Abstract
INDONESIA:
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif terhadap proses konseling. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses konseling pada warga binaan LP Anak Blitar dan pengaruhnya terhadap peningkatan makna hidup pada warga binaan LP Anak Blitar.
Warga binaan LP Anak Blitar dipilih sebagai subjek penelitian karena mereka berada dalam situasi yang kondisi yang menimbulkan kekosongan makna hidup atau makna hidup yang negative. Penjara merupakan tempat yang membosankan dan membuat penghuninya sulit memaknai kehidupannya dengan positif.
Konseling Logoterapi merupakan konseling yang bersifat jangka pendek dan memusatkan diri pada perubahan sikap klien agar dapat memaknai hidupnya secara positif. Konseling ini bukan berorientasi pada masa lalu , tetapi berorientasi pada masa depan (future oriented) karena makna hidup harus ditemukan dan hidup yang bermakna harus benar-benar secara sadar dan sengaja dijadikan tujuan, diraih dan diperjuangkan (Bastaman:77,2007).
Makna hidup adalah cara pandang seseorang terhadap diri, kehidupan dan hubungan antara dirinya dan orang lain. Makna hidup seseorang sangat dipengaruhi oleh sistem nilai yang dianut seorang manusia, pola berpikirnya dalam memandang diri sebagai manusia, sikapnya dalam memandang pengalaman hidupnya, tujuan-tujuan hidupnya dan kesadarannya akan peran dirinya sebagai pribadi dalam membuat pilihan hidup dan bertanggung jawab terhadapnya.
Penelitian dilaksanakan dalam empat tahapan tema konseling. Pengecekan keabsahan data dilakukan pada akhir penelitian dengan menggunakan Focus Group Discussion. Pengukuran peningkatan makna hidup dilakukan dengan menggunakan Purpose in Life Test yang merupakan karya dari Crumbaugh dan Maholick.
Analisa data dilakukan dengan metode analisa naratif, yaitu menafsirkan pernyataan yang diberikan sebagai respon terhadap kalimat-kalimat konseling dari peneliti yang dikodekan dan dihubungkan dengan aspek-aspek dalam teori konseling Logoterapi yang mendasari penelitian ini.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Terdapat kekosongan makna pada warga binaan Lembaga Pemasyarakatan
Anak Blitar.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konseling Logoterapi berhasil meningkatkan makna hidup pada warga binaan LPA Blitar yang menjadi subjek penelitian.
1. Terdapat kekosongan makna pada warga binaan Lembaga Pemasyarakatan
Anak Blitar.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konseling Logoterapi berhasil meningkatkan makna hidup pada warga binaan LPA Blitar yang menjadi subjek penelitian.
ENGLISH:
This is qualitative deskriptif research at counselling process. The aim of this research are to know how Logotherapy counseling process going on at adolescence at LP Anak Blitar and the impact of it at adolescence meaning of life that live at LP Anak Blitar.
Adolescence that live at LP Anak Blitar are choosen as the subject of this research because they live in situation and condition that cause negative meaning of life. Prison is a place where life felt bored and this make the prisoner is difficult to make positive meaning of life.
Logotherapy counseling is short term and have focus at attitude modification for the client can make positive meaning of his life. This Counsel ling is not past oriented but future oriented, because meaning of life has to be found and the meaningful life has to be a goal that must be reach as struggle in life (Bastaman:77,2007).
Meaning of life is a way of someone to see his self, life and relation between his self and other people. Meaning of life of someone is very influenced by the values system that he has, his pattern of thingking when he look at himself as a human being,his attitude when he look at his experience of life, the goals of his life.
Research was doing divided into four step of topic. Validity of data was checked Focus Group Discussion. Assessment is done by using Purpose in Life Test that is made by Crumbaugh dan Maholick.
Data analizing is done by narrative analyze methode by giving interpretation at statement from subject as respon to question or statemen thar given by researcher. This interpretation is related to the aspects in Logotherapy teory.
Summary of this research are :
1. There are existensial vacuum at adolescence prisoner at Lembaga
Pemasyarakatan Anak Blitar.
2. Result of research show that Logotherapy counseling have successfully make the client’s meaning of life up.
1. There are existensial vacuum at adolescence prisoner at Lembaga
Pemasyarakatan Anak Blitar.
2. Result of research show that Logotherapy counseling have successfully make the client’s meaning of life up.
There are weakness at this research, that the researcher didn’t include the aspect of suicide and attitude about death. This weakness caused the faillness to making up these aspect point at subject of research.
The research is limited by the time that is available from the prison’s schedule that make the counseling process did not get maximal result.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Kehidupan modern menimbulkan banyak masalah
kekosongan makna di dalam kehidupan manusia. Manusia sering terlena dengan kehidupan
duniawinya, dan tidak sempat merenungkan kebermaknaan dirinya ( Lukas,1985:15).
Kekosongan makna baru akan sangat terasa pada saat seseorang mengalami
serangkaian kejadian yang mengecewakan di dalam kehidupannya. Misalnya pada
remaja yang merasa gagal menjadi populer di antara teman sebayanya, remaja yang
putus cinta, orang yang menjelang pensiun, pasangan yang bercerai,orang yang
menderita sakit berkepanjangan, dan sebagainya. Makna hidup sangat diperlukan
oleh manusia untuk menghadapi kehidupannya dengan bersemangat. Seorang manusia
yang menghayati makna hidupnya akan dapat mengisi kehidupannya dengan penuh
makna dan mendapatkan kebahagiaan dari perjuangannya dalam memberi makna dalam
kehidupannya. Manusia yang hidupnya penuh makna akan selalu termotivasi untuk
memperjuangkan tujuan hidupnya. Mereka tidak akan mengalami kekosongan atau
kehampaan eksistensial yang bisa menimbulkan mental yang tidak sehat.
Orang-orang yang makna hidupnya tinggi akan mampu menetapkan tujuan-tujuan
hidupnya dengan jelas dan terencana, bahkan mereka mampu menghadapi kegagalan
dalam hidupnya dengan kembali menelaah dan mencari makna hidup yang menyehatkan
bagi dirinya. 2 Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar merupakan salah satu tempat
di mana dapat ditemukan remaja yang mengalami kasus kekosongan makna.
Berdasarkan hasil penelitian saat PKLI pada bulan Agustus 2007 oleh Niniek
Kartini mengenai Problem Eksistensial pada 10 orang Warga Binaan LPA Blitar ti
dengan menggunakan daftar pertanyaan yang disadur dari daftar pertanyaan Viktor
Frankl yang digunakan pada pasien di rumah sakit Wina (Koswara,1992) mengenai
cara mereka bersikap terhadap kehidupan, ternyata dari 10 subjek yang menjawab
daftar pertanyaan tadi terdapat 9 orang yang terbukti mengalami frustasi
eksistensial yang menimbulkan kekosongan makna kekosongan makna. Artinya mereka
merasa hampa karena berada di penjara dan tidak dapat memaknai pengalaman
hidupnya di penjara dengan positif. Penghuni Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar
pada bulan April 2008 sebanyak 160 orang dengan persentasi yang melakukan
pencurian 70 % sedang untuk kasus asusila sekitar 20 % dan kasus pembunuhan
sekitar 10 %. Penyebabnya yang utama adalah kurang kuatnya bekal nilai hidup
positif yang dimiliki. Mereka yang berada di Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar
umumnya berasal dari keluarga yang memiliki status social ekonomi rendah,
beberapa ada juga yang berasal dari status ekonomi menengah ke atas. Mereka
tidak memiliki modalitas yang cukup umtuk memilih tindakan yang positif dalam
hidupnya menurut konsep logoterapi disebabkan kurangnya nilai-nilai positif
yang dijadikan pegangan hidupnya (Lukas,1985). Nilai-nilai pedoman ini hidup
ini mutlak diperlukan agar seseorang dapat memaknai hidupnya dengan positif. 3
Selain itu sejak awal sebelum masuk Lembaga Pemasyarakatan atau penjara mereka
sudah mengalami kekosongan makna, dibuktikan denngan perilaku salah yang
menyebabkan mereka masuk ke penjara. Kehidupan di dalam penjara yang rutin dan
penuh keterbatasan menyebabkan penghuninya mengalami kebosanan. Ketidakpastian
akan masa depan setelah keluar dari penjara semakin menambah kekosongan makna
bagi penghuni penjara. Hal ini menyebabkan mereka apatis dalam menghadapi masa
depannya, tidak merasa dirinya berarti dan merasa menjadi musuh masyarakat.
Pada umumnya mereka bingung atau menjawab tidak tahu bila ditanya tujuan dan
makna hidupnya. Kekosongan makna ini terkadang menjadikan mereka berusaha
melupakannya dengan menyalahgunakan obat, suatu tindak pelanggaran yang sering
dilakukan oleh mereka di dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar. Walaupun
sanksi dari pihak Lembaga Pemasyarakatan Anak cukup berat, mereka tidak jera.
Hukumannya dapat berupa digunduli rambutnya, diberi hukuman fisik atau bahkan
dimasukkan ke dalam sel pengasingan. Penyuluhan tentang penyalahgunaan Narkoba
juga sering diadakan, tetapi manfaatnya terlihat tidak terlalu memuaskan.
Aktivitas sehari-hari yang penuh kemurungan terlihat dari pilihan lagu-lagu
yang bersyair sedih, ketika mereka diminta menyanyikan lagu. Suara tawa dan
canda ria jarang terdengar, pembicaraan mereka berkisar pada kebosanan,
kerinduan akan kehidupan bebas di luar penjara, kesedihan, atau saling mengejek
antar teman. Pada kenyataannya mereka sulit mengambil makna dari kehidupan yang
mereka alami di penjara. 4 Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar seperti juga
Lembaga Pemasyarakatan Anak lain di Indonesia , bertujuan membina warganya agar
dapat kembali ke masyarakat dengan baik. Hal tersebut tercantum dalam tujuan
didirikannya Lembaga Pemasyarakatan Anak yang diketahui peneliti dari informasi
tertulis berjudul Sekilas tentan Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar. Tetapi
seringkali terjadi, warga binaan yang telah bebas cenderung kembali melakukan
tidak pidana. Hal ini terbukti dengan beberapa warga binaan yang merupakan residivis
yang berulangkali masuk ke Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar. Fenomena di atas
kemungkinan disebabkan tidak adanya kemampuan memaknai hidup secara positif
dalam perasaan dan jiwa mereka.Mereka putus asa dalam mengubah diri menjadi
orang baik karena merasa terjebak dan terhambat oleh sikap masyarakat yang
negative terhadap dirinya. Sikap apatisnya membuat mereka mudah menyerah dalam
perjuangannya menjadi orang yang dapat diterima masyarakat. Kehidupan
sehari-hari di Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar dimulai ketika kamar dibuka
oleh petugas pada jam 06.00 WIB yang dilanjutkan dengan apel pagi dan
membersihkan diri. Kemudian warga binaan sarapan pagi mulai jam 07.00 WIB
sampai sekitar pukul 08.00 WIB. Jam 08.00 – 10.00 WIB mereka melakukan tugas
harian pada pos yang sudah ditetapkan oleh bagian BINADIK (Pembinaan dan
Pendidikan) Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar. Setelah lewat jam 10.00 WIB
mereka beristirahat menunggu makan siang yang diselingi dengan apel siang. 5
Sholat Dhuhur dilaksanakan secara berjamaah di masjid Lembaga Pemasyarakatan
Anak,dan diwajibkan bagi warga Setelah itu mereka menunggu waktu makan sore
pada pukul 16.00 WIB sambil bergerombol di pojok-pojok LP di bloknya
masing-masing, kadang main gitar dan bernyanyi atau mendengarkan radio di
kamar. Selepas apel sore mereka menunggu sampai pukul 22.00 malam, waktunya
mereka masuk kamar masing-masing dan pintu kamar dikunci oleh petugas. Menurut
penuturan penghuni Lembaga Pemasyarakatan, mereka bosan dengan kegiatan mereka
sehari-hari. Tetapi bila ditanya mengenai rencana mereka setelah keluar dari
Lembaga Pemasyarakatan mereka kebanyakan menyatakan bingung, tidak tahu, belum
memikirkan dan sebagainya. Mereka tidak punya bayangan apa yang bisa mereka
lakukan demi masa depannya. Sikap apatis terlihat dari cara mereka menjawab
yang tampak malas-malasan. Semangat mereka tampak bila diberi imbalan materi,
bisa berupa rokok, kue, atau bendabenda lain. Tetapi bila tidak ada imbalan
mereka cenderung menghindar bila ditanya tentang pribadinya. Terdapat hambatan
yang besar dalam mendapatkan cerita yang jujur mengenai masa lalu mereka
sebelum masuk Lembaga Pemasyarakatan atau mengenai cerita kenapa mereka bisa
masuk Lembaga Pemasyarakatan. Antara cerita dan kenyataan dalam arsip petugas
kadang berbeda jauh. Karakteristik warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Anak
Blitar kebanyakan adalah liar, susah diatur, agresif, sulit percaya pada orang
lain, berpikir pendek, kurang bisa berempati pada orang lain. Mereka sulit
diajak 6 berkomunikasi karena konsentrasi mereka mudah terpecah dan cepat
bosan. Jika melakukan komunikasi di antara mereka, yang terjadi adalah
penggunaan bahasa agrsif seperti saling mengejek, menyuruh teman dengan
memaksa, dan sebagainya. Mereka sering mengarang cerita-cerita bohong sekedar
ingin menunjukkan dirinya berarti ataupun sekedar untuk memamerkan dirinya.
Salah satu anak mengaku pernah mencoba bunuh diri karena merasa tidak berguna
dan bosan hidup. Walaupun demikian, namun peneliti mendapatkan bahwa sebenarnya
mereka memiliki kebutuhan yang besar untuk disayangi, dicintai dan dimengerti.
Sifat individualistic masih nampak pada mereka, mungkin dorongan hati yang
gelisah dan haus akan kasih sayang yang mendorong mereka dekat dengan peneliti.
Seperti juga yang dialami peserta PKLI yang lain, ada kecenderungan mereka
menginginkan hubungan yang khusus untuk mereka saja. Bila ada subjek lain yang
mendekat mereka meninggalkan kami atau terlihat tidak senang. Beberapa di
antaranya selalu mengajukan permintaan, tapi tidak semua dalam bentuk benda. Ada
yang hanya minta dibalas suratnya, minta dibuatkan puisi atau sekedar ditemani
mengobrol. Arah pembicaraan terkadang tidak jelas, berusaha mencurahkan isi
hati namun kesulitan berkata jujur. Peneliti harus mencari trik tertentu agar
dapat mengarahkan pembicaraan ke arah konseling. Mereka tidak serta merta
menerima maksud baik dari peneliti untuk memperbaiki perilaku, ada seorang
subjek yang menolak berbicara lagi dengan peneliti karena permintaannya berupa
foto tidak langsung dikabulkan oleh peneliti. Dari hasil observasi dan
wawancara yang ada 7 terlihat bahwa kebanyakan berasal dari keluarga dengan
status social ekonomi yang rendah. Kondisi keluarga yang tidak harmonis,
hubungan orang tua dan anak yang tidak memadai, dan pendidikan yang gagal di
sekolah. Penelitian mengenai problem eksistensial pada remaja pernah dilakukan
di Amerika Serikat. Penelitian ini menggunakan pendekatan Logoterapi, yaitu
dengan melakukan Bimbingan Logoterapi secara klasikal pada remaja awal.
Penelitian ini dilakukan oleh Cynthia Lynn Wimberly dengan judul Impact of
Logotherapy on at Risk African American Elementari Student (Pengaruh
Logotherapi terhadap Pelajar Negro yang Berisiko) di Lousiana, USA selama tahun
2006. Beliau mengambil sample pada 1500an anak kelas 5 dan 6 dari beberapa
sekolah dengan diberi perlakuan melalui gurunya dengan Bimbingan Logoterapi.
Para guru diberi modul Bimbingan Logoterapi untuk dimasukkan dalam program
pendidikan di kelas. Anak-anak negro yang dianggap berisiko adalah mereka
terancam drop out akibat dari prestasi akademik yang rendah dan masalah dalam
pergaulan dengan teman-temannya. Hasil penelitian yang diuji dengan Purpose In
Life (PIL) Test sebelum perlakuan menunjukkan adanya kekosongan makna dalam
diri mereka. Setelah menjalani perlakuan terlihat peningkatan yang berarti
dalam level hasil PIL test yang diberikan lagi pada mereka setelah pemberian
Logoterapi. Mereka juga berperilaku lebih baik dalam belajar dan bergaul dengan
teman-temannya di sekolah. Berdasarkan hal tersebut di atas peneliti merasa
perlu melakukan penelitian mengenai Konseling Logoterapi untuk Meningkatkan
Makna Hidup 8 pada Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar. Diharapkan
penelitian ini akan menghasilkan peningkatan makna hidup yang berarti bagi
mereka sebagaimana yang dialami pelajar negro di Lousiana tersebut. Hal ini
diharapkan akan membantu mereka untuk merubah kecenderungan perilaku yang buruk
menjadi baik, dan dapat membuat kehidupan yang bermakna di masa kini dan
mendatang. Penelitian lanjutan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar mengenai
problem eksistensial yang terdapat pada warga binaannya sangat penting untuk
dilakukan. Hal ini penting untuk memperoleh deskripsi yang jelas mengenai
manfaat konseling yang berfokus pada penemuan makna hidup (Konseling Logoterapi).
Apakah konseling Logoterapi dapat meningkatkan makna hidup pada penghuni
Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar? Konseling Logoterapi merupakan konseling
yang membantu klien memahami arti kehidupannya yang penuh derita dan mengambil
makna yang positif darinya. Mereka yang hidup di penjara tentu merasakan
hidupnya sebagai penderitaan. Konseling yang membantu mereka memaknai hidupnya
di penjara akan bisa membantunya menhadapi kehidupan di penjara dengan positif
dan bangkit dari masa lalunya yang kelam menuju masa depan yang bermakna postif
dengan menerima dirinya yang terlanjur salah dengan memaafkan diri, dan bangkit
dengan menggunakan potensi-potensi positif yang ada di dalam dirinya di masa
yang akan datang. 9 B. RUMUSAN MASALAH Penelitian mengenai Konseling Logoterapi
untuk Meningkatkan Makna Hidup pada Warga Binaan LP Anak Blitar dilakukan
dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kebermaknaan hidup pada
warga binaan Lembaga Pemasyarakatan anak Blitar? 2. Bagaimana pengaruh
Konseling Logoterapi terhadap peningkatan makna hidup bagi warga binaan Lembaga
Pemasyarakatan Anak Blitar? C. TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk Mengetahui
kebermaknaan hidup pada warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar. 2.
Untuk mengetahui pengaruh konseling Logoterapi terhadap peningkatan makna hidup
pada pada warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar. D. MANFAAT
PENELITIAN Penelitian ini diharapkan memberi manfaat berupa: a. Secara praktik
psikologis : 1. Peneliti dapat meningkatkan pengetahuan mengenai Konseling Logoterapi
dan penerapannya pada remaja khususnya warga binaan LPA Blitar. 10 2. Bagi
sesama psikolog dan akademisi psikolog dapat memberikan sumbangan bagi
penegetahuan mengenai koseling Logoterapi pada narapidana remaja. 3. Deskripsi
yang didapat memudahkan bagi akademisi psikologi untuk melakukan penelitian
lanjutan mengenai konseling Logoterapi pada narapidana remaja. b. Secara
praktis: 1. Membantu Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar dalam membina warganya
agar dapat kembali kepada masyarakat sebagai warga negara yang berguna. 2. Bagi
para praktisi konseling pada remaja, dapat membantu memberikan sumbangan
pengetahuan mengenai praktik konseling Logoterapi pada remaja khususnya yang
mengalami masalah kriminal.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" : Konseling Logoterapi untuk meningkatkan makna hidup pada warga binaan LP anak Blitar" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment