Abstract
INDONESIA:
Kepercayaan diri merupakan keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk mencapai kesuksesan dalam hidup. Perilaku konsumtif adalah tindakan konsumen dalam mendapatkan, menggunakan, dan mengambil keputusan dalam memilih suatu barang yang belum menjadi kebutuhannya serta bukan menjadi prioritas utama, hanya karena ingin mengikuti mode, mencoba produk baru, bahkan hanya untuk memperoleh pengakuan sosial dengan dominasi faktor emosi sehingga menimbulkan perilaku konsumtif. Sikap ini muncul karena banyak faktor, yang salah satunya adalah iklan. Banyak iklan yang menggambarkan seseorang yang tidak percaya diri hingga akhirnya menjadi luar biasa percaya diri setelah menggunakan suatu produk (terutama iklan-iklan kosmetik dan perawatan tubuh). Biasanya orang yang mengalami kenaikan status sosial akan cenderung sangat konsumtif untuk menyesuaikan dengan statusnya yang baru atau untuk tampil lebih percaya diri dalam berinteraksi dengan "level" barunya. Ada juga orang yang menggunakan barang-barang bermerk untuk menutupi ketidakpercayaan diri akan fisiknya. Orang yang seperti itu maka akan cenderung berperilaku konsumtif karena kurang kepercayaan dalam dirinya.
Penelitian dilakukan pada mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Populasi penelitian yang diteliti adalah mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan sampelnya adalah mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang sebanyak 198 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive random sampling. Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa skala kepercayaan diri dan skala perilaku konsumtif dengan menggunakan model skala likert. Analisis deskriptif menggunakan kategori Mean dan Standar Deviasi. Analisis Korelasional menggunakan teknik analisis korelasi product moment.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepercayaan diri pada mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang berdasarkan hasil analisis data berada pada kategori tinggi sebesar 160 mahasiswa dengan prosentase 80,8%. Sedangkan untuk tingkat perilaku konsumtif pada mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang berada pada kategori rendah sebesar 119 mahasiswa dengan prosentase 60,1%. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan antara kepercayaan diri mahasiswa baru dengan perilaku konsumtif remaja Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, yang ditunjukkan dengan hasil korelasi antara kepercayaan diri dengan perilaku konsumtif sebesar -0.128 dengan taraf signifikansi sebesar 0,072 (p>0.05).
ENGLISH:
Confidence is a belief in yourself to achieve success in life. Consumer behavior is the act of consumers in obtaining, using, and make decisions in choosing an item is not a requirement and not a top priority, just to follow fashion, try new products, even just to gain social recognition by the dominance of emotional factors that cause the behavior consumptive. This attitude is emerging due to many factors, one of which is advertising. Many ads that depict a person who does not believe in themselves until it became tremendous confidence after using a product (especially the advertisements of cosmetics and body care). Usually people who have experienced an increase in social status is likely to be very consumer to adjust to a new status or to appear more confident in interacting with the "level" new. There are also people who use branded goods to cover themselves will distrust his physical. People who like it then it will tend to behave because of lack of confidence in the consumer himself.
The study was conducted at the State Islamic University student Maulana Malik Ibrahim Malang. The design of the study is a quantitative research with this type of correlational research. The study population under study is a student of the State Islamic University Malang Maulana Malik Ibrahim and the sample was a student of the State Islamic University Malang Maulana Malik Ibrahim as many as 198 people. The sampling technique used was purposive random sampling. Types of instruments used in this study of self-esteem scale and the scale of consumer behavior using a Likert scale models. Descriptive analysis using the categories mean and standard deviation. Correlational analysis using product moment correlation analysis techniques.
Level of confidence in the UIN Maulana Malik Ibrahim Malang is based on the results of data analysis in the category of 160 students with a high percentage of 80.8%. As for the level of consumer behavior on the student UIN Maulana Malik Ibrahim Malang was in the low category for 119 students with 60.1% percent. These results indicate that there is no relationship between the level of confidence of new students with consumer behavior adolescents State Islamic University Malang Maulana Malik Ibrahim, as indicated by the correlation between consumer confidence in the behavior of -0128 with significance level of 0.072 (p> 0.05).
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Perkembangan zaman yang semakin cepat ini,
mempercepat pula perkembangan informasi di era global ini. Segala sesuatu yang
terjadi di dunia ini dapat begitu mudahnya diakses dalam hitungan detik, tidak
terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang dikemas melalui periklanan
yang begitu menarik. Begitu juga dengan masalah budaya, ilmu pengetahuan dan
teknologi yang juga berkembang begitu pesat. Remaja biasanya mempunyai tren
tersendiri yang dapat dilihat dalam perwujudan sikap mereka. Pada masa remaja
akhir dimana mereka mulai memasuki masa dewasa awal, perubahan-perubahan
terhadap sikap dan pemikiran telah mulai terlihat. Perwujudan sikap tersebut
biasanya terjadi di masayarakat perkotaan yang disebabkan karena kehidupan kota
yang semakin kompleks. Menyikapi hal tersebut, para remaja seharusnya memiliki
kepercayaan diri yang tinggi sehingga mampu melakukan sesuatu dengan sendiri
dan mampu mengontrol segala sesuatu yang ada pada dirinya. Menurut Monks (2002:
258), remaja sudah tidak termasuk golongan anak, dan juga tidak termasuk
golongan orang dewasa atau orang tua. Remaja berada di antara anak dan orang
dewasa. Remaja masih belum mampu untuk menguasai fungsi-fungsi fisik maupun
psikisnya. Jika ditinjau dari segi tersebut mereka masih termasuk golongan
kanak-kanak. Remaja pada umumnya adalah mereka yang masih belajar di Sekolah
Menengah atau Perguruan Tinggi. Orang tua harus dapat memahami kapan munculnya
masa-masa sulit yang dihadapi oleh anak yang dapat membuat anak lebih rentan
dan cenderung menurun kepercayaan dirinya (Hartley, 2000: 217). Percaya diri
itu berawal dari diri sendiri, bagaimana tekad kita untuk melakukan yang kita
inginkan dan butuhkan dalam menjalani proses kehidupan. Untuk dapat membentuk
kepercayaan diri pada dasarnya berawal dari keyakinan diri kita sendiri,
bagaimana kita dapat menghadapi segala tantangan dalam kehidupan sehingga kita
mampu berbuat sesuatu untuk menghadapi segala tantangan yang ada (Anjelis,
2002: 10). Ego seorang anak remaja sebagai individu yang sedang berada dalam
masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, biasanya sangat tinggi.
Mereka cenderung melakukan berbagai hal untuk menunjukkan eksistensi diri.
Mereka tidak mau dianggap anak-anak, sedangkan untuk bertindak secara dewasa
mereka belum mampu. Mereka menjadi orang yang sering serba salah dalam
bertindak (Laili, 2007: 1). Berdasarkan fakta dan fenomena yang ada, banyak
sekali kasus yang terjadi pada mahasiswa dimana mereka masih tergolong remaja
akhir. Kasus yang sering terjadi pada mahasiswa adalah perilaku konsumtif.
Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku konsumtif, salah satunya
adalah sikap pendirian pembeli dan kepercayaan terhadap penjual karena
pendirian yang tidak stabil maka akan menyebabkan perilaku konsumtif. Perilaku
konsumtif merupakan suatu fenomena yang banyak melanda kehidupan masyarakat.
Fenomena ini menarik untuk diteliti mengingat perilaku konsumtif juga banyak melanda
kehidupan remaja yang sebenarnya belum memiliki kemampuan finansial untuk
memenuhi kebutuhannya. Remaja memang sering dijadikan target pemasaran berbagai
produk industri, antara lain karena karakteristik mereka yang labil, spesifik
dan mudah dipengaruhi sehingga akhirnya mendorong munculnya berbagai gejala
dalam perilaku membeli yang tidak wajar. Membeli dalam hal ini tidak lagi
dilakukan karena produk tersebut memang tidak mengikuti arus mode, hanya ingin
mencoba produk baru, ingin memperoleh pengakuan sosial dan sebagainya (Gunita,
2006:1). Perilaku konsumtif pada remaja sebenarnya dapat di mengerti bila
melihat usia remaja sebaga usia peralihan dalam mencari identitas diri. Remaja
ingin diakui eksistensinya oleh lingkungan dengan berusaha menjadi bagian dari
lingkungan itu. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain
yang sebaya itu menyebabkan remaja berusaha untuk mengikuti berbagai atribut
yang sedang tren. Apa yang dikenakan oleh seorang artis yang menjadi idola para
remaja menjadi lebih penting (untuk ditiru) dibandingkan dengan kerja keras dan
usaha yang dilakukan artis idolanya itu untuk sampai pada kepopulerannya
(Tambunan, 2001: 1). Bagi kebanyakan remaja, menganut gaya hidup seperti ini
merupakan cara yang paling tepat untuk dapat ikut masuk ke dalam kehidupan
kelompok sosial yang diinginkan. Remaja merupakan obyek yang menarik untuk
diminati oleh para ahli pemasaran. Kelompok usia remaja adalah salah satu pasar
yang potensial bagi produsen. Alasannya antara lain karena pola konsumsi
seseorang terbentuk pada usia remaja. Di samping itu, remaja biasanya mudah
terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realistis dan cenderung
boros dalam menggunakan uangnya (Tambunan, 2001:1). Kebutuhan remaja
kadang-kadang tidak dapat dipenuhi apabila dihubungkan dengan nilai agama,
nilai sosial maupun adat kebiasaan masyarakat di sekitar lingkungannya. Remaja
dalam perkembangannya akan menerima banyak hal yang dilarang oleh agama yang
dianutnya. Hal ini akan menjadikan pertentangan antara pengetahuan dan
keyakinan yang diperoleh dengan praktek masyarakat di lingkungannya (Umami,
1999: 30). Perilaku konsumsi tidak dapat dipisahkan dari peranan keagamaan.
Peranan keimanan seseorang menjadi tolak ukur penting karena keimanan
memberikan cara pandang dunia yang cenderung mempengaruhi kepribadian manusia,
yaitu dalam bentuk perilaku, selera, sikap-sikap terhadap manusia. Keimanan
sangat mempengaruhi sifat kuantitas dan kualitas konsumsi baik dalam bentuk
kepuasan material maupun spiritual (Khoir, 2011: 2). Perilaku konsumtif pada
remaja diduga terkait dengan karakteristik psikologis tertentu yang dimiliki
oleh remaja yaitu tingkat konformitas terhadap kelompok sebaya. Seperti
diketahui masa remaja merupakan tahapan peralihan antara masa anak-anak dengan
masa dewasa yang ditandai dengan berbagai perubahan baik dalam aspek fisik,
sosial dan psikologis. Perubahan tersebut sebagai upaya menemukan jati diri
atau identitas diri. Upaya untuk menemukan jati diri berkaitan dengan bagaimana
remaja menampilkan dirinya. Mereka ingin kehadirannya diakui sebagai bagian
dari komunitas remaja secara umum dan secara khusus bagian dari kelompok sebaya
mereka. Demi pengakuan tersebut, remaja seringkali bersedia melakukan berbagai
upaya meskipun mungkin hal itu bukan sesuatu yang diperlukan atau berguna bagi
mereka bila yang melihat hal itu adalah orang tua atau orang dewasa lainnya
(Gunita, 2006: 13). Jika remaja membeli barang hanya untuk memperoleh pengakuan
dari orang lain tanpa pertimbangan yang rasional, maka hanya akan menyebabkan
remaja semakin terjerat dalam perilaku konsumtif. Bila remaja terjerat dalam
hidup yang konsumtif maka kebutuhan yang menjadi prioritas utama menjadi tidak
terpenuhi. Akibatnya terjadi pemborosan karena remaja membelanjakan sebagian besar
uangnya untuk mengejar gengsi semata. Orang tua pun tentunya akan keberatan
jika sebagian besar uang yang diberikan kepada anaknya digunakan untuk hal-hal
yang kurang bermanfaat (Gunita, 2006: 15). Perilaku konsumtif mempunyai
beberapa dampak negatif yaitu menimbulkan pemborosan. Secara psikologis
perilaku konsumtif menyebabkan seseorang mengalami kecemasan dan rasa tidak
aman. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Evi
Syafi‟ah (2006: 76), menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang
signifikan antara kesadaran beragama dan perilaku konsumtif pada remaja putri
sebesar 41.4%. Penelitian lain yang dilakukan oleh Putra (2003: 6) terhadap
loyalitas merek antara konsumen terhadap produk parfum, menyimpulkan bahwa
konsumen tipe kepribadian introvert mempunyai loyalitas merek lebih tinggi
daripada konsumen dengan tipe kepribadian ekstrovert. Hal ini menunjukkan bahwa
faktor internal (dalam diri individu) seperti halnya ciri-ciri kepribadian,
turut berperan dalam menentukan perilaku membeli individu. Kecenderungan dalam
perilaku konsumsi yang tidak baik dapat ditemukan dalam bentuk sikap boros,
royal dan suka menghambur-hamburkan uang yang dilakukan oleh sebagaian besar
remaja saat ini, banyak dari mereka yang menganggap bahwa uang yang mereka
miliki memang sudah menjadi hak mereka yang dapat digunakan semaunya saja.
Perilaku seperti ini merupakan perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran Islam,
karena Islam tidak membolehkan sikap bermewah-mewah serta melarang sikap boros
dan mubazir. Kecenderungan perilaku konsumtif dibentuk oleh banyak faktor,
diantaranya menurut Dittmann (dalam Fransisca, 2005: 176) yaitu media iklan.
Iklan merupakan pesan yang menawarkan sebuah produk yang ditujukan kepada
khalayak lewat suatu media yang bertujuan untuk mempersuasi masyarakat untuk
melakukan suatu tindakan memakai produk yang ditawarkan. Banyak iklan yang
menggambarkan seseorang yang tidak percaya diri hingga akhirnya menjadi luar
biasa percaya diri setelah menggunakan suatu produk (terutama iklan-iklan
kosmetik dan perawatan tubuh). Biasanya orang yang mengalami kenaikan status
sosial akan cenderung sangat konsumtif untuk menyesuaikan dengan statusnya yang
baru atau untuk tampil lebih percaya diri dalam berinteraksi dengan
"level" barunya. Ada juga orang yang menggunakan barang-barang
bermerk untuk menutupi ketidakpercayaan diri akan fisiknya. Orang yang seperti
itu maka akan cenderung berperilaku konsumtif karena kurang kepercayaan dalam
dirinya. Mahasiswa yang dijadikan populasi penelitian adalah mahasiswa UIN
Maliki Malang. Penampilan mahasiswa UIN sekarang lebih mengikuti tren atau mode
saat ini. Contohnya salah satu kerudung atau jilbab yang dipakai mahasiswa
sekarang tidak hanya berfungsi sebagai penutup aurat saja melainkan juga
sebagai aksesoris untuk menambah kepercayaan diri penggunanya. Para mahasiswa
UIN yang dulunya kuliah memakai rok atau celana yang tidak ketat, sekarang
berganti menjadi celana pensil (celana yang lagi tren sekarang). Sepatu juga
berganti menjadi sepatu high heels atau hak tinggi. Berdasarkan observasi di
ma‟had al-„aly (18 Maret 2012 : 09.00) dapat diketahui bahwa banyak dari
mahasiswa baru yang memakai pakaian dan barang yang lagi tren saat ini. Kampus
UIN yang perkuliahannya didasarkan pada ajaran agama Islam, dimana mahasiswa
semester 1 dan 2 diwajibkan untuk tinggal di ma‟had al-„aly seharusnya
mahasiswa lebih mampu menekan atau meminimalisir perilaku konsumtif yang
terjadi karena dalan ajaran agama Islam, perilaku konsumtif atau boros
merupakan perilaku yang tidak disukai oleh Allah swt. Perilaku tersebut sudah
termasuk perilaku konsumtif, dimana mahasiswa membeli suatu produk hanya untuk
mengikuti tren saja atau hanya karena kesenangan sesaat tanpa mempertimbangkan
manfaat dan harga. =Ïtä w ¼çm¯RÎ) 4 (#þqèùÎô£è@ wur (#qç/uõ°$#ur (#qè=à2ur 7 Éfó¡tB Èe@ä. yZÏã ö/ä3tGt^Î (#räè{ tPy#uä ûÓÍ_t6»t * ÇÌÊÈ tûüÏùÎô£ßJø9$#
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan
dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Q. S. Al-„Araf: 31) (Depag RI, 2005: 218).
Makna dari ayat di atas adalah larangan bagi umat manusia untuk tidak berlaku
berlebihan dalam hal apapun karena Allah tidak menyukai orang yang
berlebih-lebihan. Sesuatu yang berlebih-lebihan juga tidak baik bagi umat
manusia karena banyak dampak negatif yang nantinya akan terjadi. Berdasarkan
observasi di ma‟had al-aly (12 Mei 2012 : 15.00) diketahui bahwa ada beberapa
mahasiswa yang sudah menggunakan teknologi yang lagi tren saat ini seperti
telepon genggam (Hp) dengan merek blackberry atau android, laptop mini atau
ipad, dsb. Mahasiswa tersebut menggunakan uang saku yang mereka kumpulkan untuk
membeli telepon genggam (Hp) tersebut. Hal ini juga didukung oleh pemaparan
dari salah satu subyek yang di wawancarai “saya membeli BB ini dari uang saku
yang saya kumpulkan, karena saya merasa lebih keren jika mempunyai barang yang
lagi tren saat ini, saya juga bisa lebih dikenal oleh teman-teman saya”. Para
mahasiswa menginginkan hal yang lebih, karena ingin terlihat keren, lebih
percaya diri dengan mengikuti tren saat ini dan juga agar bisa dikenal oleh
teman-temannya sehingga mereka memutuskan dengan cara membeli barang-barang
yang kurang dibutuhkan. Kepercayaan diri merupakan keyakinan yang ada pada diri
seseorang (Barbara, 2005; 10). Hartley (2000; 165) menambahkan anak laki-laki
lebih percaya diri pada usia 14 tahun (ketika kepercayaan diri berada pada
titik terendah bagi sebagian besar anak perempuan) dan kurang percaya diri pada
usia 19 tahun. Tidak seorangpun dapat mengembangkan kepercayaan diri jika ia
tidak mempercayai dirinya atau tidak memiliki harapan teguh bahwa sikap orang
lain itu dapat dipercaya dan dapat diprediksi. Agama Islam sangat mendorong
umatnya untuk memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Manusia adalah makhluk
ciptaan-Nya yang memiliki derajat paling tinggi karena kelebihan akal yang
dimiliki, sehingga sepatutnyalah ia percaya dengan kemampuan yang dimilikinya,
sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Imron ayat 139. Subjek yang
digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang berada pada usia remaja
akhir, alasan pemilihan remaja akhir ini adalah karena remaja tidak lagi
kekanak-kanakan dan mampu membebaskan dirinya dari ketergantungan terhadap
orang tua dan orang lain. Remaja juga memperlihatkan tingkah laku yang secara
sosial dapat dipertanggungjawabkan (Umami, 1999: 24-25). Untuk mengungkap
hubungan antara keduanya maka akan diteliti dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif, dimana dari penelitian ini akan diketahui seberapa tinggikah
tingkat kepercayaan diri mahasiswa baru sehingga dapat berperilaku sesuai
dengan kemampuannya yang disertai dengan membeli barang sesuai dengan
kebutuhannya bukan didasarkan atas keinginan dan kesenangan sesaat. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan dan melihat fenomena-fenomena yang ada, maka
peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Hubungan Kepercayaan
Diri Mahasiswa Baru dengan Perilaku konsumtif remaja Universitas Islam Negeri
(UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan paparan di
atas, maka rumusan masalah yang dapat dirumuskan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat kepercayaan diri pada mahasiswa baru UIN
Maliki Malang? 2. Bagaimana tingkat perilaku konsumtif pada mahasiswa baru UIN
Maliki Malang? 3. Apakah ada hubungan antara kepercayaan diri mahasiswa baru
dengan perilaku konsumtif UIN Maliki Malang? C. Tujuan Penelitian Sejalan
dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat kepercayaan diri pada mahasiswa baru UIN Maliki
Malang. 2. Untuk mengetahui tingkat perilaku konsumtif pada mahasiswa baru UIN
Maliki Malang. 3. Untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan diri mahasiswa
baru dengan perilaku konsumtif remaja UIN Maliki Malang. D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat
baik berupa teoritis maupun praktis: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan sumbangan, masukan dan informasi yang berarti bagi
perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi sosial dan psikologi konsumen
terutama dalam hal pengaruh perilaku konsumtif remaja terhadap tingkat
kepercayaan diri. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Orang Tua Diharapkan dapat
memberikan pengetahuan kepada orang tua tentang pentingnya pengawasan dan
bimbingan terhadap kehidupan remaja khususnya perilaku konsumtif yang sering
menimpa kehidupan remaja. b. Bagi Remaja Penelitian ini dapat menjadi acuan
bagi remaja (mahasiswa) dalam pembinaan pribadi yang sehat terutama berhubungan
dengan pembelian suatu produk agar dapat lebih mengutamakan kebutuhan yang
menjadi prioritas utama bukan berdasarkan keinginan atau gengsi semata
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Hubungan kepercayaan diri mahasiswa baru dengan perilaku konsumtif remaja di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang." Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment