Abstract
INDONESIA:
Kepuasan kerja merupakan salah satu variabel pekerjaan yang penting karena berkontribusi besar terhadap efektifitas perusahaan dan pada pekerjaan itu sendiri. Kepuasan kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor lingkungan pekerjaan maupun faktor karakteristik pribadi. Karakteristik pribadi yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah locus of control. Locus of control adalah tingkatan dimana seseorang menerima tanggung jawab personal terhadap apa yang terjadi pada diri mereka.
Locus of control dibedakan menjadi dua, yaitu locus of control eksternal dan locus of control internal.Locus of control adalah persepsi seseorang terhadap keberhasilan ataupun kegagalannya dalam melakukan berbagai kegiatan dalam hidupnya yang dihubungkan dengan faktor internal individu yang mencakup kemampuan kerja dan tindakan kerja yang berhubungan dengan keberhasilan dan kegagalan kerja individu bersangkutan. Serta dihubungkan pula dengan faktor eksternal individu seperti nasib, keberuntungan, kekuasaaan serta lingkungan kerja. Sedangkan kepuasan kerja yang dimaksud adalah perasaan puas atau menyenangkan individu tehadap pekerjaan yang merupakan hasil penilaian bersifat subjektif terhadap aspek-aspek pekerjaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat locus of control dan tingkat kepuasan kerja serta hubungan antara dua variabel tersebut. Penelitian yang dilaksanakan di Vincent Maestro Group ini menggunakan metode kuantitatif korelasional. Responden penelitian dipilih dengan menggunakn random sampling terhadap karyawan. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 22 orang.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepuasan kerja karyawan tinggi yaitu 91% dan ketidakpuasan kerja karywan 9%. Prosentase karyawan dengan locus of control internal yaitu 40,9% yang termasuk tinggi dan 59,1% yang rendah. Sedangkan locus of control eksternal memiliki prosentase yang tinggi yaitu 59,1% dan 40,9% yang rendah. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji regresi linier menunjukkan bahwa hipotesis penelitian tidak diterima dalam arti bahwa tidak terdapat hubungan positif antara locus of control internal dengan kepuasan kerja karyawan. Pada pengujian locus of control eksternal hipotesis dalam penelitian ini tidak dapat diterima, hal tersebut disebabkan karena dengan taraf signifikan signifikan 0,05 lebih besar dari sig F.
ENGLISH:
Job satisfaction is one of the important variables that work as contributing greatly to the effectiveness of the company and the job itself. Job satisfaction is influenced by multiple factors, both environmental factors work and personal characteristics factors. Personal characteristics that influence job satisfaction is the locus of control. Locus of control is the degree to which a person accepts personal responsibility for what happened to them.
Locus of control is divided into two, namely external locus of control and locus of control internal.Locus of control is a person's perception of the success or failure to perform various activities in life are associated with individual internal factors include the ability of labor and employment-related actions successes and failures of individual work concerned. As well as the associated also with external factors such as the individual's fate, luck, the powers and work environment. While job satisfaction question is a sense of satisfaction or pleasure individuals tehadap work that results are subjective assessments of aspects of the job.
This study aims to determine the level of locus of control and job satisfaction and the relationship between the two variables. The study, conducted at Vincent Maestro Group is using correlational quantitative methods. Respondents were selected by random sampling to use your employees. The number of samples in this study were 22 people.
The results showed a high level of job satisfaction is 91% and 9% of employees' job dissatisfaction. Percentage of employees with an internal locus of control is 40.9% including 59.1% of high and low. While external locus of control have a high percentage is 59.1% and 40.9% lower. The results of hypothesis testing using linear regression test showed that the hypothesis is not accepted in the sense that there is a positive relationship between internal locus of control with job satisfaction. On testing the hypothesis of external locus of control in this study is not acceptable, it is because the 0.05 significance level significantly greater than sig F.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Perusahaan adalah sebuah wadah yang
menampung orang-orang dan objek-objek, orang-orang dalam organisasi berusaha
mencapai tujuan bersama, bila organisasi sehat, bagian-bagian yang
interdependen bekerja dengan cara sistematik untuk memperoleh hasil yang
diinginkan. Bagian terpenting untuk memperoleh hasil yang diinginkan adalah
memahami tentang berbagai interaksi yang terjadi dalam suatu
organisasi/perusahaan tersebut. (Pace, Wayne, et al: 2005:17). Karyawan dan
perusahaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Karyawan memegang
peran utama dalam menjalankan roda kehidupan perusahaan. Apabila karyawan
memiliki produktivitas dan motivasi kerja yang tinggi, maka laju roda pun akan
berjalan kencang yang akhirnya akan menghasilkan kinerja dan pencapaian yang
baik bagi perusahaan. Di sisi lain, bagaimana mungkin roda perusahaan berjalan
baik, kalau karyawannya bekerja tidak produktif, artinya karyawan tidak
memiliki semangat kerja yang tinggi, tidak ulet dalam bekerja dan memiliki
moril yang rendah. (Majalah Eksekutif; 2006). Agar tujuan perusahaan dapat
terwujud, maka pihak perusahaan harus dapat memuaskan karyawannya karena
kepuasan kerja karyawan merupakan pendorong moral, kedisiplinan, dan prestasi
kerja karyawan. Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan
mencintai pekerjaannya. Sikap 2 ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan,
dan prestasi kerja (Hasibuan, 1995: 222). Manusia sebagai sumber daya
organisasi mempunyai berbagai macam kebutuhan, yang apabila terpenuhi
memberikan motivasi dan produktivitas kerja karyawan. Salah satu tantangan
dalam mengelola sumber daya manusia yang berkaitan dengan kebutuhan karyawannya
adalah bagaimana menciptakan kondisi dan lingkungan kerja yang dapat memuaskan
kebutuhan karyawan (Handoko, 2000: 2). Karyawan sebagai individu memiliki
banyak kepentingan dan tujuan dalam melaksanakan tugasnya. Agar karyawan dapat
bekerja secara efektif dan bersedia melaksanakan setiap kegiatan serta tugas
dengan penuh tanggung jawab dan perhatian yang tinggi, maka karyawan harus
dihormati dan diberikan rasa puas atas kinerjanya. Rasa puas dan bangga dalam
bekerja hanya dapat diraih dengan adanya kepercayaan yang diberikan oleh
organisasi/perusahaan terhadap proses kerja dan hasil kerja yang dicapai.
Keberhasilan untuk memenuhi target dalam dunia kerja merupakan suatu pencapaian
kerja yang dicanangkan dalam sebuah perusahaan. Dengan adanya pemenuhan dan
pencapaian itu merupakan suatu keberhasilan dalam peningkatan dan pengelolaan
sumber daya. Dari setiap tugas yang dikerjakan, ada suatu kepuasan dan
ketidakpuasan dalam melakukan aktifitas kerjanya. Kepuasan kerja karyawan akan
terjadi, apabila karyawan merasa puas dengan apa yang dia kerjakan. Apabila apa
yang kerjakan itu dianggapnya telah memenuhi harapannya sesuai dengan tujuan
karyawan tersebut bekerja. Apabila 3 seseorang mendambakan sesuatu maka berarti
dia memiliki suatu harapan sehingga dengan demikian dia akan termotivasi untuk
melakukan tindakan kearah pencapaian harapan tersebut, dan jika harapannya itu
terpenuhi maka ia akan merasa puas. (Anoraga, 1999: 79). Kepuasan kerja merupakan
generalitas sikap-sikap seorang pekerja terhadap pekerjaannya yang didasarkan
atas aspek-aspek pekerjaannya. Sedangkan inti dari pekerjaan adalah kesadaran
manusia yang bersangkutan karena pekerjaan memungkinkan orang untuk dapat
menyatakan diri secara obyektif ke dunia ini dan mengetahui keberadaannya.
(Anaroga, 1999). Menurut Virginia. SM et.al (2000) pada dasarnya kepuasan kerja
merupakan hal yang bersifat individuil. Setiap individu akan memiliki tingkat
kepuasan kerja yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai-nilai yang berlaku
pada dirinya. Ini disebabkan karena ada perbedaan pada masing-masing individu.
Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan
individu tersebut, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan dan
sebaliknya. (Virginia. S.M. et al, 2002: 427-436). Caugemi dan Claypool
menyatakan, kepuasan kerja menyangkut cara kerja seorang karyawan menyesuaikan
dirinya dengan kondisi dan situasi kerja. (As’ad, 2002). Penyesuaian diri
berhubungan dengan interaksi sosial, baik antar sesama karyawan, dengan atasan
maupun antar karyawan yang berbeda jenis pekerjaannya. Kepuasan kerja merupakan
bagian dari kepuasan hidup. Kepuasan hidup dapat diperoleh melalui kombinasi
antara on job activities dan off the job 4 activities, maksudnya kepuasan hidup
diperoleh melalui kombinasi antara apa yang diperoleh dalam pekerjaan dan
hal-hal diluar pekerjaan. Berbagai penelitian lintas bidang telah dilakukan
oleh berbagai ahli dan praktisi untuk mengungkap kepuasan kerja. Para ahli itu
berusaha untuk mencari faktor-faktor apa saja yang bisa menyebabkan orang
mengalami kepuasan kerja, dan apa akibatnya yang akan terjadi pada orang yang
telah mengalami kepuasan kerja (Yuwono, dkk. 2005: 118-119). Kepuasan kerja
menjadi masalah yang cukup menarik dan penting karena terbukti besar manfaatnya
baik bagi kepentingan individu, industri dan masyarakat. Bagi individu,
penelitian tentang sebab-sebab dan sumber-sumber kepuasan kerja memungkinkan
timbulnya usaha-usaha peningkatan kebahagiaan hidup mereka. Bagi industri,
penelitian mengenai kepuasan kerja dilakukan dalam rangka usaha peningkatan
produksi dan pengurangan biaya melalui perbaikan sikap dan tingkah laku
karyawannya. Berikutnya, masyarakat tentu akan menikmati hasil kapasitas maksimum
dari industri serta naiknya nilai manusia dalam konteks pekerjaan (Kurniawati,
2006: 5). Menurut Weitz tingkat kepuasan dan ketidakpuasan kerja akan lebih
berarti bila ditempatkan dalam konteks kecenderungan khas individu (disposisi
individu) untuk menjadi puas secara umum. Menurut Judge dan Locke (1998)
disposisi positif pada individu akan mempengaruhi terciptanya kondisi
subjective weel-being yang berperan dalam pembentukan kepuasan kerja seseorang
(Judje, Locke et al; 1998: 83). 5 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Caugemi dan Clypool (dalam As’ad 2002: 115), menemukan bahwa hal-hal yang
menyebabkan rasa puas, adalah prestasi, penghargaan, kenaikan jabatan, dan
pujian (dari atasan/ pemimpin). Sedangkan faktor -faktor yang menyebabkan
ketidakpuasan adalah kebijaksanaan perusahaan, supervisor/ pemimpin, kondisi
kerja dan gaji. Akibat dari karyawan yang mengalami ketidakpuasan kerja, akan
membawa nilai negatif bagi perusahaan selain pada diri karyawan sendiri.
Sebagaimana menurut Robbins (1998) ketidakpuasan kerja pada karyawan dapat
diungkap dalam berbagai macam cara. Misalnya, selain meninggalkan pekerjaan,
karyawan dapat mengeluh, membangkang, mencuri barang milik organisasi,
menghindari sebagian dari tanggung jawab pekerjaan mereka. Kepuasan kerja
sangat dipengaruhi oleh fungsi dan kedudukan karyawan dalam organisasi. Ostroff
(1992) menyatakan bahwa karyawan yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi
merasa lebih puas karena mereka memiliki otonomi yang lebih besar, pekerjaannya
lebih bervariasi dan memiliki kebebasan dalam melakukan penilaian. Sedangkan
karyawan yang kedudukannya rendah lebih besar kemungkinan untuk mengalami
ketidakpuasan dan kebosanan karena pekerjaannya kurang menantang dan tanggung
jawabnya kecil. Karyawan yang berpendidikan tinggi tetapi kedudukannya rendah
memperoleh pekerjaan yang tidak sepadan dengan kemampuan dan keahliannya,
merasa tidak puas dan berakibat pada kurangnya kinerja karyawan secara
keseluruhan. Kepuasan kerja bagi karyawan dalam dunia kerja sangat berpengaruh
untuk hasil kerja yang maksimal. Siegel dan Lane (1982), menerima batasan 6
yaitu tenaga kerja yang puas dengan pekerjaannya, selanjutnya mencatat bahwa
perasaan-perasaan yang berhubungan dengan kepuasan atau ketidakpuasan kerja
cenderung lebih mencerminkan penafsiran dari tenaga kerja tentang
pengalaman-pengalaman kerja pada waktu sekarang dan lampau daripada harapan-
harapan pada waktu yang akan datang. Howwel dan Dipboye (1986), memandang
kepuasan kerja sebagai hasil keseluruhan dari derajat rasa suka atau tidak
sukanya tenaga kerja terhadap berbagai aspek dari pekerjaannya. Juga dapat
dibenarkan bahwa kepuasan kerja mencerminkan sikap tenaga kerja terhadap
pekerjaannya. Kepuasan kerja merupakan salah satu variabel pekerjaan yang
penting karena berkontribusi besar terhadap efektifitas perusahaan dan pada
pekerjaan itu sendiri. Sedangkan kepuasan kerja dipengaruhi oleh beberapa
faktor, baik faktor lingkungan pekerjaan maupun faktor karakteristik pribadi.
Karakteristik pribadi yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah locus of control.
Locus of control adalah tingkatan dimana seseorang menerima tanggung jawab
personal terhadap apa yang terjadi pada diri mereka. Locus of control dibedakan
menjadi dua, yaitu locus of control eksternal dan locus of control internal
(Lefcourt dalam Kevin et al. 1987). Individu dengan locus of control eksternal
mengacu kepada keyakinan bahwa suatu kejadian tidak mempunyai hubungan langsung
dengan tindakan oleh diri sendiri, dan percaya bahwa hidupnya dipengaruhi oleh
takdir, keberuntungan dan kesempatan serta lebih mempercayai kekuatan di luar 7
dirinya. Dalam pelaksanaan tugas mereka tergantung pada pihak luar dalam hal
ini pimpinan yang memberikan arahan yang spesifik. Individu dengan locus of
control internal mengacu kepada persepsi bahwa kejadian baik positif maupun
negatif terjadi sebagai konsekuensi dari tindakan atau perbuatan diri sendiri
dan dibawah pengendalian diri. Individu ini lebih banyak berorientasi pada
tugas yang dihadapinya. Individu dengan locus of control internal akan
menunjukkan kinerja yang lebih baik dalam situasi di mana mereka dapat
menerapkan tindakan yang dianggap sesuai dalam suatu pekerjaan (Abdel Halim
dalam Hyatt dan Prawitt 2000) dan kondisi tersebut akan didukung oleh gaya
kepemimpinan yang suportif. Locus of control menurut Kreitner dan Kinicki
(2003) terdiri dari dua konstruk yaitu internal dan eksternal, dimana apabila
seseorang yang meyakini bahwa apa yang terjadi selalu berada dalam kontrolnya
dan selalu mengambil peran serta bertanggung jawab dalam setiap pengambilan
keputusan termasuk dalam locus of control internal, sedangkan seseorang yang
meyakini bahwa kejadian dalam hidupnya berada diluar kontrolnya termasuk dalam
locus of control external. Spector (1988) (dalam Ayudiati, 2010) menyatakan bahwa
berdasarkan teori locus of control, seseorang yang merasa tidak nyaman dalam
satu lingkungan budaya tertentu akan mengalami ketidakberdayaan dan
kekhawatiran. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Indah S Rachmadani (2006)
yang dilakukan pada karyawan pabrik berjumlah 125 orang membuktikan bahwa
semakin tinggi locus of control internal individu, maka semakin puas individu 8
terhadap pekerjaannya, dan begitupun sebaliknya, semakin tinggi locus of
control eksternal seorang individu maka semakin rendah kepuasan kerjanya.
Penelitian Indriantoro (2000) telah membuktikan bahwa locus of control
merupakan salah satu variabel pemoderasi yang dapat digunakan untuk penelitian
di Indonesia. (Shinta, 2006). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Mitchel et al. (1975) menunjukkan bahwa locus of control memoderasi hubungan
antara gaya kepemimpinan dengan kepuasan kerja. Permasalahan yang dihadapi oleh
karyawan Vincent Maestro Surabaya dalam hubungannya dengan locus of control
yaitu karyawan cenderung kurang mampu untuk mengatasi penurunan kinerjanya. Hal
ini disebabkan oleh banyaknya peraturan baru yang berlaku di perusahaan
tersebut. Falikhatun (2003) menyatakan bahwa kinerja juga dipengaruhi oleh tipe
personalitas individu, yaitu individu dengan locus of control internal lebih
banyak berorientasi pada tugas yang dihadapinya, sehingga akan meningkatkan
kinerjanya. Dibandingkan dengan individu dengan locus of control external
menurut Kreitner dan Kinicki (2003), individu yang mempunyai locus of control
internal menunjukkan motivasi yang lebih besar, menyukai hal-hal yang bersifat
kompetitif, suka bekerja keras, merasa dikejar waktu dan ingin selalu berusaha
lebih baik daripada kondisi sebelumnya, sehingga mengarah pada pencapaian
prestasi yang lebih tinggi. Penurunan kinerja karyawan dapat menimbulkan
perasaan yang tidak nyaman bagi karyawan, sehingga menyebabkan ketidakberdayaan
dan kekhawatiran. Selain itu adanya sikap kurang percaya diri terhadap 9
kemampuannya sendiri terkadang berdampak negatif pada kinerjanya. Kegagalan
kerja karyawan dipandang oleh sebagian karyawan sebagai penilaian dari
pimpinan, disisi lain keberhasilan karyawan dipandang sebagai hasil dari
kemampuannya sendiri (Ayudiati, 2010). Berdasarkan latar belakang permasalahan
yang didukung dengan teoriteori yang ada serta dilengkapi dengan data dan fakta
yang terjadi pada perusahaan Vincent Maestro Group Surabaya, peneliti terdorong
untuk melakukan sebuah penelitian. Kegiatan penulis untuk mengamati dan
mengkaji masalah ini difokuskan kepada: “HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL
DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN VINCENT MAESTRO GROUP SURABAYA”. B. RUMUSAN
MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah diatas, ada beberapa permasalahan
yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat locus of control
internal karyawan Vincent Maestro Group Surabaya dalam memenuhi kepuasan
kerjanya? 2. Bagaimana tingkat locus of control eksternal karyawan Vincent
Maestro Group Surabaya dalam memenuhi kepuasan kerjanya? 3. Bagaimana tingkat
kepuasan kerja karyawan Vincent Maestro Group Surabaya? 4. Adakah hubungan
antara locus of control internal dengan kepuasan kerja karyawan Vincent Maestro
Group Surabaya? 10 5. Adakah hubungan antara locus of control eksternal dengan
kepuasan kerja karyawan Vincent Maestro Group Surabaya? C. TUJUAN MASALAH 1.
Untuk mengetahui tingkat locus of control internal karyawan Vincent Maestro
Group. 2. Untuk mengetahui tingkat locus of control eksternal karyawan Vincent
Maestro Group. 3. Untuk mengetahui tingkat kepuasan karyawan Vincent Maestro
Group. 4. Untuk mengetahui hubungan antara locus of control internal dengan
kepuasan kerja karyawan Vincent Maestro group. 5. Untuk mengetahui hubungan
antara locus of control eksternal dengan kepuasan kerja karyawan Vincent
Maestro group. D. MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan memperoleh
manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Secara keilmuan, dapat memberikan
sumbangan pikiran dalam perkembangan ilmu pengetahuan dibidang peningkatan
sumber daya manusia. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan masukan bagi perusahan Vincent Maestro Group Surabaya untuk
dijadikan pertimbangan dalam meningkatkan kinerja karyawan sehingga ikut
membangu pengembangan dimasa datang.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Hubungan locus of control dengan kepuasan kerja karyawan Vincent Maestro Group Surabaya." Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah iniDOWNLOAD
No comments:
Post a Comment