Abstract
INDONESIA:
Terbuka dan jujur merupakan hal yang sulit untuk dilakukan, diantara penyebabnya adalah mereka tidak mau menyakiti ataupun menyinggung perasaan orang lain. sedangkan untuk mencapai kebahagiaan seseorang membutuhkan keterbukaan dan kejujuran. Untuk terbuka seseorang membutuhkan keterampilan dalam komunikasi, dimana tidak ada rasa takut menyakiti ataupun menyinggung perasaan orang lain, mereka bebas mengekspresikan pendapatnya, mengutarakan apa yang di sukai, apa yang tidak disukai apa yang di inginkan, dan dirasakan terhadap orang lain. Untuk itu diperlukan adanya perilaku Asertif di dalam sebuah hubungan social. Mahasiswa yang asertif ialah mereka yang selalu berfikir positif, mudah dalam menempatkan diri dapat melakukan aktifitas secara strategis, terarah, terkendali tanpa merugikan orang lain dan menyakiti orang lain.
Dari penjelasan diatas ada beberapa pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini yakni bagaimana tingkat Asertif Mahasiswa Psikologi Uin Maulana Malik Ibrahim Malang Angkatan 2013, Bagaimana tingkat kebahagiaan Mahasiswa Psikologi Uin Maulana Malik Ibrahim Malang Angkatan 2013, dan bagaimana hubungan asertif dengan kebahagiaan Mahasiswa Psikologi Uin Maulana Malik Ibrahim Malang Angkatan 2013.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional, dengan asertif sebagai variabel bebas, serta kebahagiaan variabel terikat. Sampel dalam penelitian adalah 60 mahasiswa, dari populasi sebanyak 241 mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2013 Universitas Islam Negeri Malang yang merupakan mahasiswa baru yang masih aktif mengikuti perkuliahan, Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Metode pengumpulan data menggunakan skala Likert. Analisis data menggunakan Product Moment.
Hasil penelitian menunjukkan sejumlah 20% subjek mempunyai tingkat asertif tinggi, 65% sedang dan 15% rendah. Kemudian terdapat 21,7% subjek mempunyai tingkat kebahagiaan tinggi, 63,3 % sedang dan 15% rendah. Berdasarkan analisis data yang dilakukan terdapat hubungan signifikan antara asertif dengan kebahagiaan. Sebagaimana ditunjukkan dengan hasil 0,657 maka dapat diartikan bahwa asertif mempunyai pengaruh terhadap kebahagiaan sebesar 65,7%. Korelasi yang signifikan ini dilihat dari sig = 0,000 ˂ 0,05. Asertif memberikan konstribusi sebesar 65,7% sedangkan sisanya 34,3% dikontribusikan faktor lain.
ENGLISH:
Open and honest is a difficult thing to do, among the cause is they don't want to hurt or offend another person. whereas in order to achieve one's happiness requires openness and honesty. To open someone's in need of skills in communication, where there is no fear of hurt or offend other people, they are free to express his opinion, expressed what is love, what's not to like what's wanted, and felt towards others. It is necessary for the existence of Assertive behavior in a social relationship. Assertive students are those who always think positive, easy to put yourself can do strategically, directional activities, under control without harming others and hurting others.
From the explanation above, there are several questions to be answered in this study namely how the level of Assertive Psychology student UIN Maulana Malik Ibrahim Malang The generation 2013, How the level of happiness of Psychology student UIN Maulana Malik Ibrahim MalangThe generation 2013, and how the relationship with happiness assertive Psychology student UIN Maulana Malik Ibrahim Malang The generation 2013.
This research is quantitative research korelasional, with assertive as a free variable, and the variable is tied to happiness. The sample in the study is 60 students, out of a population of 241 students of the Faculty of psychology of The generation 2013 State Islamic University of Malang which is a freshman who is still actively followed the lectures, sampling is done with random sampling techniques. Method of collecting data using the Likert scale. Data analysis use Product Moment.
The results showed a 20% high level subject asertif, 65% moderate and 15% lower. Then there are 21.7% of subjects had high levels of happiness, 63,3% medium and 15% lower. Based on the data analysis being done there is a significant relationship between asertif with happiness. As indicated by the results of the 0,657 then can be interpreted that the asertif has the influence on the happiness of 65,7%. A significant correlation was seen from sig = 0.000 ˂ 0.05. Asertif give the contribution of 65,7% whereas the balance 34.3% factors contributed other.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Setiap manusia bukan hanya ingin
sekedar memperbaiki kelemahan mereka. Mereka menginginkan kehidupan yang
bermakna, bukan kegelisahan sampai ajal menjemput. Beberapa tahun terakhir
sebuah gerakan baru telah dirancang oleh para pakar psikologi mengenai
psikologi positif (Seligman, 2005). Para ilmuan sosialpun belakangan ini telah
mempelajari “kebahagiaan” dengan semangat yang menggebu. Awalnya mereka
menyebut dengan “kesejahteraan subjektif” (subjective well-being). Hasil
penelitianpun memperlihatkan adanya suatu kondisi semacam kebahagiaan personal.
(Khavari, 2006:17) Myers menyimpulkan bahwa perbuatan baik, jauh lebih mungkin
terjadi pada orang-orang yang berbahagia. Orang yang memiliki mood positif,
akan memunculkan pemikir yang positif, selanjutnya akan melahirkan
perialaku-perilaku yang positif juga. (Anam, 2007:35) Kabahagiaan merupakan
proses kejiwaan yang terjadi pada setiap manusia, dengan kebahagiaan maka akan
menimbulkan kesehatan fisik dan mental. Kebahagiaan merupakan evaluasi yang
dilakukan orang terhadap hidupnya, mencakup segi kognitif dan efeksi. Evaluasi
kognitif sebagai komponen kebahagiaan seseorang diarahkan pada penilaian
kepuasan 2 individu dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pekerjaan,
keluarga, dan pernikahan, sedangkan evaluasi efektif merupakan evaluasi
mengenai beberapa sering seseorang mengalami emosi positif dan negative
(Mardliyah,2010:5) Orang yang bahagia diantaranya adalah orang memiliki pikiran
positif tentang dirinya, dia akan berbuat positif bukan hanya pada dirinya
melainkan juga pada orang-orang di sekitar dia. Kebahagiaan merupakan sebongkah
perasaan yang dapat dirasakan berupa perasaan senang, tentram dan damai. Setiap
manusia selalu ingin hidup bahagia.sesuai dengan pembukaan undangundang yang
berbunyi “ dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah
kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat
Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur”. Hal ini merupakan bukti bahwa kebahagiaan
merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan dan juga menjadi tujuan bagi
tiap orang. (Saligman,2005:45). Thomas dan Diener (2005) mengatakan bahwa
kebahagiaan seseorang dipengaruhi oleh suasana hati indivudu saat tertentu,
keyakinan tentang kebahagiaan serta seberapa mudahnya seseorang bisa menerima
sesuatu dengan cara positif atau negative. Disisi lain sebagian pakar juga
mengaitkan kebahagiaan dengan seberapa mampu individu mempersepsi pengalam
hidupnya secara positif. 3 Menurut Saligman (2005) kebahagiaan dapat dicapai
ketika individu mengalami emosi positif terhadap masa lalu, masa kini, dan
terhadap masa depannya, memperoleh banyak gratifikasi dengan menggerakkan kekuatan
pribadinya untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar dan lebih penting demi
memperoleh makna hidupnya. Kebahagiaan juga merupakan konsep yang subjektif
karena setiap individu memiliki tolak ukur ke bahagiaan yang berbeda-beda.
Setiap individu juga memiliki faktor yang berbeda sehingga bisa mendatangkan
kebahagiaan untuknya. Penelitian dilakukan pada 2.282 orang amerika keturunan
meksiko dari wilayah barat daya amerika serikat yang berusia 65 tahun atau
lebih dengan menggunakan serangkaian pengujian demografis dan emosional, dan
setelah dilakukan control terhadap usia, penghasilan, pendidikan, berat badan,
kebiasaan merokok, dan minum-minuman keras serta penyakit para peneliti
menemukan bahwa orang yang bahagia lebih rendah kemungkinannya untuk meninggal,
begitu pula untuk mengalami kelumpuhan. Emosi positif juga melindungi mereka
dari kondisi-kondisi buruk yang mengiringi penuaan (Saligman,2005:51). Sebuah
penelitian dari Putrid O. & K Kwartarini W.Y (2011) bahwa factor yang
mempengaruhi kebahagiaan adalah remaja, prestasi, mencintai dan dicintai,
spiritualitas, teman sebaya, waktu luang dan uang. Penelitian lain dari Comtom
menyebutkan bahwa responden remaja laki-laki sangat bahagia adalah peristiwa
yang berhubungan dengan prestasi, spiritualitas, 4 teman, dan waktu luang,
sedangkan pada remaja perempuan peristiwa yang berhubungan denagn mencintai dan
dicintai, keluarga serta uang. Penelitian lain juga dilakukan oleh Badriyah
Fitriani (2012) bahwa adanya hubungan antara sikap asertif dengan kebahagiaan pada
santri remaja, yang mana berdasarkan analisis penelitian diperoleh hasil pada
variabel sikap asertif, yaitu kategori sikap asertif tinggi memiliki prosentase
98,8%, sedangkan sikap asertif sedang 1,2%. Pada variabel kebahagiaan, yakni
kebahagiaan tinggi memiliki prosentase 52,4%, kategori kebahagiaan sedang
43,9%, dan kategori kebahagiaan rendah 3,7%. Pada hasil analisis uji hipotesis
diperoleh hubungan yang signifikan yakni sebesar 0,325 (r x y = 0,325 ; sig =
0,003 ˂ 0,005). Dengan demikian semakin tinggi sikap asertif semakin tinggi
pula kebahagiaannya. Kebahagiaan akan memberikan dampak positif yang besar
dalam berbagai aspek kehidupan, yang mana akan mengarah pada hidup yang baik
dan menunjukkan produktifitas yang lebih besar. Kebahagiaan juga akan
mengarahkan manusia pada kesehatan, performansi kerja, hubungan sosial, dan
perilaku lebih baik. (Khavari,2006) Kebahagiaan akan mengarahkan manusia pada
hubungan sosial dan hal ini berkaitan dengan bagaiman individu menjalin
hubungan dengan orang lain. Dalam hubungan sosial membutuhkan adanya
komunikasi, yaitu keterbukaan dan kejujuran (Fitriani,2012:8). Akan tetapi
kenyataannya keterbukaan dan kejujuran sulit dilakukan dalam sebuah hubungan,
dikarenakan mereka tidak mau menyakiti ataupun menyinggung perasaan 5 satu sama
lain dan lebih memilih diam atau bercerita kepada orang lain dari pada
mengungkapkannya. Hal ini bisa dilihat bahwa pada umumnya seseorang memang
susah berkata jujur dan terbuka, sedangkan untuk mencapai kebahagiaan seseorang
membutuhkan keterbukaan dan kejujuran antara satu dengan yang lain sehingga
tidak ada yang disembunyikan. Untuk terbuka seseorang membutuhkan keterampilan
dalam komunikasi, sehingga tidak ada rasa takut menyakiti ataupun menyinggung
perasaan orang lain. mereka bebas mengekspresikan pendapatnya, mengutarakan apa
yang di sukai, apa yang tidak disukai apa yang di inginkan, dan dirasakan
terhadap orang lain. Untuk itu diperlukan adanya perilaku Asertif dalam sebuah
hubungan sosial. Chalhoun dan Acocella berpendapat bahwa asertif berarti
mempertahankan hak-hak pribadi dan mengekspresikan perasaan-perasaan, pikiran
serta keyakinan dengan cara yang jujur, terbuka, langsung dan tepat. Menjadi
asertif berarti seseorang juga berperilaku jujur, sadar sepenuhnya dalam
mewujudkan kebutuhan dan dorongan-dorongan pribadi tanpa merugikan hak-hak
orang lain. (Fauziah: 2009:29) Mahasiswa dalam tahap perkembangannya
digolongkan sebagai remaja akhir dan dewasa awal, yaitu usia 18-21 tahun dan
22-24 tahun (Monks dkk., 2002: 260-262, dalam Fibrianti, 2009: 16). Dua
kriteria yang diajukan untuk menunjukkan akhir masa remaja dan permulaan dari
masa dewasa awal. Dalam kehidupan sosial remaja ditandai dengan gejala
meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam kehidupan mereka. Sebagian 6 besar
waktunya dihabiskan untuk berhubungan atau bergaul dengan temanteman sebaya
mereka. Dalam sebuah penelitian Santrock mengemukakan bahwa anak berhubungan
dengan teman sebaya 10% dari waktunya setiap hari pada usia 2 tahun, 20%
padausia 4 tahun, dan lebih dari 40% pada usia antara 7 tahun sampai usia
remaja (Desmita,2005: 219). Mahasiswa angkatan 2013 masuk dalam kategori remaja
akhir dan merupakan Mahasiswa Baru di Universitas UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang, mereka dituntut untuk mulai beradaptasi dengan lingkungan baru dan
teman-teman baru. Yang mana dalam hal ini teman sebaya mempunyai pengaruh lebih
dari 40% dalam kehidupannya. Jika mahasiswa mempunyai sikap asertif dia tidak
akan mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan barunya, mudah
dalam menempatkan diri dan mudah juga dalam mencari teman. Namun sebaliknya
apabila sikap asertif tidak dimiliki oleh seseorang dia akan mengalami
kesusahan dalam beradaptasi dengan lingkungan barunya, dan mengalami hambatan
dalam perkembangannya. Seseorang yang memiliki sikap asertif tinggi ia selalu
berfikir positif, melakukan aktifitas secara strategis, terarah, dan terkendali
tanpa merugikan orang lain dan menyakiti orang lain. Dari hasil wawancara
dilapangan pada tanggal 22 Oktober 2013 dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian
besar orang takut atau sulit mengungkapkan keinginan atau pendapatnya karena
takut salah, takut menyinggung atau menyakiti hati orang lain dan bahkan tidak
jarang dari mereka memilih diam, karena bagi mereka diam adalah jalan terbaik.
karena 7 jika diungkapkan mereka takut akan menyebabkan permusuhan atau
pertengkaran diantara mereka. Sebagian dari mereka ada juga yang bercerita
kepada temannya tanpa berani menegur langsung teman yang telah berbuat salah.
Hal seperti ini pada akhirnya akan membuat mereka merasa tidak puas, tidak
nyaman atau bahkan tidak bahagia dengan keadaan tersebut. Sedangkan kebahagiaan
bisa mereka rasakan jika mereka saling jujur dan terbuka. Jika mahasiswa mampu
bersikap asertif, mereka dapat mengungkapakan apa yang dirasakan, pendapatnya
dan dapat pula memberikan masukan kepada temannya, dengan begitu kebahagiaan
akan dia dapatkan yang mana dengan kebahagiaan seseorang akan merasakan
kepuasan hidup yang dijalani, mampu bersikap ramah dalam lingkungan sosial,
memiliki pola pikir yang positif. Dari fenomena diatas, maka peneliti tertarik
untuk mengangkat judul tentang Hubungan Asertif dengan Kebahagiaan Mahasiswa
Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Angkatan 2013. B. Rumusan Masalah 1.
Bagaimana tingkat Asertif Mahasiswa Psikologi Uin Maulana Malik Ibrahim Malang
Angkatan 2013? 2. Bagaimana tingkat kebahagiaan Mahasiswa Psikologi Uin Maulana
Malik Ibrahim Malang Angkatan 2013? 3. Apakah ada hubungan asertif dengan
kebahagiaan Mahasiswa Psikologi Uin Maulana Malik Ibrahim Malang Angkatan 2013?
8 C. Tujuan 1. Untuk mengetahui tingkat asertif Mahasiswa Psikologi Uin Maulana
Malik Ibrahim Malang Angkatan 2013 2. Untuk mengetahui tingkat kebahagiaan
Mahasiswa Psikologi Uin Maulana Malik Ibrahim Malang Angkatan 2013 4. Untuk mengetahui
hubungan asertif dengan kebahagiaan Mahasiswa Psikologi Uin Maulana Malik
Ibrahim Malang Angkatan 2013 D. Manfaat Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian
diharapkan dapat memberi masukan bagi pengembangan teori-teori dalam hal
hubungan antara Asertif dengan kebahagiaan b. Sebagaimana sarana untuk
memberikan informasi sebagai bahan studi untuk melakukan penelitian selnjutnya
dengan pengembangan yang lebih baik. Manfaat praktis a. Penelitian ini dapat
digunakan sebagai salah satu sumber informasi untuk penelitian mengenai asertif
dengan kebahagiaan b. Dapat mengetahui bagaimana hubungan asertif dengan
kebahagiaan.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" : Hubungan asertif dengan kebahagiaan pada mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2013 Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment