Abstract
INDONESIA:
Pola asuh orang tua meupakan cara orang tua mendidik dan membimbing anak dalam bentuk interaksi sehari-hari. Kecerdasan emosional merupakan suatu kemampuan pribadi dan sosial yang harus dimiliki setiap orang. Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana jenis pola asuh orang tua, bagaimana tingkat kecerdasan emosional, dan Apakah ada Pengaruh antara pola asuh orang tua terhadap kecerdasan emosional siswa-siswi di MI Miftahul Ulum Payaman Solokuro Lamongan Tahun Pelajaran 2011-2012.
Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui bagaimana tingkat pola asuh orang tua, untuk mengetahui bagaimana tingkat kecerdasan emosional, dan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara pola asuh orang tua terhadap kecerdasan emosional siswa-siswi di MI Miftahul Ulum Payaman Solokuro Lamongan Tahun Pelajaran 2011-2012.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan jenisnya berupa korelasi yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya pengaruh antara dua variabel. Metode pengumpulan data berupa angket, wawancara, dokumentasi. Dari populasi kelas I-VI MI Miftahul Ulum Payaman Solokuro Lamongan berjumlah 65 siswa, sehingga yang dijadikan sampel kelas III-VI MI Miftahul Ulum Payaman Solokuro Lamongan berjumlah 40 siswa. Analisisnya menggunakan uji multiple regresi dengan menggunakan bantuan SPSS versi 16.0.
Berdasarkan analisa dapat diketahui pola asuh orang tua yang diterapkan pada siswa di MI Miftahul Ulum Desa Payaman Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan adalah pola asuh demokratis dengan prosentase sebesar 62.5%. Dan kecerdasan emosional siswa di MI Miftahul Ulum Desa Payaman Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan yang berkategori tinggi berjumlah 7 orang atau 17.5%, sedangkan yang berkategori sedang berjumlah 26 orang atau 65%, dan yang berkategori rendah 7 orang atau 17,5%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa MI Miftahul Ulum mempunyai kecerdasan emosional sedang. Dari hasil korelasi menunjukkan bahwa pola asuh (otoriter, demokratis, permisif) mempunyai pengaruh signifikan positif. Dan dapat dinyatakan dengan analisis multiple regresi
nilai F tabel dengan
nilai F tabel dengan
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Keluarga sebagai kelompok masyarakat terkecil
terbentuk oleh ikatan dua orang dewasa yang berlainan jenis kelamin, wanita dan
pria serta anakanak yang mereka lahirkan. Dalam kelompok ini, arus kehidupan di
kemudikan oleh orangtua. Kartini Kartono menyebutkan bahwa “keluarga merupakan
lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar dan menyatakan diri
sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak ada dalam hubungan
interaksi yang intim. Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku,
watak, moral dan pendidikan anak. (Kartono, 1992, hal. 19) Orangtua merupakan
pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak
mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan
terdapat dalam kehidupan keluarga. Orangtua dikatakan pendidik pertama karena
dari merekalah anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya dan dikatakan
pendidik utama karena pendidikan dari orangtua menjadi dasar bagi perkembangan
dan kehidupan anak dikemudian hari. Masalah anak-anak dan pendidikan adalah
suatu persolan yang amat menarik bagi seorang pendidik dan ibu-ibu yang setiap
saat menghadapi anak-anak yang membutuhkan pendidikan. Mengasuh dan membesarkan
anak berarti memelihara kehidupan dan kesehatannya serta mendidiknya 2 dengan
penuh ketulusan dan cinta kasih. Harapan setiap orang tua adalah memiliki anak
yang pandai, cerdas dan berakhlakul karimah, sehingga orang tua harus
memberikan cara yang tepat dalam memberikan pengasuhan, memelihara, membimbing,
dan mendidik anak, karena perasaan-perasaan itulah yang banyak mempengaruhi
sikap, cara berpikir, bahkan kecerdasan anak baik kecerdasan intelektual,
kecerdasan spiritual, maupun kecerdasan emosional. Suasana emosional di dalam
rumah, dapat sangat merangsang perkembangan otak anak yang sedang tumbuh dan
mengembangkan kemampuan mentalnya. Sebaliknya, suasana tersebut bisa
memperlambat perkembangan otak. Joan Beck dalam bukunya. Asih, Asah, Asuh,
Mengasuh dan Mendidik Anak Agar Cerdas. Mengungkapkan banyak proyek riset
jangka lama menunjukkan bahwa intelegensi anak akan berkembang ke tingkat yang
lebih tinggi, bila sikap di rumah terhadap anak hangat dan demokratis daripada
dingin dan otoritas. (Beck, 1992, hal. 50) Dalam kehidupan sehari-hari setiap
orangtua mempunyai cara yang berbeda-beda dalam memberikan pengasuhan kepada
anaknya, tergantung status sosial, budaya tempat tinggal, serta latar belakang
pekerjaan orang tua. Dan pasti ada kelebihan dan kekurangan dalam setiap pola
asuh. Di bawah ini merupakan beberapa pola asuh: 1. Pola asuh otoriter, pola
ini ditandai dengan adanya aturan-aturan yang kaku dari orang tua. Kebebasan
anak sangat dibatasi. 3 2. Pola asuh demokratik, pola ini ditandai dengan
adanya sikap terbuka antara orang tua dengan anaknya. 3. Pola asuh permisif,
pola asuhan ini ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas pada anak untuk
berprilaku sesuai dengan keinginannya. 4. Pola asuhan dengan ancaman, ancaman
atau peringatan yang dengan keras diberikan pada anak akan dirasa sebagai
tantangan terhadap otonomi dan pribadinya. Ia akan melanggarnya untuk
menunjukkan bahwa ia mempunyai harga diri. (Yatim-Irwanto, 1991, hal. 94)
Sedangkan Markum menggolongkan pola asuh orang tua terhadap anak menjadi tiga:
Pertama pola asuh otoriter yaitu orang tua sangat menanamkan disiplin dan
menuntut prestasi yang tinggi pada anaknya. Tidak memberikan kesempatan pada
anaknya untuk berpendapat, sekaligus menomorduakan kebutuhannya. Kedua pola
asuh permisif yaitu orang tua bersikap demokratis dan penuh kasih sayang.
Namun, kendali orang tua dan tuntutan berprestasi rendah. Anak dibiarkan berbuat
sesukanya tanpa ada tanggung jawab dan beban. Ketiga, pola asuh demokratis
yaitu orang tua menuntut prestasi tinggi, tapi dibarengi sikap demokratis dan
kasih sayang tinggi pula. Pola asuh ini kuat dalam kontrol dan pengawasan,
tetapi tetap memberi tempat untuk anak berpendapat. (Markum, 1999, hal. 85)
Dari berbagai macam pola asuh yang dikemukakan di atas, penulis hanya akan
mengemukakan tiga macam saja, yaitu pola asuh otoriter, permisif, dan
demokratis. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar pembahasan menjadi lebih
terfokus dan jelas. 4 Kesuksesan seseorang tidak hanya dilihat dari kecerdasan
intelektualnya (IQ). Namun juga ditentukan oleh bagaimana seseorang dapat
mengelola emosionalnya. Yang selanjutnya dikenal dengan kecerdasan emosional.
Kecerdasan emosional atau dikenal dengan istilah emotional intellegent (EI)
adalah kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi. Termasuk di dalamnya
kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain di sekitarnya. Kecerdasan
emosional tidak bertabrakan dengan kecerdasan intelektual karena masing-masing
hal tersebut mempunyai wilayah yang berbeda. Kecerdasan intelektual umumnya
berhubungan dengan kemampuan berpikir kritis dan analitis, dan diasosiasikan
dengan otak kiri. Sementara, kecerdasan emosional lebih banyak berhubungan
dengan perasaan dan emosi yang diasosiasikan dengan otak kanan. Menurut
Suharsono, Inteligensi emosional adalah kemampuan untuk melihat, mengamati,
mengenali bahkan mempertanyakan tentang “diri” sendiri: who am I? Jika
anak-anak dalam usia yang relatif dini sudah bertanya kepada orang tuanya,
berkenaan dengan dirinya sendiri, bagaimana saat bayi, mulai berjalan, apa
kesukaannya dan berbicara tentang rencana dan keinginannya hal itu menandakan
kecerdasan emosional yang dimilikinya. (Suharsono, 2005, hal. 114) Menurut
Salovey (Goleman, 2004, hal. 58-59) menyatakan bahwa kecerdasan emosional
memiliki lima unsur kemampuan yaitu: 5 1. Mampu mengenali emosi diri sendiri 2.
Mampu mengelola emosi 3. Mampu memotivasi diri sendiri 4. Mampu mengenali emosi
orang lain 5. Mampu membina hubungan baik dengan orang lain. Menurut Agoes
keluarga memegang peranan penting dalam pembentukan kecerdasan emosional. Para
ahli mengemukakan bahwa pola asuh orangtua amat mempengaruhi kepribadian anak
dan prilaku anak. (Dariyo, 2004, hal. 97) Maka dari itu dimana dalam setiap
keluarga ada pola asuh yang diterapkan kepada anaknya sehingga dapat
mempengaruhi kecerdasan emosionalnya. Dan dari sini kita dapat mengetahui bahwa
kecerdasan emosional pertama kali dibentuk itu dalam keluarga. Karena Orang tua
merupakan modelling bagi anak. Hal tersebut sesuai dengan Zakiyah darajat yang
mengungkapkan bahwa hubungan orang tua terhadap pertumbuhan jiwa anak. Hubungan
yang serasi, penuh pengertian dan kasih sayang, akan membawa kepada pembinaan
pribadi yang tenang dan mudah dididik, karena mendapatkan kesempatan yang cukup
baik untuk tumbuh dan berkembang. Tapi hubungan orangtua yang tidak serasi,
banyak perselisihan dan percekcokan akan membawa anak pada pertumbuhan yang
sukar dan tidak mudah dibentuk. (Darajad, 1996, hal. 56) 6 Penelitian terdahulu
tentang pola asuh oleh (Bety Bea Septiara:2008) di TK ABA Musholla Kotagede
Kota Yogyakarta menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pola asuh
orangtua dan kecerdasan emosional(EQ) pada anak usia prasekolah (3-5 tahun),
dengan hasil uj korelasi sebesar 0,472. Dari hasil penelitian tersebut dapat
diketahui bahwa pola asuh orangtua di TK ABA Musholla Kotagede Kota Yogyakarta
ini menerapkan berbagai macam pola asuh. Rata-rata orangtua menggunakan pola
asuh demokratis, dan dari penerapan pola asuh demokratis menghasilkan 3 macam
kecerdasan emosi. Penelitian terdahulu tentang perkembangan emosi oleh (Novi
Puspita Anggraini: 2010) di TK Surya Buana Merjosari Malang, menunjukkan bahwa
pola asuh (otoriter, demokratis, dan permisif) orangtua berpengaruh terhadap
perkembangan emosi anak dengan nilai Fhit lebih besar dari Ftab (75.741>2.33).
MI (Madrasah Ibtida’iyah) Miftahul Ulum merupakan salah satu jenjang pendidikan
Sekolah Dasar di Desa Payaman Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan. Saat ini
pada tahun ajaran 2011/2012. Madrasah Ibtida’iyah ini memiliki siswa sebanyak
65 orang. Dari observasi yang telah peneliti lakukan sebelumnya, diketahui
bahwa para siswa-siswi memiliki kecerdasan emosional yang beragam. Misalnya,
ada siswa yang memiliki banyak sekali teman dan ada juga yang tidak punya teman
atau dijauhi. Hal tersebut mungkin dipengaruhi oleh kecerdasan emosional yang
dimiliki 7 masing-masing anak, ada kalanya anak itu mudah sekali bergaul dan
ada juga yang sulit bergaul, dan beragam pula tingkat motivasi yang ada dalam
diri anak. ini juga dipengaruhi oleh pola asuh yang diterapkan oleh para
orangtua kepada anak sejak dia masih usia dini. Dengan demikian sangat perlu
untuk diteliti seperti dalam penelitian yang dilakukan sebelumnya bahwa
kecerdasan emosional itu harus ditanamkan sejak dini. Hal tersebut tentunya
sangat penting untuk diteliti, sehingga peneliti mengambil tema “Pengaruh Pola
Asuh Orangtua terhadap Kecerdasan Emosional Siswa di MI Miftahul Ulum Desa
Payaman Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan”. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana
jenis pola asuh orang tua siswa-siswi di MI Miftahul Ulum Payaman Solokuro
Lamongan Tahun Pelajaran 2011-2012? 2. Bagaimana tingkat kecerdasan emosional siswa-siswi
di MI Miftahul Ulum Payaman Solokuro Lamongan Tahun Pelajaran 2011-2012? 3.
Apakah ada Pengaruh antara pola asuh orang tua terhadap kecerdasan emosional
siswa-siswi di MI Miftahul Ulum Payaman Solokuro Lamongan Tahun Pelajaran
2011-2012? 8 C. Tujuan 1. Untuk mengetahui bagaimana jenis pola asuh orang tua
siswa-siswi di MI Miftahul Ulum Payaman Solokuro Lamongan Tahun Pelajaran 2011-
2012? 2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kecerdasan emosional siswa-siswi di
MI Miftahul Ulum Payaman Solokuro Lamongan Tahun Pelajaran 2011-2012? 3. Untuk
mengetahui apakah ada Pengaruh antara pola asuh orang tua terhadap kecerdasan
emosional siswa-siswi di MI Miftahul Ulum Payaman Solokuro Lamongan Tahun
Pelajaran 2011-2012? D. Manfaat 1. Secara Teoritis a. Bagi Peneliti: merupakan
pengalaman, dan wawasan yang luar biasa mengenai pengetahuan tentang pola asuh
dan kecerdasan emosional b. Bagi guru: sebagai tambahan acuan dalam memberikan
bimbingan pada siswa terutama tentang kecerdasan emosional c. Bagi orang tua: sebagai
sumbangan informasi agar memilih pola asuh yang efektif untuk diterapkan pada
anaknya 2. Secara Praktis Bagi keilmuan: diharapkan dapat emanmbah wawasan dan
pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung, dan sebagi sumber
referensi bagi mahasiswa.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" : :Pengaruh pola asuh orang tua terhadap kecerdasan emosional siswa di MI Miftahul Ulum Desa Payaman Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment