Abstract
INDONESIA:
Pembinaan olah raga di Indonesia sebenarnya telah mengalami kemajuan dalam hal sarana dan prasarana, namun sayangnnya, para atlet memiliki tingkat pencapaian prestasi yang berbeda satu sama lain. Mereka berlatih dengan pola latihan yang sama, pada tempat dan waktu yang sama, dan tidak jarang dilatih oleh pelatih yang sama, namun pada kenyataannya hasil prestasi yang dicapai berbeda. Hal ini mengindikasikan bahwa perbedaan tingkat motivasi dan tipe kepribadian cukup mempengaruhi perbedaan prestasi yang dicapai.
Motivas berprestasi adalah sebuah dorongan dan kebutuhan akan prestasi dimana seseorang merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan sebuah tugas dengan baik meskipun gagal, karena kegagalan pada dasarnya merupakan bagian dari sebuah usaha. Kemudian, tipe kepribadian menurut Eysenck adalah klasifikasi kepribadian. Dalam hal ini terdapat dua tipe, yaitu introvert dan ekstrovert. Tipe introvert lebih lebih berorientasi ke dalam, sedangkan tipe ekstovert lebih berorientasi ke luar dirinya.
Penelitian ini ingin melihat hubungan antara tipe kepribadian atlet dengan motivasi berprestasi pada atlet cabang olah raga pencak silat. Tipe kepribadian kemudian dispesifikkan dalam dua kategori, yaitu tipe kepribadian introvert dan tipe ekstrovert. Lebih jauh lagi penelitian ini ingin melihat perbedaan tingkat motivasi berprestasi antara atlet dengan tipe kepribadian introvert dengan atlet berkepribadian ekstrovert pada atlet pencak silat di perguruan pencak silat Pagar Nusa Yayasan Darut Taqwa Pasuruan.
Skala yang digunakan untuk mengetahui tipe kepribadian atlet menggunakan skala Eysecnk Personality Inventory (EPI), dan skala untuk mengukur tingkat motivasi berprestasi menggunakan skala yang bersandar pada teori McClelland. Setelah dilakukan perhitungan statistik dan t-test dihasilkan skor t=1.188 dan p=0.241. skor tersebut menjelaskan bahwa perbedaan tingkat motivasi berprestasi antara atlet berkepribadian introvert dengan atlet berkepribadian ekstrovert tidak signifikan. Sehingga bisa dikatakan tidak ada perbedaan.
ENGLISH:
The establishment of Indonesian sport has enhanced in either facilities and supports such as financial from the government. Thought, the achievement of the athletes has various results. Even though they are trained with the same trainer (teacher), the same method, place, and time, the result is different. It indicates that the achievement motivation and type of personality quite influences the result or achievement of the athlete.
This research is aimed to see the relation between the type of personality and the achievement motivation at the athlete of “Pencak Silat”. The type of personality is specified into introvert and extrovert personality. In addition, it is expected to see the different degree of achievement motivation among the introvert and extrovert athletes of “Pencak Silat” in “Pagar Nusa Yayasan Darut Taqwa” Institution Pasusruan.
This research uses Eysenck Personality Inventory (EPI) to know the type of personality and to measure the degree of achievement motivation uses the scale based on McColelland theory. After having accounted through statistic and t-test, it results t=1.188 and p=0,241. It shows that the different motivation on introvert and extrovert athlete is not significance.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Dalam dunia olah raga, pencapaian
prestasi olah raga merupakan tolok ukur keberhasilan atlet. untuk itu, ada
banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan seorang atlet dalam mencapai
sebuah prestasi olah raga. Salah satu yang sangat menentukan adalah motivasi
berprestasi. Menurut Smith1 , motivasi memiliki peran yang penting dalam
peningkatan prestasi atlet. ini tentunya selain kematangan skill dan pengalaman
bertanding. Gill penyatakan bahwa motivasi untuk berprestasi (achievement
motivation) adalah orientasi untuk tetap berusaha memperoleh hasil semaksimal
mungkin dengan dasar kemampuan untuk tetap bertahan sekalipun gagal, dan tetap
berupaya menyelesaikan tugas dengan baik karena merasa bangga untuk mampu
menyelesaikan tugas dengan baik. Maka bisa dikatakan prestasi atlet didasari
oleh adanya perbedaan motivasi berprestasi yang dimiliki atlet tersebut.2 Dalam
teori hirarki kebutuhan Maslow3 , dinyatakan bahwa individu akan menampilkan
suatu perilaku karena adanya kebutuhan akan sesuatu hal tertentu. Kebutuhan
tersebut akan menimbulkan dorongan, kehendak, dan niat untuk melakukan
perbuatan. Jika seorang atlet menempatkan prestasi olah raga sebagai sebuah
kebutuhan yang sangat penting dan harus terpenuhi, maka atlet tersebut akan
melakukan banyak hal untuk mencapai prestasi. Atlet 1 M.P Satiadarma, Dasar
Dasar Psikologi Olah Raga (Jakarta: Pustaka SInar Harapan,2000),82. 2 D.L Gill,
Psychological Dynamics of Sport (Illinois:Human Kinetic Publisherrs 1987), 258.
3 Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2003), 273 2
tersebut tidak menempatkan olah raga hanya sekadar sarana penyehatan badan,
tatapi lebih sebagai ajang berprestasi. Tetapi, dari hasil wawancara dengan
beberapa atlet yang peneliti lakukan dan hasil angket tingkat motivasi
berprestasi yang telah peneliti ambil, menjelaskan bahwa tidak semua atlet
menempatkan pencapaian prestasi olah raga sebagai kebutuhan keolahragaan yang
menjadi target pencapaian dalam karir olah raga. Hal ini mengacu pad pengertian
kata atlet yang mempunai makna olahragawan4 , atau seseorang yang menekuni
suatu cabang olah raga tertentu, bukan seseoang yang memfokuskan diri untuk
bertanding dalam sebuah pertandingan olah raga. Selanjutnya, Satiadarma
menyatakan bahwa kebutuhan individu bersifat spesifik pada individu yang
bersangkutan dan pada saat yang spesifik juga. Hal ini disebabkan karena
manusia merupakan mahluk yang sangat kompleks, yang berespon secara berbeda dan
unik terhadap kebutuhan dan situasi yang dihadapi5 . Oleh karena itu, motivasi
berprestasi tidak hanya timbul dari perlakuan yang diberikan kepada seorang
atlet, baik oleh pelatih, teman sepelatihan, lingkungan, atau keluarga, tetapi
juga dipengaruhi oleh tipe kepribadian atlet tersebut. Berkenaan dengan hal
tersebut Eysenck dalam Suryabrata,6 mengatakan struktur kepribadian tersusun
atas tindakan-tindakan, disposisidisposisi yang terorganisasi dalam susunan
hirarkis yang berdasarkan atas keumuman dan kepentingan, dan kepentingan ini
bersumber dari kebutuhan. 4 Sutan Rajasa, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Karya
Utama, 2002), 51 5 S.D Gunarsa, Psikologi Olah Raga Prestasi (Jakarta: Gunung
Mulia, 2004), 131. 6 S. Suryabrata, Psikologi kepribadian (Jakarta:PT. Raja
Grafindo Persada,2003), 291. 3 Demikian pula kebutuhan individu dipengaruhi
oleh faktor kepribadian. Dengan adanya kepribadian yang berbeda dalam bereaksi
terhadap kebutuhan yang dihadapi, maka terdapat studi mengenai klasifikasi
tingkah laku dalam teori kepribadian yang berusaha membedakan kepribadian yang
satu dengan yang lain melalui tipologi kepribadian. Selanjutnya, Eysenck
menjelaskan bahwa tipe kepribadian adalah organisasi di dalam diri individu
yang bersifat umum, dan lebih mencakup hal luas7 . Perhatian Eysenck tertuju
pada dimensi-dimensi dasar atau tipe-tipe kepribadian, yang bertujuan menemukan
dimensi-dimensi primer sebuah kepribadian, yang akan memungkinkan menyusun
tipologi kepribadian yang baik dan tahan uji. Lebih lanjut Eysenck menyatakan
bahwa ada dua faktor yang menjadi dasar kepribadian, yaitu ”neuroticism” dan
”introversionextroversion”. Sebagai hasil penyelidikan, Eysenck membuat
pencandraan mengenai introvert dan exstrovert. Penggolongan tipe kepribadian
menjadi dua hal tersebut dipandang sederhana tetapi merupakan dimensi pokok
yang didefinisikan dengan teliti dan jelas. Sebagaimana individu pada umumnya,
masing-masing atlet olah raga merupakan gambaran yang mewakili tipe-tipe
kepribadian. Setiap tipe kepribadian memiliki cara yang khas untuk merespon
kebutuhan dan situasi yang dihadapi, yang hal itu kemudian mempengaruhi
motivasi atlet dalam berprestasi. Menurut Satiadarma8 , seorang atlet olah raga
adalah individu yang memiliki keunikan tersendiri. Atlet memiliki cara sendiri
untuk melakukan aktifitas olah raganya, memiliki bakat yang berbeda, memiliki
pola perilaku 7 Ibid; 297. 8 M.P Satiadarma, Dasar Dasar Psikologi Olah Raga
(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,2000),79. 4 dan kepribadian, serta latar belakang
kehidupan yang mempengaruhi secara spesifik pada dirinya. Maka, masalah yang
sering timbul dalam usaha pencapaian prestasi olah raga adalah adanya perbedaan
kepribadian dalam merespon kebutuhan dan proses yang dilakukan. Pembinaan olah
raga untuk peningkatan kemampuan secara fisik, kognisi, maupun kemampuan
mengontrol emosi diberikan kepada atlet olahraga dalam rangka mencapai prestasi
olah raga. Penyediaan fasilitas penunjang, pembina yang kompeten, serta pola
pembinaan yang berkelanjutan dan terencana dengan baik menjadi faktor utama
dalam setiap pembinaan olah raga prestasi. Para atlet dalam cabang olah raga
yang sama, dengan program pelatihan yang sama dan diberikan perlakuan yang
sama, pada tempat yang sama, menggunakan sarana berlatih bersama, dan tidak
jarang dibina oleh pembina yang sama pula, namun hasil akhir yang dicapai dalam
pencapaian prestasi setiap atlet berbeda. Seorang atlet dapat memenangi
pertandingan berkali-kali, sedangkan teman sepelatihan yang lain tidak. Dalam
penelitian ini, subjek yang akan diambil adalah atlet olah raga bela diri
Pencak Silat. Atlet Pencak Silat adalah atlet olah raga bela diri (Martial Art)
yang berasal dari Indonesai. Di Indonesia, olah raga bela diri ini mempunyai
induk organisasi yang bernama Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI) yang
resmi dibentuk pada tahun 1948 9 . Bela diri ini telah resmi dipertandingkan
pada Pekan Olah Raga Nasional (PON) pada tahun 1973. Kemudan pada tahun 1980
dibentuk Federasi Pencak silat Internasional 9 H. Ahmad Fanan, sejarah dan
perkembangan pencak silat Indonesia jilid 1 (Surabaya:2009),17. 5 yang
dilaksanakan di Jakarta dan diprakarsai oleh Indonesia, Singapura, Malaysia,
dan Brunei Darusalam. Substansi pencak silat adalah wujud visual dan fisikal
dari pencak silat. Berdasarkan aspek yang terdapat dalam substansinya atau
praktek pelaksanaan pencak silat, maka secara katagoris, pencak silat dapat
dibedakan dalam 4 aspek penting yang disebut dengan catur gatra10, yaiu: 1.
Aspek Mental Spiritual: Pencak silat membangun dan mengembangkan kepribadian
dan karakter mulia seseorang. Para pendekar dan Maha Guru pencak silat zaman
dahulu sering kali harus melewati tahapan semedi, tapa, atau aspek kebatinan
lain untuk mencapai tingkat tertinggi keilmuannya. 2. Aspek Seni Budaya: Budaya
dan permainan seni pencak silat ialah salah satu aspek yang sangat penting.
Istilah Pencak pada umumnya menggambarkan bentuk seni tarian pencak silat,
dengan musik dan busana tradisional. 3. Aspek Bela Diri: Kepercayaan dan
ketekunan diri sangat penting dalam menguasai ilmu bela diri dalam pencak
silat. Istilah silat, cenderung menekankan pada aspek kemampuan teknis bela
diri pencak silat. 4. Aspek Olah Raga: Ini berarti bahwa aspek fisik dalam
pencak silat ialah penting. Pesilat mencoba menyesuaikan pikiran dengan olah
tubuh. Kompetisi ialah bagian aspek ini. Aspek olah raga meliputi pertandingan
dan demonstrasi bentuk-bentuk jurus, baik untuk tunggal, ganda atau regu.
Selain itu, pencak silat juga mengajarkan kepada anggotanya kekuatan yang
dibangun dari dalam, yaitu kekuatan yang tidak dihasilkan dari kekuatan 10
Ibid; 6. 6 fisik dan tidak didapat dari proses latihan otot. Bela diri dengan
kekuatan dalam penting untuk kesejahteraan fisik,emosi, bahkan mental dan
spiritual, karena setiap orang adalah bentuk majemuk dari tingkat fisik, emosi,
mental, dan spiritual yang berinteraksi terus menerus satu dengan yang
lainnya11 . Salah satu perguruan pencak silat yang masih eksis mengemban amanah
4 aspek pencak silat adalah perguruan pencak silat Yayasan Darut Taqwa.
Perguruan pencak silat Yayasan darut Taqwa bernama Pagar Nusa. Yayasan Darut
Taqwa merupakan Yayasan yang menaungi lembaga pendidikan, baik formal maupun
non formal yang berada di kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan. Aktifitas
perguruan pencak silat dan organisasinya dibentuk pada tahun 2003 yang di mulai
dari lembaga Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP), dan saat ini telah masuk di
seluruh lembaga yang ada di bawah naungan yayasan. Sehingga kemudian perguruan
pencak silat tersebut merupakan perguruan kolektif, yang menampung anggota dari
tiap-tiap lembaga menjadi satu perguruan.12 Dari hasil wawancara yang dilakukan
terhadap Ahmad Saikhu, pelatih perguruan pencak silat tersebut, Perguruan
pencak silat Pagar Nusa Yayasan Darut Taqwa merupakan perguruan pencak silat
yang besar secara kuantitas, namun belum secara kualitas. Setiap tahun
perguruan tersebut bisa membina seratus hingga dua ratus anggota baru. Tetapi,
jumlah tersebut menjadi setengah pada akhir tahun, dan hanya beberapa yang
orang yang mampu mengukir prestasi hingga tingkat daerah dan nasional. 11
Denning dan Philips, penuntun praktis liewellyn bela diri dengan kekuatan
dalam, (Jakarta: Elex Media Komputindo,1989), 1. 12 Arsip Perguruan, 2007. 7
Lebih lanjut Ahmad Saikhu mengatakan bahwa membina anggota dengan berbagai
macam latar belakang memang cukup sulit. Sekian banyak anggota tersebut berasal
dari latar belakang, usia, dan tingkat pendidikan yang berbeda. Pelatih harus
menghadapi beranekaragam kepribadian yang ada. Ada yang sangat semangat untuk
berlatih sehingga menambah sendiri porsi latihannya. Ada pula yang malas
berlatih sehingga jarang masuk latihan rutin. Ada yang termpramental dan sulit
mengontrol emosi, dan ada juga yang ingin menonjolkan diri dan ingin lebih
diperhatikan. Hal ini membuat pelatih merasa perlu melakukan pembinaan
psikologis terhadap anggota, khususnya dalam upaya peningkatan motivasi
berprestasi atlet. Faktor lain yang mempengaruhi dinamika program latihan yang
diberikan kepada semua anggota adalah pola hidup dan tingkat kebutuhan yang
dimiliki setiap anggota. Beberapa anggota adalah santri yang mondok di Pondok
Pesantren Ngalah dengan kesibukan yang telah ada. Sementara beberapa anggota
yang lain adalah warga sekolah yang setiap hari pulang ke rumah. Setiap anggota
juga mempunyai kesibukan sendiri, sehingga mempunyai prioritas yang telah
direncanakan. Akan menjadi hal yang sangat disayangkan apabila atlet dengan
bakat pencak silat tinggi tetapi tidak mempunyai motivasi tinggi, sehingga
tidak mampu mencapai prestasi olah raga. Bakat biasanya diartikan sebagai
kemampuan bawaan yang merupakan potensi (Potential ability) yang masih perlu
dikembangkan atau dilatih agar dapat terwujud13. Anak berbakat 13 Alex Sobur,
Psikologi Umum, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2003), 180 8 menurut U.S. Office
of Education dalam Sobur14 adalah anak-anak yang diidentifikasi oleh orang
profesional, yang karena kemampuannya yang sangat menonjol dapat memberikan
prestasi yang sangat tinggi. Maka, apabila atlet pencak silat yang mempunyai bakat
tinggi tidak diimbangi dengan pembinaan motivasi yang baik akan memperoleh
hasil prestasi yang kurang maksimal. Sementara itu, penelitian dengan judul
Studi Komperatif Tentang Motivasi Berprestasi Pada Atlet Kempo Propinsi DKI
Jakarta Ditinjau Dari Kepribadian yang dteliti oleh Bonar Hutapea dari
Universitas Persada menghasilkan kesimpulan bahwa perbedaan tingkat motivasi
berprestasi antara tipe kepribadian introvert dan tipe kepribadian ekstrovert
pada atlet Kempo tidak signifikan.15 Penelitian ini menempatkan variabel Tipe
kepribadian (X), dan motivasi berprestasi (Y). Populasi dalam penelitian ini
adalah atlet Kempo DKI Jakarta yang berlokasi di Rawamangun. Berdasarkan
analasis skala EPI, diperoleh hasil sebanyak 62 atlet (62 %) bertipe
kepribadian introvert, 51 atlet (42,5 %) bertipe kepribadian ekstrovert, dan 7
atlet (5,83 %) netral dengan sekor E=13. Setelah dilakukan analisis data
terhadap perbedaan motivasi terhadap atlet Kempo dengan kepribadian introvert
dengan atlet berkepribadian ekstrovert, di peroleh nilai t sebesar 1,201 dan p
sebesar 0,232 (p>0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan motivasi berprestasi ditinjau dari tipe kepribadian. Berbeda
dengan dugaan semula 14 Ibid; 181 15 Bonar Hutapea, Studi Komperatif Tentang
Motivasi Berprestasi Pada Atlet Kempo Propinsi DKI Jakarta Ditinjau Dari
Kepribadian (Jurnal Psikobuana vol. 1, 2010), 199. 9 bahwa tipe kepribadian
ekstrovert lebih termotivasi untuk berprestasi dari pada tipe kepribadian
introvert. Ketidaksignifikanya perbedaan ini mungkin karena ada beberapa
fariabel yang tidak terkontrol dan mencampuri hasil penelitian, diantaranya
adalah jenis kelamin, karena sejauh ini, dalam olah raga beladiri, atlet pria
lebih mendominasi dibandingkan atlet wanita. keadaan kejiwaan anggota dan
lingkungan tempat pengambilan data juga mencampuri hasil penelitian. Sengaja
atau tidak, pelatih atau pola pelatihan telah berusaha menyeragamkan pikiran
dan visi tiap individu dalam berlatih maupun bertanding. Sehingga perbedaan
individu tidak terlalu ditonjolkan dalam olah raga ini, meskipun tidak
memungkiri adanya perbedaan karakteristik antara individu satu dengan individu
yang lain. Perperbedaan antara penelitian ini dengan penelitian di atas
terletak pada latar belakang subjek penelitian. Jika penelitian di atas
mengambil subjek yang notabene masyarakat kota dengan gaya hidup dan main set
yang berbeda dengan masyarakat desa, penelitian ini mengambil subjek warga
kampung pedesaan dan santri pondok pesantren. Dari paparan di atas peneliti
berkesimpulan bahwa peningkatan motivasi berprestasi melalui pemahaman mendalam
terhadap faktor kepribadian menjadi sesuatu yang menarik dan penting terutama
bagi para pelatih dan atlet. hal ini sesuai dengan pernyataan Kremer dan Scully
16 menyatakan bahwa motivasi mengacu pada adanya kebutuhan individu yang
dilandasi oleh kepribadian individu itu sendiri. 16 M.P Satiadarma, Dasar Dasar
Psikologi Olah Raga (Jakarta: Pustaka SInar Harapan,2000) 10 Sebagai penguat,
Anshel mengatakan bahwa salah satu sumber motivasi adalah orientasi pelaku
(trait centered/participant centered orientation). Orientasi ini mengemukakan
bahwa sumber motivasi terletak pada diri individu yang bersangkutan. Jadi,
motivasi merupakan bentuk kecenderungan pribadi. Segi kepribadian yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah tipe introvert dan ekstrovert. Dengan demikian,
penelitian bermaksud Hubungan Tipe Kepribadian Introvert dan Ekstrovert dengan
Motivasi Berprestasi pada Atlet Pencak Silat di Perguruan Pencak Silat Yayasan
Darut Taqwa Pasuruan. Dilandasi tujuan keolahragaan nasional yang mengatakan
bahwa keolahragaan nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan dan
kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menambah nilai moral dan akhlak mulia,
sportifitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa,
memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat, dan
kehormatan bangsa,17 maka penelitian ini dirasa penting untuk mendukung hal
tersebut B. Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan di atas dirumuskan beberapa
pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana tipe kepribadian introvert
dan ekstrovert pada atlet pencak silat di Perguruan Pencak Silat Yayasan Darut
Taqwa Pasuruan? 17 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2005 tentang sistem
keolahragaan nasional (Jakarta: Cemerlang) 6 11 2. Bagaimana tingkat motivasi
berprestasi atlet pencak silat di perguruan pencak silat Yayasan Darut Taqwa
Pasuruan? 3. Adakah perbedaan tingkat motivasi berprestasi antara tipe
kepribadian introvert dan tipe kepribadian ekstrovert pada atlet pencak silat
di perguruan pencak silat Yayasan Darut Taqwa Pasuruan? C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui tipe kepribadian introvert dan ekstrovert atlet pencak silat di
perguruan pencak silat Yayasan Darut Taqwa Pasuruan 2. Mengetahui tingkat
motivasi berprestasi atlet pencak silat di perguruan pencak silat Yayasan Darut
Taqwa Pasuruan 3. Mengetahui apakah ada perbedaan tingkat motivasi berprestasi
antara tipe kepribadian introvert dan tipe kepribadian ekstrovert pada atlet
pencak silat di perguruan pencak silat Yayasan Darut Taqwa Pasuruan D. Manfaat
Penelitian Penelitian ini disamping memiliki tujuan-tujuan tertentu, juga
mencakup dua manfaat utama, yaitu manfaat teoritis dan praktis: a. Manfaat
teoritis: secara umum penilitian ini memberikan pengetahuan baru, serta
melakukan pengujian dan pengembangan konsep dan teori ilmu pengetahuan
psikologi dalam olah raga. Penelitian ini uga akan memberikan sumbangan data
mengenai gambaran tipe kepribadian 12 introvert dan tipe kepribadian
ekstrovert, utamanya dalam melihat perbedaan tingkat motivasi berprestasi
antara keduanya, mengingat selama ini belum banyak penelitian tentang hal in
dalam bidang olahraga. b. Manfaat praktis: secara khusus penelitian ini
memberikan kontribusi praktis, terutama dalam bidang pembinaan keatletan di
perguruan pencak silat Pagar Nusa Yayasan Darut Taqwa. Manfaat ini tertuju
pada: 1) Peneliti: peniliti dapat menggunakan hasil penelitian untuk
mengembangkan pembinaan keatletan, mengingat peneliti juga merupakan atlet
pencak silat dan pembina pencak silat. 2) Perguruan pencak silat dan atlet:
perguruan pencak silat dan atlet dapat memperoleh informasi dan mengambil
manfaat terkait dengan tipe kepribadian dan pengaruhnya terhadap motivasi
berprestasi, untuk merencanakan program dan evaluasi dalam pembinaan keatletan
yang lebih positif dan prograsif.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" : Hubungan antara tipe kepribadian introvert dan ekstrovert dengan motivasi berprestasi atlet pencak silat di Perguruan Pencak Silat Yayasan Darut Taqwa Pasuruan." Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment