Abstract
INDONESIA:
Dalam proses belajar motivasi sangatlah dibutukan, sebab seseorang yang tidak memiliki motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar dengan baik. Motivasi belajar sangat mudah dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar adalah premenstrual syndrome (PMS). Pada beberapa wanita yang sedang mengalami premenstrual syndrome kebanyakan keadaan fisik, psikologis, dan emosi mereka tidak stabil, terutama emosi yang negatif. Hal ini dapat menurunkan keinginan untuk beraktivitas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat Premenstrual Syndrome mahasiswi FKMS di UIN Malang, mengetahui tingkat motivasi belajar mahasiswi FKMS di UIN Malang, membuktikan apakah ada pengaruh Premenstrual Syndrome (PMS) terhadap motivasi belajar mahasiswi FKMS di UIN Malang.
Penelitian ini dilakukan pada mahasiswi FKMS (Forum Komunikasi Mahasiswa Sumenep) di UIN Malang dengan alasan karena orang Madura selain memiliki watak yang keras mereka juga memiliki watak pekerja ulet, sangat giat, pekerja keras, tidak mudah menyerah, dan pandai mengelola waktu.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasi dan teknik pengambilan sampelnya menggunakan purposive sampling (sampel bertujuan). Sampel dalam penelitian ini yaitu 32 responden. Metode pengumpulan data yaitu menggunakan kuesioner atau angket. Pada penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel PMS dan variabel motivasi belajar. Skor tertinggi dari variabel PMS adalah 184 dan skor terendah adalah 46, sedangkan skor tertinggi dari variabel motivasi belajar adalah 240 dan skor terendah adalah 60. Hipotesis telah terjawab bahwa ada pengaruh yang signifikan PMS terhadap motivasi belajar diperoleh nilai signifikansi 0,05 dengan taraf signifikan 5%. Premenstrual syndrome (PMS) berpengaruh 12,2% terhadap motivasi belajar mahasiswi FKMS di UIN Malang. Sementara 87,8% dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor tersebut bisa berupa faktor internal maupun faktor eksternal
ENGLISH:
In learning progress, motivation is much needed because a person who has no motivation in learning will not be able to conduct any learning activities well. Learning motivation is easily affected by some factors, both internal and external. One of the factors that can affect the learning motivation is premenstrual syndrome (PMS). Most women tend to experience unstable physical, psychological, and emotional condition during premenstrual syndrome, especially negative emotion. This condition can decrease their desire to conduct any activities.
This research is aimed to find out the premenstrual syndrome level among FKMS students in UIN Malang, the learning motivation level of FKMS students in UIN Malang, and the effect of premenstrual syndrome (PMS) toward learning motivation of FKMS students in UIN Malang.
This research is applied on FKMS (Communication Forum of Sumenep Students) students in UIN Malang. The reason of choosing them as the object of the research is because Maduranese people are known for their gruff-nature, hard working, and time management.
This research is applied on FKMS (Communication Forum of Sumenep Students) students in UIN Malang. The reason of choosing them as the object of the research is because Maduranese people are known for their gruff-nature, hard working, and time management.
This research employs quantitative approach using correlation design. The sample selection strategy is purposive sampling by choosing 32 people as the respondents. The data collection method used in this research is questionnaire. This research uses two variables: PMS variable and learning motivation variable. The highest score from PMS variable is 184 and the lowest one is 46. In learning motivation variable, the highest score is 240 and the lowest 60. Based on the analysis, there is a significant influence of PMS toward learning motivation that gains 0,05 significant value with
5% significant degree. The effect of premenstrual syndrome toward learning motivation of FKMS students in UIN Malang is 12,2 %, while the effect other external and internal factors are 87,8 %.
5% significant degree. The effect of premenstrual syndrome toward learning motivation of FKMS students in UIN Malang is 12,2 %, while the effect other external and internal factors are 87,8 %.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Premenstrual syndrome (PMS) dapat menurunkan
motivasi seseorang. Baik itu motivasi belajar maupun motivasi untuk melakukan
aktivitas yang lain. Menurut Proverawati (2009:107), bahwa gejala-gejala
seperti nyeri perut, nyeri pada payudara, berat badan meningkat, mudah marah,
nafsu makan meningkat, mood tidak stabil, takut, sensitif, putus asa, keinginan
untuk beraktivitas menurun, sulit berkonsentrasi, cemas, dan lepas kendali pada
saat menjelang datangnya menstruasi, merupakan gejala dari premenstrual
syndrome (PMS). Gelala-gejala tersebut merupakan penghambat seseorang untuk
melakukan aktivitas yang positif, seperti belajar. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Maslow yang telah dikutip oleh Santrock (2008:512), bahwa manusia itu
membutuhkan keamanan jiwa. Perasaan takut, cemas, ketidakseimbangan mental, dan
kegoncangan-kegoncangan emosi yang lain dapat mengganggu kelancaran belajar
siswa. Karena disebabkan hal tersebut motivasinya untuk melakukan aktivitas
belajar terganggu. Mudjiono dan Dimyati (1999) juga menyebutkan dalam bukunya,
bahwa kondisi jasmani dan rohani sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar
seseorang. Seseorang yang kondisi jasmani dan rohaninya baik, maka 2 motivasi
belajarnya akan meningkat. Begitu juga sebaliknya, seseorang yang kondisi
jasmani dan rohaninya kurang baik, maka motivasi belajarnya akan menurun. Dari
data awal melalui wawancara dengan enam mahasiswi FKMS di UIN Malang (tanggal 3
April 2014), telah ditemukan beberapa alasan karena keluhan-keluhan yang
dirasakan oleh mahasiswi FKMS sebelum menstruasi yang menyebabkan mereka tidak
masuk kuliah. Alasan-alasan tersebut sebagai berikut: “tiap bulan pasti ada
hari dimana saya tidak masuk kuliah mbak, bukan karena saya tidak mau mengikuti
perkuliahan, tapi karena saya tidak kuat menahan sakit perut ketika menjelang
menstruasi. Kalau lagi sakit begitu saya tidak bisa konsentrasi. Apa yang
dijelaskan dosen tidak ada yang masuk dalam memori saya. Bawaannya ingin
berbaring terus pokoknya kalau lagi begitu mbak. Mau masuk kuliah gimana mbak,
duduk aja sulit. Punggung rasanya kaku semua. Kadang malah tugaspun tidak saya
kerjakan. Baru nanti kalau sudah reda sakitnya, saya mulai nyentuh tugas
satu-persatu. ” Penggalan wawancara selanjutnya: “jangankan belajar mbak,
beranjak dari kasur aja males. Makan kalau tidak dipaksa teman-teman bisa
seharian saya tidak makan. Bukannya diet, tapi nggak mood mbak. Pengen marah,
nangis, banting-banting barang gitu. Sprei kasur saya itu loh sampek beli empat
kali. Ya gitu mbak kalo lagi kesakitan dan pengen marah, tak tarik-tarik sampek
sobek. Saya sering dikatain kesurupan sama temanteman kalo lagi mau datang
bulan” (wawancara, 03 April 2014). Dari hasil wawancara di atas ditemukan empat
dari enam mahasiswi FKMS di UIN Malang yang malas mengerjakan tugas dan tidak
mengikuti kegiatan kuliah dikarenakan mengalami premenstrual syndrome dan dua 3
mahasiswi karena alasan yang lain. Kondisi tersebut disebabkan oleh lemahnya
minat belajar mahasiswi itu sendiri. Yang perlu dikhawatirkan ialah apabila
kondisi mahasiswa dengan minat belajar yang rendah dikarenakan mengalami
premenstrual syndrome, maka tingkat prestasi belajarnya akan menurun. Hal ini
dibuktikan dengan adanya fakta yang mengacu pada salah satu faktor internal
yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu kondisi jasmani dan rohani yang bisa
berupa kesehatan fisik. Dalam kasus ini motivasi belajar sebagai solusi utama
yang diharapkan mampu meningkatkan tingkat prestasi belajar mahasiswa. Dengan
sistem balance of motivation (motivasi yang berimbang), yaitu antara motivasi
yang berasal dari intern mahasiswa disadarkan kembali akan pentingnya belajar
demi mendapatkan nilai terbaik, juga perlu adanya motivasi ekstern yang berasal
dari seluruh pihak baik dosen, teman, serta keluarga. Menstruasi adalah tanda
bahwa siklus masa subur telah dimulai. Menstruasi terjadi saat lapisan dalam
dinding rahim luruh dan keluar dalam bentuk yang dikenal dengan darah
menstruasi. Menstruasi ini sebenarnya merupakan gejala biologis yang alami,
progresif, dan positif sebagai tanda biologis dari kematangan seksual. Sehingga
peristiwa itu seharusnya diterima dengan sikap wajar. Akan tetapi jika
menstruasi disertai dengan gejala-gejala yang tidak wajar, maka telah terjadi
kelainan pada menstruasi yang salah satunya adalah premenstrual syndrome (PMS)
(Proverawati, 2009:79). 4 Gejala premenstrual syndrome (PMS) ternyata bukan hal
yang normal. Premenstrual syndrome (PMS) adalah berbagai gejala fisik dan
emosional (psikologis) yang terkait dengan perubahan hormonal karena siklus
menstruasi. Berbagai gejala ini biasanya muncul tujuh atau sepuluh hari sebelum
menstruasi, dan hilang beberapa hari setelah menstruasi dimulai (Proverawati,
2009:107). Sindrom pramenstruasi mungkin berhubungan dengan naik atau turunnya
kadar estrogen dan progesterone yang terjadi selama siklus menstruasi. Estrogen
menyebabkan penahanan cairan, yang mungkin menyebabkan bertambahnya berat
badan, pembengkakan jaringan, rasa nyeri pada payudara, serta perut kembung.
Penyebab terjadinya sindrom pramenstruasi ini tidak diketahui secara pasti.
Namun, hal ini diduga berhubungan dengan faktor sosial, budaya, biologi dan
psikis. Sindrom pramenstruasi ini terjadi pada 70-90% wanita pada usia subur.
Dan, lebih sering ditemukan pada wanita berusia 20-40 tahun (El Manan,
2011:143). Menurut teori psikoanalisis, gejala-gejala PMS merupakan manifestasi
dari konflik peran sebagai wanita. Haid diartikan sebagai suatu stimulus yang
mengancam konflik yang telah direpresi. Secara tidak sadar, penderita PMS
menggunakan fungsi haidnya untuk menyatakan ketegangan sebagai akibat situasi
lingkungan yang menekan, kesukaran dalam hubungan antar pribadi, atau oleh
sikapnya sendiri terhadap kewanitaannya. Karena sifatnya yang hormonal dan
temporer, maka gejala yang ditimbulkannya pun sangat beragam. Tidak setiap
bulan wanita mengalami 5 gejala premenstrual syndrome (PMS) ini. Ada kalanya
sang wanita tidak mengalaminya sama sekali. Gejala emosional yang biasanya
terjadi adalah emosi yang seperti tidak terkontrol, perasaan cemas, selalu
terlihat murung, mudah marah, mudah tersinggung, mudah panik, libido yang
tinggi hingga keadaan sedih yang tak terbendung, dan pada akhirnya menangis.
Selain gejala yang berhubungan dengan emosional, gejala fisik juga kerap
mendatangi wanita saat premenstrual syndrome (PMS). Umumnya gejala fisik ini
berhubungan dengan kondisi kesehatan di daerah kepala, seperti sakit kepala,
migren, penat yang biasanya memunculkan sikap malas dalam bekerja atau untuk
melakukan rutinitas kesehariannya.. Pada beberapa wanita yang sedang mengalami
premenstrual syndrome kebanyakan keadaan fisik, psikologis, dan emosi mereka
tidak stabil, terutama emosi yang negatif . Hal ini dapat menurunkan keinginan
untuk beraktivitas ((Proverawati, 2009:107). Aktivitas tersebut bisa berupa
aktivitas yang rutin dilakukan maupun aktivitas yang jarang atau seharusnya
dilakukan. Emosi negatif ini sejatinya tidak pernah dikehendaki oleh manusia,
sehingga selalu diusahakan untuk dihindari, kendati tidak mudah diwujudkan.
Kesulitan dengan hal ini terkait dengan realitas kehidupan yang dapat diukur
sesuai dengan kehendak kita. Tidak seorangpun sanggup mengarahkan 6
kehidupannya untuk kesenangan belaka, karena kesedihan, ketakutan, kesalahan,
dan kekecewaan datang tanpa diundang (Hude, 2006:241). Hasil penelitian yang
dilakukan Yuni Rahmania dengan judul “Hubungan antara Tipe Kepribadian dengan
Emosi Negatif pada Mahasantri PPP Al-Hikmah Fatimiyah yang Mengalami PMS”
mengatakan adanya hubungan yang signifikan antara keduanya. Mahasantri PPP
AlHikmah Fatimiyah cenderung berkepribadian ambivert dan introvert ketika
mengalami premenstrual syndrome (PMS). Kondisi di atas sangat mempengaruhi mood
atau keinginan belajar pada sebagian pelajar. Seseorang yang sedang marah akan
rendah motivasinya untuk melakukan aktivitas yang positif, terutama motivasi
untuk belajar. Motivasi merupakan istilah yang lebih umum, yang menunjuk kepada
seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul
dari dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut,
dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan (Sarlito, 1976). Dalam proses
belajar motivasi sangat dibutuhkan, sebab seseorang yang tidak memiliki
motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar dengan
baik. Menurut Mc. Donald, motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam
pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi
untuk mencapai tujuan (Djamarah, 2002:114- 148). Oleh karena itu, yang penting
bagaimana menciptakan kondisi tertentu agar seseorang selalu butuh dan ingin
terus belajar. Belajar dengan motivasi 7 yang tinggi dapat menghindarkan diri
rasa malas dan menimbulkan kegairahan mahasiswa dalam belajar, pada akhirnya
dapat meningkatkan daya kemampuan belajarnya. Dengan hal ini maka keberhasilan
siswa akan mudah tercapai. Senada dengan teori di atas, Uno juga menyebutkan,
bahwa motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakan seseorang bertingkah
laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan
sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan
seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan
motivasi yang mendasarinya (Uno, 2011:1). Dalam buku lain dijelaskan pengertian
motivasi belajar yang lebih luas adalah suatu nilai dan suatu dorongan untuk
belajar. Sesungguhnya setiap orang yang lahir ke dunia memiliki motivasi untuk
belajar. Ia adalah ciri khas spesies manusia. Motivasi belajar pada mulanya
adalah suatu kecenderungan alamiah dalam diri umat manusia, tapi kemudian berbentuk
sedemikian rupa dan secara berangsur-angsur, tidak hanya sekedar menjadi
penyebab dan mediator belajar tetapi juga sebagai hasil belajar itu sendiri
(Wlodkowski, 2004:11-19). Penelitian tentang motivasi belajar telah banyak
dilakukakan, seperti yang dilakukan oleh Ummul Hasanah. Dalam penelitiannya, ia
menyimpulkan, bahwa setiap siswa akan memiliki motivasi belajar jika tidak ada
kondisi yang menghambat atau menahannya. Untuk tetap memelihara motivasi
belajar maka guru harus bisa menciptakan iklim belajar yang 8 kondusif. Murid
akan senang jika belajar di ruangan kelas yang dirancang dengan baik dan
didukung dengan metode pengajaran yang tanpa ketegangan. Hubungan yang baik
antara guru dan siswa harus diciptakan dan dipelihara dengan baik. Hubungan interpersonal
merupakan posisi guru sebagai pemberi fasilitas belajar yaitu dengan bagaimana
guru menciptakan situasi yang nyaman untuk belajar (Hasanah, 2005:65). Sebagian
besar orang menganggap bahwa orang madura memiliki watak yang keras. Mereka
sulit untuk mengendalikan emosi negatifnya. Hal ini bisa dilihat dari tradisi
yang dimilikinya, yakni tradisi carok (pertelingkahan) atau berkelahi. Dibalik
sisi negatifnya orang madura memiliki sisi positif yang jarang dimiliki oleh
orang jawa. Secara luas sudah umum diakui bahwa mereka merupakan pekerja ulet,
sangat giat, pekerja keras, tidak mudah menyerah, dan pandai dalam mengelola
waktu. Mereka sangat menyadari betul bahwa menuntut ilmu itu bukanlah pekerjaan
yang ringan, sebab memperolehnya terkadang harus disertai dengan pengorbanan
baik waktu, daya, dan dana yang tidak kecil. Selain itu mereka juga memiliki
prinsip bahwa dalam menuntut ilmu itu harus tekun mengumpulkan pengetahuan
serta sabar dalam menghadapi berbagai kesulitan penguasaan ilmu tersebut (Rifai,
2007:330-379). Berdasarkan fenomena dari uraian buku di atas, maka peneliti
tertarik melakukan penelitian dalam memahami kaitannya tentang motivasi belajar
dan premenstrual syndrome (PMS) pada orang Madura. Hal ini penting untuk
diteliti, supaya dari pihak lembaga dan mahasiswa itu sendiri akan lebih 9
memahami seberapa pentingnya mempertahankan motivasi belajar. Dengan demikian
peneliti tertarik untuk meneliti “Pengaruh Premenstrual Syndrome Terhadap
Motivasi Belajar Mahasiswi FKMS di UIN Malang.” B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana
tingkat Premenstrual Syndrome mahasiswi FKMS di UIN Malang? 2. Bagaimana
tingkat motivasi belajar mahasiswi FKMS di UIN Malang? 3. Adakah pengaruh
Premenstrual Syndrome (PMS) terhadap motivasi belajar mahasiswi FKMS di UIN Malang?
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui tingkat Premenstrual Syndrome
mahasiswi FKMS di UIN Malang. 2. Untuk mengetahui tingkat motivasi belajar
mahasiswi FKMS di UIN Malang. 3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh
Premenstrual Syndrome (PMS) terhadap motivasi belajar mahasiswi FKMS di UIN
Malang. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi pengembangan keilmuan dari aspek teoritis maupun praktis,
diantaranya: 1. Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
bagi penelitianpenelitian selanjutnya yang berhubungan dengan Premenstrual
Syndrome 10 (PMS) dan motivasi belajar. Selain itu, diharapkan dapat digunakan
sebagai tambahan wawasan kajian ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang
psikologi. 2. Praktis a) Bagi dosen: agar mampu memberikan motivasi belajar
serta mampu memahami karakteristik motivasi belajar mahasiswanya. b) Bagi
peneliti : peneliti bisa memahami faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar mahasiswi FKMS di UIN Malang, dan semua pelajar pada umumnya. c) Bagi
subjek : subjek mampu mengendalikan dirinya ketika mengalami Premenstrual
Syndrome (PMS) serta mampu memupuk motivasi belajarnya.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" : Pengaruh premenstrual syndrome (PMS) terhadap motivasi belajar mahasiswi FKMS di UIN Malang" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment