Abstract
INDONESIA:
Dunia keperawatan merupakan salah satu profesi yang memiliki resiko tinggi dalam terjadinya ketidakpuasan kerja bagi para pekerjanya. Sebagai sosial helper perawat dituntut untuk selalu memberikan palayanan yang memuaskan dalam kondisi sekritis apapun.Sedangkan, masing-masing individu memiliki tingkatan dan orientasi yang berbeda mengenai locus of control dalam dirinya . Locus of control sebagai pusat control terhadap perilaku individu mempunyai pengaruh yang besar bagi kehidupannya, termasuk terhadap kepuasan kerja seseorang. Perawat Puskesmas yang mempunyai tugas dan fungsi banyak, juga dituntut untuk mampu memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan sebaik mungkin. Dalam menjalankan tugas tersebut diperlukan keyakinan terhadap diri bahwasannya mampu mengendalikan / mengontrol kegiatan-kegiatan yang dilakukannya agar tercipta penilaian positif terhadap pekerjaannya. Dari sini penulis terinspirasi untuk meneliti tentang “ Hubungan Antara Locus Of Control Dengan Kepuasan Kerja Pada Perawat Di Puskesmas Sumobito Kabupaten Jombang”.
Adapun tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui tingkat locus of control pada Perawat Puskesmas Sumobito Kabupaten Jombang.(2) untuk mengetahui tingkat kepuasan kerja pada Perawat Puskesmas Sumobito Kabupaten Jombang. (3) untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara locus of control dengan kepuasan kerja pada Perawat di Puskesmas Sumobito Kabupaten Jombang.
Penelitian ini menggunakan paradigma penelitian kuantitatif dan jenis penelitiannya adalah penelitian regresional. Sampel diambil dari keseluruhan populasi yang berjumlah 14 orang. Pengambilan data menggunakan angket dengan skala Likert, dilengkapi dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS versi 16,0 for windows.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa pada variabel locus of control dalam kategori sedang. Terbukti dari hasil yang diperoleh yakni 12 perawat (86%) untuk kategori sedang, 2 perawat (14%) untuk kategori tinggi dan untuk kategori rendah 0% dari 14 Perawat. Pada variabel kepuasan kerja juga pada umumnya tergolong dalam kategori sedang. Terbukti dari 14 perawat diperoleh 12 perawat (86%) untuk kategori sedang, 2 perawat (14%) untuk kategori tinggi dan untuk kategori rendah 0%. Sedangkan hubungan antara Locus of control dengan kepuasan kerja Perawat di Puskesmas Sumobito Kabupaten Jombang dengan prosentase cukup besar yakni 58% yang ditunjukkan dengan hasil R square 0,580 pada output SPSS 16.0 for windows.
ENGLISH:
Nursing is one of profession that has high risk im dissatisfied for the nurses. As social helper, the nurse have to give best services in any condition, even bad condition. While, individuals have different levels and oriented about locus of control.It as the individual’s central control behavior has a great influences to her life, including the influences to job satisfaction. The nurses in Puskesmas who has the duties and function much, in demand to be able to provide heslth services to the community as quickly as possible. In carrying out the task that required self-confidence to be able to control the activity of the activities carried out, in order to created a positive perception of his work. From this side, the autor was inspires to make research about “The Correlation Between Locus Of Control With Job Satisfaction Of Nurses In Puskesmas Sumobito Kabupaten Jombang
The objectives of this research are: (1) To know Perception Level of locus of control of the nurses in Puskesmas Sumobito Kabupaten Jombang,(2) To know job satisfaction level of the nurses in Puskesmas Sumobito Kabupaten Jombang, (3) To know the perception correlations between locus of control with job satisfaction of nurses in Puskesmas Sumobito Kabupaten Jombang.
This research uses quantitative research paradigm and the type of research is regression research. The samples are taken from whole population, 14 persons. The data is taken by using questionnaire with likert scale and is supplemented with dialogue, observation and documentation validity and reliability test uses SPSS 16,0 for windows.
Due to the research it can be known that in the variable of the locus of control is categorically medium. It is proven, that 12 nurses (86%) are on medium categorization, 2 nurses (14%) are on high categorization, and are on low categorization is 0%. Generally, in the variable of job satisfaction also is categorically medium. It is proven from 14 nurses, they are 12 nurses (86%) on medium categorization, 2 nurses (14%) are on high categorization and on low categorization is 0%. While the locus of control could give correlated to the nurse’s job satisfaction with the biggest level is 58% showed by R. Square 0, 580% on SPSS 16.0 for windows output.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kehidupan setiap manusia tidak terlepas dari
berbagai aktifitas. Salah satu aktivitas tersebut diwujudkan dengan bekerja.
Pada dasarnya manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia bekerja untuk mendapatkan suatu kepuasan.
Karena dengan bekerja individu dapat menghasilkan suatu karya dari usahanya
sehingga dapat dinikmatinya. Sebagaimana menurut pendapat As’ad (2008: 46)
bahwa bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan
buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan. Mc. Gregor
menjelaskan bahwa seseorang itu bekerja karena bekerja itu merupakan kondisi
bawaan seperti bermain atau beristirahat, untuk aktif dan mengerjakan sesuatu.
Kemudian Smith dan Wakeley menyatakan bahwa seseorang didorong untuk
beraktivitas karena dia berharap hal ini akan membawa pada keadaan yang lebih
memuaskan dari pada keadaan sekarang. Pendapat dari Gilmer (1971), bahwa
bekerja itu merupakan proses fisik maupun mental manusia dalam mencapai
tujuannya. (As’ad 2008: 47). Seorang perawat dalam bekerja harus mampu
melaksanakan pelayanan keperawatan kepada masyarakat sebagai sarana kesehatan,
tugas mereka tidak sebatas bekerja untuk memenuhi kebutuhannya akan tetapi juga
mengandung 2 unsur melakukan kegiatan sosial untuk masyarakat. Adler (dalam
Alwisol 2010: 64) menjelaskan bahwa perasaan bersatu dengan orang lain (interes
sosial) ada sejak manusia dilahirkan dan menjadi syarat utama kesehatan jiwa.
Dalam buku pedoman Departemen Kesehatan (Depkes 1985, 1988, 1990) sesuai dengan
petunjuk Badan Kesehatan Dunia (WHO), tugas perawat dibagi dalam empat macam,
yaitu tugas-tugas administratif, edukatif, promotif dan eksekutif. Tugas-tugas
administratif perawat terutama meliputi pengumpulan berbagai informasi
kuantitatif yang menyangkut program- program kesehatan yang dilaksanakan.
Tugas-tugas edukatif meliputi penyuluhan kesehatan kepada masyarakat tentang
berbagai masalah kesehatan, sedangkan tugas-tugas promotif yang bertujuan agar
konsep-konsep dan praktek-praktek kesehatan yang masih baru dapat diterima
masyarakat, seperti penyuluhan tentang kesehatan pribadi, sanitasi, gizi,
kesehatan jiwa, imunisasi, KIA, pencegahan penyakit dan KB. Terakhir,
tugas-tugas eksekutif meliputi pelaksanaan pelayanan keperawatan. Perawat
ditugaskan untuk memberikan Pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat
(Perkesmas), yaitu melakukan kunjungan rumah untuk memberikan penyuluhan kepada
pasien dan keluarganya, memberikan perawatan kustodial (bed-side care) bila
diperlukan, dan mengajar mereka mengenai tindakan promotif dan preventif (Sciortino
1991:54). Menurut Depkes RI (1991) bahwa Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas)
sebagai organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan
kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan memberikan
pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada 3 masyarakat diwilayah kerjanya
dalam bentuk kegiatan pokok. Oleh karena itu Puskesmas dituntut agar memberikan
pelayanan publik kepada masyarakat sesuai dengan standar yang berlaku. Hal ini
dapat terwujud jika para tenaga medis termasuk para perawat yang bekerja di
Puskesmas mampu menjunjung profesionalitas dalam memberikan pelayanan terhadap
masyarakat. Dalam diri masing-masing individu terdapat letak kendali (locus of
control) yang menuntunnya untuk mempersepsikan apakah ia merasa mampu atau
tidak mampu mengendalikan kejadian yang terjadi dalam kehidupannya. Oleh karena
itu para perawat mempuyai pusat kontrol yang dapat mengatur semua perilakunya.
Sebagaimana telah dijelaskan Rotter (1966) bahwa locus of control adalah variabel
kepribadian yang mengacu pada persepsi individu tentang penyebab utama dari
peristiwa dalam kehidupan. Tempat kontrol dapat dibagi menjadi locus of control
internal dan locus of control eksternal. Individu dengan locus of control
internal, percaya bahwa mereka memiliki kendali atas nasib mereka. Mereka
cenderung yakin bahwa mereka memiliki keterampilan, kemampuan, dan upaya
menentukan sebagian besar pengalaman hidup mereka. Sedangkan individu yang
memiliki locus of control eksternal, percaya bahwa nasib mereka dikendalikan
oleh kekuatan eksternal seperti keberuntungan, kesempatan, nasib, atau kekuatan
lain (Igbeneghu &Popoola 2011:2). Levenson membagi menjadi 3 bagian dimensi
locus of control yaitu internality, chance, dan powerful others. Internality
merupakan dimensi yang dimiliki locus of control internal. Sedangkan chance,dan
powerful others dimiliki locus of control eksternal. Individu yang mempunyai
orientasi locus 4 of control internal percaya bahwa peristiwa yang terjadi di
dalam hidupnya dapat dikontrol, mempunyai tanggung jawab atas semua peristiwa
yang dialaminya, cenderung lebih giat, rajin, ulet, mandiri dan mempunyai daya
tahan lebih baik dari pengaruh sosial dan mempunyai tingkat kecemasan
rendah.(http://www.azawestern3.edu/psy/dgershaw/lol/controllukos.html).
Perbedaan orientasi yang dimiliki oleh masing-masing individu akan mempengaruhi
perbedaan dalam penilaian terhadap peristiwa atau situasi yang sedang dihadapi.
Selanjutnya juga akan mempengaruhi perbedaan dalam sikap dan tingkah laku individu
dalam menghadapi lingkungannya, baik hubungannya dengan dirinya sendiri
(lingkungan fisik individu) maupun lingkungan sosial dan termasuk penilaian
individu terhadap kepuasan kerja. Menurut Handoko dan Asa’ad (1987) berpendapat
bahwa kepuasan kerja merupakan penilaian atau cerminan dari perasaan pekerja
terhadap pekerjaannya (Triton 2009:164). Tiffin (dalam Anoraga 1995: 82)
menjelaskan bahwa kepuasan kerja berhubungan erat dengan sikap dari karyawan
terhadap pekerjaannya sendiri, situasi kerja, kerja sama antara pimpinan dengan
sesama karyawan. Kepuasan kerja tidak hanya berkaitan dengan kondisi pekerjaan,
kepribadian juga memainkan sebuah peran. Penelitian yang dilakukan oleh Robbins
& Judge menunjukkan bahwa individu yang mempunyai kepribadian negatif
(Sebagai contoh, mereka yang cenderung galak, kritis dan negatif) cenderung
kurang puas dengan pekerjaan mereka. (Robbins & Judge 2008:138). 5 Pada
dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individuil. Setiap individu
akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem
nilai-nilai yang berlaku pada dirinya. Ini disebabkan karena adanya perbedaan
pada masing-masing individu. Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang
sesuai dengan keinginan individu tersebut, maka semakin tinggi tingkat kepuasan
yang dirasakan, dan sebaliknya (As’ad 2008:104). Nad, Priscilla., Ramasoota,
Pantyp & Chompikul, Jiraporn (dalam Journal of Public Health and
Development 2010:28) melakukan penelitian yang menghasilkan bahwa Para perawat
dalam domain kepuasan kerja memiliki skor rata-rata 2,09 yang merupakan
tertinggi pada aspek pekerjaan dari aspek kepuasan kerja yang meliputi
pekerjaan, shift kerja, posisi permanen dan rotasi (perputaran) perawat. Secara
keseluruhan menyiratkan bahwa kepuasan kerja perawat rata-rata, berbatasan
antara cukup puas dan tidak terlalu puas. Perawat yang merasakan kepuasan
terhadap pekerjaannya, menilai bahwa dirinya telah mampu melaksanakan tugas
sebagai seorang perawat dengan baik dan benar, begitu pula sebaliknya. Locke (dalam
Munandar 2010:354) menjelaskan bahwa seorang individu akan merasa puas atau
tidak puas merupakan sesuatu yang pribadi, tergantung bagaimana ia
mempersepsikan adanya kesesuaian atau pertentangan antara keinginan-
keinginannya dan hasil keluarannya. 6 Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Herdi Arisaputro (2010) mengenai pengaruh locus of control terhadap kepuasan
kerja karyawan di PT. Jalur rejeki Surabaya menunjukkan ada pengaruh bersama -
sama variabel locus of control internal dan eksternal terhadap kepuasan kerja
karyawan PT. Jalur Rejeki. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Caugemi
dan Clypool (dalam As’ad 1991:115), menemukan bahwa hal-hal yang menyebabkan
rasa puas, adalah prestasi, penghargaan, kenaikan jabatan, dan pujian (dari
atasan/ pemimpin). Sedangkan faktor - faktor yang menyebabkan ketidak puasan
adalah kebijaksanaan perusahaan, supervisor/ pemimpin, kondisi kerja dan gaji.
Penelitian yang saya lakukan di lingkungan Puskesmas Sumobito Kabupaten Jombang
ini, menggunakan subjek penelitian para perawat yang bertujuan untuk mengungkap
hubungan dalam bentuk pengaruh locus of control dalam diri masing - masing
perawat terhadap kepuasan kerja. Para perawat yang bekerja menangani kegiatan -
kegiatan pelayanan keperawatan terhadap pasien dengan kuantitas pasien yang
tidak dapat diprediksi tentunya memiliki tingkat kepuasan kerja yang beragam.
Berdasarkan observasi awal pada perawat di Puskesmas Sumobito Kabupaten
Jombang, diketahui bahwa peranan sebagai perawat Puskesmas Sumobito Kabupaten
Jombang sangat kompleks. Perawat di Puskesmas Sumobito Kabupaten Jombang
memiliki tugas perawat yang tidak hanya sebatas menjalankan peranan berupa
tindakan-tindakan keperawatan yang berhubungan dengan tugas-tugas
administratif, edukatif, promotif dan eksekutif. Para perawat di Puskesmas
Sumobito juga melaksanakan tindakan kuratif berupa pemeriksaan medis, perawat
memeriksa dan mendiagnosis 7 pasien, merencanakan dan melakukan pengobatan
(termasuk menyuntik pasien), mengambil keputusan tentang pengobatan yang pasien
perlukan dirumah dan menulis resep untuk mengambil obat di Balai Pengobatan.
(Observasi dan wawancara 3-Maret-2012) Tindakan kuratif tersebut dilakukan atas
wewenang dari Dokter terhadap perawat untuk membantunya melaksanakan tindakan
keperawatan dan kuratif terhadap pasien. Dan menurut hasil wawancara yang telah
dilakukan, peneliti menemukan suatu fakta bahwa Perawat di Puskesmas Sumobito
Kabupaten jombang sebagaian merasa mampu mengendalikan kejadian yang terjadi
dalam kegiatan keperawatan di Puskesmas tersebut, dan sebagaian lainnya merasa
belum secara total. (Observasi dan wawancara 29- Maret sampai 6-April-2012)
Menurut Rolf & John, locus of control berhubungan erat dengan kesehatan.
Individu yang memiliki orientasi pada locus of control internal selalu mencari
informasi tentang suatu penyakit atau pentingnya kesehatan, dan selalu
melakukan tindakan preventif medis (Smet, 1994: 182). Observasi yang telah
dilakukan oleh peneliti menemukan bahwa jumlah perawat di Puskesmas Sumobito
Kabupaten Jombang berjumlah 14 orang, dengan rincian perawat yang bertugas
dikesehatan poli rawat inap sejumlah 10 orang, perawat yang bertugas di poli
rawat jalan berjumlah 2 orang, dengan rata-rata jumlah pasien 50 orang per
hari. Para perawat tersebut juga diperbantukan di bagian - bagian lain yang
membutuhkan. Puskesmas Sumobito Kab. Jombang memiliki dua daerah Puskesmas
Pembantu (PUSTU), yang terletak di daerah gedangan dan Curah malang, Kabupaten
Jombang. Masing-masing perawat yang diperbantukan di PUSTU Gedangan berjumlah 1
8 orang dan perawat yang diperbantukan di PUSTU Curah Malang berjumlah 1 orang.
Mereka bertugas hanya pada pelayanan rawat Jalan, biasanya dengan para pasien
yang mengalami penyakit ringan seperti flu, batuk, diare, demam dan pasien yang
menderita penyakit kronis yang kemudian ke Puskesmas Sumobito (Observasi dan
wawancara 12-April-2012). Kunjungan pasien di Puskesmas Pembatu dalam sehari
sangat banyak, Sementara jumlah perawat yang diperbantukan masing - masing di
PUSTU yakni di PUSTU Gedangan dan PUSTU Curah Malang hanya 1 Orang perawat.
Para perawat sering mengalami keterbatasan dalam melakukan pelayanan terhadap
para pasien, hal disebabkan kurangnya tenaga medis. Tenaga medis di PUSTU hanya
para perawat tersebut, sehingga terkadang para pasien yang ingin berobat harus
menunggu sedikit lama. (Observasi dan wawancara 16-April-2012). Blum (dalam
As’ad 1991:114) menjelaskan faktor - faktor yang memberikan kepuasan kerja
sebagai berikut: factor individual, meliputi umur, kesehatan, watak dan harapan,
factor sosial meliputi hubungan keluarga, pandangan masyarakat, kesempatan
berekreasi, kegiatan perserikatan pekerja, kebebasan berpolitik dan hubungan
kemasyarakatan, factor utama meliputi upah, pengawasan, ketentraman kerja,
kondisi kerja, dan kesempatan untuk maju. Selain itu juga penghargaan terhadap
kecakapan, hubungan social didalam pekerja, ketepatan didalam menyelesaikan
konflik antar manusia, perasaan diperlakukan adil baik yang menyangkut pribadi
maupun tugas. Menurut Hasil wawancara sebagian dari mereka merasa bisa
memerankan peran secara profesional sebagai Perawat, khususnya peran 9 sebagai
perawat Puskesmas. Perawat Puskesmas Sumobito, Kabupaten Jombang mampu
melakukan penanganan terhadap pasien dengan siap siaga dalam berbagai tindakan
keperawatan dan pengobatan. Seperti tindakan keperawatan dan pengobatan pada
pasien rawat jalan dengan gangguan penyakit fisik ringan seperti batuk, flu,
demam, diare, Penyakit sendi, dan bagi pasien rawat jalan yang memiliki
penyakit fisik berbahaya seperti Asma, TBC, hipertensi, Kusta dan lain - lain.
Tindakan perawatan dan pengobatan bagi pasien rawat inap seperti demam
berdarah, asma, Hipertensi, Diabetes millitus, Kelenjar paru-paru dan lainnya.
Selain itu tindakan perawatan dan pengobatan bagi pasien yang bersifat
kondisional seperti korban kecelakaan. Akan tetapi sebagaian dari mereka merasa
kesulitan dalam mengendalikan situasi kerja di Puskesmas. Mereka menilai bahwa
kesulitan tersebut dikarenakan jumlah rekan perawat yang sedikit dalam
menangani pasien yang begitu banyak. Sehingga mereka kurang merasakan kepuasan
kerja, dan terkadang mengeluh, meninggalkan pekerjaan sebelum jam kerja
berakhir atau tidak masuk kerja saat lelah bekerja. (Observasi dan wawancara
17- April-2012 sampai 27-April-2012). Berangkat dari latar belakang ini,
Peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan Antara Locus Of Control
Dengan Kepuasan Kerja Pada Perawat Di Puskesmas Sumobito Kabupaten Jombang”. 10
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana tingkat locus of control pada Perawat Puskesmas
Sumobito Kabupaten Jombang? 2. Bagaimana tingkat kepuasan kerja pada Perawat
Puskesmas Sumobito Kabupaten Jombang? 3. Apakah terdapat hubungan antara locus
of control dengan kepuasan kerja pada Perawat di Puskesmas Sumobito Kabupaten
Jombang? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui tingkat locus of control pada
Perawat Puskesmas Sumobito Kabupaten Jombang. 2. Untuk mengetahui tingkat
kepuasan kerja pada Perawat Puskesmas Sumobito Kabupaten Jombang. 3. Untuk
mengetahui apakah terdapat hubungan anatara locus of control dengan kepuasan
kerja pada Perawat di Puskesmas Sumobito Kabupaten Jombang. D. Manfaat
Penelitian Penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain ialah : 1.
Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan di
bidang psikologi dan dapat memberi gambaran mengenai hubungan locus of control
terhadap kepuasan kerja. 11 2. Dari segi praktis, hasil penelitian ini
diharapkan dapat membantu memberikan informasi khususnya kepada pihak Puskesmas
mengenai pentingnya kepuasan kerja untuk menunjang keberhasilan program
pelayanan pasien. Dan adanya locus of control dalam diri setiap perawat yang
akan mempengaruhi pelayanan keperawatan terhadap pasien.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Hubungan antara locus of control dengan kepuasan kerja pada perawat di Puskesmas Sumobito Kabupaten Jombang" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment