Abstract
INDONESIA:
Masa remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantap. Di samping itu, masa remaja adalah masa yang rawan oleh pengaruh yang negatif, seperti narkoba, kriminal dan kejahatan seks. Salah satu fenomena kehidupan remaja yang sangat menonjol adalah terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Terjadinya peningkatan perhatian remaja terhadap seksual sangat dipengaruhi oleh faktor perubahan fisik selama pubertas dan dorongan seksual remaja yang tinggi, Sehingga menimbulkan rasa keingintahuan akan seksualitas. Untuk menguasai perkembangan yang penting dalam pembentukan hubungan–hubungan baru dan yang lebih matang dengan lawan jenis dan dalam memainkan peran yang tepat dengan seksnya, remaja harus memperoleh konsep diri yang dimiliki sejak masa kanak–kanak. Konsep diri yang dimiliki remaja akan mempengaruhi perilakunya dalam hubungan sosial dengan individu lain. Apabila remaja yang mempunyai konsep diri negatif akan cenderung melakukan perilaku seksual diluar nikah, dikarenakan tidak adanya penghargaan terhadap dirinya sendiri serta memiliki emosi yang labil dan kepribadian yang belum matang. Akan tetapi remaja yang memiliki konsep diri positif akan cenderung untuk tidak melakukan perilaku yang menyimpang seperti melakukan perilaku seks diluar nikah, dikarenakan adanya penghargaan diri terhadap remaja serta kematangan emosi pada remaja. Dari pemikiran tersebut maka peneliti ingin mengetahui bagaimana hubungan antara konsep diri dengan perilaku seks pranikah pada siswa SMA Cokoraminoto Malang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat konsep diri, perikalu seks pranikah pada siswa dan hubungan antara konsep diri dengan perilaku seks pranikah. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, sampel yang diambil adalah keseluruhan siswa kelas X dan seluruh siswa kelas XI dengan jumlah keseluruhan 61 siswa. Sedangkan untuk kelas XII tidak diambil karena sedang menghadapi UN (Ujian Nasional). Pengumpulan data adalah menggunakan metode dokumentasi, wawancara, observasi serta angket. Data yang diperoleh dari angket dianalisa menggunakan teknik korelasi Product Moment dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistical Product And Service Solution) 17,00 for windows.
Kesimpulan yang diperoleh adalah konsep diri pada tingkat tinggi sebesar 21, 31%, kemudian pada tingkat sedang sebesar 65, 57 dan pada tingkat rendah sebesar 13, 12%. Perilaku seks pranikah siswa pada tingkat tinggi sebesar 27, 86%, kemudian pada tingkat sedang sebesar 57,38% dan pada tingkat rendah sebesar 14, 76%. Dari hasil analisa korelasi disimpulkan bahwa tidak ada korelasi atau hubungan yang signifikan (rxy = -0,96 : sig. = 0,05 < 0,460) antara Konsep Diri dengan Perilaku Seks Pranikah pada siswa SMA Cokroaminoto Malang. Dan itu dapat diartikan bahwa hipotesis yang diajukan peneliti yakni ada hubungan positif yang signifikan antara konsep diri dengan perilaku seks pranikah ditolak.
ENGLISH:
Adolescent is a transitional stage of life and that is not steady. Beside, adolescent is a vulnerable period by the negative influences, such as drugs, crime and sex crimes. One of the adolescent phenomenon that really stands out is the increased of interest and motivation toward sexuality. The increased attention to adolescent sexual greatly influenced by the physical changes during puberty and adolescent sexual stimulus, than make a curiosity for sexuality. To master the important developments in the establishment of a new relationship and a more mature with the opposite sex and the exact role played by sex, adolescent need to get the self-concept possessed since childhood. The self-concept possessed adolescent will affect their behavior in social relationships with other individuals. If the adolescent who has a negative self-concept will tend to perform sexual behaviors outside of marriage, because there is no respect for themselves and are emotionally unstable and immature personality. However, adolescents who have positive self-concept will tend to not perform deviant behaviors such as having sex before marriage, self-esteem due to the emotional maturity of adolescents. From this thought the researchers want to know how the correlation between self-concept and premarital sexual behavior in student high school Cokoraminoto of Malang.
This study aims to increase the level of self-concept, pre-marital sexual behavior in students and the correlation between self-concept with behavior of premarital sex. This research is quantitative, the sample is taken the whole class X and class XI all students with a total of 61 students. The class XII was not taken because of the national exams. Data collection by using the method of documentation, interviews, observation and questionnaires. Data obtained from questionnaires were analyzed by Product Moment correlation technique using a computer program SPSS (Statistical Product And Service Solution) 17.00 for windows.
The conclusion is the concept himself at a high level of 21, 31%, then at a medium level of 65, 57 and at low levels by 13, 12%. Premarital sexual behavior of students at high levels by 27, 86%, then at a medium level of 57, 38% and at low levels by 14, 76%. From the results of correlation analysis concluded that there was no significant correlation or relationship (rxy = -0.96: sig. = 0.05 < 0.460) between Self-concept and Premarital sex behavior in student high school Cokroaminoto of Malang. It also mean the researchers that the hypothesis is rejected.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Masa Remaja merupakan suatu masa dimana
perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ – organ fisik (seksual)
sehingga mampu bereproduksi pada umumnya.Masa remaja adalah suatu masa
peralihan yang sering menimbulkan gejolak1 .Menurut Hurlock (1994) remaja
berasal dari istilah adolescence yang memiliki arti tumbuh untuk mencapai
kematangan, baik mental, emosional, sosial, dan fisik.Pada masa ini ditandai
dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis dan
sosialnya. Menurut Hurlock (1994) pada masa ini pula timbul banyak perubahan
yang terjadi, baik secara fisik maupun psikologis, seiring dengan tugas-tugas
perkembangan yang harus dipenuhi oleh remaja.Pada masa ini terjadi perubahan
fisik yang ditandai dengan munculnya tanda – tanda seks primer dan sekunder
serta perubahan kejiwaan meliputi perubahan emosi menjadi sensitive dan perilaku
ingin mencoba hal – hal baru (Depkes, 2003)2 . Menurut Sarwono (2006) perubahan
– perubahan fisik merupakan gejala primer dalam pertumbuhan masa remaja yang
berdampak terhadap perubahan – perubahan psikologis. Pada mulanya tanda – tanda
perubahan fisik dari masa remaja terjadi dalam 1 Desmita, Psikologi
Perkembangan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hlm.190 2 Depkes 2003,
www.goole.com, diakses pada 11 februari 2011, pukul : 16.00 WIB 2 konteks
pubertas. Dalam konteks ini kematangan organ – organ seks dan kemampuan
reproduktif betumbuh dengan cepat3 . Masa remaja adalah suatu tahap kehidupan
yang bersifat peralihan dan tidak mantap.Di samping itu, masa remaja adalah
masa yang rawan oleh pengaruh – pengaruh yang negatif, seperti narkoba,
kriminal dan kejahatan seks4 .Salah satu fenomena kehidupan remaja yang sangat
menonjol adalah terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas5
. Pada masa remaja, pemikiran pemuda dipenuhi oleh gejolak, rasa ingin tahu
yang tinggi, emosional, pantang menyerah serta kuatnya potensi fisik dan akal.
Remaja sangat rentan terbawa arus dari dampak negatif perkembangan zaman.
Remaja selalu penuh dengan gejolak dan keinginan besar. Remaja ingin
menyesuaikan diri dalam masyarakat, ingin diakui oleh masyarakat bahwa ia telah
dewasa. Rasa ingin tahu yang tinggi dapat menjerumuskan remaja pada hal-hal
negatif apabila tidak diberikan pendidikan dan pengarahan pada mereka. Desmita
(2005) menyatakana terjadinya peningkatan perhatian remaja terhadap kehidupan
seksual ini sangat dipengaruhi oleh faktor perubahan – perubahan fisik selama
pubertas.Terutama kematangan organ – organ seksual dan perubahan – perubahan
hormonal, megakibatkan munculnya dorongan – dorongan seksual dalam diri
remaja.Dorongan seksual remaja ini sangat tinggi, dan bahkan lebih tinggi dari
dorongan seksual orang dewasa. Sehingga menimbulkan rasa keingintahuan akan
seksualitas. Sebagai anak muda yang belum memiliki pengalaman tentang seksual,
tidak jarang dorongan – dorongan seksual ini menimbulkan ketegangan fisik dan
psikis.Untuk melepaskan diri dari ketegangan tersebut, 3 Sarwono, Psikologi
Remaja, Raja Grafindo Remaja, Jakarta, 2006, hlm 140 4 Wliis, Sofyian S, Remaja
dan Masalahnya, Mengupas Berbagai Bentuk Kenakalan Remaja Seperti Narkoba, Free
Sex Dan Pemecahannnya, Alfabeta, Bandung, 2008, hlm, 1 5 Kurniawan, Teguh.
Hubungan Antara Ineraksi Teman Sebaya Dan Konsep Diri Dengan Intensi Perilaku
Seks Pranikah Pada Remaja, Skripsi Online, Fakultas Psikologi, Unversitas
Muhammadiyah Surakarta, 2009. 3 para remaja mencoba mengekspresikan dorongan
seksualnya dalam berbagai bentuk tingkah laku seksual, mulai dari melakukan
aktivitas berpacaran (dating), berkencan, bercumbu sampai dengan melakukan
kontak seksual6 . Melakukan kontak seksual disebut juga dengan melakukan
hubungan seksual atau perilaku seksual.Perilaku seksual atau pranikah adalah
segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, mulai dari tahapan yang
paling ringan sampai pada tahap intercourse dan dilakukan sebelum menikah7 .
Hurlock (1980) menjelaskan bahwa pada era modern, melakukan hubungan seks di
luar pernikahan dianggap benar apabila orang – orang yang terlibat saling
mencintai dan saling terikat.Senggama yang disertai kasih sayang lebih diterima
daripada bercumbu sekedar melepas nafsu.Remaja masa kini menganggap bahwa
ungkapan – ungkapan cinta, apapun bentuknya adalah baik sejauh kedua pasangan
remaja saling tertarik.Akan tetapi, dianggap salah apabila melakukan hubungan
seks diluar nikah tanpa disertai rasa cinta, hanya untuk kesenangan serta ada
pemaksaan bagi laki – laki tehadap perempuan atau dilakukan sebagai alat oleh
perempuan untuk memaksa laki – laki menikahinya8 . Meskipun begitu, Sarwono
(1994) menyatakan bahwa secara psikologis bentuk perilaku seks remaja pada
dasarnya adalah normal sebab prosesnya memang dimulai dari rasa tertarik kepada
orang lain, muncul gairah diikuti puncak kepuasan dan diakhiri dengan
penenangan. Ukuran normal ini akan menjadi berbeda ketika norma masyarakat dan
norma agama ikut terlibat. Norma masyarakat Indonesia belum mengizinkan adanya
perilaku 6 Desmita, Psikologi Perkembangan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005,
hlm : 222 7 Rejeki, Perilaku Seksual Pranikah dan Sikap Terhadap Aborsi (Studi
Korelasi Pada Mahasiswa Progam Studi Psikologi UNDIO Semarang), Jurnal
Psikologi UNDIP, Semarang, 2005, hlm : 4 8Hurlock. B, Psikologi Perkembangan
Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehiidupan, Erlangga, Jakarta, 1980, hlm
225. 4 seksual remaja yang mengarah kepada hubungan seksual pranikah (sexual
intercourse extra marital), demikian pula norma agama-agama di Indonesia9 . Di
dalam Agama Islam, perilaku sesksual sebelum menikah disebut juga dengan zinah
telah di jelaskan dalam ayat – ayat Al – Qur’an seperti firman Allah Surat
Al-Isra : 32 yakni wur(#qç/tø)s?# oTÌh9$# (¼çm¯RÎ)tb%x.Z pt±Ås»sùuä!$yur W xÎ6yÇÌËÈ 32.
Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji. dan suatu jalan yang buruk. Dalam ayat tersebut menjelaskan bahwa
perbuatan zinah adalah perbuatan tercela, suatu perbuatan yang dan merugikan
bagi pelakunya.Maka dari itu Islam melarang para umatnya untuk melakukan zinah.
Perilaku seksual sebelum menikah pada kalangan remaja saat ini sudah berada
pada tingkat yang mengkhawatirkan.Hasil riset yang telah dilakukan oleh BKKBN
(2007) menyatakan bahwa 40% remaja berusia 15-24 tahun telah mempraktikkan
sekspranikah. Hasil survei tersebut dikutip dilakukan pada rentang tahun
2002-2006 terhadap 2.880 remaja. Dan bisa dipastikan tahun 2007 akan
meningkat10 . Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lilik Mufidah
pada siswa SMK di Malang yang berjumlah 150 orang siswa menyatakan bahwa
sebanyak 82,5% siswa memiliki kontrol diri sedang serta sebanyak 42,5% siswa
memiliki tingkat perilaku seks 9 Kurniawan, Teguh. Hubungan Antara Ineraksi
Teman Sebaya Dan Konsep Diri Dengan Intensi Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja,
Skripsi Online, Fakultas Psikologi, Unversitas Muhammadiyah Surakarta, 2009.
Hal : 1 10 http//: kepala-bkkbn-51-dari-100-remaja-di-jabodetabek-sudah-tak-perawan.html,
diakses pada diakses pada 11 februari 2011, pukul : 16.00 WIB 5 pranikah yang
tinggi. Yang mempunyai pengertian bahwa tidak adanya hubungan antara kontrol
diri dengan perilaku seks pra nikah pada remaja puber11 . Muhammad Jufri dalam
penelitiannya yang dilakukan pada 151 Mahasiswa Universitas Makassar
mengemukakan bahwa terdapat hasil korelasi positif antara intensitas mengakses
situs seks di internet dengan permisivitas perilaku seksual remaja.Yaitu
semakin tinggi intensitas remaja mengakses situs seks di internet, maka makin
permisif perilaku seksualnya12 . Menariknya, bahwa hubungan seksual sebelum
menikah justru banyak dilakukan oleh remaja yang berpacaran.Seperti halnya
fakta yang ditemukan pada siswa SMA Cokroaminoto, sebagaimana hasil survey dan
wawancara yang dilakukan peneliti terhadap salah satu siswa yakni mengaku
pengalaman melakukan seks pertama kali dilakukannya dengan pacaranya. Siswa
tersebut mengaku pada awalnya ia ragu untuk melakukan hal tersebut, akan tetapi
dengan alasan cinta dan sayang maka ia melakukan seks dengan pacarnya yang
kemudian sekarang menjadi hal yang rutin dan wajar apabila ia berkencan dengan
pacarnya. Selain itu terdapat pula siswa yang mengaku selain berkencan dengan
pacar ia juga berkencan dengan om – om. Dengan alasan selain mendapat
kesenangan dan kepuasan ia juga mendapatkan sejumlah uang yang digunakannya
untuk membeli keperluan yang tidak ia dapatkan dari orang tuanya. Serta ada
pula yang mengaku ia pernah melakukan hubungan seks dengan teman – teman sekelasnya.
SMA Cokroaminoto Malang sudah dari dulu memang terkenal terdapat murid – murid
yang dengan istilah “buangan”dengan pengertian 11Lilik Mufidah, Hubungan
Kontrol Diri terhadap Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja di SMKN 2 Malang,
Universitas Islam Negeri Malang, Malang, 2008, hlm 101 – 102. 12 Jufri
Muhammad, Intensitas Mengakses Situs Seks dan Permisivitas Perilaku Seksual
pada Remaja ( Jurnal Psikologi ), Universita Negeri Makassar, Makassar, 2005,
hlm 117. 6 bahwa murid yang masuk pada sekolah tersebut sebagaian besar adalah
siswa yang telah dikeluarkan dari sekolah lain, atau siswa yang tidak dapat
diterima oleh sekolah – sekolah lain. Sehigga tidak menutup kemungkinan
sebagian besar para siswa yang ada pada sekolah tersebut berperilaku tidak baik
atau dengan kata lain berperilaku menyimpang. Perilaku menyimpang pada siswa
SMA Cokroaminoto Malang selain masalah seks, masalah lainnya adalah terdapat
kasus kekerasan pada pelajar. Yakni terdapat tiga orang siswa yang telah
kedapatan menganiaya salah satu temannya di kamar kost salah satu siswa, yang
dipicu karena teman yang dianiaya tersebut telah memberitahukan kepada pacar
salah satu pelaku dengan mengatakan bahwa salah satu pelaku telah berkencan
dengan om – om hidung belang (hasil wawancara pada tanggal 10 Januari 2012).
Meskipun tidak semua remaja berpacaran melakukan hal tersebut, tetapi dari
fakta tersebut menunjukan kecenderungan yang mengkhawatirkan dan
memprihatinkan. Ironisnya, bujukan atau permintaan pacar merupakan motivasi
untuk melakukan hubungan seksual dan hal ini menempati posisi keempat setelah
rasa ingin tahu, agama atau keimanan yang kurang kuat serta terinspirasi dari
film dan media massa (Laily dan Matulessy, 2004)13 . Prawiratirta (dalam
Gunarsa, 1986) menyatakan bahwa sejumlah pengalaman pada masa berpacaran dapat
memberikan rangsangan untuk melakukan perilaku seksual pranikah.Pengalaman
tersebut bisa berasal dari bacaan, situs porno dan kesempatan yang tersedia14 .
Karena meningkatnya minat pada seks, remaja selalu berusaha lebih banyak
mencari informasi mengenai seks.Hanya sedikit remaja yang berharap bahwa seluk
beluk tentang seks dapat diperoleh dari orang tuanya. Oleh karena itu, remaja
mencari pelbagai 13Kurniawan, Hubungan Antara Ineraksi Teman Sebaya Dan Konsep
Diri Dengan Intensi Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja, Skripsi Online,
Fakultas Psikologi, Unversitas Muhammadiyah Surakarta, 2009. Hal : 1 14 Gunarsa
Singgih, Psikologi Praktis : Anak, Remaja dan Keluarga, Gunung Mulia, Jakarta,
2001, hlm. 95 7 informasi yang mungkin dapat diperoleh, misalnya karena higien
seks di sekolah atau perguruan tinggi, membahas dengan teman – temannya, buku –
buku tentang seks, atau percoban dengan jalan masturbasi, bercumbu atau
bersenggama. Selain ketersediaan dan kemudahan menjangkau produk media
pornografis yang merupakan faktor stimulan utama bagi remaja untuk melakukan
perilaku seksual pranikah, lingkungan sosial juga mempunyai peranan besar
terhadap perkembangan remaja.Lingkungan sosial sebagai bagian dari komunitas
sosial memegang peranan yang strategisbagi kehidupan sosial masyarakat15 . Pada
masa remaja lingkungan sosial yang dominan antara lain dengan teman
sebaya.Lingkungan teman sebaya merupakan suatukelompok baru yang memiliki ciri,
norma, kebiasaan yang jauh berbeda dengan apa yangada di lingkungan rumah.
Bahkan apabila kelompok tersebut melakukan penyimpangan, maka remaja juga akan
menyesuaikan dirinya dengan norma kelompok. Remaja tidak peduli dianggap nakal
karena bagi mereka penerimaan kelompok lebih penting, Selain media massa dan
lingkungan sosial teman sebaya, faktor lain yang mempengaruhi karakteristik
idividu untuk melakukan perikalu seksual pra nikah adalah konsep diri.Untuk
menguasai tugas perkembangan yang penting dalam pembentukan hubungan – hubungan
baru dan yang lebih matang dengan lawan jenis, dan dalam memainkan peran yang
tepat dengan seksnya, kawula muda harus memperoleh konsep yang dimiliki sejak
kecil (Hurlock, 1980)16 . Menurut Dedy (2001) Konsep diri merupakan pandangan
kita mengenai siapa diri kita, dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi
yang 15 Kurniawan, Teguh, Hubungan Antara Ineraksi Teman Sebaya Dan Konsep Diri
Dengan Intensi Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja, Skripsi Online, Fakultas
Psikologi, Unversitas Muhammadiyah Surakarta, 2009, hlm : 2 16Hurlock. B,
Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehiidupan, Erlangga,
Jakarta, 1980, hlm 228. 8 diberikan orang lain kepada kita, melalui komunikasi
dengan orang lain kita belajar bukan saja mengenai siapa kita, namun juga
bagaimana kita merasakan siapa kita. Kita mencintai diri kita bila kita telah
dicintai orang lain dan kita pecaya diri kita bila telah dipercaya orang lain17
. Konsep diri (self-consept) ialah gambaran diri sendiri yang bersifat
menyeluruh terhadap keberadaan diri seseorang. Gambran konsep diri berasal dari
interaksi diri sendri maupun diri dengan orang lain (lingkungan sosialnya),
oleh karena itu konsep diri sebagai cara pandang seseorang mengenai diri
sendiri untuk memahami keberadaan diri sendiri maupun memahami orang lain18 .
Konsep diri yang dimiliki remaja akan mempengaruhi perilakunya dalam hubungan
sosial dengan individu lain. Kurangnya kontrol diri pada remaja yang disertai
dorongan yang sangat kuat serta rasa ingin tahu remaja yang sangat tinggi pada
seks menjadikan remaja tidak dapat mengendalikan dorongan seksualnya yang
mengakibatkan remaja melakukan perilaku seksual yang menyimpang seperti
perilaku seksual diluar nikah.Oleh sebab itu, diperlukan mekanisme yang dapat
mengatur dan mengarahkan perilakunya menuju kebaikan.Salah satu mekanisme yang
perlu dimiliki adalah konsep diri positif19 . Konsep diri tinggi atau positif
akan berpengaruh pada perilaku positif. Benner (1985) menyebutkan konsep diri
yang positif akan memungkinkan seseorang untuk bisa bertahap menghadapi masalah
yang mungkin saja muncul. Selain itu akan membawa dampak 17 Mulyana, Dedy. Ilmu
Komunikasi, Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hlm: 70. 18
Dariyo, Agoes, Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama (Psikologi
Atitama), Refika Aditama, Bandung , 2007, hlm: 202. 19 Kurniawan, Teguh.
Hubungan Antara Ineraksi Teman Sebaya Dan Konsep Diri Dengan Intensi Perilaku
Seks Pranikah Pada Remaja, Skripsi Online, Fakultas Psikologi, Unversitas
Muhammadiyah Surakarta, 2009, hlm : 2 9 positif pula pada orang disekitarnya.
Sebaliknya, konsep diri yang negatif merupakan penilaian yang negatif pula
terhadap dirinya sendiri. Efek dari konsep diri yang negatif ini akan
mempengaruhi baik itu hubungan interpersonal maupun fungsi mental lainnya20 .
Manakala berinteraksi dengan lingkungan individu mempunyai penilaian tentang
diri sendiri. Seluruh sikap, pandangan serta keyakinan seseorang terhadap
dirinya akan berpengaruh terhadap seluruh perilakunya. bila individu mamandang
bahwa dirinya sebagai orang yang tidak mampu maka perilakunya akan menunjukkan
ketidak mampuannya tersebut. Konsep diri adalah gambaran yang dimiliki
seseorang tentang dirinya sendiri. Konsep diri merupakan gabungan dari
keyakinan yang dimiliki orangtentang dirinya sendiri, karakteristik fisik,
psikologis, sosial, emosional,aspirasi serta prestasi21 . Menurut (Calhoun dan
Acocella, 1990: 67) mendefinisikan konsepdiri sebagai pasangan tentang diri
sendiri yang memiliki tiga dimensi, yaitupengetahuan tentang diri sendiri,
pengharapan mengenai diri sendiri danpenilaian tentang diri sendiri. Sedangkan
menurut Brooks (dalam Woolfolk,1998:73; Atwater, 1983:108), konsep diri
merupakanpersepsi individu terhadap diri sendiri, dalam hal ini dapat bersifat
fisik,psikologis, dan sosial hasil pengalaman dan interaksinya dengan orang
lain22 . Konsep diri atau self concept lebih menunjukkan pada pandangan
ataupengertian seseorang terhadap dirinya sendiri. Konsep diri meliputi
semuanilai, sikap dan keyakinan terhadap diri seseorang dalam berhubungan
denganlingkungan dan merupakan panduan dari 20Ibid, 2. 21 Wahyuningsih, Ratna.
Hubungan Antara Konsep Diri Dan Kontrol Diri Dengan Perilaku Seksual Pranikah
PadaSiswa Kelas XI SMA Negeri I Malang (Skripsi Tidak Diterbitkan), Fakultas
Psikologi, Universitas Islam Negeri Malang, Malang, 2008, hlm : 7. 22Ibid, 7.
10 sejumlah persepsi diri yangmempengaruhi dan bahkan menentukan persepsi dan
tingkah laku (Mappiare,1992)23 . Rogers (2000) mengungkapkan bahwa konsep diri
yang negatif akan ditunjukkan dengan perilaku negatif, pengetahuan yang tidak
tepat tentang diri, pengharapan yang tidak realistis, harga diri yang rendah,
takut tidak berhasil atau pesimis. Kondisi ini menunjukan bahwa remaja memiliki
kepribadian yang belum matang dan emosi yang labil, sehingga mudah terpengaruh
melakukan hal-hal negatif, misalnya melakukan hubungan seks pranikah24 .
Berdasarkan latar belakang di atas, serta berdasarkan fakta yang didapat
peneliti dari hasil survey dan wawancara maka peneliti melakukan penelitian
untuk mengetahui Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Perilaku Seksual Pranikah
Pada Siswa SMA Cokroaminoto Malang. 23 Ibid, 7. 24 Sobur, Alex , Psikologi Umum
Dalam Lintasan Sejarah, Pustaka Setia, Bandung, 2003, hlm: 505 11 B. Rumusan
Masalah Dalam penelitian ini, rumusan masalah yang diangkat adalah 1.
Bagaimanakah Tingkat Konsep Diri pada Siswa SMA Cokroaminoto Malang? 2.
Bagaimanakah Tingkat Perilaku Seks Pranikah pada Siswa SMA Cokroaminoto Malang?
3. Apakah ada hubungan antara Konsep Diri dengan Perilaku Seks Pranikah pada
Siswa SMA Cokroaminoto Malang? C. Tujuan Masalah Berdasarkan rumusan masalah
diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk
mengetahui Tingkat Konsep Diri pada Siswa SMA Cokroaminoto Malang, 2. Untuk
mengetahui Tingkat Perilaku Seks Pranikah pada Siswa SMA Cokroaminoto Malang,
3. Untuk mengetahui hubungan antara Konsep Diri dengan Perilaku Seks Pranikah
pada Siswa SMA Cokroaminoto Malang. D. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian
ini diharapkan, dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis bagi pengembangan
keilmuan diantaranya : 12 1. Manfaat Teoritis Diharapkan dari penelitian ini
dapat menambah khasanah keilmuwan dalam bidang Psikologi pada khususnya serta
pada bidang keilmuwan lain pada umumnya. 2. Manfaat Praktis Bagi Lembaga :
Khususnya bagi pihak Sekolah SMA Cokroaminoto Malang bisa mengetahui bagaimana
hubungan Konsep Diri dengan Perilaku Seks Pranikah pada Remaja. Sehingga
diharapkan dapat menjadi wacana untuk bisa mengawasi pergaulan pada para Siswa
- siswinya. Bagi Peneliti : Peneliti dapat mengetahui dan memahami sejauh mana
hubungan Konsep Diri dengan Perilaku Seks Pranikah pada Siswa SMA Cokroaminoto
Malang. Bagi Subyek : Subyek dapat mengetahui sejauh mana hubungan Konsep Diri
dengan Perilaku Seks Pranikah pada Remaja, sehingga diharapkan bisa mawas diri
dalam bergaul agar tidak terjerumus pada hal – hal yang merugikan.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :ubungan antara konsep diri dengan perilaku seks pranikah pada siswa SMA Cokroaminoto Malang." Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment