Abstract
INDONESIA:
Ujian Nasional adalah sistem evaluasi dalam bentuk pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik tingkat dasar dan menengah secara nasional dan berfungsi memutuskan seorang siswa lulus atau tidak lulus, hal ini memunculkan perasaan tertekan, kekhawatiran, dan ketakutan akan kegagalan dalam Ujian Nasional. Kecemasan yang terjadi pada siswa yang akan menghadapi Ujian Nasional adalah normal, namun sejauh mana siswa tersebut dapat mengatasi rasa cemasnya, tergantung pada kemampuan siswa tersebut untuk merespon kecemasan yang dialaminya. Pada umumnya individu membutuhkan bantuan orang lain sebagai dukungan bagi dirinya ketika menghadapi masalah. Dengan adanya dukungan sosial dapat mengontrol timbulnya kecemasan. Dalam hal ini dapat dikaitkan dengan perasaan kecemasan yang dihadapi oleh siswa kelas XII dalam menghadapi Ujian Nasional. Oleh karena itu peran teman sebaya akan sangat dibutuhkan, mengingat teman sebaya adalah orang terdekat dalam setiap interaksi di sekolah. Berangkat dari fenomena di atas, penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mengetahui tingkat dukungan sosial teman sebaya, mengetahui tingkat kecemasan menghadapi ujian nasional (UN) dan untuk mengetahui adanya hubungan dukungan sosial teman sebaya dengan kecemasan siswa kelas XII di MAN Denanyar Jombang dalam menghadapi ujian nasional (UN) sebagai representasi latar belakang dalam penelitian ini.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 105, atau 30% dari total 347 dari total subyek yang merupakan siswa-siswi aktif kelas XII MAN Denanyar Jombang yang diambil dengan teknik teknik random sampling atau sampel acak. Dan pengambilan data menggunakan metode angket, observasi dan wawancara. Pada pengolahan data menggunakan Product Moment Correlation dari Pearson, dan uji validitas serta reliabilitas memakai Alpha Cronbach. Pengolahan data tersebut diolah dengan program SPSS 17.0 for Windows.
Berdasarkan analisa penelitian, diperoleh hasil sebagai berikut: pada tingkat dukungan sosial teman sebaya, didapatkan 76.2%(80 siswa-siswi kelas XII) dengan tingkat kategori tinggi, 2.9% (24 siswa-siswi kelas XII) dalam tingkat kategori sedang dan, 1.0% (1 siswa) dalam tingkat kategori rendah. Sedangkan tingkat kecemasan menghadapi ujian nasional (UN), mayoritas siswa dengan tingkat kategori tinggi sebesar 0%, tingkat kategori sedang sebesar 81.9% (86 siswa-siswi), sementara tingkat kategori rendah sebesar 18.1% (19 siswa-siswi). Pada hasil analisa uji hipotesis diperoleh hubungan negatif yakni sebesar -0.162 atau hubungan yang berpengaruh hingga 16.2% (rxy = -0.162; sig = 0.049 dimana p < 0,05). Dengan demikian semakin tinggi tingkat dukungan sosial teman sebaya siswa-siswi kelas XII MAN Denanyar maka akan semakin rendah tingkat kecemasan menghadapi ujian nasionalnya.
ENGLISH:
The National Exam is a system of measurement and evaluation in the form of competency assessment learners primary and secondary level nationally and serves a student decides to pass or not pass, it brought feelings of depression, anxiety, and fear of failure in the National Exam. Anxiety happens to students who will face the National Examination was normal, but the extent to which students are able to cope with anxiety, depending on the student's ability to respond to the anxiety they experienced.In general, individuals in need of help from others as a support for themselves when faced with a problem. With the onset of social support can control anxiety. In this case can be associated with feelings of anxiety faced by the students of class XII in the face of the National Exam. Therefore, the role of peers will be greatly needed, considering the closest peers are in every interaction on the school. Departing from the above phenomenon, this study aims to examine and determine the level of peer social support, knowing the anxiety level of the national exams (UN) and to determine the relationship of social support with peers in class XII student anxiety Denanyar MAN Jombang in national exams (UN) as a representation of the background in this study.
This study is a quantitative correlation. The subjects in this study amounted to 105, or 30% of the total of 347 total subjects who are active students of class XII MAN Jombang Denanyar taken with the technique of random sampling technique or a random sample. And retrieval of data using questionnaires, observations and interviews. In processing the data using Pearson Product Moment Correlation of, and test the validity and reliability of Cronbach alpha wear. Processing of the data is processed with SPSS 17.0 for Windows.
Based on the analysis of the study, obtained the following results: at the level of peer social support, obtained 76.2% (80 students of class XII) with high- level category, 2.9% (24 students of class XII) in the medium category and level, 1.0% (1 student) in the low-level category. While the anxiety level national exams (UN), the majority of students with high-level categories of 0%, the rate was at 81.9% category (86 students), while the low-level category of 18.1% (19 students). In the analysis of the results obtained by testing the hypothesis that a negative relationship at -0162 or relationships that affect up to 16.2% (rxy = - 0162; sig = 0.049 where p <0.05). Thus the higher levels of peer social support students of class XII MAN Denanyar the lower the anxiety level national exams.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Ujian nasional adalah sistem
evaluasi dalam bentuk pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik tingkat
dasar dan menengah secara nasional. 1 Ujian Nasional yang berfungsi memutuskan
seorang siswa lulus atau tidak lulus, memunculkan perasaan tertekan,
kekhawatiran, dan ketakutan akan kegagalan dalam Ujian Nasional. Penyebab
timbulnya kecemasan menghadapi ujian karena ujian dipersepsikan sebagai suatu
yang sulit, menentang dan mengancam, siswa memandang dirinya sendiri sebagai
seorang yang tidak sanggup atau tidak mampu mengerjakan ujian. Selain itu,
siswa hanya terfokus pada bayangan-bayangan konsekuensi buruk yang tidak
diinginkannya. Kecemasan yang terjadi pada siswa yang akan menghadapi ujian
nasional (UN) adalah normal, namun sejauh mana siswa tersebut dapat mengatasi
rasa cemasnya, tergantung pada kemampuan siswa tersebut untuk merespon
kecemasan yang dialaminya. Seperti misalnya lebih meningkatkan lagi porsi
belajarnya dengan ikut bimbingan belajar atau dengan mengadakan belajar
kelompok. Belajar adalah salah satu aspek yang mendukung di dalam dukungan
sosial, belajar merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan siswa untuk
mengatasi rasa cemasnya. Selain itu belajar juga dapat memperbesar rasa percaya
diri. Namun untuk belajar diperlukannya motivasi belajar karena 1 Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 46 Tahun 2010 2 motivasi
belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah atau semangat dalam
belajar. 2 Manusia dalam peranannya sebagai makhluk sosial, selalu akan
berinteraksi dengan orang lain. Semenjak dilahirkan manusia sudah mempunyai
naluri untuk hidup berkawan. 3 Pada umumnya individu membutuhkan bantuan orang
lain sebagai dukungan bagi dirinya ketika menghadapi masalah. Dengan adanya
dukungan sosial dapat mengurangi timbulnya simtom fisik dan gejala psikologis,
seperti kecemasan dan depresi. Adanya dukungan sosial dapat mengontrol
timbulnya kecemasan. 4 Dalam hal ini dapat dikaitkan dengan perasaan kecemasan
yang dihadapi oleh siswa kelas XII dalam menghadapi Ujian Nasional.
Gejala-gejala psikologis banyak ditemukan pada siswa karena mereka merasa
terancam dengan konsekuensi tentang kegagalan dalam UN yang hanya dijadikan
patokan dalam suatu kelulusan. Oleh karena itu peran teman sebaya akan sangat
dibutuhkan disini, mengingat teman sebaya adalah orang terdekat dalam setiap
interaksi di sekolah. Contoh peran teman sebaya salah satunya agar tekanan dan
rasa terancam pada seorang siswa dapat diminimalisir serta dapat keluar dari
keadaan tersebut dengan adanya motivasi, semangat juga keyakinan yang positif.
Kecemasan dan hilangnya ketenangan yang dialami siswa terkait ujian nasional
adalah perasaan yang dihadapi oleh seorang siswa ketika terdapat
tekanan-tekanan dari dalam lingkup pendidikan atau sekolah. Tekanan-tekanan 2
Winkel, W, S. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi. Hal 73. 3
Dayakisni, T & Hudaniah. 2009. Psikologi Sosial edisi revisi. Malang: UMM
Press. Hal 119. 4 Gottlieb, Benjamin. 1983. Social support strategies. Sage
Publications. Hal 17. 3 tersebut berhubungan dengan proses belajar dan kegiatan
ujian sekolah, serta saatsaat menjelang ujian, dan hal-hal yang lain. 5
kecemasan yang terjadi di lingkungan sekolah yang banyak terjadi pada siswa-siswi
kelasXII adalah bentuk dari kecemasan ketidaksiapan mental pelajar dalam
menghadapi Ujian Nasional. Jadi kecemasan dan hilangnya ketenangan siswa dalam
menghadapi Ujian Nasional adalah suatu respon atau perasaan yang tidak
mengenakkan yang dialami oleh seseorang yang dipengaruhi oleh individu dan
situasi eksternal sehingga menimbulkan akibat-akibat khusus secara psikologis
maupun fisiologis terhadap seseorang. Seperti halnya fenomena yang terjadi pada
siswa kelas XII di MAN Denanyar Jombang, berdasarkan hasil observasi dan
wawancara kepada guru BK MAN Denanyar Jombang menunjukkan bahwa dari 347 siswa,
hampir 25% siswa (79 orang) mengalami kecemasan dalam laporan yang menerangkan
bahwa dalam 5 minggu terakhir terdapat pernyataan, ungkapan, dan keluh kesah
siswa-siswi kelas XII terkait Ujian Nasional 2013/2014. Salah satu dari mereka
bahkan merasakan kecemasan secara berlebihan berupa ciri-ciri ketegangan
fisiologis yaitu merasa khawatir, gemetaran, berkeringat dingin, semakin sering
ke kamar mandi dan jantung berdebar-debar jika menyadari bahwa Ujian Nasional
semakin dekat. 6 Hasil wawancara kepada guru wali kelas XII dan bagian
kesiswaan juga menunjukkan bahwa siswa mengalami kecemasan dan sulit untuk
tenang dan fokus ketika proses pembelajaran di kelas ketika semakin mendekati
hari Ujian Nasional. 5 Winkel. 2004. Op. Cit. Hal 73. 6 Dokumentasi/Laporan
Bulanan BK MAN Denanyar tertanggal 20 September-30 Oktober 2013 4 Berdasarkan
observasi dan wawancara lanjutan kepada beberapa wali kelas XII (Sabtu 11 Januari
2014) menyebutkan bahwa banyak dari siswasiswinya menjadi lebih sering mencari
pengalihan kecemasan secara positif seperti belajar kelompok, mengunjungi
perpustakaan, laboratorium computer sekolah pada jam-jam istirahat secara
beramai-ramai, dan banyak dari beberapa siswa yang pada awalnya tidak terlalu
akrab menjadi semakin akrab satu sama lain. Ditambah meningkatnya antusiasme
siswa-siswi dalam partisipasi program dari sekolah yang mewajibkan seluruh
siswa-siswi kelas XII untuk sholat dhuha berjamaah serta istighotsah di pagi
hari sebelum dimulainya kegiatan belajar mengajar (KBM), yang dipimpin langsung
oleh bapak guru secara bergantian. Berdasarkan observasi peneliti, menilik dari
perbedaan latar belakang siswanya, tentunya dapat disimpulkan bahwa interaksi
antar siswa lebih banyak terjadi di sekolah. Dan dari interaksi yang akan terus
terjadi maka akan ada jalinan emosi diantara para siswa yakni rasa senasib
seperjuangan dan sepenanggungan. Terlebih setelah menyadari keberadaannya
dikelas XII, kesadaran akan tuntutan untuk lulus dari diri inividu, guru, orang
tua dan masyarakat yang kian terasa apalagi jam belajar siswa jadi lebih padat,
hal inilah yang biasanya dapat menimbulkan rasa cemas pada siswa. Namun tak
dapat dipungkiri fakta yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa tingkat
kecemasan siswa justru meningkat ketika ketakutan oleh rasa gagal Ujian
Nasional kembali menghantui yang dapat mengakibatkan timbulnya perasaan tidak
tenang dalam pembelajaran di kelas. Padahal dukungan dari berbagai pihak pun
selalu tersedia, baik berupa motivasi, fasilitas maupun material. Terlepas dari
fenomena tersebut seharusnya 5 peran teman sebaya sangatlah penting serta dapat
dimanfaatkan pengaruhnya bagi stabilitas mental siswa untuk menurunkan tingkat
kecemasan yang sedang dialami karena telah terjalinnya kebersamaan yang erat
dan adanya rasa senasib seperjuangan dan sepenanggungan untuk saling
men-support diantara mereka dalam belajar demi meraih kesuksesan bersama-sama
dalam mencapai kelulusan di Ujian Nasional. Banyak cara yang ditempuh para
pendidik di sekolah dalam menurunkan kecemasan siswa. Selain keaktifan guru
dalam mengajar dikelas, seorang guru akan selalu melakukan proses konstruksi
mental melalui pendampingan, konseling, bimbingan belajar tambahan ataupun
proses pendekatan lainnya. Selain itu dari peranan siswanya mengacu dalam suatu
konsep dukungan sosial (social support) yang didefenisikan sebagai informasi
verbal atau non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang
diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek (siswa) di dalam lingkungan
sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan
keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkahlaku penerimanya. Dalam hal
ini orang yang merasa memperoleh dukungan sosial, secara emosional merasa lega
karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya.7
Maka dengan adanya konsep dukungan sosial tersebut dapat dijadikan sebuah
solusi berdasarkan dari hasil observasi lapangan yang menyebutkan terdapat
gejala kecemasan pada siswa menjelang dilaksanakannya UN. Sebagaimana
diungkapkan dalam teori psikologi, kecemasan merupakan pengalaman subyektif
yang tidak menyenangkan mengenai 7 Koentjoro, S. Z. 2003. Dukungan Sosial Pada
Individu. Jakarta: e-psikologi.com. (di Publikasikan 21 Maret 2008). Hal 72. 6
kekhawatiran atau ketegangan berupa perasaan cemas, tegang, dan emosi yang
dialami seseorang. Kecemasan adalah suatu keadaan tertentu yang (state
anxiety), yaitu menghadapi situasi yang tidak pasti dan tidak menentu terhadap
kemampuannya dalam menghadapi suatu permasalahan atau obyek tertentu. Hal
tersebut berupa emosi yang kurang menyenangkan yang dialami oleh individu dan
bukan kecemasan sebagai sifat yang melekat pada kepribadian. Disamping itu,
bila ditinjau dari fakta di lapangan bahwa dalam intensitas kesehariannya semua
siswa akan selalu terlibat interaksi tanpa terkecuali. Berbekal rasa semangat
kebersamaan karena merasa sudah berada di kelas akhir, maka dukungan sosial
antar teman sebaya semakin tampak seperti dalam kebersamaan kehidupan pribadi
ataupun sosialnya. Bahkan perbedaan ras ataupun suku seakan sudah melebur
menjadi satu dalam kebersamaan aktivitas dan interaksinya sehingga tingkat
kecemasan dan hilangnya ketenangan siswa dalam belajar dapat teralihkan dan
misi untuk lulus Ujian Nasional 100%bisa terealisasi. Dalam konteks
perkembangan anak, teman sebaya adalah anak-anak dengan usia atau tingkat
kedewasaan yang kurang lebih sama. Dari kedua definisi diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa teman sebaya adalah suatu bentuk hubungan pada remaja yang
memiliki usia dan tingkat kedewasaan yang sama, baik di lingkungan sekolah
ataupun lingkungan rumah.8 Interaksi teman sebaya yang memiliki usia yang sama
memainkan peran khusus dalam perkembangan sosio emosional anak-anak. Salah satu
fungsi yang paling penting dari kelompok teman sebaya adalah untuk memberikan
sumber 8 Santrock, John W. 2009. Adolescence: Perkembangan Remaja. (Edisi 3).
Jakarta: Salemba Medika.268. 7 informasi dan perbandingan tentang dunia di luar
keluarga. Hubungan baik dengan teman sebaya merupakan peran yang mungkin
penting agar perkembangan anak menjadi normal.9 Dalam perkembangan individu
yaitu pada masa remaja, kelompok teman sebaya memiliki peran yang sangat
penting bagi perkembangan remaja baik secara emosional maupun secara sosial.
Buhrmester 10 menyatakan bahwa kelompok teman sebaya merupakan sumber afeksi,
simpati, pemahaman, panduan moral, tempat bereksperimen, dan setting untuk
mendapatkan otonomi serta independensi dari orang tua. Salah satu peran dari
teman sebaya yaitu berupa pemberian dukungan sosial. Dukungan sosial dari teman
sebaya yaitu dukungan yang diterima dari teman sebaya yang berupa bantuan baik
secara verbal maupun non verbal. Dari kelompok teman sebaya, remaja menerima
umpan balik mengenai kemampuan mereka. Anak-anak sampai remaja menghabiskan
semakin banyak waktu dalam interaksi teman sebaya. Pada hari sekolah, terjadi
299 episode bersama teman sebaya dalam tiap hari. Bagi remaja, hubungan teman
sebaya merupakan bagian yang paling besar dalam kehidupannya. 11 Pada
penelitian relasi yang baik antar teman sebaya pada masa-masa remaja
diasosiasikan dengan kesehatan mental yang positif. 12 Hilman 13 menjelaskan
bahwa, dukungan dari teman sebaya membuat remaja merasa memiliki teman senasib,
teman untuk berbagi minat yang sama, dapat melaksanakan kegiatan 9 Santrock,
John W. 2003. Adolescence: Perkembangan Remaja. (Edisi 6). Jakarta: Erlangga.
Hal 268. 10Papalia Feldman. 2008. Human Development. Jakarta: Salemba Humanika.
Hal 95. 11 Barker & Wright. Dalam Santrock. 2003. Op. Cit. Hal 347. 12
Santrock. 2003. Ibid. Hal 269. 13 Hilman. 2002. Kemandirian Remaja yang Tinggal
di Panti Asuhan ditinjau dari Persepsi Pelayanan Sosial dan Dukungan Sosial.
Tesis (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Hal 17. 8
kreatif, saling menguatkan bahwa mereka dapat berubah ke arah yang lebih baik
dan memungkinkan remaja memperolehrasa nyaman, aman serta rasa memiliki
identitas diri. Hilman 14 juga memaparkan bahwa, dukungan teman sebaya biasanya
terjadi dalam interaksi sehari-hari, misalnya melalui hubungan akrab yang
dijalin remaja bersama teman sebayanya melalui suatu perkumpulan di kehidupan
sosialnya. Dari beberapa pendapat tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan
sosial teman sebaya merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan
kenyamanan secara instrumental dan emosional yang didapat melalui interaksi
individu dengan teman sebaya sehingga individu tersebut merasa dicintai,
diperhatikan, dihargai dan merupakan bagian dari kelompok sosial. Lalu Hasil
penelitian Becker dan Luthar (2007), 15 menemukan bahwa remaja yang mendapatkan
dukungan dari teman sebayanya dalam bentuk penghargaan, pujian, kekaguman
sekaligus menjadi seseorang yang disukai oleh teman-temannya akan menunjukkan
prestasi yang baik di sekolah. Atwater (1983) 16 menjelaskan mengenai beberapa
fungsi teman sebaya sebagai berikut: (a). Teman sebaya membantu individu dalam
melakukan suatu transisi dari orientasi keluarga menuju orientasi teman sebaya.
Dalam proses perkembangan remaja, proses ini dimulai ketika remaja berinisiatif
untuk tidak terlalu bergantung pada keluarga, tetapi mulai mencari kemandirian
dengan cara mendapatkan perasaan emosional secara aman melalui teman-temannya.
(b). Teman sebaya memberikan keuntungan bagaimana caranya membina suatu 14
Hilman. 2002. Ibid. Hal 25. 15 Yettie, V. 2004. Pengaruh dukungan sosial teman
sebaya terhadap perilaku asertif pada remaja awal. Diperoleh dari
thesis.binus.ac.id/…/2011-2-01046-ps2001.htm. 16 Atwater, E. 1983. Adolescence.
Englewood Cliffs: Prentice-Hall, Inc, NJ. 9 hubungan yang baik dengan orang
lain dan hal ini akan berguna di masa yang akan datang. (c). Teman sebaya
berfungsi sebagai kelompok referensi dimana mereka akan berperan dalam menilai perilaku
seseorang apakah baik atau buruk. (d). Teman sebaya membantu individu dalam
menentukan identitas personalnya. Weiss mengemukakan adanya enam komponen
dukungan sosial yang disebut sebagai “The Social Provision Scale” dimana
masing-masing komponen dapat berdiri sendiri, namun satu sama lain saling
berhubungan. Adapun komponen tersebut antara lain; (a) Instrumental Support,
Yaitu: (1) Reliable Alliance (Ketergantungan yang dapat diandalkan), dalam
dukungan sosial ini, individu mendapat jaminan bahwa ada individu lain yang
dapat diandalkan bantuannya ketika individu membutuhkan bantuan, bantuan
tersebut sifatnya nyata dan langsung. Individu yang menerima bantuan ini akan
merasa tenang karena individu menyadari ada individu lain yang dapat diandalkan
untuk menolongnya bila individu mengalami masalah dan kesulitan. (2) Guidance
(Bimbingan), aspek dukungan sosial jenis ini adalah berupa adanya hubungan
kerja atau pun hubungan sosial yang memungkinkan individu mendapatkan
informasi, saran, atau nasehat yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan
mengatasi permasalahan yang dihadapi. Jenis dukungan sosial jenis ini bersumber
dari guru, alim ulama, pamong dalam masyarakat, figur yang dituakan dan juga
orang tua. Dan (b) Emotional Support yaitu: (1) Reassurance of Worth (Pengakuan
positif), dukungan sosial ini berbentuk pengakuan atau penghargaan terhadap
kemampuan dan kualitas individu. Dukungan ini akan membuat individu merasa
dirinya diterima dan dihargai. (2) Emotional Attachment (Kedekatan 10
emosional), aspek dukungan sosial semacam ini memungkinkan seseorang memperoleh
kerekatan (kedekatan) emosional sehingga menimbulkan rasa aman bagi yang
menerima. Orang yang menerima dukungan sosial semacam ini merasa tenteram, aman
dan damai yang ditunjukkan dengan sikap tenang dan bahagia. Sumber dukungan
sosial semacam ini yang paling sering dan umum adalah diperoleh dari pasangan
hidup, atau anggota keluarga/teman dekat atau sanak keluarga yang akrab dan
memiliki hubungan yang harmonis. (3) Social Integration (Integrasi sosial),
dukungan sosial ini memungkinkan individu untuk memperoleh perasaan memiliki
suatu kelompok yang memungkinkannya untuk membagi minat, perhatian, serta
melakukan kegiatan secara bersama-sama. Dukungan semacam ini memungkinkan
individu mendapatkan rasa aman, nyaman serta merasa memiliki dan dimiliki dalam
kelompok yang memiliki persamaan minat. (e) Opportunity to Provide Nurturance
(Kesempatan untuk mengasuh), suatu aspek penting dalam hubungan interpersonal
adalah perasaan dibutuhkan oleh orang lain. Dukungan sosial ini memungkinkan
individu untuk memperoleh perasaan bahwa orang lain tergantung padanya untuk
memperoleh kesejahteraan. 17 Sedangkan aspek-aspek dukungan sosial berdasarkan
Shumaker dan Brownel adalah sebagai berikut: (1) Ekspresi kepedulian, merupakan
bentuk sikap peduli yang dirasakan dari teman sebaya seperti adanya rasa
dicintai, dipahami, dan merasa akrab atau dekat dengan sesama. (2) Keterlibatan
dalam aktivitas kelompok, terlibat dengan lingkungan yaitu berupa interaksi
sosial, terlibat dalam 17 Cutrona, C. E, et. Al. 1994. Perceived Parental
Social Support and Academic Achievement an Attachment Theory Perspective.
Journal of Personality and Social Psychology. Hal 350. 11 kegiatan yang
diselenggarakan oleh kelompok atau komunitas didalam lingkungannya. (3)
Penentraman hati, adanya rasa diterima, dihargai, maupun dipuji oleh teman
disekitarnya atau teman sebayanya. (4) Informasi verbal, mendapat suatu
informasi mengenai ancaman serta objek realitas, strategi coping yang bisa diambil,
rujukan ke orang lain. (5) Saling mendengarkan, adanya sikap saling keterbukaan
dan memperlihatkan diri. (6) Bantuan yang nyata, merasa dibantu, mendapat
sokongan atau dorongan dalam menghadapi atau menyelesaikan permasalahan
sehari-hari, seperti masalah keuangan, tugas sekolah, serta mendapat pelayanan
social dll. 18 Dukungan teman sebaya pada dasarnya adalah tindakan menolong
yang diperoleh melalui hubungan interpersonal dan peran teman sebaya dalam
penyesuaian sosial salah satunya berupa pemberian dukungan sosial. 19 Lebih
lanjut, Akbar & Hawadi menjelaskan bahwa faktor dukungan sosial sangat
penting dalam menentukan keberhasilan perkembangan sosial pada remaja. Manfaat
penting yang dapat diperoleh individu dari dukungan sosial adalah tersedianya
dukungan dari lingkungan yang bermanfaat dalam menghadapi suatu masalah.
Seorang remaja yang mendapatkan dukungan dari teman sebayanya akan memperoleh
perhatian dan penghargaan ketika berhasil dalam menjalankan tugasnya, serta
mendapatkan pertolongan apabila menemukan kesulitan-kesulitan, hal tersebut
akan membangkitkan perasaan nyaman dan diterima, sehingga memudahkan remaja
dalam menelaah permasalahan yang dihadapi untuk 18 Shumaker dan Brownel. 1984.
Hal. 11. 19 Yettie. 2004. Op. Cit. 12 selanjutnya menentukan langkah pemecahan
yang tepat.20 Dari pengertian dukungan sosial teman sebaya di atas, maka dapat
ditarik kesimpulan ketika remaja menghadapi masalahnya dan ia mendapatkan
dukungan dari teman sebayanya berupa tersedianya teman yang dapat memberikan
motivasi, mendengarkan keluh kesah, memberikan informasi yang diperlukan,
diajak berdiskusi dan bertukar pikiran maka orang tersebut akan merasa lebih
nyaman, merasa diperhatikan, serta merasa memiliki tempat untuk berbagi keluh
kesah yang dialami sehingga siswa-siswi dapat mengembangkan pemecahan masalah
yang baik, terutama untuk proses menurunkan tingkat kecemasan dalam diri siswa
kelas XII MAN denanyar Jombang ketika menghadapi Ujian Nasional. Berdasarkan
uraian diatas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui lebih mendalam
hubungan dari dukungan sosial teman sebaya terhadap kecemasan siswa kelas XII
MAN Denanyar Jombang menghadapi Ujian Nasional. B. Penelitian Terdahulu
Berbagai penelitian telah dilakukan dengan menggunakan kecemasan sebagai
variabel. Penelitian Renata,21 menggunakan optimisme sebagai variabel bebas dan
yang dijadikan variabel terikat adalah stres menghadapi UN. Subyek penelitian
ini adalah siswa siswi kelas XII SMA Negeri 3 bantul, yang berjumlah 78 siswa.
Berdasarkan hasil analisis data penelitian dapat disimpulkan ada hubungan
negatif yang sangat signifikan antara optimisme dengan stres 20 Akbar, Reni
& Hawadi. 2001. Psikologi perkembangan anak-mengenal sifat, bakat, dan
kemampuan anak. Jakarta: PT. Grasindo. Hal 4. 21 Renata. 2008. Hubungan Antara
Optimisme dengan Tingkat Stress Menghadapi UN tingkat SMA. Skripsi(Tidak
Diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta 13 menghadapi UN pada
siswa SMAN 3 Bantul. Semakin tinggi optimisme semakin rendah tingkat stres
menghadapi UN dan sebaliknya semakin rendah optimisme semakin tinggi tingkat
stres menghadapi UN. Penelitian Tribowo, 22 menggunakan kepercayaan diri
sebagai variabel bebas dan yang dijadikan sebagai variabel terikat adalah stres
siswa kelas 3 SMA menghadapi UN 2009. Subyek penelitian ini adalah siswa siswi
kelas 3 SMA Negeri 4 Yogyakarta sebanyak 118 siswa. Berdasarkan hasil analisis
data penelitian dapat disimpulkan ada hubungan negatif yang sangat signifikan
antara kepercayaan diri dengan stres menghadapi UN pada siswa SMAN 4
Yogyakarta. Semakin tinggi kepercayaan diri semakin rendah tingkat stres
menghadapi UN dan sebaliknya semakin rendah kepercayaan diri semakin tinggi
tingkat stres dalam menghadapi UN. Penelitian Nova Asmarasari, 23 menggunakan
dukungan sosial sebagai variabel bebas dan yang dijadikan sebagai variabel
terikatadalah tingkat stress menghadapi SNMPTN. Subyek penelitian ini adalah
peserta SNMPTN di kota Ciamis. Berdasarkan hasil analisis data dapat
disimpulkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial
dengan tingkat stress menghadapi SNMPTN di kota Ciamis. Semakin tinggi dukungan
sosial, semakin rendahtingkat stress dan sebaliknya semakin rendah dukungan
sosial, semakin tinggi tingkatstressnya. 22 Tribowo. 2009. Hubungan Antara
Kepercayaan Diri Dengan Tingkat Stress Menghadapi UN. Skripsi (Tidak
DIterbitkan). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta 23 Nova Asmarasari.
2010. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Tingkat Stress Menghadapi SNMPTN.
Skripsi (Tidak Diterbitkan). Ciamis 14 Penelitian Hindun,24 menggunakan
dukungan sosial sebagia varibel bebas dan yang dijadikan sebagai variabel
terikat adalah stres siswa menjelang UN. Subyek penelitian ini adalah siswa
siswi kelas XII SMUN 1 Tegal. Berdasarkan pada hasil analisis data terdapat
hubungan yang negatif dan signifikan antara dukungan sosial dengan stres pada
siswa siswi SMUN 1 Tegal menjelang UN. Semakin tinggi dukungan yang diterima
oleh siswa, semakin rendah tingkat stres yang dialami. Dan sebaliknya semakin
rendah dukungan yang diterima oleh siswa, semakin tinggi tingakat stres yang
dialaminya menjelang UN. No Nama peneliti Judul penelitian Hipothesis
penelitian Persamaan Perbedaan 1 Renata (2008) UIN Yogyakarta Hubungan
optimisme dengan tingkat stress menghadapi UN tingkat SMA Ada hubungan antara
optimisme dengan tingkat stress menghadapi UN Pengukuran variabel X, Y dan
analisis regresi sederhana terhadap siswa SMA menjelang UN Variabel1
(X)optimism e, V2 (Y) tingkat stress. Penelitian diambil di kota bantul. 2
Tribowo (2009) Hubungan antara kepercayaan diri dengan tingkat stress
menghadapi UN Ada hubungan antara kepercayaan diri dengan tingkat stress
menghadapi UN Pengukuran variabel X, Y dan analisis regresi sederhana terhadap
siswa SMA menjelang UN Variabel1 (X) kepercayaan diri, Variabel2 (Y) tingkat
stress. Penelitian diambil di kota yogyakarta 3 Nova Asmarasari (2010) Hubungan
antara dukungan sosial dengan Ada hubungan antara dukungan sosial dengan
Pengukuran variabel X,Y dengan persamaan variabel X Varibel2 (tingkat stress).
Penelitian diambil di 24 Hindun. 2007. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan
Tingkat Stress Menghadapi UN pada Siswa SMA. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Tegal
15 tingkat stress menghadapi SNMPTN tingkat stress menghadapi SNMPTN (dukungan
sosial). Dan analisis regresi linier sederhana kota ciamis 4 Hindun (2007)
Hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat stress menghadapi UN pada siswa
SMA Ada hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat stress menjelang UN pada
siswa SMA Pengukuran variabel X,Y dengan persamaan variabel X (dukungan
sosial). Dan analisis regresi linier sederhana Varibel2 (tingkat stress).
Penelitian diambil di kota tegal C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar
belakang di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut : 1.
Bagaimanakah tingkat dukungan sosial teman sebaya siswa kelas XII MAN Denanyar
Jombang? 2. Bagaimanakah tingkat kecemasan siswa kelas XII MAN Denanyar
Jombang? 3. Apakah ada hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan
kecemasan siswa kelas XII MAN Denanyar Jombang dalam menghadapi Ujian Nasional?
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi
tujuan penelitian adalah : 1. Untuk mengetahui tingkat dukungan sosial teman
sebayasiswa kelas XII MAN Denanyar Jombang. 16 2. Untuk mengetahui tingkat
kecemasan siswa kelas XII MAN Denanyar Jombang. 3. Untuk mengetahui adanya
hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengankecemasan siswa kelas XII
MAN Denanyar Jombang dalam menghadapi Ujian Nasional. E. Manfaat Penelitian Hasil
penelitian ini diharapkan akan memberikan 2 manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat
Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian ilmiah dan
sebagai referensi atau literature data empiris yang telah teruji secara ilmiah
mengenai hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan tingkat kecemasan
siswa kelas XII MAN Denanyar Jombang dalam menghadapi ujian nasional (UN). 2.
Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai
peranan dukungan sosial teman sebaya terhadap tingkat kecemasan siswa kelas XII
MAN Denanyar Jombang dalam menghadapi Ujian Nasional, sehingga para siswa kelas
XII dapat menyadari arti dan makna dukungan sosial yang diberikan oleh teman
sebayanya, serta dapat membantu siswa kelas XII di dalam proses menangani
tingkat kecemasannya, yang mana akan sangat berguna bagi mereka agar tetap
fokus dan berkonsentrasi dalam belajar sehingga misi untuk lulus ujian nasional
100% bisa direalisasikan.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" : Hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Nasional ." Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah iniDOWNLOAD
No comments:
Post a Comment