Abstract
INDONESIA:
Mengingat masih banyak orang-orang yang hidup didalam kesusahan dan membutuhkan pertolongan dan sebagian besarnya adalah orang-orang yang beragama Islam, maka menjadi sebuah kewajiban bagi umat Islam untuk memberikan bantuan kepada orang lain, sikap peduli terhadap sesama ini biasanya terwujud dalam bentuk perilaku yang bermacam-macam, diantarnya adalah perilaku altruistik (perilaku menolong). Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku altruistik adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional tidak hanya berfungsi untuk mengendalikan diri, tetapi lebih dari itu juga mencerminkan kemampuan dalam mengelola ide, konsep, karya atau produk, sehingga hal itu menjadi minat bagi orang banyak. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional dan perilaku altruistik pada siswa MTs Ahmad Yani Jabung Malang, serta mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap perilaku altruistik.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasi sebab akibat dimana untuk untuk mengetahui pengaruh dari suatu variable terhadap variable lainnya. Subyek penelitian adalah siswa MTs Ahmad Yani Jabung Malang yang berjumlah 231 dan diambil sample sebanyak 60 siswa dengan menggunakan teknik random sampling. Analisis data untuk melihat pengaruh kecerdasan emosional terhadap perilaku altruistik, penelitian ini menggunakan analisis regresi linier sederhana dengan persamaan Y = a +bX.
Pada penelitian ini ditemukan bahwa mayoritas siswa MTs Ahmad Yani Jabung Malang mempunyai kategori kecerdasan emosional yang sedang yaitu dengan persentase (63,3%) dari keseluruhan sample ada 38 siswa, sedangkan kategori tinggi sebesar (23,3%) dari keseluruhan sample ada 14 siswa dan kategori rendah (13,3%) ada 8 siswa. Untuk tingkat perilaku altruistik ditemukan bahwa mayoritas siswa MTs Ahmad Yani Jabung Malang berada pada kategori sedang dengan ersentase (55%) dari keseluruhan sample ada 33 siswa, sedangkan kategori tinggi dengan persentase (23,3%) dari keseluruahan sample ada 14 siswa dan kategori rendah dengan persentase 21,7%) ada 13 siswa. Hasil analisis regresi ditemukan nilai a (constant) sebesar 42,680, sedangkan B (Koefisien regresi) sebesar 0,598, dan persamaan regresi Y = 42,680 + 0,598 X.
Hasil penelitian ini menunjukkan kecerdasan emosional berpengaruh secara signifikan dengan nilai Fhitung sebesar 32,208 dan nilai p= 0,000 pada taraf signifikan 5%. Sumbangan efektif variabel kecerdaan emosional terhadap perilaku altruistik dengan nilai R Square 0.357 dan nilai Adjusted R Square diperoleh 0,346. Kecerdasan emosional hanya memberikan kontribusi sebesar 34.6% dan 65,4% faktor lain. Persamaan regresi yang didapatkan yaitu Y = 42,680 + 0,598 X menunjukkan bahwa jika skor kecerdasan emosional 0, maka skor perilaku altruistik sebesar 42,680 dan dapat diprediksikan bahwa jika terdapat perubahan skor kecerdasan emosional sebesar 1 maka dapat mempengaruhi perubahan perilaku altruistik rata-rata 0,598, karena koefisien regresi B diperoleh positif.
ENGLISH:
Remember that there were many people life in trouble that needed to help. Most of them were Islam religion, so it was necessity for other Muslims to give help. Care about other people can be realized in many various ways that one of them is altruistic behavior (helping behavior). One of the factors that influence altruistic behavior is emotional intelligence. Emotional behavior is not only control you, but also it is more reflect the ability of managing ideas, concepts, work or product. Thus, it could be interest for many people. The purpose of this study was to know the level of emotional intelligence and altruistic behavior of students at MTs Ahmad Yani of Jabung Malang, as well as determine the effect of emotional intelligence on altruistic behavior.
This study was a correlation quantitative of cause and effect that used to know the variable effect to another variable. The subject of this study was students of MTs Ahmad Yani Jabung Malang that were 231students, and the samples were taken from 60 students using random sampling technique. The data analyses were used to know the effects of emotional intelligence on altruistic behavior. So, this study was used simple linier regression analysis with equation Y= a +bX .
This study have found that the majority of the students at MTs Ahmad Yani Jabung of Malang were in middle category of emotional behavior with percentage (63,3 %) from the whole 38 students sample, where as the high category was 14 students (23,3 %) from the sample and the low category was 8 students (13,3%). Moreover, the altruistic behavior found that the majority of the students at MTs Ahmad Yani Jabung, Malang were in middle percentage (55%) from the whole 33 students. Then, the high category was (23,3%) from 14 students, and the low category was (21,7%) that that was 13 students from sample. So the results of the regression analysis found the value of a (constant) was showed 42.680, while B (regression coefficient) was 0.598, and the regression equation Y=42.680+0.598X.
The results of this study showed a significant effect of emotional intelligence with Fhitung value of 32.208 and p=0.000 at significant level of 5%. Then, the effective contribution to the emotional variable with altruistic behavior, and the value of R Square was 0.357. Meanwhile Adjusted R Square value was 0.346. Emotional intelligence was only contributed 34.6% and 65.4% of other factors. The regression equation Y=42.680+0.598X showed that the score of emotional intelligence was 0. Then, the score of altruistic behavior was 42,680. So, it can be predicted that if there is a change in emotional intelligence scores show 1. Thus, it can influence the change of altruistic behavior in average 0,598 as the result of the coefficient regression B that is obtained the positive.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Seiring dengan kemajuan teknologi dan
komunikasi pada saat ini semakin banyak individu yang mementingkan dirinya
sendiri atau berkurangnya rasa tolong menolong antara sesama. Globalisasi juga
berperan membuat hubungan antar sesama manusia menjadi semakin rumit. Kerumitan
ini dapat menciptakan stress dan kekerasan-kekerasan yang kadang-kadang
disebabkan oleh hal-hal sepele dan aneh. Semakin berkembangnya aktivitas pada
setiap orang, maka akan semakin sibuk dengan urusannya sendiri, yang
memunculkan sifat atau sikap individualisme yang menjadi ciri manusia modern.
Individualisme ini merupakan faham yang bertitik tolak dari sikap egoisme,
mementingkan dirinya sendiri, sehingga mengorbankan orang lain demi kepentingan
dirinya sendiri. Mengingat masih banyak orang-orang yang hidup didalam
kesusahan dan membutuhkan pertolongan dan sebagian besar diantaranya adalah
orang-orang yang beragama Islam, maka menjadi sebuah kewajiban bagi umat Islam
untuk memberikan bantuan kepada orang lain, sikap peduli terhadap sesama ini
biasa terwujud dalam bentuk perilaku yang bermacam-macam, diantaranya adalah
perilaku altruistik. Perilaku altruistik disebut sebagai tindakan sukarela
untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun atau
disebut juga sebagai tindakan tanpa pamrih. Menurut (Sarwono, 2011:141),
altruistik didefinisikan sebagai pemberian pertolongan pada orang lain tanpa
mengharapkan adanya keuntungan pada diri orang yang menolong. Dalam perilaku
altruisti yang di 2 untungkan adalah orang yang memberi pertolongan, tentunya
individu yang melakukan altruistik akan mengenyampingkan kepentingan mereka
diatas kepentingan orang lain apabila dalam keadaan darurat. Perilaku
altruistik beda dengan perilaku prososial. Perilaku altruistik merupakan
tindakan individu secara sukarela untuk membantu orang lain tanpa pamrih maupun
ingin sekedar beramal baik, karena altruistik merupakan tindakan sukarela dan
tanpa pamrih, maka dapat dikatakan bahwa yang menjadi faktor terpenting
terhadap munculnya perilaku altruistik adalah adanya keinginan dari dalam diri
individu untuk memberi, empati, dan tindakan sukarela yang dilakukan. Sedangkan
perilaku prososial itu sendiri dimotivasi oleh altruisme, yaitu ketertarikan
yang tidak egois dalam bentuk orang lain, situasi yang biasanya menjadi
pendorong altruisme adalah empati. Empati itu sendiri akan meningkatakan
motivasi perilaku menolong (Taylor, 2009:474). Individu dengan kesadaran sosial
yang tinggi dan rasa kemanusiaan yang besar akan lebih mementingkan kepentingan
orang lain, dan karenanya mereka akan menolong tanpa memikirkan kepentingan
sendiri dan pertolongan yang diberikan pun cenderung ikhlas dan tanpa pamrih.
Hal ini dilakukan dengan tulus dan ikhlas karena dapat memberikan kepuasan dan
kesenangan psikologis tersendiri bagi si penolong. Menurut (Santrock,
2007:138), banyak perilaku altruistik sebenarnya dimotivasi oleh norma
resiprokal, yaitu kewajiban membalas bantuan dengan bantuan lain. Adanya bukti
resiprokal ini melengkapi interaksi manusia di seluruh belahan dunia, karena
pada dasarnya individu merasa bersalah 3 jika tidak membalas kebaikan orang
lain, dan mungkin akan marah jika orang lain tidak membalas kebaikannya.
Sebagai makhluk ciptaan Allah S.W.T kita harus menyeimbangkan antara kehidupan
duniawi dan ukhrawi, dimana kehidupan duniawinya terkait dengan kehidupan
sosialnya seperti peduli dengan sesama tolong menolong, memahami kebutuhan
orang lain, dan mampu menciptakan hubungan baik dengan tetangga maupun orang
lain. Sedangkan ukhrawinya terwujud dalam bentuk ketakwaan kepada Allah S.W.T
dengan menjalankan semua perintahnya dan menjauhi larangannya termasuk juga
perintah untuk berperilaku altruistik(Al-hikmah, 2006:106). Kegagalan dalam
mendeteksi perasaan orang lain merupakan kekurangan utama dalam kecerdasan
emosional, dan ini merupakan hal yang paling menyedihkan sebagai seorang
manusia. Selain itu, perilaku altruistik juga dipengaruhi oleh keadaan mood
seseorang, mood yang baik memungkinkan individu menurunkan tindakan menolong
jika tindakan tersebut justru akan mengurangi perasaan positif (Goleman,
1999:135). Perilaku manusia tidak hanya dipengaruhi oleh kecerdasan intelektual,
namun di pengaruhi juga oleh kecerdasan emosionalnya. Kecerdasan emosional
adalah kemampuan untuk mengenali dan mengendalikan perasaan dan emosi pada diri
sendiri serta mampu memahami dan merasakan perasaan orang lain dan
menggunakannya untuk membimbing pikiran dan tindakan agar lebih produktif.
Kecerdasan emosional tidak hanya berfungsi untuk mengendalikan diri, tetapi
lebih dari itu juga mencerminkan kemampuan dalam mengelola ide, konsep, 4 karya
atau produk, sehingga hal itu menjadi minat bagi orang banyak (Suharsono,
2009:210). Menurut Walter dan Gardner (dalam saiful Azwar, 1996:7),
mendefinisikan kecerdasan sebagai suatu kemampuan atau serangkaian
kemampuan-kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah, atau produk
sebagai konsekuensi eksistensi suatau budaya tertentu. Thorndike seorang tokoh
psikologi fungsional mengatakan bahwa kecerdasan adalah kemampuan dalam
memberikan respon yang baik dari pandangan kebenaran atau fakta. Menurut
Goleman (2002:512), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur
kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with
intelligence), menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the
appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran
diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan membina hubungan dengan
orang lain. Kemunculan istilah kecerdasan emosional dalam pendidikan, bagi
sebagian orang mungkin dianggap sebagai jawaban atas kejanggalan tersebut.
Teori Daniel Goleman, sesuai dengan judul bukunya, memberikan definisi baru
terhadap kata cerdas. Walaupun EQ merupakan hal yang relatif baru dibandingkan
IQ, namun beberapa penelitian telah mengisyaratkan bahwa kecerdasan emosional
tidak kalah penting dengan IQ (Goleman, 2002:44). Kecerdasan emosional juga
melatih kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, bertahan dalam mengahadapi
keadaan frustasi, mengendalikan dorongan 5 hati dan menunda kepuasan sesaat,
mengatur suasana hati dan menjaga agara beban stress tidak melumpuhkan kempuan
berpikir, berempati, dan berdoa. Thorendike (dalam Goleman, 1999:513) dalam
artikelnya menyatakan bahwa salah satu aspek kecerdasan emosional adalah
kecerdasan sosial yaitu kemampuan sesorang untuk memahami orang lain dan
bertindak bijaksana dalam hubungan antar manusia. Kemampuan sosial memungkinkan
seseorang membentuk hubungan, membina dan menjalin hubungan dengan orang lain,
sehingga kecerdasan secara sosial sangat dibutuhkan. Kecerdasan emosi secara
sosial sangat dibutuhkan oleh manusia dalam rangka mencapai kesuksesan, baik di
bidang akademis, karir, maupun dalam kehidupan sosial. Bahkan belakangan ini
beberapa ahli dalam bidang tes kecerdasan telah menemukan bahwa individu yang
memiliki IQ tinggi (cerdas) dapat mengalami kegagalan dalam bidanng akademis,
karir dan kehidupan sosialnya. Sebaliknya, banyak individu yang memiliki
kecerdasan rata-rata mendapat kesuksesan dalam hidupnya (Goleman, 1995:136).
Dengan bekal kecerdasan emosional tersebut seseorang akan mampu mendeterminasi
kesadaran setiap orang, untuk mendapatkan simpati dan dukungan serta
kebersamaan dalam melaksanakan atau mengimplementasikan sebuah idea tau
cita-cita (Suharsono, 2005:121). Beberapa hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa orang yang cakap secara emosional mampu mengetahui dan memahami perasaan
diri sendiri dan orang lain dengan baik serta memiliki keuntungan dalam setiap
bidang kehidupan. Dengan demikian, kecerdasan emosional diharapkan mampu
menjadi benteng diri 6 agar individu lebih memahami emosi diri sendiri, dan
jika sudah memahami dirinya, individu juga dapat memahami emosi orang lain
melalui perilaku mereka sehingga peka dengan kebutuhan orang lain (Goleman,
2005:48). Penelitian sebelumnya oleh Mesti Daud, Universitas Negeri Manado
(2010), Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa
Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan Fakultas Teknik Universitas Negeri Manado.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka diperoleh hasil sebagai
berikut yaitu semakin meningkat kecerdasan emosional makin meningkat pula
prestasi belajar mahasiswa atau prestasi belajar mahasiswa PTB Fatek Unima
dipengaruhi oleh kecerdasan emosional. Penelitian Arif (2010), menggunakan
kecerdasan emosi sebagai variable bebas dan yang dijadikan sebagai variable
terikat adalah intense altruisme. Subyek penelitian ini adalah siswa SMA 1
Tahunan Jepara. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi kecerdasan emosionalnya, maka semakin tinggi pula intense altruisme pada
siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Pujiyanti (2007), dengan judul Kontribusi
Empati Terhadap Perilaku Altruistik Siswa Siswi SMA Negeri 1 Bekasi. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan adanya kontribusi empati secara signifikan terhadap
perilaku altruisme pada siswa siswi, dan empati memberikan kontribusi terhadap
altruisme. Penelitian yang telah dilakukan Hariyanto (2009), dengan judul”
Hubungan Antara Keberagamaan Dengan Perilaku Altruistik Pada Remaja (Di SMA
Plus Miftahul Ulum Tarate) Pandian Sumenep)” dalam penelitian tersebut 7
peneliti menggunakan keberagamaan sebagai variable bebas dan yang dijadikan
sebagai variable terikat adalah perilaku altruistik. Seangkan subyek
penelitiannya adalah siswa SMA Miftahul Ulum Tarate Sumenep. Berdasarkan hasil
analisi data dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara keberagamaan
dengan perilaku altruistik remaja di SMA Plus Miftahul Ulum Sumenep, sedangkan
untuk pesentase tingkat keberagamaan siswa memiliki rata-rata pada kategori
sedang dengan prosentase 70% dan tingkat perilaku altruistik ditemukan berada
pada kategori sedang dengan prosentase 69%. Seseorang yang memiliki kecerdasan
emosional yang tinggi dapat mengelola stres dan menemukan cara yang tepat
menghadapi stres tersebut. Namun akan terjadi sebaliknya jika seseorang
memiliki kecerdasan emosional yang rendah, mereka akan sulit menemukan cara
menghadapi stres tersebut. Kecerdasan emosional juga dapat digunakan dalam
pengambilan keputusan dan tindakan. Menurut Winanti dkk (2007), mereka yang
memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan mengambil keputusan dan melakukan
tindakan yang tepat saat situasi kritis dan mendesak. Selain itu kecerdasan
emosional juga berguna dalam penyesuaian diri dan membina hubungan yang baik
dengan orang lain,bahkan dewasa ini pendidikan sekolah sangat dibutuhkan,
lebih-lebih dalam aspek perkembangan kognitif, konatif dan efektif yang
semuanya menyangkut tuntutan masa sekarang ini. Oleh sebab itu sekolah dapat
menjadi salah satu pilihan untuk mengembangkan semua aspek tersebut sehingga
mampu memberikan sebuah pengalaman yang bermanfaat. 8 Sekolah merupakan hal
yang menjadi salah satu wadah yang tepat dalam mengembangakan potensi anak,
mengingat sekolah kerapa bersahabat baik dengan kemajuan teknologi di zaman
modern ini, karena sekolah selalu mengadakan perubahan sesuai denagn
perkembangan zaman. Dapat dikatakan bahwa peran sekolah dan lingkungan sekitar
turut serta dalam mengembangkan kognitif, motorik maupun afektif, kecakapan
sosial, termasuk kecerdasan emosional anak maupun siswa, termasuk guru atau
pengajar, dimana mereka memiliki kontribusi serta peran yang penting dalam
membantu siswa mengembangkan kecerdasan emosionalnya melalui pelajaran yang
diberikan (Winkel, 2009:28). Selain pembelajaran yang diberikan oleh pengajar
kepada siswanya baik intra maupun ekstra yang ada di sekolah tersebut, sekolah
juga memberikan kegiatan yang bersifat menggugah kepedulian sosial, lingkungan
sosial siswa juga mengalami perubahan sosial yang cepat dengan terjangkau saran
dan prasarana komunikasi dan perhubungan dapat mengakibatkan kesimpangsiuran
norma. Salah satunya yaitu MTs Ahmad Yani Jabung Malang. Sekolah ini memberikan
pelajaran yang bersifat edukatif terhadap siswanya, seperti memberikan
pasilitas belajar yang di sediakan oleh sekolah, dengan adanya pasilitas berupa
proyektor yang terdapat di masing-masing ruangan kelas sehingga dapat menunjang
pembelajaran, hal ini sangat memudahkan bagi para guru dalam menjelaskan dan
memberikan materi pembelajaran yang bersifat edukatif kepada siswa. 9 Sekolah
ini juga memberikan kegiatan-kegiatan yang bersifat menggugah kepedulian sosial
siswanya, bahkan sekolah ini sangat menjunjung tinggi nilai sosial, salah
satunya dalam pilar sekolah tersebut yaitu menjunjung kepedulian sosial,
kepedulian sosial tersebut diwujudkan dengan kegiatan rutin yang selalu di
adakan setiap hari jum’at yaitu penarikan uang khas seikhlasnya dari tiap-tiap
siswa, uang yang dikeluarkan nantinya akan dimasukkan ke dalam uang khas siswa,
selain siswa guru-guru disekolah tersebut juga ikut serta dalam mengeluarkan
uang kas namun uang kas keduanya dibedakan. Tujuan pengumpulan uang tersebut
yaitu untuk membantu keluarga siswa atau siswi apabila ada yang sakit atau
terkena musibah. Selain itu kegiatan yang dilakukan setiap datangnya hari besar
Islam contohnya ketika isra mi’raj, maulid Nabi Muhammad Saw, bulan Ramadhan,
Idul adha siswa dituntun oleh para guru dalam menyumbangkan bahan pokok ke
setiap warga miskin yang ada disekitaran lingkungan sekolah, kegiatan
penyaluran bantuan tersebut langsung dilakukan oleh siswa, akan tetapi dalam
kegiatan penyaluran sumbangan tidak semua siswa yang dilibatkan, namun hanya
mereka yang aktif dalam kegiatan sekolah saja yang ikut serta dalam kegiatan
tersebut. Kegiatan positif juga dilaksanakan ketika hari terakhir masa
orientasi siswa baru dengan melakukan bersih-bersih mushola, ruangan kelas,
lingkungan sekolah dan membagikan zakat kepada warga sekitar, akan tetapi
menurut hasil wawancara kepada guru bagian kesiswaan, kegiatan yang dilakukan
pada hari terkhir masa orientasi siswa ini sering mendapat kendala trutama dari
faktor siswanya sendiri, melihat dari siswa yang kurang antusias dalam
menjalankan kegiatan tersebut, dari tahun sebelumnya memang terlihat 10
antusias yang kurang sehingga para guru mengalihkan kegiatan itu pada setiap
datangnya hari besar Islam. Mengingat juga posisi mereka yang masih berstatus
siswa baru menyebabkan adanya rasa canggung dalam melakukan kegiatan seperti
ini. Terlepas dari fenomena tersebut peran guru sangat penting dalam memahami
keadaan siswa agar siswa dapat mengetahui sebuah proses dalam hal kegiatan
sosial agar siswa selalu antusias mengikuti kegiatan ini dengan baik. Selain
itu, fakta di masyarakat sering kita saksikan perilaku sebagian besar remaja
yang agresif, tidak peduli terhadap orang lain, dan cepat emosional, hal demikian
dapat memengaruhi perilaku remaja menjadi negatif dan positif, remaja memiliki
kemampuan berupa bakat dan minat. Ini dapat dikembangkan, karena pada masa ini
merupakan masa pencarian nilai hidup. Dalam kondisi ini pula, remaja memerlukan
bantuan guna menjalankan kehidupan yang efektif. Bantuan yang perlu diberikan
kepada siswa adalah ranah afeksi terkait perilaku menolong, salah satunya yaitu
perilaku altruistik. remaja yang perilakunya tidak altruistik mudah terjerumus
ke dalam penyimpangan perilaku yang dapat menimbulkan korban fisik pada orang
lain, yaitu melakukan perkelahian, bahkan perkosaan. Bisa juga berupa
penyimpangan perilaku yang menimbulkan korban materi, yaitu melakukan
pengrusakan, pemerasaan, pencurian ( berita.upi.edu/2011/08/10/). Remaja yang
menyimpang bisa juga melakukan kenakalan sosial yang dapat menimbulkan korban
di pihak lain, yaitu melakukan pelacuran, penyalahgunaan obat, dan hubungan
seks sebelum menikah. Bahkan mereka kadang melawan status dengan cara membolos
ketika sekolah, minggat dari rumah, dan selalu membantah perintah guru dan
orang tua. Dampak dari 11 penyimpangan perilaku pada siswa bermuara pada
permasalahan akademik, sosial, karier terkait perencanaan masa depan siswa
(berita.upi.edu/2011/08/10). Seseorang dapat menjadi altruistik karena
lingkungan memberikan contoh- contoh yang dapat diobservasi untuk bertindak
menolong. Sesuai dengan prinsip belajar, suatu tingkah laku akan diulang atau
diperkuat bila ada konsekuensi positif dari tingkah laku tersebut (dalam Sarwono,
2009:127). Lebih lanjut, Jhon Donne (dalam Goleman, 1999:408) menjelaskan bahwa
seseorang yang mempunyai kecerdasan emosional biasanya optimal pada nilai-nilai
belas kasihan (empati), yang dengannya seseorang bisa merasakan apa yang
dirasakan oleh orang lain selain itu inti hubungan antara empati dan
kepedulian,kepedihan orang lain merupakan kepedihan diri sendiri. Dengan
merasakan kepedihan orang lain akan mendorong diri seseorang untuk menolong
dengan sukarela atau biasa disebut perilaku altruistik. Dengan adanya rasa
empati seseorang bisa merasakan penderitaan orang lain, sehingga hal itu akan
membuat seseorang untuk membantu orang lain. Semakin tinggi kecerdasan emosi
seseorang, semakin tinggi pula empati yang dimilikinya, sehingga akan mendorong
seseorang untuk berperilaku menolong (altruistik). Berdasarkan fenomena dan
teori-teori diatas peneliti tertarik untuk mengungkap fakta dan realita yang
terjadi pada subjek sehingga menghasilkan sebuah data empiris dan bukan hanya
spekulasi belaka. Untuk itu, penulis tertarik meneliti dan mengkaji
permasalahan tersebut. Dan untuk memperoleh gambaran yang jelas, maka penulis
tuangkan dalam rencana penelitian ini dengan judul: 12 “Pengaruh Kecerdasan
Emosional Terhadap Perilaku Altruistik Pada Siswa MTs Ahmad Yani Jabung
Malang”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang
telah dijelaskan diatas maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat kecerdasan emosional siswa MTs Ahmad Yani Jabung Malang?
2. Bagaimana tingkat perilaku altruistik siswa MTs Ahmad Yani Jabung Malang? 3.
Apakah ada pengaruh antara kecerdasan emosional dengan perilaku altruistik pada
siswa MTs Ahmad Yani Jabung Malang? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini,
berdasarkan pada fokus permasalahan yang dibidik, mempunyai beberapa tujuan
pokok dimana terurai sebagai berikut: 1. Mengetahui tingkat kecerdasan
emosional siswa MTs Ahmad Yani Jabung Malang 2. Mengetahui tingkat perilaku
altruistik siswa MTs Ahmad Yani Jabung Malang 3. Mengetahui ada tidaknya
pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap perilaku altruistik pada siswa
MTs Ahmad Yani Jabung Malang D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini
diharapkan akan memberikan 2 manfaat sebagai berikut: 13 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi perkembangan
kemajuan ilmu psikologi pada umumnya dan psikologi pendidikan pada khususnya
serta memperkaya hasil penelitian yang telah ada. Hal ini dilakukan dengan cara
memberi tambahan data empiris yang telah teruji secara ilmiah mengenai pengaruh
kecerdasan emosional terhadap prilaku altruistik pada siswa MTs Ahmad Yani
Jabung Malang 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini di harapkan dapat
memberikan manfaat serta masukan kepada siswa pada khususnya tentang pentingnya
pengembangan kecerdasan emosional dan altruistik, serta diharapkan penelitian
ini menjadi bahan masukan atau sumbangan bagi pengembangan ilmu pada bidang
psikologi khususnya pada bidang psikologi sosial, psikologi perkembangan, dan
psikologi pendidikan. b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan
dalam penelitian yang akan datang.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" : Pengaruh kecerdasan emosional terhadap perilaku altruistik pada Siswa MTs Ahmad Yani Jabung Malang." Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah iniDOWNLOAD
No comments:
Post a Comment