Abstract
INDONESIA:
Perilaku merokok dapat di artikan sebagai suatu kegiatan menghisap hasil olahan tembakau yang di dalamnya terdapat zat adiktif (ketergantungan) sehingga membuat orang yang menghisapnya bisa menjadi ketergantungan yang memiliki keterkaitan dengan aspek yang bersifat kuantitatif, lokasional dan fungsional, dimana tingkat tinggi, sedang, dan rendah perilaku merokok. Salah satu faktor yang di asumsikan dapat mempengaruhi perilaku merokok adalah kelekatan. Kelekatan (Attachment) merupakan hubungan timbal balik yang aktif yang bersifat afektif antara 2 individu, dan interaksi tersebut merupakan usaha untuk menjaga kelekatan. Individu yang Attachment yang aman diasosiasikan dengan kemampuan coping yang efektif, hubungan interpersonal yang suportif, dan keterampilan pemecahan masalah yang konstruktif.
Penelitian ini dirumuskan untuk mengetahui tingkat kualitas attachment, tingkat perilaku merokok, dan tingkat emotional focused coping pada siswa kelas X di SMK Muhammadiyah 1
Kepanjen. Hipotesis yang diajukan adalah 1) adanya hubungan kualitas attachment dengan emotional focused coping, 2) adanya hubungan emotional focused coping dengan perilaku merokok, 3) adanya hubungan kualitas attachment dengan perilaku merokok di mediasi emotional focused coping.
Kepanjen. Hipotesis yang diajukan adalah 1) adanya hubungan kualitas attachment dengan emotional focused coping, 2) adanya hubungan emotional focused coping dengan perilaku merokok, 3) adanya hubungan kualitas attachment dengan perilaku merokok di mediasi emotional focused coping.
Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X di SMK Muhammadiyah 1 Kepanjen. Tekhnik pengambilan sampel dengan tekhnik sampling dan analisis data menggunakan regresi linier sederhana dengan SPSS 16 for windows. Sedangkan untuk menguji variabel mediasi penulis juga menggunakan analisa regresi dengan menggunakan bantuan program syntax SPSS yang di tulis oleh Preacher, Rucher,
& Hayes.
& Hayes.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kualitas attachment orangtua, tingkat kualitas attachment teman sebaya, tingkat emotional focused coping, serta tingkat perilaku merokok berada pada tingkat sedang, dengan masing-masing. Dari hasil analisa menunjukkan bahwa hubungan kualitas attachment orangtua dengan perilaku merokok di mediasi emotional focused coping menunjukkan hasil signifikan, sehingga emotional focused coping tidak diperlukan sebagai variabel mediator. Sedangkan hasil analisa hubungan kualitas attachment teman sebaya dengan perilaku merokok di mediasi emotional focused coping menunjukkan hasil tidak signifikan. Oleh karena itu emotional focused coping di perlukan sebagai variabel mediasi.
ENGLISH:
Smoking habit could be defined as a sipping activity of tobacco product which is containing of additive substance (dependence) that can makes the people who sip it could being dependence or addicted and also have a relationship with quantitative aspect, locational and functional, where high penalty, middle, and low smoking habit. One factor that can be assumed to influence smoking behavior is the viscosity. Attachment is an active reciprocal relationship that is affectively between two individuals, and interactions are an attempt to maintain stickiness. Individuals secure attachments are associated with effective coping skills, interpersonal relationships are supportive, and constructive problem solving skills.
This study was formulated to determine the level of quality of attachment, level of smoking behavior, and the level of emotional focused coping in class X in Senior High School for Profession of Muhammadiyah 1 Kepanjen. The hypothesis advanced is that 1) the quality of attachment relationship with emotional focused coping, 2) the emotional relationship focused coping with smoking behavior, 3) the quality of attachment relationship with smoking behavior in the mediation of emotional focused coping.
The design of this study used a quantitative approach. The population in this study is a class X student at Senior High School for Profession of Muhammadiyah 1 Kepanjen. Sampling technique with the technique of sampling and analysis of data using simple linear regression with SPSS 16 for windows. As for the authors also tested the mediating variables using regression analysis with the help of SPSS syntax program that was written by Preacher, Rucher, & Hayes.
These results indicate that the quality of parental attachment, peer attachment quality level, the level of emotional focused coping, and level of smoking behavior is at moderate levels, with each one. From the analysis shows that the quality of attachment parenting relationship with smoking behavior in the mediation of emotional focused coping showed significant results, so emotional focused coping is not required as a mediator variable. While the results of analysis of peer attachment quality relationship with smoking behavior in the mediation of emotional focused coping showed no significant results. Therefore in need of emotional focused coping as a mediating variable.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Merokok
merupakan salah satu kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat.Perilaku
merokok tidak hanya menyebabkan beberapa penyakit akan tetapi juga memperpendek
umur.Dalam kehidupan sehari-hari kita seringkali menemui orang merokok di
berbagai tempat baik di pasar, perkantoran ataupun tempat umum lainnya bahkan
di rumah sendiri.Kebiasaan merokok di mulai dengan adanya rokok pertama.Umumnya
rokok pertama pertama dimulai pada usia remaja.Sejumlah studi mengemukakan
bahwa penghisapan rokok pertama di mulai pada usia 11-13 tahun (Smet dalam
Kemala,2007).Merokok telah di mulai pada masa kanak-kanak akhir dan meningkat
pada remaja (“Stop”, 2000; Chassin, Presson, Rose, & Sherman, 1996; Chen
& Kandel, 1995).Oskamp (1984) menyatakan bahwa setelah mencoba rokok
pertama, seorang individu menjadi ketagihan merokok, dengan alasan seperti
kebiasaan, menurunkan kecemasan dan mendapatkan penerimaan (Oskamp dalam
Kemala,2007). Jika dillihat data-data mengenai perilaku merokok di Indonesia
kita akan melihat angkaangka yang mengejutkan diantaranya yaitu Indonesia
menduduki peringkat ketiga di dunia dalam hal jumlah perokok. Sekitar 60 juta
penduduk Indonesia merokok. Kematian akibat penyakit yang berhubungan dengan
rokok tiap tahun mencapai 429.948 orang atau 1.172 orang perhari (Profil
Tembakau Indonesia,2007). Bahkan, kerugian akibat rokok melebihi pendapatan
cukai. Tahun 2005 cukai sebesar Rp 32,6 trilyun dari rokok tetapi biaya
pengobatan penyakit akibat rokok mencapai Rp.167 trilyun atau 5 kali lipat
cukai rokok. Konsumsi rokok tahun 2008 mencapai 240 miliar batang per hari atau
658 juta batang per hari (Harian tempo,2009). Ini berarti 330 Miliar “dibakar”
oleh perokok Indonesia dalam sehari.Data susenas tahun 2004 menunjukkan bahwa
hampir 70% laki-laki berpendidikan rendah adalah perokok. Perilaku merokok pada
remaja umumnya semakin lama akan semakin meningkat sesuai dengan tahap
perkembangannya yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas
merokok dan sering mengakibatkan mereka mengalami ketergantungan nikotin
(Laventhal dan Cleary dalam Kemala,2007).Hal ini sesuai dengan data prevalensi
perokok remaja yang terus naik dari tahun ke tahun seperti pada tahun 1995
terdapat 27% dewasa dan 7,1 % remaja umur 15-19 tahun yang merokok, bandingkan
kenaikannya dengan tahun 2004 yang perokok dewasanya sebesar 34,4 % dengan
remaja umur 15-19 tahun yang merokok sebesar 17,3% (data dari Fact Sheet TCSC ISMKMI).
Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok telah
banyak di lakukan oleh para ahli, baik dari instuisi pemerintah, kalangan
independen maupun akademisi dengan harapan dapat mengurangi penyebaran perilaku
merokok pada masa remaja. Beberapa penelitian telah mengidentifikasi
variabel-variabel yang mempengaruhi perilaku merokok remaja.Penelitian yang
dilakukan Husaini melaporkan bahwa kebiasaan merokok pada sebagian
orang,umumnya dipicu oleh citra dalam diri tiap individu dan juga pergaulan
dalam masyarakatnya.ABG (anak baru gede) umumnya merokok karena sekedar
ikut-ikutan orang yang lebih dewasa darinya.Kadang para ABG ini merokok karena
sekedar ingin mengikuti trend yang ada di sekitarnya (Husaini,2006).Karena
gengsi,kelihatan macho/keren,atau ingin dianggap dewasa merupakan alasan remaja
untuk merokok.Merokok dapat mendatangkan berbagai kenikmatan.Banyak perokok
yang mengaku tidak bisa berhenti merokok karena merokok dapat menenangkan
pikiran.Padahal semakin banyak rokok yang terisap perokok akan mengalami banyak
penyakit (Mangunegoro dalam Mangunprasodjo,2005). Menurut Erikson, remaja mulai
merokok berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa
perkembangannya yaitu masa ketika mereka sedang mencari jati dirinya.Dalam masa
remaja ini,sering dilukiskan sebagai masa badai dan topan karena
ketidaksesuaian antara perkembangan psikis dan sosial (Erikson dalam
Komalasari,2002).Perilaku merokok bagi remaja merupakan perilaku simbolisasi
yaitu simbol kematangan,kekuatan,kepemimpinan,dan daya tarik terhadap lawan
jenis.Perilaku merokok merupakan perilaku yang menyenangkan dan bergeser
menjadi aktivitas yang bersifat obsesif,karena sifat nikotin adalah adiktif
atau Ketergantungan (Brigham,1991). Perilaku merokok juga ditemukan menjadi
bentuk strategi coping dalam menurunkan kondisi stres.Hasil penelitian pada
sampel remaja menemukan bahwa perilaku beresiko salah satunya perilaku merokok
dijadikan sebagai cara coping dalam memainkan peran sentral masa remaja.Ketika
remaja mengalami masa stres akibat permasalahan yang dihadapi, seringkali
mereka menggunakan obat-obatan, merokok, dan meminum alkohol sebagai bentuk
coping (Piko,2009). Dalam penelitian ini peneliti ingin menguji perilaku
merokok remaja berdasarkan konsep teori attachment.Attachment merupakan suatu
ikatan emosional yang kuat yang di kembangkan anak melalui interaksinya dengan
orang yang mempunyai arti khusus dalam kehidupannya,biasanya orang tua.Hubungan
kelekatan akan bertahan cukup lama dalam rentang kehidupan manusia yang diawali
dengan kelekatan anak pada figur ibu atau pengasuhnya (dalam
Qomariyah,2011).Marshal Klaus dan John Kannel dkk dalam penelitiannya
mengatakan bahwa kontak jasmani antara anak dan orang tuanya atau pengasuh pada
awal kehidupannya mempunyai peranan yang sangat penting bagi pembentukan pola
hubungan mereka di kemudian hari (Marshal dan John dalam
Desmita,2007).Attachment yang aman diasosiasikan dengan kemampuan koping yang
efektif, hubungan interpersonal yang suportif, dan keterampilan pemecahan
masalah yang konstruktif (Carnelley, Pietromonaco, & Jaffe, 1996; Feeney,
Noller, & Callan, 1994 dalam Sa’diyah 2010). Dinamika hubungan kelekatan
dengan perilaku merokok bukanlah merupakan hubungan langsung, namun melalui
variabel lain, salah satunya coping yang dalam penelitian ini menjadi variabel
mediator.Hubungan attachment dengan strategi coping telah dibuktikan dalam
beberapa penelitian (Mcylntre & Dusek, 1984; Callan, 1994).Dalam penelitian
ini hubungan attachment dengan perilaku merokok bukan merupakan hubungan
langsung, tetapi dimediasi oleh strategi coping.Hal ini didasarkan oleh hasil
penelitian yang membuktikan adanya hubungan antara kelekatan dengan strategi
coping. Berdasarkan hasil penelitian Mcylntre & Dusek (1995) yang meneliti
para mahasiswa tentang hubungan antara gaya parenting dengan strategi anak
dalam menghadapi masalah dimana hasilnya anak yangmemiliki orang tua yang
otoritatif (hangat danmenerima apa adanya)memiliki kemampuan coping yang lebih
baik dalammencari dukungansosialdan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
dengan pendekatan problem Focused Coping. Gaya parenting ini memiliki kesamaan
konteks dengan teori kelekatan atau Attachment dimana gaya parenting otoritatif
berhubungan dengan gaya kelekatan aman pada anak.Indikasi gaya parenting aman
pada anak yaitu memiliki penerimaan hangat dan menerima apa adanya, sedangkan
gaya kelekatan aman memiliki indikasi sebagai anak yang bersahabat,hangat dan
penuh kasih sayang terhadap sesama. Penelitian Greenberger dan McLaughlin
(dalam Sakdiyah, 2011) membuktikan bahwa pengalaman kehangatan, keramahan, dan
penerimaan orangtua terhadap anak akan meningkatkan perasaan mampu dan
pengendalian diri yang tinggi yang akan mengarahkannya untuk mencari dukungan
dari individu lain pada saat menghadapi masalah, serta keyakinan bahwa mereka
dapat dengan aktif menghadapi situasisituasi penuh tekanan. Pada penelitian
Simpsondkk.(1992)menemukan bahwa remaja wanita yang memiliki gaya kelekatan
amanlebih baik dalam mencari dukunganorang lain pada saat stres dibandingkan
dengan remaja wanita yang memiliki gaya kelekatanmenghindar.Hal senada juga di
tunjukkan oleh penelitian Lussier dkk (1997) yang meneliti tentang hubungan
gaya kelekatan dengan penyesuaian diri pada perkawinan yang menunjukkan bahwa
seseorang yang memiliki gaya kelekatan aman cenderung menggunakan problem
focused coping sedangkan yang menggunakan gaya kelekatan tidak aman cenderung
menggunakan emotional focused coping. Hubungan strategi coping dengan perilaku
beresiko salah satunya perilaku merokok juga telah dibuktikan dalam penelitian
piko (2009) dan Ben-Hurr dkk, (2004) yang menemukan bahwa perilaku merokok
dijadikan sebagai cara coping dalam menurunkan stress akibat permasalahan yang
di hadapi.Strategi Coping menurut Stone dan Neale berpendapat bahwa strategi
coping merupakan tingkah laku seseorang dalam menghadapi masalah atau tekanan
(Stone dan Neale dalam Paramitha,2011).Dalam kamus Psikologi Strategi Coping
sebagai suatu tingkah laku dimana individu melakukan interaksi dengan
lingkungan sekitarnya dengan tujuan menyelesaikan tugas atau masalah.Tingkah
laku coping merupakan suatu proses dinamis dari suatu pola tingkah laku maupun
pikiran-pikiran yang secara sadar digunakan untuk mengatasi tuntutan-tuntutan
dalam situasi yang menekan dan menegangkan (Chaplin,2004).Strategi coping
dikonseptualisasikan oleh beberapa ahli ke dalam dua pola koping, yakni
strategi coping fokus problem dan strategi coping fokus emosi (Lazarus &
Folkman, 1984; Stuart & Sundeen, 1991). Dalam penelitian ini peneliti hanya
membatasi pada strategi coping berfokus pada emosi atau emotional focused
coping, karena berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya ditemukan strategi
coping berfokus pada emosi merupakan faktor yang lebih kuat terhadap perilaku
merokok dibandingkan strategi coping fokus masalah (Ben-Hur, dkk., 2004;
Lazarus & Folkman, 1984; Piko, 2009 ). Dan pada penelitian lainnya
menunjukkan hubungan strategi coping dengan perilaku beresiko seperti halnya
perilaku merokok yaitu pada penelitian piko (2009) yang menemukan bahwa
perilaku merokok dijadikan sebagai caracoping dalam menurunkan stres akibat
permasalahan yang dihadapi. Berdasarkan penjelasan di atas maka dalam
penelitian ini peneliti hendak menguji hubungan kualitas attachment dengan
perilaku merokok di mediasi emotional focused coping.Penelitian akan dilakukan
di SMK Muhammadiyah 1 Kepanjen yang berlokasi di jl.KH Ahmad Dahlan no 34
Malang.Alasan mengadakan penelitian di sekolah ini yaitu siswa di SMK
Muhammadiyah 1 Kepanjen terlihat banyak yang melakukan perilaku merokok di
lingkungan sekolah pada saat akan masuk sekolah maupun sesaat setelah pulang
sekolah. Hasil wawancara dengan guru BK SMK Muhammadiyah 1 Kepanjen ini juga
menguatkan hasil observasi, bahwa siswanya banyak yang merokok di dalam maupun
di luar sekolah.Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK SMK Muhammadiyah 1
Kepanjen ini Siswa SMK dan SMA memiliki karakteristik yang berbeda karena siswa
SMK lebih unik dan lebih kompleks permasalahan yang dimilikinya.Mulai dari
maraknya perilaku merokok,absen sekolah tanpa ada pemberitahuan resmi,dan lain
sebagainya. Berdasarkan uraian di atas,menjadikan peneliti tertarik untuk
meneliti lebih dalam tentang “Hubungan Kualitas Attachment dengan Perilaku
Merokok Siswa kelas X dimediasi Emotional Focused Coping di SMK Muhammadiyah 1
Kepanjen”. B. Rumusan Masalah Dari gambaran di atas,yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana tingkat kualitas attachment
siswa kelas X di SMK Muhammadiyah 1 Kepanjen? 2. Bagaimana perilaku merokok
siswa kelas X di SMK Muhammadiyah 1 Kepanjen? 3. Bagaimana emotional
focusedcoping yang digunakan siswa kelas X SMK Muhammadiyah 1 Kepanjen? 4.
Adakah hubungan kualitas attachment dengan perilaku merokok siswa kelas X yang
dimediasi oleh emotional focusedcoping di SMK Muhammadiyah 1 Kepanjen? C.
Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat beberapa tujuan,diantaranya
adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kualitas attachment siswa kelas X
di SMK Muhammadiyah 1 Kepanjen 2. Untuk mengetahui perilaku merokok siswa kelas
X di SMK Muhammadiyah 1 Kepanjen 3. Untuk mengetahui emotional focusedcoping
siswa kelas X di SMK Muhammadiyah 1 Kepanjen 4. Untuk membuktikan dan
mengetahui apakah terdapat hubungan kualitas attachment dengan perilaku merokok
yang di mediasi oleh emotional focusedcoping di SMK Muhammadiyah 1 Kepanjen D.
Manfaat Penelitian Berpijak pada tujuan penelitian yang telah dipaparkan
diatas,diharapkan penelitian ini dapat memeberi manfaat secara teoritis dan
secara praktis dalam rangka aplikasinya di ranah akademik maupun di lingkungan
masyarakat.Adapun beberapa manfaat yang diharapkan yaitu : 1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan sumbangan keilmuan Psikologi,khususnya di bidang Psikologi
Perkembangan b. Menambah khazanah keilmuan mengenai hubungan kualitas
attachment dengan perilaku merokok remaja dimediasi oleh emotional
focusedcoping di SMK Muhammadiyah 1 Kepanjen 2. Manfaat Praktis a. Bagi Lembaga
: Hasil penelitian ini mampu dijadikan menjadi acuan atau bahan rujukan dalam
pembenahan sistem sekolah,mengenai pengembangan kualitas attachment yang
positif bagi siswa yang berhubungan dengan perilaku merokok dan emotional
focusedcoping siswa. b. Bagi Peneliti : Penelitian ini mampu memberikan
tambahan ilmu pengetahuan tentang kualitas attachment dengan perilaku merokok
yang di mediasi oleh emotional focusedcoping. c. Bagi Orang Tua : Penelitian
ini mampu memberikan masukan bagi orang tua untuk menjaga kualitas attachment
antara orang tua dengan anak sejari bayi,karena kualitas attachment menentukan
psikososial anak di masa depan. d. Bagi Subjek : Penelitian ini akan membantu
siswa untuk menghindari perilaku merokok pada responden.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" : Hubungan kualitas attachment dengan perilaku merokok siswa kelas X dimediasi oleh emotional focused coping di SMK Muhammadiyah 1 Kepanjen." Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment