Abstract
INDONESIA:
Keadaan di asrama dengan peraturan dan kondisi yang berbeda dengan di rumah bisa menjadi sumber tekanan (stresor) sehingga dapat menyebabkan stres. Akibat buruk stres adalah kelelahan hingga mengakibatkan turunnya produktivitas dalam belajar maupun aktivitas pribadi. Setiap orang pernah mengalami stres. Tingkatannya pun berbeda-beda antara individu yang satu dengan yang lain, dari yang ringan sampai yang berat. Sekecil apapun tingkatan stres biasanya tetap akan membawa dampak negatif dalam kehidupan, khususnya berkaitan dengan kesehatan. Untuk mengurangi tingkat stres tersebut seorang santri/siswa haruslah menerapkan rasa syukur kedalam dirinya. Kebersyukuran itu sendiri dapat dimulai dengan menerapkan perilaku qona’ah ataupun ikhlas dengan segala keadaan yang ada. Begitu juga seseorang yang selalu bersyukur dalam setiap harinya, mereka akan selalu merasa kelimpahan, tidak pernah merasa kekurangan dll dalam setiap harinya.
Penelitian ini dilakukan di YPM Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang, yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kebersyukuran, tingkat stres dan juga untuk membuktikan apakah ada hubungan antara kebersyukuran dengan tingkat stres pada santri kelas X YPM Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang.
Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif korelasional. Subyekpenelitian berjumlah 113 santri/siswa SMA YPM Al-Rifa’ie. Pengambilan data menggunakan 2 skala berbentuk Likert, yaitu skala kebersyukuran dan skala stres, juga dilengkapi dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan untuk pengolahan data dianalisis dengan Product Moment Correlation dari Pearson, dan untuk menguji realibilitas dan daya beda peneliti memakai rumus Alpha Cronbach dengan bantuan program SPSS 16.0 for Windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian ini tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan. Hal ini disebabkan karena ada beberapa faktor yang kurang mendukung dan tidak diukur dalam penelitian ini. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai r_xy = 0.037 dan p = 0.697 (p < 0.05) yang berarti tidak adanya keterkaitan antara kebersyukuran dengan stres.
ENGLISH:
The different situation between in home and dormitory can be source of preasure or stress or that may stress. The worst impact of stress is fatigue, decrease in productivity learning and personal activities. Everyone has experienced stress. The levels also vary from one individual to another, from mild to severe. Slightest stress levels usually remain will have negative impacts on the lives, particularly with regard to health. The students must apply gratitude into itself to reduce the stress level. Gratitude can begin to implement the behavior or sincerity qona'ah with all existing circumstances. Someone who is always grateful in every day, they will always find abundance, never feel deprived etc on a daily basis.
This study is in Al-Rifa'ie YPM Gondanglegi Malang, with the aim to determine the level of gratitude in class X students, and then to determine the level of stress and also to prove whether there is a relationship between the level of stress on gratitude class X students YPM Al-Rifa 'ie Gondanglegi Malang.
The design of this study using a quantitative correlation. Subjects numbered 113 high school students YPM Al-Rifa'ie. Retrieval of data using two Likert scale form, the scale and the scale stress gratitude, also comes with interviews, observation, and documentation. As for processing the data were analyzed with Pearson Product Moment Correlation of, and to test the reliability and power of different researchers used Cronbach alpha formula with SPSS 16.0 for Windows.
The results showed that in this study showed no significant relationship. It due to the presence of many factor is less support in the study. In this case it can be seen that rxy = 0.037 and p = 0,697 (p< 0.05) in this case means no link between gratitude with stress.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi, bahkan dapat dikatakan
tertinggi di Asia. Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang sudah dilaksanakan
di Indonesia lebih dari 20 tahun, agaknya lebih menekankan pada aspek anak
saja. Berbagai program dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan anak,
seperti imunisasi, penimbangan bayi dan balita, penggelakan ASI, perbaikan
gizi, sedangkan aspek ibu menjadi terlupakan. Tingginya Angka Kematian Ibu
(AKI) menandakan bahwa derajat kesehatan ibu masih belum seperti yang
diharapkan. Kematian ibu ternyata masih merupakan salah satu masalah utama kesehatan
masyarakat. Penurunan AKI sangat lambat, yaitu 450 per 100.000 pada tahun 1986,
menjadi 425 per 100.000 pada tahun 1992. Perbedaan tiap provinsi cukup besar,
yaitu berkisar antara 130-750 per 100.000 kelahiran hidup. AKI tersebut 3-5
kali AKI Negara ASEAN lainnya, atau 50 kali AKI Negara maju (Mohammad, 1995
dalam Nurul Ainy : 2011). Angka kematian pada ibu hamil mencapai 80% karena
diakibatkan oleh rasa khawatir, was-was, gelisah, takut dan cemas dalam
mengadapi kehamilan. Perasaan-perasaan yang muncul antara lain berkaitan dengan
keadaan janin yang dikandungnya, ketakutan dan kecemasan dalam 2 menghadapi
persalinan serta perubahan-perubahan fisik dan psikis yang terjadi (hasil
penelitian terhadap ibu hamil yang dilakukan oleh Damayanti, 1995 dalam Nurul
Ainy : 2011). Kehamilan merupakan episode dramatis dari kondisi biologis maupun
psikologis yang tentunya memerlukan adaptasi dari seorang wanita yang sedang
mengalaminya. Sebagian besar wanita menganggap bahwa kehamilan adalah kodrati
yang harus dilalui, namun sebagian lagi menganggapnya sebagai peristiwa yang
menentukan kehidupan selanjutnya. Perubahan fisik dan emosional yang kompleks,
memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan
yang terjadi. Persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat menjadi pencetus
berbagai reaksi psikologis mulai dari reaksi emosional yang ringan hingga ke
tingkat gangguan jiwa yang berat (Nely Ilmi, 2011). Kehamilan adalah suatu
periode kritis yang mematangkan dan dapat menimbulkan stres. Konsep dirinya
telah berubah, siap menjadi orang tua dan menyiapkan peran barunya (Herawati
Mansur, 2009). Kehamilan sendiri adalah suatu masa yang dinanti-nantikan dalam
sebuah kehidupan keluarga, dimana akan hadirnya anggota keluarga baru. Kesiapan
dalam hal fisik maupun psikis menjadi hal penting dalam kehamilan. Kesiapan hal
fisik misalnya sehat secara jasmani, memiliki daya tahan tubuh yang kuat, usia
yang baik untuk melahirkan. Demikian juga dalam hal psikis, dimana diperlukan
kematangan berfikir untuk menghindari pemikiran-pemikiran negatif, perasaan
takut, perasaan 3 khawatir yang semua itu akan berdampak pada kesiapan ibu
untuk menjalankan proses kehamilan. Pada ibu hamil persepsi atau hasil
pemikiran yang mengarah pada proses kehamilan akan menimbulkan beban, tanggung
jawab dan peran yang baru (khusus pada ibu) bisa menjadi penyebab ketegangan
atau stress (Minarni Harianto, 2010). Minarni menjelaskan bahwa terjadi
perubahan psikologis yang sering dialami oleh ibu bersalin meliputi : 1.
Persepsi terhadap rasa sakit 2. Takut dan cemas 3. Kepribadian 4. Kelelahan 5.
Pengharapan Kehamilan jika ditinjau dari usia kehamilan dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu kehamilan trimester pertama (0-12 minggu), kehamilan trimester
kedua (12-28 minggu) dan kehamilan trimester ketiga (28-40 minggu). Trimester
ketiga biasanya disebut periode menunggu dan waspada sebab pada saat itu ibu
tidak sabar menunggu kehadiran bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut
merupakan dua hal yang mengingatkan ibu akan bayinya. Kadang-kadang ibu
merasakan khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu. Sering sekali ibu
merasa khawatir atau takut kalau-kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak
normal. Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan 4 bahaya
fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan (Ummi Hani, dkk : 2010). Rasa
tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali dan banyak ibu yang merasa dirinya
aneh dan jelek. Selain itu, ibu juga merasa sedih karena akan berpisah dengan
bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil. Pada
semester ini, ibu memerlukan ketenangan dan dukungan dari suami, keluarga dan
bidan. Trimester ini juga saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan menjadi
orang tua. Keluarga mulai menduga-duga apakah bayi mereka laki-laki atau perempuan
dan akan mirip siapa. Bahkan sudah mulai memilih nama untuk bayi mereka (Ummi
Hani, 2010). Ari Sulistyawati dalam bukunya yang berjudul Asuhan Kebidanan Pada
Masa Kehamilan (2009), menjelaskan bahwa terdapat perubahan psikologis pada ibu
hamil di trimester ketiga dimana pada periode ini merupakan periode penantian
dengan penuh kewaspadaan. Misalnya saja seperti : perubahan yang terjadi
seperti takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat
melahirkan, khawatir akan keselamatan, khawatir jika bayi yang dilahirkan tidak
normal, merasa sedih berpisah dari bayinya, rasa tidak nyaman, merasa dirinya
jelek, aneh dan tidak menarik. Hal-hal seperti itulah yang biasanya selalu di
khawatirkan oleh para ibu hamil. Sehingga ketika ibu hamil tersebut mengalami
kecemasan yang tinggi pada proses kehamilannya, maka akan berdampak pula pada
bayi yang dilahirkannya kelak dan kesiapan ibu hamil itu sendiri. 5 Pada
trimester ketiga, reaksi emosi meningkat kembali. Pada saat yang sama terjadi
perasaan fisik yang kurang nyaman secara akut. Perhatian juga berubah pada hal
finansial, persiapan ruang bayi, perlengkapan bayi, sampai pada pengaruh serta
kapsitas sebagai orangtua. Dengan demikian, perubahan ini merupakan resiko
pencetus terjadinya reaksi psikologis mulai tingkat gangguan emosional ringan
ke tingkat gangguan jiwa yang serius (Dahro, 2012). Pada trimester terakhir,
ibu hamil umumnya mengalami kecemasan proses melahirkan. Jika ibu terlalu
banyak mendengar cerita proses kehamilan yang sulit dan menakutkan, hal itu
akan berpengaruh pada kondisi ibu menghadapi kelahiran bayi. Kecemasan akan
hal-hal yang tak rasional membuat ibu hamil tidak santai dan memicu stres
(Maulana, 2008). Adapun ibu dengan kehamilan pertama atau yang biasa disebut
primigravida tidak jarang memiliki perasaan yang mengganggu. Perasaan ini
muncul akibat cerita-cerita yang didengar oleh lingkungan masyrakat yang
mengatakan bahwa melahirkan itu menyakitkan bahkan sampai mempertaruhkan nyawa,
kemudian tentang kondisi bayi yang akan dilahirkannya, lancar atau tidak proses
persalinan nanti dan rasa nyeri saat persalinan. Hal ini lah yang terkadang
menjadi sumber ketakutan pada ibuibu dengan kehamilan pertama . R (salah satu
pasien Klinik Daqu Sehat) yang saat wawancara dilakukan sedang hamil 9 bulan
mengatakan bahwa mendekati proses persalinan ia sering merasa was-was, nervous.
Membayangkan proses 6 persalinan membuatnya menjadi tegang akibatnya ia merasa
tidak tenang dan tidak suka membayangkan proses persalinan. Kemudian ia juga
memiliki pikiran khawatir jika bayinya mengalami kecacatan fisik. Begitu juga
dengan DV yang merupakan ibu hamil primigravida trimester 3, di usia
kehamilannya yang saat ini memasuki usia 7 bulan ia merasa gugup mendekati
proses persalinan. Ia mengatakan bahwa mendekati proses persalinan tidurnya
menjadi tidak nyenyak. Kemudian ia juga merasa takut dengan cerita orang-orang
sekitarnya tentang proses persalinan sehingga ketika membayangkan proses
persalinan membuatnya menjadi tegang. Ia juga merasa takut jika ada kesalahan
pada proses persalinannya nanti. DI yang juga subjek dalam penelitian ini
menceritakan bahwa di usia kehamilannya yang saat ini memasuki usia 8 bulan ia
tidak merasa tenang ketika orang-orang menceritakan tentang proses persalinan.
Memikirkan proses persalinan membuatnya merasa gugup, terkadang bahkan ia
mengalami kesulitan dalam tidur jika pada malam harinya memikirkan tentang
proses persalinan. Ia merasa terganggu dengan pikiran-pikiran jelek tentang
bayinya kelak dan bahkan ia sendiri belum siap menghadapi proses persalinan.
Menurut Gerald Corey (2009) dalam pandangan psikologi Humanistik, sebagai
karakteristik manusia yang mendasar, kecemasan adalah reaksi terhadap ancaman.
Kecemasan menyerang inti keberadaan. 7 Kecemasan adalah apa yang dirasakan ketika
keberadaan diri terancam. Kecemasan timbul dari penerimaan ketidakpastian masa
depan. Adapun bentuk kecemasan yang konstruktif (kecemasan eksistensial) adalah
fungsi dari penerimaan seseorang atas kesendirian dan meskipun seseorang bisa
menemukan hubungan yang bermakna dengan orang lain, pada dasarnya tetap
sendirian. Kecemasan eksistensial juga muncul dari perasaan bersalah yang
dialami apabila seseorang gagal mengaktualisasikan potensi-potensinya. Salah
satu bentuk terapi untuk menurunkan kecemasan dalam pandangan Humanistik adalah
psikoterapi Transpersonal. Psikoterapi Transpersonal memfokuskan kajian
terhadap potensi tertinggi yang dimiliki oleh manusia, rekognisi, pemahaman
serta realisasi keadaankeadaan kesadaran yang transenden, intuitif dan spiritual.
Strohl (1998) terapi transpersonal bekerja berdasarkan premis bahwa mind, body
dan spirit berfungsi sebagai sebuah unit yang harmonis, maka terapis
transpersonal menggunakan pendekatan yang holistik. Psikoterapi Transpersonal
memiliki kesamaan dengan terapis kognitif behavioristik dalam penggunaan
relaksasi atau visualisasi berpusat pada perilaku. Bentuk psikoterapi
transpersonal yang sudah banyak digunakan saat ini, salah satunya adalah Terapi
al-Quran. Terapi al-Quran yang menjadi sesuatu yang tidak asing bagi kaum
muslim. Karena mengingat bahwa al-Quran dapat sebagai As Syifa’ (obat), maka
selama empat belas abad telah ada media penyembuhan dengan menggunakan media
al-Quran. 8 Dalam buku yang berjudul “5 Metode Penyembuhan Dari Langit”, Ibnu
Katsir mengatakan bahwa yang dimaksud al-Quran sebagai obat adalah bahwa kitab
itu dapat melenyapkan berbagai penyakit hati, seperti ragu, nifak, syirik,
penyimpangan dan kecendrungan terhadap kebatilan. Pada dasarnya pengobatan
dengan terapi al-Quran adalah mengobati penyakit apa pun dengan dasar keimanan
kepada Allah. Sebagaimana firman Allah SWT : Írß Á9$# Îû $yJÏj9 Öä!$xÿÏ©ur öNà6În/§ `ÏiB ×psàÏãöq¨B Nä3ø?uä!$y_ ôs% â¨$¨Z9$# $pk r'¯»t ÇÎÐÈ tûüÏYÏB÷sßJù=Ïj9 ×puH÷quur Yèdur Artinya
: Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakitpenyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Yunus : 57) Ayat lain yang memiliki
kesamaan adalah pada surat Al Isra : 82, yang artinya : “Dan kamu turunkan dari
al-Quran suatu yang menjadi penawar (penyembuh) dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman dan al- Quran itu tidaklah menambah kepada orangorang yang zalim
selain kerugian” Menurut M. Hamdani Bakran, dalam bukunya yang berjudul
Psikoterapi & Konseling Islam (2001) adapun arti penyembuh / obat (syifa’)
yang terdapat dalam al-Quran itulah akal dan penyembuh bagi siapa saja yang
menyakininya. Dalam hal itu al-Quran sebagai penyembuh dibagi menjadi dua bagian
: 9 Pertama, bersifat umum ; seluruh isi al-Quran secara maknawi, surat-surat,
ayat-ayat, maupun huruf-hurufnya adalah memiliki potensi penyembuhan atau obat,
sebagaimana dalam beberapa riwayat seperti yang diriwayatkan oleh Mardawiyah
dari Abu Said al Khudri ra., ia mengatakan bahwa ada seorang lelaki pernah
menemui Nabi Saw dan ia mengeluh sambil mengatakan, “Sesungguhnya hamba
mengalami keraguan yang ada dalam dada hamba.” Kemudian Nabi Saw bersabda
kepadanya : “Bacalah Al Quran ! Karena sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman :
“al-Quran itu obat bagi penyakit yang ada dalam dada”; Riwayat Ibnu Majah dari
Ali ra., mengatakan bahwasanya Rasulullah Saw bersabda : “Sebaik-baik obat
adalah al-Quran”. Kedua : bersifat khusus, yakni bukan seluruh al-Quran, melainkan
hanya sebagian, bahwa ada dari ayat-ayat atau surat-surat dapat menjadi obat
atau penyembuh terhadap suatu penyakit secara spesifik bagi orang-orang yang
beriman dan menyakini akan kekuasaan Allah Ta’ala. Mengulang-ulang membaca
al-Quran menimbulkan penafsiran baru, mengembangkan gagasan, dan pada akhirnya
akan menambah kesucian jiwa serta kesejahteraan batin (Ahmad Abtokhi, 2007).
Membaca al-Quran seutuhnya secara tartil (sebagai amalan dan wirid) atau dengan
memahami makna melalui tafsir dan ta’wilnya akan menghasilkan potensi
pencegahan, perlindungan dan penyembuhan terhadap penyakit psikologis secara
umum. Artinya segala bentuk atau sesuatu apapun yang menjadi penyebab
terganggunya eksistensi kejiwaan (mental), spiritual maupun fisik apabila metode,
cara dan teknik membacanya, memahaminya dan mengamalkannya dengan penuh
keyakinan yang mentap, disiplin dan berulang-ulang; atau telah memenuhi
prinsip-prinsip (syarat-syarat) membaca al-Quran secara tartil sebagai amalan
dan wirid yang dapat 10 menghasilkan potensi prefentif, protektif dan terapis
(Hamdani Bakran, 2001). Bukti empirik melalui hasil penelitian telah
membuktikan bahwa dengan terapi menggunakan ayat-ayat al-Quran dapat menurunkan
berbagai bentuk kecemasan yang dialami individu, Sholeh (1999) meneliti tentang
korelasi antara keseringan membaca al-Quran dan penurunan kecemasan, hasilnya
menunjukkan bahwa orang yang sering membaca al-Quran mengalami penurunan
kecemasan (Mulyadi, dkk). Penelitian dengan menggunakan ayat-ayat al-Quran
pernah dilakukan oleh Mulyadi, dkk. Penelitian yang dilakukan di Pondok
Pesantren Luhur dan Baiturrahman – Malang. Psikoterapi dengan media ayat-ayat
al-Quran, seorang yang mengalami kecemasan dibiasakan bertasbih, berdzikir atau
berdoa dengan menggunakan ayat-ayat al-Quran, yang dari sini akan dapat
membantu relaksasi dan ketenangan jiwa. Dan hasil yang didapatkan yakni dengan
melantunkan ayat-ayat al-Quran dalam berbagai bentuk doa dan pujian kepada
Allah, seseorang berharap Allah dapat membantu memecahkan segala problema hidup
yang dia alami. Sehingga hal ini dapat meringankan intensitas kecemasan yang
dia alami. Dalam penelitian yang dilakukan Nely Ilmi (2011) meneliti tentang
“Efektivitas Terapi Dzikir terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil di LP
Wanita Kelas II A Sukun – Malang”. Hasil penelitian 11 menunjukkan bahwa o.log
< 0.20. Ada pengaruh positif antara terapi dzikir dengan penurunan tingkat
kecemasan Ibu hamil. Terapi dzikir efektif dalam menurunkan tingkat kecemasan.
Malik Maya (2011) meneliti tentang “Metode Psikoterapi Islami (Penelitian Kasus
di Pengobatan Supranatural Penyakit Jiwa di Desa Notorejo Tulungagung)”, hasil
penelitian menunjukkan metode psikoterapi islami memiliki keberhasilan dalam
penyembuhaan gangguan jiwa yang dialami pasien. Sofia Retnowati (2011) meneliti
tentang “Pengaruh Pelatihan Relaksasi Dengan Dzikir Untuk Mengatasi Kecemasan
Ibu Hamil”, hasil pertama menunjukkan bahwa relaksasi dengan dzikir mengalami
penurunan kecemasan yang signifikan pada p=0,008 (p
<0,01) dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dengan artian bahwa pelatihan relaksasi dengan dzikir dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk menurunkan kecemasan kehamilan ibu hamil pertama. Seseorang yang mau berdialog secara cerdas dan jujur dengan alQuran akan melihat pantulan balik tentang kualitas pribadinya sehingga alQuran merupakan konsultan bagi kehidupan untuk membuat agenda perbaikan di masa depan (Komaruddin Hidayat, 2007). Seperti di salah satu klinik yang terdapat di Kota Malang yakni Klinik DAQU Sehat, terdapat pengobatan Terapi al-Quran dengan menggunakan media al-Quran sebagai media penyembuhannya. Dalam terapi ini terdapat beberapa doa-doa yang bersumber dari al-Quran yang 12 didalamnya terdapat doa-doa kemudahan dan beberapa doa-doa pengampunan. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan yang dimiliki klinik yakni “Membekali sisi rohani Ibu Hamil dan menyusui dengan Terapi Rohani melalui program penghafalan Al Quran sehingga lebih tenang dalam menjalani masa hamil dan menyusui”. Lalu apakah terapi al-Quran dapat menurunkan tingkat kecemasan pada ibu hamil ? Melihat fenomena ini peneliti merasa terdorong untuk mengadakan penelitian yang dapat mengurangi tingkat kecemasan ibu hamil dalam menghadapi proses persalinan, yang tidak hanya faktor fisik saja yang diperhatikan tetapi juga faktor psikis ibu hamil yang akan menghadapi proses persalinan. Oleh sebab itu peneliti mengambil judul dalam penelitian ini tentang “Efektivitas Pemberian Terapi Al Quran Terhadap Penurunan Kecemasan Ibu Hamil Primigravida Trimester Ketiga di Klinik Daqu Sehat Malang” B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana tingkat kecemasan ibu hamil sebelum diberi perlakuan terapi al-Quran ? 2. Bagaimana tingkat kecemasan ibu hamil setelah diberi perlakuan terapi al-Quran ? 3. Bagaimana pengaruh terapi al-Quran terhadap kecemasan ibu hamil dalam menghadapi proses persalinan ? 13 C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan sebelum diberi perlakuan terapi al-Quran. 2. Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan ibu hamil setelah diberi perlakuan terapi al-Quran. 3. Mengetahui sejauh mana terapi al-Quran berpengaruh terhadap penurunan tingkat kecemasan ibu hamil dalam menghadapi proses persalinan. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberi manfaat bagi pengembangan keilmuan baik dari aspek teoritis maupun praktis di antaranya : 1. Manfaat Teoritis Memberi bukti empiris mengenai pengaruh terapi al-Quran dalam menurunkan tingkat kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan sehingga dapat memperkaya khazanah keilmuan psikologi. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Pasien Dapat membantu untuk mengurangi kecemasan ibu hamil sehingga pasien dapat siap fisik dan juga psikis dalam mengahadapi proses persalinan. b. Bagi Penulis 14 Proses dari hasil penelitian ini merupakan maksud penyaluran ilmu pengetahuan yang diperoleh dalam perkuliahan melalui penulisan karya ilmiah berupa skripsi, selain itu memberi manfaat tentang pengetahuan baru mengenai pengaruh terapi al-Quran dalam menurunkan tingkat kecemasan ibu hamil, sehingga dapat membantu pasien secara psikis menghadapi proses persalinan. c. Bagi Lembaga Psikologi Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan wacana pada dunia psikologi, tentang upaya mengurangi tingkat kecemasan menghadapi proses persalinan anak dengan teknik terapi al-Quran. Mengingat pentingnya kesiapan psikis yang harus dimiliki oleh ibu hamil agar lebih siap dan tenang saat menghadapi proses persalinan. d. Bagi Klinik Daqu Sehat Kota Malang Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada dokter kandugan atau bidan Klinik Daqu Sehat Malang akan manfaat kegiatan terapi al-Quran untuk menurunkan tingkat kecemasan ibu hamil yang akan menghadapi proses persalinan.>
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" : Hubungan antara kebersyukuran dengan stres pada santri kelas X YPM Al-Rifa’ie Gondanglegi" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment