah Diri. (Yogyakarta:
Kanisius, 1995) Hal: 33 3 utama yang berpengaruh terhadap perkembangan anak
adalah lingkungan keluarga, dimana orang tua merupakan sosok yang paling berperan.5
Keluarga merupakan tempat pertama kali anak tumbuh dan berkembang baik secara
fisik maupun mental. Apakah proses pertumbuhan dan perkembangan anak
selanjutnya baik atau tidak, tergantung pada pola pengasuhan yang diberikan
orang tua kepada anak. Perkembangan anak akan optimal bila pola asuh yang
diterapkan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya,
bahkan sejak anak dalam kandungan. Sedangkan lingkungan yang tidak mendukung
akan menghambat perkembangan anak.6 Hal tersebut tanpa disadari telah
berpengaruh dan menjadi pondasi awal dalam pembentukan sikap, kepribadian dan
kerakter anak dalam kehidupannya baik terhadap diri sendiri ataupun orang lain
yang berada dilingkungan sekitarnya.7 Brofenbrenner dalam teori ekologinya
menekankan bahwa sistem lingkungan memiliki pengaruh yang sangat penting
tehadap perkembangan individu.8 Dalam hal ini faktor yang paling dominan di
keluarga adalah pola asuh orang tua, Gunarsa mengungkapkan bahwa pola asuh
adalah suatu gaya mendidik yang dilakukan oleh orang tua untuk membimbing dan
mendidik anak-anaknya dalam proses interaksi yang bertujuan memperoleh suatu
perilaku yang diinginkan.9 5 Inge Pudjiastuti Adywibowo. 2010. Memperkuat
Kepercayaan Diri Anak melalui Percakapan Referensial. Jurnal Pendidikan Penabur
- No.15/Tahun ke-9/Desember 2010. Jakarta. Hal: 37 6 Soetjiningsih, Tumbuh
Kembang Anak, (Surabaya: Lab. IKA,1998). Hal: 29. 7 Hurlock, Elizabeth B.
Perkembangan Anak Jilid 1. (Jakarta: Erlangga, 1994). Hal: 64. 8 Desmita.
Psiologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2006. 9 Gunarsa,
Singgih. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1990) hal.23. 4 Conny Semiawan mengatakan bahwa:10 “anak yang berpikir kreatif
dan mampu menyelesaikan masalah (problem solving), merupakan kejadian mental
(mental event) yang digerakkan oleh persiapan yang direncanakan secara
intensif, mencapai pencerahan mandiri, sehingga tercapai pemahaman (insight),
yang menjurus pada pengatasan masalah. Rentan waktunya tidak menentu, bisa berhari-hari
atau berbulan-bulan, namun secara potensial pencerahan itu berasal dari alam
bawah sadar.” Markum berpendapat bahwa pola asuh adalah cara orang tua mendidik
anak dan membesarkan anak yang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain
faktor budaya, agama, kebiasaan, dan kepercayaan, serta pengaruh kepribadian
orang tua (orang tua sendiri atau orang yang mengasuhnya). 11 Perbedaan
perlakuan pola asuh orang tua pertama kali adalah mengenai tempat posisi anak
di dalam keluarga. Menurut Forer katika seseorang dilahirkan dalam sebuah
keluarga maka telah menempati urutan tertentu dalam hierarki keluarga, menjadi
anak tunggal, anak tertua, anak menengah, atau anak bungsu. Pengaruh urutan
dalam keluarga yang pertama-tama dan tampak paling nyata ialah hubungan dengan
orang yang telah ada dalam keluarga. Tempat dalam keluarga menetapkan peran
spesifik yang dimainkan anak dalam keluarga. Hal ini mempengaruhi pembentukan
sikap anak itu, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain dan
mambantunya mengembangkan pola prilaku tertentu. 12 10 Hartanti, Aprilina.
Perbedaan Tingkat Kematangan Sosial Anak Berdasarkan Urutan Kelahiran Pada
Siswa Taman Kanak-kanak Islam Terpadu Kelas B Mutiara Hati Sawojajar-Malang.
Skripsi tidak diterbitkan. (Malang: Psikologi UIN Maliki Malang, 2010). Hal:
10. 11 M. Enoch Markum, Buku Ajar Kesehatan Anak Jilid I, (Jakarta: FKUI,
1999). Hal: 49. 12 Hurlock, Elizabeth B . Perkembangan Anak Jilid 1. (Jakarta:
Erlangga. 1997). Hal: 62. 5 Adler mengembangkan teori urutan lahir didasarkan
pada keyakinannya bahwa keturunan, lingkungan dan kreativitas individual
bergabung membentuk kepribadian. Dalam sebuah keluarga, setiap anak lahir
dengan unsur genetik yang berbeda, masuk dalam situasi sosial yang berbeda.
Oleh karena itu penting untuk melihat urutan kelahiran (anak pertama, kedua dan
seterusnya), dan anak-anak itu menginterpretasikan situasi dengan cara yang
berbeda pula.13 Menurut Corey (Rahmawati. 2005: 3) urutan kelahiran dan
interpretasi terhadap posisi seseorang berpengaruh terhadap cara seseorang
berinteraksi akibat situasi psikologis yang berbeda pada urutan kelahiran
tersebut.14 Studi tentang menetapnya pengaruh urutan kelahiran sangat terbatas
jumlahnya akan tetapi studi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa urutan kelahiran
cukup menetap dan membenarkan bahwa urutan kelahiran memang merupakan salah
satu kondisi terpenting yang terjadi pada saat pertumbuhan15 . Selain membentuk
kerakter tententu, para peneliti menemukan bahwa urutan kelahiran juga
memunculkan sindrom tertentu atau gugusan ciri bawaan yang umumnya ditemukan
diantara anak-anak dengan urutan kelahiran berbeda. Banyak bukti yang
menunjukkan bahwa ciri bawaan itu adalah hasil dari cara perlakuaan terhadap
anak selama tahun-tahun awal, tahun pembentukan oleh orang yang berarti
baginya.16 Di sisi lain dalam posisi urutan kelahiran dapat memunculkan sindrom
umum atau ciri bawaan yang umumnya ditemukan pada setiap posisi urutan 13
Alwisol. Psikologi Kepribadian. (Malang: UMM Press. 2009). Hal: 79. 14
Hartanti, Aprilina. Op. Cit. Hal: 11. 15 Hurlock, Op.Cit. 1994. Hal: 64 16
Ibid. Hal: 65 6 kelahiran. Sindrom yang umumnya muncul pada anak sulung ialah
karena mendapat perhatian yang penuh dari orang tua muncul sikap terdorong
untuk berprestasi. Hampir semua budaya menempatkan anak pertama (sulung)
sebagai pewaris kewibawaan, kekuasaan dan kekayaaan. Namun di sisi lain sebab
turun tahta akibat kelahiran adik, datanglah sikap merasa tidak aman, tidak
pasti, tidak mudah percaya, mudah dipengaruhi, introvert, kurang adanya dominasi
dan agresivitas, bertanggung jawab, iri hati dan sangat Anak tengah karena
harus berbagi perhatian sejak awal kelahiran merasa tidak mampu, rendah diri,
mudah dialihkan perhatiaannya, sangat membutuhkan pernyataan kasih sayang, dan
iri hati karna merasa tertolak oleh orang tua. 17 Anak bungsu umumnya tidak
bertanggung jawab, spontan, tidak matang, tergantung kepada orang lain, ambisi
yang tidak realistik, manja dan merasa inferior dengan siapa saja.18 Anak
tunggal menerima perhatian yang tidak terpecah dari orang tua sehingga muncul
sikap gaya hidup manja, ingin menjadi pusat perhatian, takut bersaing dengan
orang lain, kerja sama rendah, dan merasa dirinya benar.19 Jenjang pendidikan
perguruan tinggi merupakan jenjang yang semakin mendekatkan seseorang dengan
cita-cita. Dalam jenjang ini system pengajarannya bukan lagi dilakukan dengan
sistem satu arah (guru menjelaskan, murid mendengarkan). Akan tetapi dalam
jenjang ini mahasiswa dituntut untuk dapat menggali sendiri keilmuannya, dapat
mengungkapkan pendapat di depan umum 17 Ibid. Hal: 66 18 Ibid. Hal: 66 19
Alwisol. Op. Cit. Hal: 80. 7 dengan baik sehingga dapat mengeaktualisasikan
semua potensi yang dimiliki dan mampu terjun di masyarakat dengan penuh percaya
diri. Mahasiswa yang percaya diri merasa bebas untuk melakukan tindakan atau
sikap apapun, tanpa rasa rendah diri terhadap orang lain, sehingga akan mudah
mengalami kemajuan dan akan mudah mendapatkan keberhasilan. Mahasiswa yang
percaya diri tidak memerluhkan dorongan dari orang lain sebagai standar, karena
sudah dapat menentukan standar sendiri dan selalu mengembangkan motivasi untuk
meraih kesuksesan dalam hidupnya, dan berprilaku seperti apa yang dibutuhkan
untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Maka orang yang bersangkutan tidak
terlalu cemas untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan keinginannya.20 Di
sisi lain kepercayaan diri itu bukan arogansi –prilaku memamerkan kepandaian,
membanggakan diri dan sombong, yang sering kali merupakan pembelaan yang
dilakukan oleh mereka yang tidak memiliki kepercayaan diri, guna melindungi
keterancamannya. Orang-orang yang percaya diri merasa dirinya aman dengan
mengetahui bakatnya, sangat rileks dan ingin mendengar untuk belajar dari orang
lain.21 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Eyya Kurnia (2007)
dengan judul “Perbedaan Penyesuaian Sosial pada Remaja Dengan Posisi Urutan
Kelahiran Sulung, Tengah dan Bungsu (di pondok pesantren Putri AlIshlahiyah
Singosari-Malang)”, penyesuaian remaja dengan posisi urutan 20 Al-Uqshari,
Yusuf. Percaya Diri, Pasti!. (terjemahan Abdul Hayyiedan Noor Cholis).
(Jakarta: Gema Insani Press, 2005). Hal: 10 21 Taylor, Ros. Confidence In Just
Seven Days, Meraih Kepercayaan diri Hanya Dalam 7 Hari. (Jogjakarta: Diva
Press. 2005). Hal: 19-20. 8 kelahiran Sulung berada pada taraf yang paling
rendah (109,77) dibandingkan dengan anak Tengah (116,61) dan anak Bungsu
(110,29).22 Penelitian Dwi Safitri (2010) mengenai “Hubungan Antara Kepercayaan
Diri dengan Penyesuaian Sosial Mahasiswa di Fakultas Psikologi UIN Maulana Maliki
Malang”, diperoleh hasil analisa bahwa tingkat kepercayaan diri mahasisawa
berada pada kategori sedang dengan prosentase 48%. Total hasil penelitian
dengan pengelompokan menjadi 5 kategori yakni; sangat tinggi 8%, tinggi 18%,
sedang 48%, rendah 15%, dan sangat rendah 11 %.23 Menurut hasil wawancara
terbuka yang dilakukan oleh peneliti24 kepada mahasiswa dengan posisi urutan
kelahiran anak sulung, tengah, bungsu dan tunggal ditemukan bahwa anak sulung
sebagai anak tertua merasa kurang dihargai sebagai anak tertua dalam
keluarganya, mengalami kesulitan dalam mengemukakan pendapat, introvert, takut
salah dalam bertindak, sulit bersosialisasi dan terlalu banyak pertimbangan
dalam mengambil keputusan. Untuk mahasiswa dengan posisi urutan kelahiran
sebagai anak tengah lebih sering diserang oleh rasa keragu-raguan, sering
diserang demam panggung. Informasi tersebut peneliti dapatkan melalui hasil
wawancara dengan responden. Kehadiran bungsu sangat diterima dan selalu
mendapat perhatian di dalam keluarga dan meskipun masih sering dipersalahkan,
sehingga timbul kekhawatiran takut salah ketika hendak mengungkapkan pendapat
di depan umum dan masih sering timbul sifat kekanak-kanakannya. 22 Kurnia,
Eyva, 2007. Perbedaan Penyesuaian sosial pada remaja dengan posisi urutan
kelahiran sulung, tengah dan bungsu (di pondok pesantren Putri Al-Ishlahiyah
Singosari-Malang). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Psikologi UIN Maliki
Malang 23 Safitri. Op. Cit. hlm: 132 24 Hasil wawancara terbuka (21-30 April)
di Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang. 9 Mahasiswa sebagai anak tunggal
memperoleh semua perhatian dalam keluarga, namun dalam bersosialisasi sering
merasa iri keoada orang yang lebih baik darinya, kurang dapat berbicara di
depan umum karena sering kali merasa bahwa yang harus mendapat menarik
perhatian bukan dirinya melainkan orang lain yang harus memperhatikan dirinya.
Berdasarkan hasil wawancara di atas terlihat bahwa terdapat perbedaan tingkat
percaya diri dalam setiap posisi urutan kelahiran (sulung, tengah, bungsu dan tunggal).
Hal tersebut dipengaruhi oleh lingkungan yakni pola asuh orang tua yang
membedakan mereka berdasarkan posisi urutan kelahiran, sehingga terbawa dalam
setiap jenjang kehidupaan sosial dan menetap hingga dewasa. Berdasarkan latar
belakang yang telah penulis uraikan mengenai ketertarikan penelitian ini, maka
peneliti ingin mendapatkan bukti empiris tentang bagaimanakah “Perbedaan
Tingkat Kepercayaan Diri (Self Confident) Ditinjau dari Posisi Urutan Kelahiran
(Birth Order) Mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang”. 1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana tingkat kepercayaan diri
Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang? 2. Bagaimana
tingkat kepercayaan diri anak sulung, tengah, bungsu dan tunggal Mahasiswa Fakultas
Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang? 10 3. Apakah terdapat perbedaan
tingkat kepercayaan diri ditinjau dari posisi urutan kelahiran Mahasiswa
Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang? 1.3. Tujuan Penelitian 1.
Mengetahui tingkat kepercayaan diri Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang. 2. Mengetahui tingkat kepercayaan diri anak sulung,
tengah, bungsu dan tunggal Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang. 3. Mengetahui andanya perbedaan tingkat kepercayaan diri
ditinjau dari posisi urutan kelahiran Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang. 1.4. Manfaat Penelitian Peneliti berharap agar hasil dari
penelitian ini dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis, adapun
manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah khazanah keilmuan
dalam bidang Psikologi, terutama untuk tema susunan kelahiran serta menjadi
bahan pertimbangan atau rujukan bagi penelitian selanjutnya mengenai pengaruh
urutan kelahiran terhadap kepercayaan diri. 11 2. Secara praktis a) Bagi
peneliti, sebagai pengalaman yang berharga dan menambah wawasan khasanah
keilmuan pada khususnya, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan baik secara
teoritis maupun secara praktis. Untuk memenuhi persyaratan akademis, guna
menempuh ujian akhir sarjana pada Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang. b) Bagi
Lembaga dapat mengetahui, mengembangkan dan menampung secara lebih optimal
potensi-potensi yang berbeda pada setiap individu berdasarkan urutan kelahiran.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" : Perbedaan tingkat kepercayaan diri (self confident) ditinjau dari posisi urutan kelahiran (birthorder) mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment