Abstract
INDONESIA:
Mahasiswa merupakan kaum akademisi yang menempati strata paling tinggi dalam dunia pendidikan. Mahasiswa baru yang masuk dalam Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang selain harus mengikuti kegiatan perkuliahan, mereka diwajibkan tinggal di dalam Ma’had selama menjadi mahasiswa tahun pertama. Mereka wajib mengikuti kegiatan dan mematuhi peraturan yang ada di Ma’had baik untuk mahasiswa yang pernah tinggal di pesantren, mahasiswa laki-laki atau perempuan, dan mahasiswa semua fakultas. Hal tersebut menimbulkan beberapa permasalahan, termasuk masalah penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial dan penyesuaian diri terhadap iklim akademik yang berbeda. Dalam hal ini masalah penyesuaian diri juga dapat menimbulkan ketegangan pada mahasiswa baru yang mana mereka dituntut untuk mengatasi perubahan tersebut. Berbagai cara telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu cara untuk memecahkan permasalahan tersebut agar dapat mengurangi situasi yang menekan yang disebut dengan strategy coping. Strategy coping dibedakan menjadi dua, yaitu strategy coping adaptive yang merupakan sikap yang lebih efektif dan lebih bermanfaat dalam mengatasi sumber stress dan strategy coping maladaptive yang merupakan sikap yang kurang bermanfaat dan kurang efektif dalam mengatasi sumber stress.
Melihat masalah – masalah di atas maka perlu dilakukan sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengalaman tinggal di pesantren, jenis kelamin, dan fakultas terhadap strategy coping mahasiswa baru di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Penelitian ini mengambil sampel dengan teknik Cluster Random Sampling sebanyak 227 mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang pada 6 fakultas, antara lain Fakultas Ekonomi, Psikologi, Humanoira dan Budaya, Syariah, Saintek, dan Tarbiyah. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik kuisioner yaitu dengan memberikan skala Strategy Coping Adaptive dan Strategy Coping Maladaptive adaptasi dari cope inventory oleh Charles S. Carver, Michel Scheier dan Jagdish Weintraub (1989) yang disesuaikan untuk mahasiswa baru di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dengan jumlah 24 item untuk skala Strategy Coping Adaptive dengan reliabilitas α = 0,859 dan 18 item untuk skala Strategy Coping Maladaptive dengan reliabilitas α = 0,866. Kemudian dilakukan suatu analisis menggunakan teknik Analisis Varian Tiga Jalur melalui program SPSS 19 for windows.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pada faktor pengalaman tinggal di pesantren kecenderungan adaptive coping memiliki nilai F = 1,140 dan p = 0,287, kecenderungan maladaptive coping memiliki nilai F = 9,810 dan p = 0,002. Pada faktor jenis kelamin kecenderungan adaptive coping memiliki nilai F = 0,007 dan p = 0,932, kecenderungan maladaptive coping memiliki nilai F = 0,724 dan p = 0,396. Pada faktor jenis fakultas kecenderungan adaptive coping memiliki nilai F = 1,500 dan p= 0,191, kecenderungan maladaptive coping memiliki nilai F = 3,114 dan p = 0,010. Dan berdasarkan pengalaman tinggal di pesantren, jenis kelamin, dan fakultas kecenderungan adaptive coping memiliki nilai F = 1,847 dan p = 0,105, dan kecenderungan maladaptive coping memiliki nilai F = 3,445 dan p = 0,005. Jadi dapat disimpulkan bahwa kecenderungan maladaptive coping dipengaruhi oleh interaksi antara pengalaman tinggal di pesantren, jenis kelamin, dan fakultas. Sedangkan kecenderungan adaptive coping tidak dipengaruhi oleh interaksi antara pengalaman tinggal di pesantren, jenis kelamin, dan fakultas.
ENGLISH:
Students are academics who occupy the highest strata in education. New students entering the State Islamic University (UIN) of Maulana Malik Ibrahim Malang besides to follow the lectures, they are required to stay inside Ma'had during his freshman year. They are obliged to follow the activities and comply with the existing regulations in Ma'had good for students who have lived in the boarding school, students are male or female, and students of all faculties. This raises several problems, including the problem of adaptation to the social and academic adaptation to different climates. In this case the adaptation problems can also cause strain on new students where they are required to cope with these changes. Various methods have been made to overcome these problems. One way to solve these problems in order to reduce stressful situations called coping strategies. Coping strategies is divided into two, namely adaptive coping strategies is an attitude more ineffectively and more useful in dealing with the source of stress and maladaptive coping strategies that is an attitude that is less useful and less effective in addressing the sources of stress.
Seeing the above issues should be conducted a study that aimed to determine the effect of living in the boarding school experience, gender, and faculty of the coping strategis freshman at UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
This study sampled the Cluster Random Sampling technique as much as 227 students of UIN Maulana Malik Ibrahim Malang at 6 faculties, including the Faculty of Economics, Psychology, and Culture Humanoira, Sharia, Saintek, and Tarbiyah. The data was collected using a questionnaire technique is to give Coping Strategies scale Adaptive and maladaptive adaptation of the Coping Strategies cope inventory by Charles S. Carver, Scheier, and Jagdish Michel Weintraub (1989) adjusted for the new students of UIN Maulana Malik Ibrahim Malang by the number of 24 items for Adaptive Coping Strategies scale with a reliability of α = 0.859 and 18 items for maladaptive Coping Strategies scale with a reliability of α = 0.866. Then performed an analysis using analysis techniques 3-way analysis of variance with SPSS 19 for windows.
Based on the results of this study indicated that the factor of the experience of staying in boarding adaptive coping tendency has a value of F = 1.140 and p = 0.287, maladaptive coping tendency has a value of F = 9.810 and p = 0.002. In the gender factor adaptive coping tendency has a value of F = 0.007 and p = 0.932, maladaptive coping tendency has a value of F = 0.724 and p = 0.396. On the factor type of adaptive coping tendencies faculty has a value of F = 1.500 and p = 0.191, maladaptive coping tendency has a value of F = 3.114 and p = 0.010. And based on the experience of living in the boarding school, gender, and the faculty of adaptive coping tendency has a value of F = 1.847 and p = 0.105, and maladaptive coping tendency has a value of F = 3.445 and p = 0.005. So it can be concluded that the tendency of maladaptive coping is influenced by the interaction between the experience of living in the boarding school, gender, and faculty. While the trend of adaptive coping was not influenced by the interaction between the experience of living in the boarding school, gender, and faculty.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Mahasiswa merupakan kaum akademisi yang menempati
strata paling tinggi dalam dunia pendidikan di Indonesia bahkan di dunia. Maka,
tidak heran ketika mahasiswa menjadi pioneer pergerakan perubahan di Indonesia.
Dalam konteks yang berbeda mahasiswa juga dituntut untuk menjadi teladan dalam
hal apapun di masyarakat, terlebih dalam pendidikan (Setianingsih, 2008).
Terlepas dari peran mahasiswa, mahasiswa juga seorang manusia biasa yang tidak
mungkin terlepas dari permasalahan termasuk masalah penyesuaian. Masa peralihan
atau transisi dari sekolah menengah ke perguruan tinggi merupakan kondisi yang
harus dihadapi oleh seorang mahasiswa. Berbagai penyesuaian yang harus dihadapi
untuk mampu membuat seorang mahasiswa bertahan dalam perkuliahan maupun
lingkungan sosialnya. Mulai dari penyesuaian akademik misalnya tentang
perubahan gaya belajar dari sekolah menengah ke pendidikan tinggi, tugas-tugas
perkuliahan, target pencapaian nilai. Selain itu, jauhnya para mahasiswa dari
orang tua dan sanak saudara yang harus dihadapi oleh mahasiswa, kemampuan dalam
pengelolaan keuangan, dan program diharuskannya mahasiswa baru untuk tinggal di
asrama (Ma’had) dalam 2 semester yang penuh dengan kegiatan serta aturan.
(Utomo, 2008) Masa awal diterima sebagai anggota lingkungan akademis kampus
atau masa-masa menjadi mahasiswa baru misalnya seringkali juga disertai oleh
beberapa konflik. Dalam kerangka akademis, status dan peran sebagai seorang 2
mahasiswa seringkali memberikan konsekuensi psikologis yang memberatkan bagi
seseorang. Banyak penelitian menyimpulkan bahwa ujian, praktikum dan
tugas-tugas kuliah yang lain memicu timbulnya stres yang berhubungan dengan
peristiwa akademis (academic stress), yang dalam tingkat keparahan tinggi dapat
menekan tingkat ketahanan tubuh (Astin, Green & Korn dalam Santrock, 2002)
Ada juga di antara mahasiswa baru Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik
Ibrahim Malang dalam proses penyesuaiannya terjadi benturan atau pertengkaran
antar teman, diduga hal ini diakibatkan oleh adanya perbedaan pendapat atau
juga latar belakang etnik yang berbeda. Seperti dketahui bahwa di kampus UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang merupakan tempat adanya interaksi kelompok dari
berbagai daerah, apakah itu dari Madura, Jawa, Sumatera, Kalimantan dan
sebagainya, di mana masing-masing daerah itu mempunyai cara atau adat istiadat
berinteraksi yang tentunya juga berbeda-beda. Selain itu, juga dapat disebabkan
karena mahasiswa tersebut tidak dapat menempatkan dirinya dengan baik di dalam
budaya teman sebaya (peer culture), sehingga tidak dapat memelihara hubungan
baik dengan individu lain (Rohmaniyah, 2010) Dalam penelitian deskriptif oleh
Nadjuddan (2003), dengan responden berjumlah 150 mahasiswa yang terdiri dari
Fakultas Satra dan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Ternyata hasilnya menunjukkan bahwa di Fakultas Sastra sebanyak 63,21%
mahasiswa baru mengalami masalah penyesuaian diri, 51,24% pada teknik belajar,
55,50% bermasalah pada pengembangan karier. Sedangkan pada Fakultas kedokteran
sebanyak 58,73% mahasiswa mengalami masalah penyesuaian diri, 43,24% bermasalah
pada teknik 3 belajar, dan 56,97% dalam hal pengembangan karier. Hal ini
semakin menguatkan argumen bahwa individu akan lebih banyak mengalami masalah
dalam penyesuaian diri ketika memasuki masa transisi sosial ke perguruan
Tinggi. Disisi lain, transisi dari sekolah menengah ke perguruan tinggi dapat
melibatkan hal-hal yang positif. Pelajar mungkin lebih merasa dewasa, lebih
banyak pelajaran yang dapat dipilih, lebih banyak waktu yang dihabiskan bersama
kelompok sebaya, lebih banyak kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai gaya
hidup dan nilai-nilai, menikmati kemandirian yang lebih luas dari pengawasan
orangtua, dan tertantang secara intelektual oleh tugas akademik. Namun
demikian, mahasiswa baru di universitas tampaknya lebih banyak mengalami
tekanan dan depresi daripada di masa lalu, mengacu pada survey terhadap kurang
lebih 3000 mahasiswa baru pada sekitar 500 sekolah tinggi dan universitas
(Astin, Green & Korn dalam Santrock, 2002:74). Holmes dan Rahe dalam Utomo
(2008:37) menjelaskan bahwa berbagai peristiwa kehidupan yang membutuhkan
penyesuaian sosial kembali dan memberinya rating berdasarkan muatan nilai
stresnya. Stresor yang berupa peristiwa-peristiwa perubahan di tempat
pendidikan (change in school) berada pada peringkat 33 yang dapat menimbulkan
stress. Suatu sumber stres tidak hanya menyebabkan seseorang mengalami stres,
tetapi juga akan membuat individu mudah terpengaruh oleh stressor lain. Menurut
Holmes dan Rahe dalam Jannah (2006) ada hubungan yang erat antara sakit yang
serius dan jumlah kejadian stress yang dialami individu dalam kehidupannya
(Salihat & Mufattahah, 2008:7). 4 Stress juga sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain faktor fisik, lingkungan, kepribadian, kognitif,
sosial budaya (Susman dalam Santrock 2003), Orang dalam permasalahan atau stres
memiliki kecenderungan untuk menyelesaikan masalah secara berbeda-beda. Cara
mengatasi stress (coping) antara orang satu dengan yang lain berbeda. Menurut
Lazarus dan Folkman (1984) coping didefinisikan sebagai proses untuk mengelola
jarak antara tuntutantuntutan baik yang berasal dari individu maupun di luar
individu dengan sumbersumber daya yang digunakan dalam menghadapi tekanan.
Adapun bentuk-bentuk coping antara lain emotional focus coping dan problem
focus coping. Emotional focus coping yaitu usaha untuk mengatur respon
emosional terhadap stress dengan merubah cara dalam merasakan permasalahan atau
situasi yang mendatangkan stress. Sedangkan problem focus coping yaitu usaha
untuk mengurangi atau menghilangkan stres dengan mempelajari cara-cara atau
ketrampilan-ketrampilan baru untuk memodifikasi permasalahan yang mendatangkan
stres (Utomo, 2008). Selain itu, menurut Carver dkk (1989) strategy coping yang
lain antara lain strategy coping adaptive dan strategy coping maladaptive.
Strategy coping adaptive merupakan sikap yang lebih efektif dan bermanfaat
dalam mengatasi coping yang akan menurunkan kondisi tertekan, sedangkan
strategy coping maladaptive merupakan kecenderungan coping yang kurang
bermanfaat dan kurang efektif dalam mengatasi sumber stress dan akan menambah
kondisi tertekan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Rahmaturrizqi (2012)
menyebutkan bahwa semakin besar melakukan kecenderungan strategy coping
maladaptive, maka semakin tinggi kecenderungan dalam mengalami depresi. 5 Sama
halnya seperti UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang merupakan salah satu
Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) terkemuka di Indonesia. Dalam
pertemuan pada wali mahasiswa baru UIN Maulana Malik Ibrahim Malang 11 Agustus
2012, telah disebutkan bahwa mahasiswa baru selain menyandang status sebagai
mahasiswanya, siapapun yang belajar di kampus ini sekaligus berstatus sebagai
mahasantri. Selain harus menguasai Bahasa Inggris, para mahasiswa juga harus
mempelajari Bahasa Arab. Kepada para wali mahasiswa dijelaskan bahwa belajar di
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, sekalipun pada bidang ilmu yang sama, jauh
lebih berat dibanding belajar di kampus lainnya. Al Qur’an dan As Sunnah
dijadikan sumber berbagai ilmu, selain hasil-hasil observasi, eksperimentasi
dan penalaran logis. (Artikel OPAK, 15 Agustus 2012) Penerimaan mahasiswa baru
di Universitas ini dilakukan dengan tiga jalur yaitu, jalur PMDK, SNMPTN dan
jalur mandiri. Penerimaan mahasiswa melalui PMDK dilakukan dengan melihat prestasi
akademik calon mahasiswa di tingkat SLTA, sedangkan lewat jalur SNMPTN, UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang menerima mahasiswa melalui tes berskala nasional.
UIN bersaing dengan universitas lain yang tidak hanya PTAIN di bawah naungan
DEPAG akan tetapi juga PTN dibawah naungan DIKTI. Jalur mandiri yaitu UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang membuka pendaftaran sendiri. Oleh karena itu,
semua lulusan SLTA baik yang berlatar belakang pesantren maupun yang tidak
berlatar belakang pesantren bisa masuk menjadi mahasiswa UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang. (Nura, 2009) 6 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang mulai
melengkapi kampusnya dengan asrama mahasiswa yang kemudian disebut dengan nama
Ma’had Al Aly sejak akhir tahun 1999 yang lalu. Ma’had Al Aly ini oleh karena sudah
berumur lebih dari 10 tahun, maka sudah dirasakan menjadi bagian dari
universitas. Setiap mahasiswa yang mendaftar dan masuk UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang tanpa ada penjelasan sebelumnya sudah mengetahui, bahwa pada
tahun pertama, mereka harus masuk Ma’had. Meskipun tidak semua mahasiswa baru
pernah tinggal di pesantren. (Suprayogo, 2011). Dalam hal ini menuntut
mahasiswa baru tersebut untuk dapat menyesuaikan dirinya dalam Ma’had.
Berdasarkan wawancara dengan beberapa mahasiswa baru (September, 2012),
terdapat mahasiswa baru yang telah mampu menyesuaikan dirinya setelah lebih
dari 2 minggu tinggal di Ma’had, ada pula yang belum bisa menyesuaikan dirinya.
Mahasiswa baru yang belum bisa menyesuaikan dirinya, umumnya mereka yang pernah
mendapat sanksi atau teguran dari musryif musryifahnya, antara lain mengenai
pakaian yang terlalu ketat dan telat pulang ke Ma’had karena mengerjakan tugas
pada saat OPAK, musyrif atau musyrifah disini merupakan pendamping mahasiswa
baru yang tinggal di Ma’had, musyrif merupakan sebutan untuk pendamping
mahasiswa baru yang tinggal di Ma’had laki-laki, sedangkan musyrifah merupakan
sebutan untuk pendamping mahasiswa baru yang tinggal di Ma’had perempuan.
Mahasiswa baru tersebut merasa tidak bersalah sehingga membuat mereka kurang
bisa menerima aturan tersebut. Namun, bagi mahasiswa baru yang belum pernah
mendapat teguran dari musryif musryifahnya, mereka 7 mengatakan telah nyaman
tinggal di Ma’had meskipun padat dengan kegiatan dan banyaknya aturan selama di
Ma’had. Selain itu, ketika wawancara (September, 2012) dengan 2 orang musryifah
yaitu sebut saja mbak Fafa dan mbak Usfi, menyebutkan bahwa mahasiswa baru yang
masuk UIN Maulana Malik Ibrahim Malang berlatar belakang pendidikan yang
macam-macam, yaitu ada beberapa yang pernah tinggal di pesantren, ada pula yang
tidak pernah mengampu pendidikan di pesantren. Hal ini yang menyebabkan
berbedanya strategy coping yang dilakukan oleh mahasiswa tersebut. Ketika
mahasiswa baru tersebut diwajibkan untuk tinggal di Ma’had dan mengikuti setiap
kegiatan yang diadakan oleh pihak Ma’had, mahasiswa baru yang sebelumnya telah
terbiasa mengenyam pendidikan di pesantren, ketika mereka merasa jenuh, mereka
lebih memilih untuk tidak mengikuti kegiatan yang ada di Ma’had dan tidak takut
akan hukuman yang akan mereka dapatkan ketika tidak mengikuti kegiatan di
Ma’had karena hukuman bagi mereka sudah menjadi hal yang biasa disaat mereka
tinggal di pesantren. Hal ini merupakan salah satu bentuk dari strategy coping
yang maladaptif yaitu coping yang negatif yang menujukkan sikap yang kurang
bermanfaat dan kurang efektif dalam mengatasi sumber stress, namun sebaliknya,
mahasiswa yang belum pernah mengenyam pendidikan di pesantren, ketika mereka
jenuh atau tidak suka dengan kegiatan di Ma’had, mereka lebih memilih untuk
tetap mengikuti kegiatan tersebut meskipun terpaksa, daripada mereka harus
mendapatkan hukuman, karena sebelumnya mereka tidak pernah mengenal akan
hukuman itu. Hal ini merupakan bentuk strategy coping yang adaptif yaitu
menunjukkan bahwa mahasiswa tersebut 8 mampu menunjukkan sikap yang lebih
efekif dan bermanfaat dalam mengatasi sumber stress (Carver, dkk, 1989). Selain
pengalaman tempat tinggal mereka yang berbeda, mahasiswa baru yang perempuan
dengan mahasiswa baru yang laki-laki juga dapat mempengaruhi dalam strategy
copingnya dikarenakan mahasiswa baru perempuan memiliki kecenderungan stress
dua kali lebih besar dibanding mahasiswa baru yang lakilaki karena
kecenderungannya untuk menjadikannya harmonis namun sulit untuk bersikap asertif
terhadap lingkungannya sehingga cenderung menerima apa yang terjadi dalam
lingkungannya yang termasuk kedalam strategy coping adaptive, sehingga
mahasiswa baru perempuan lebih memiliki kecenderungan strategy coping yang
adaptif dibanding dengan mahasiswa baru laki-laki yang memiliki sikap lebih
dominan sehingga cenderung untuk berbuat semaunya yang akan mengarah ke
strategy coping yang maladaptif (Baron & Byrne, 2004). Selain itu,
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Falco (2008) menyebutkan bahwa seorang
mahasiswa Fakultas Kriminologi lebih bisa melihat masalah hukuman dengan baik.
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa kecenderungan orang dalam berbuat tidak
jauh berbeda dengan apa yang mereka pelajari seperti contoh pada mahasiswa yang
masuk dalam fakultas yang berhubungan dengan keagamaan, mereka akan cenderung
melakukan coping yang lebih adaptif dikarenakan mereka mempelajari ilmu
tersebut. Pengalaman tempat tinggal yang berbeda misalnya pernah tinggal di
pesantren dengan yang belum pernah tinggal di pesantren, jenis kelamin baik
yang laki-laki maupun yang perempuan, dan fakultas yang mereka pilih akan 9
mempengaruhi strategy coping yang digunakan. Memperhatikan hal itu, maka
peneliti berkeinginan untuk mengkaji lebih dalam mengenai Pengaruh Pengalaman
Tinggal di Pesantren, Jenis Kelamin, dan Fakultas terhadap Strategy coping yang
digunakan oleh mahasiswa baru. Selain itu, peneliti berkeinginan untuk
mengungkap fakta-fakta mengenai perngaruh Pengalaman Tinggal di Pesantren,
Jenis Kelamin, dan Fakultas terhadap Strategy Coping tersebut dengan mengambil
mahasiswa baru angkatan 2012 dengan pertimbangan bahwa telah memenuhi kriteria
pada penelitian ini. B. Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan di atas, maka
dapat dikemukakan rumusan permasalahan sebagai berikut: 1. Adakah pengaruh
pengalaman tinggal di pesantren terhadap strategy coping yang digunakan oleh
mahasiswa baru? 2. Adakah pengaruh jenis kelamin terhadap strategy coping yang
digunakan oleh mahasiswa baru? 3. Adakah pengaruh latar belakang fakultas
terhadap strategy coping yang digunakan oleh mahasiswa baru? 4. Adakah pengaruh
pengalaman tinggal di pesantren, jenis kelamin dan fakultas terhadap strategy
coping mahasiswa baru? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di
atas, maka dapat dikemukakan tujuan penelitian sebagai berikut: 10 1.
Mengetahui ada tidaknya pengaruh pengalaman tinggal di pesantren terhadap
strategy coping yang digunakan oleh mahasiswa baru. 2. Mengetahui ada tidaknya
pengaruh jenis kelamin terhadap strategy coping yang digunakan oleh mahasiswa
baru. 3. Mengetahui ada tidaknya pengaruh latar belakang fakultas terhadap
strategy coping yang digunakan oleh mahasiswa baru. 4. Mengetahui ada tidaknya
pengaruh pengalaman tinggal di pesantren, jenis kelamin dan fakultas terhadap strategy
coping mahasiswa baru. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara
teoritis penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran pada pengembangan
kelimuan psikologi terutama mengenai pengaruh pengalaman tinggal di pesantren,
jenis kelamin, dan fakultas terhadap strategy coping mahasiswa baru. 2. Manfaat
Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
yang bermanfaat bagi para mahasiswa, musyrif/musyrifah, orangtua, dosen
mengenai strategy coping yang telah dilakukan oleh mahasiswa baru, agar dapat
memberikan perlakuan yang sesuai terhadap mahasiswa baru yang berbeda
pengalaman tempat tinggal, jenis kelamin, dan fakultasnya.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Pengaruh pengalaman tinggal di pesantren, jenis kelamin, dan latar belakang fakultas terhadap strategy coping mahasiswa baru Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment