Abstract
INDONESIA:
Manusia adalah makhluk sosial, dalam berinteraksi dengan individu lain, seseorang terkadang berbuat salah kepada individu lain atau mengalami perlakuan yang mengecewakan atau menyakitkan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah melalui proses pemaafan (forgiveness). Tetapi faktanya tidak semua orang mau dan mampu secara tulus memaafkan. Banyak alasan mengapa seseorang memaafkan atau tidak memaafkan seseorang, Dalam berbagai ajaran agama, forgiveness menjadi nilai tersendiri dalam setiap ajarannya. Apalagi Univeritas Islam Negeri Malang merupakan lembaga pendidikan yang sarat dengan kegiatan-kegiatan yang mendukung religiusitas mahasiswanya, utamanya system asrama yang mulai diterapkan pada mahasiswa tahun pertama. Maka ketulusan untuk memaafkan harus dimiliki oleh sebagai calon psikolog muslim yang akan menangani persoalan hidup dirinya maupun kliennya nanti. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana tingkat religiusitas dan forgiveness serta apakah ada hubungan antara religiusitas dengan forgiveness pada mahasiswa fakultas psikologi Universitas Islam Negeri.
Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif non eksperimen. Populasi adalah mahasiswa fakultas psikologi Universitas Islam Negeri Malang. Subjek penelitian yang berjumlah 40 orang yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan dua skala yaitu skala religiusitas dan skala forgiveness, sedangkan metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi product moment.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dan dari data yang telah didapatkan sebagian besar mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Malang memiliki tingkat religiusitas sedang dengan persentase 67,5%. Sedangkan sisanya berada pada tingkat religiusitas tinggi dan rendah dengan persentase tinggi sebanyak 32,5% dan kategori rendah sebanyak 0%. Sedangkan untuk tingkat forgiveness, sebagian besar mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang juga berada pada kategori sedang dengan persentase 77,5%. Kategori tinggi 10% dan kategori rendah dalam persentase 12,5%. Untuk hasil uji hipotesa didapatkan nilai r hitung (0.432) > r tabel (0.312), dan p (0.005) < α (0.05). Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan positif dan sangat signifikan antara religiusitas dengan forgiveness pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Malang. Dengan demikian semakin tinggi religiusitas maka semakin tinggi forgivenessnya, begitu juga sebaliknya semakin rendah religiusitas maka rendah pula forgivenessnya.
ENGLISH:
Human is a social creature, in other words that human can’t live individually. In interaction with other people, sometimes people feel guilty with other people or experience on something upset or hurting. The way to overcome that problem with doing the forgiveness process to the people who make them upset. In the fact that no at all of the people want to forgive sincerely. In other religions, forgiveness has a special value in every religion. It means that people should be hoped to beg pardon and forgive on their mistakes. Even less Islamic state university of Malang is one of institution of education with many activities that supports student’s religion faith, especially on the Islamic boarding system which begins to be applied for fresh students. Therefore, the candidate of muslim psychologist must have the sincerity to forgive which will not only overcome the problem of their life but also for their client. This research purposes to reveal how the religious and the forgiveness level and what the relation between religious faith and forgiveness on psychology students in Islamic State University of Malang.
This Research is including quantitative research is non experiment. Population is Psychology students in Islamic State university of Malang. Amount of research subject is 40 student, using technique of purposive sampling. Data collecting conducted by using two scales that is scale of religious faith scale and of forgiveness, while the method of data analysis which is used in this research is correlation of product moment.
From this result of research which is done by the researcher and from the data which have got moreover psychology students in Islamic State University of Malang that have medium religious level in percentage 67,5 %. Whereas, the rest of those in a high and low religious level; a high level is about 32,5 % but 0% for low level. Then, for forgiveness level, the psychology students in Islamic State University of Malang in a medium level in 77,5%. A high category 10% and low category 12,5%. For this result of hypothesis which is got value r quantification (0.432) > r table (0.312), and p (0.005) < α (0.05). The result we can conclude that there is a positive relation and high significance between religious and forgiveness in psychology students in Islamic State University of Malang. Therefore, a higher religious value and have a higher forgiveness, vice versa.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Makhluk
sosial, demikian sebutan yang lumrah untuk kita sebagai manusia di muka bumi
ini. Secara sederhana, manusia sebagai makhluk sosial diartikan bahwa kehidupan
manusia tidak akan berlanjut tanpa hubungan dan bantuan sesamanya. Dengan kata
lain manusia tidak bisa bertahan hidup secara individu. Sudah sewajarnya kita
saling membantu satu dengan yang lain. Sehingga terwujud suasana kehidupan yang
tenteram dan damai. Seperti kebutuhan akan kasih sayang kepada sesama,
keinginan untuk dihormati dan dihargai, serta kebutuhan untuk hidup bersama.
Dan dalam bersosial tentunya interaksi terjadi dan terjadi banyak gesekan dalam
interaksi tersebut. Dalam berinteraksi dengan individu lain, seseorang
kadang-kadang berbuat salah kepada individu lain dan itulah gesekan tersebut.
Pada sisi lain, ia tentu pernah mengalami perlakuan dan situasi yang mengecewakan
atau menyakitkan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal
tersebut adalah melalui proses pemaafan (forgiveness) terhadap pihak-pihak yang
telah menimbulkan rasa sakit yang ada. Tidak semua orang mau dan mampu secara
tulus memaafkan dan melupakan kesalahan orang lain. Proses memaafkan memerlukan
kerja keras, kemauan kuat dan latihan mental karena terkait dengan emosi
manusia yang fluktuatif, dinamis dan sangat reaktif terhadap stimulan luar1 .
Tentunya banyak alasan mengapa seseorang mau memaafkan atau tidak memaafkan
kesahalan seseorang. McCullough dan beberapa peneliti lainya yang telah banyak
meneliti tentang konsep forgiveness, menyebutkan beberapa faktor yang
mempengaruhi forgiveness. Pertama adalah Empati, dalam pengertiannya kemampuan
untuk memahami atau melihat sudut pandang orang lain yang berbeda dari sudut
pandang diri sendiri dan mencoba untuk mengerti faktor apa yang
melatarbelakangi perilaku seseorang2 . Melalui empati terhadap pihak yang
menyakiti, seseorang dapat memahami perasaan pihak yang menyakiti merasa
bersalah dan tertekan akibat perilaku yang menyakitkan. Kedua adalah penilaian
terhadap pelaku dan kesalahannya (perspective taking). Penilaian akan
mempengaruhi setiap perilaku individu. Artinya, bahwa setiap perilaku itu ada
penyebabnya dan penilaian dapat mengubah perilaku individu (termasuk pemaafan)
di masa mendatang3 . Ketiga adalah tingkat kelukaan atau dengan kata lain
karakteristik serangan. Faktor ini berkaitan dengan persepsi dari kadar
penderitaan yang dialami oleh orang yang disakiti serta konsekuensi yang
menyertainya. Zechmeister, Garcia, Romero & Vas menyatakan bahwa seberapa
besar kadar penderitaan yang dialami akan menentukan tingkat hukuman bagi
pelaku, 1 Wardhati, Latifah, Tri & Faturochman. Psikologi Pemaafan. Makalah
hal 5. 2 McCullough, M, E. 2000. Forgiveness as Human Strenght: Theory,
Measurement, and Links to Well-Being. Journal of Personality and Clinical
Psychology, 19 (1) 46 3 Ibid 46 harga ganti rugi bahkan memutuskan untuk tidak
memaafkan4 . Keempat adalah kualitas hubungan interpersonal, kedekatan atau
hubungan antara orang yang disakiti dengan pelaku menurut McCullough seseorang
akan sangat memungkinkan untuk memaafkan dalam hubungan yang dicirikan dengan
closeness, commitment, dan satisfaction. Pasangan-pasangan yang memiliki
kualitas hubungan seperti ini akan lebih siap untuk memaafkan satu sama lain
jika terjadi konflik5 . Kelima adalah adalah Permintaan Maaf, menurut
McCullough, permintaan maaf (apology) dengan tulus atau menunjukkan penyesalan
yang dalam dapat menjadi faktor yang berpotensi mempengaruhi korban untuk
memaafkan6 . Selanjutnya adalh karakteristik kepribadian, ciri kepribadian
tententu seperti ekstravert yang menggambarkan beberapa karakter seperti
bersifat sosial, keterbukaan merupakan factor yang juga dapat mempengaruhi
sesorang dalam memaafkan7 . Factor keberagamaan juga dapat dijadikan factor
yang mempengaruhi seseorang untuk memaafkan. Berdasarkan hasil penelitian
Jarred W. Rachel L. Piferi, Rebecca L. Jobe dkk, mendapatkan 19% dari responden
mereka memaafkan karena alasan keprcayaan keagamaan dan kebanyakan dari 4
Zechmeister, Jeanne S.; Garcia, Sofia; Romero, Catherine; Vas, Shona N.. Don't
apologize unless you mean it: a laboratory investigation of forgiveness and
retaliation. Journal of Social & Clinical Psychology, Aug2004, Vol. 23
Issue 4, hal 532, 5 McCullough, M, E. 2000. Op. Cit Hal 47 6 Ibid 47 7
Worthington, E. L., Jr., & Wade, N. G. (1999). The social psychology of
unforgiveness and forgiveness and implications for clinical practice. Journal
of Social and Clinical Psychology, 18, 385–418. mereka menjadikan baground
agama sebagai motivasi untuk memaafkan8 . Adapun penelitian yang dilakukan oleh
Lisa M. Edwards, Regina dkk, pada mahasiswa di universitas-universitas Amerika
Serikat sebanyak 196 sampel. Menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat positif
antara kepercayaan dalam beragam dengan motivasi untuk memaafkan9 . Hasil
survey Rokeach pada mahasiswa dan orang dewasa menunjukkan bahwa orang yang
tingkat kehadirannya pada gereja tinggi memiliki tingkat memafkan yang relative
lebih tinggi sesuai dengan system nilai yang dianutnya10 . Membahas mengenai
korelasi positif antara keberagamaan dan memaafkan menjadi hal yang sangat
menarik, karena dalam berbagai ajaran agama serta kepercayaan, memaafkan atau
memberi maaf menjadi nilai tersendiri dalam setiap ajarannya. Artinya, manusia
hendaknya diharapkan secara tulus memohon maaf atas kesalahan mereka dan
memberi maaf atas tindakan keliru yang mengena pada mereka. Penelitian
menunjukkan bahwa nilai dan praktek keagamaan berhubungan positif dengan sikap
yang mendukung tindakan memaafkan11 . Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Enright, Santos, dan Al-Mabuk, yang mana religiusitas diukur dengan
perhatiannya pada tari pada kegiatan keagamaan, membaca kitab suci, dan
membahas masalah agama dengan 8 Jarred W. Younger, Rachel L. Piferi, Rebecca L.
Jobe and Kathleen A. Lawler.2004. Dimensions of forgiveness: The views of
laypersons. Journal of Social and Personal Relationships. Hal 834 9 Lisa M.
Edwards,Regina H. Lapp-Rincker,Jeana L. Magyar-Moe, Jason D. Rehfeldt,Jamie A.
Ryder,Jill C. Brown, dan Shane J. Lopez. (2002) A Positive Relationship Between
Religious Faithand Forgiveness: Faith in the Absence of Data. 1-9 10 Bono, Giacomo
& McCullough. Religion, Forgiveness, and Adjustment in Older Adulthood. 11
Gorsuch, R. L., & Hao, J. Y. (1993). Forgiveness: An exploratory factor
analysis and its relationships to religious variables. Review of Religious
Research, 34(4), 333–347. teman sebaya. Temuan mereka menunjukkan bahwa
orang-orang yang sangat religius memiliki nilai lebih pada penalaran tentang
pengampunan, dan lebih mungkin untuk memahami pengampunan sebagai moral yang
utama dari cinta12 . Maka jika memang demikian maka lingkungan religius menjadi
pendukung penempaan religiusitas seseorang. Dalam konteks ini lingkungan
religius sangat kental terasa dalam lingkungan Universitas Islam Negeri Malang
dengan system asrama (ma’had) di mana seluruh mahasiswa tahun pertama harus
tinggal di ma’had mengikuti rangkaian kurikulum ritual keagamaan. Mayoritas
mahasiswa UIN Malang adalah muslim, maka salah satu kriteria dan keutamaan
akhlak yang terjelma secara khusus dalam diri seorang muslim adalah sifat
memaafkan orang lain. Metode yang selalu digunakan oleh Rasulullah SAW dalam
menghadapi kesalahan dan bahkan hinaan orang lain adalah perlakuan yang sangat
mulia. Mereka memaafkannya dan malah berbuat kebajikan kepadanya. Hal ini
menyebabkannya merasa malu atas perbuatan yang telah ia lakukan. Dalam ayat
Al-Quran dijelaskan bahwa balasan bagi sebuah perbuatan buruk adalah perbuatan
buruk yang serupa dengannya. Lahiriah ayat ini memperbolehkan kita untuk
membalas sebuah perbuatan buruk dengan perbuatan buruk yang serupa. Tapi, makna
akhlaki ayat ini menegaskan, jika seseorang membalas kesalahan orang lain
dengan kesalahan yang serupa, maka ia telah berbuat sebuah kesalahan juga. 12
Enright R. D., Santos M. J. D.,AI-Mabuk R. The adolescent as forgiver. Journal
of Adolescence, 1989, 12, p.95–110. Beberapa hasil penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Fathul Lubab dan Elok terkait nilai moral religius di lembaga
pendidikan ini menunjukkan nilai moral religious dari total responden 240
adalah 185 atau 77,1% pada tingkat tinggi, 45 orang (18,8%) pada kategori
sedang, dan 10 (4,2%) pada kategori rendah13. Adapun penelitian yang dilakukan
oleh Zaki, berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat
religiusitas, dari 77 responden fakultas psikologi UIN Malang didapatkan 36
orang (47%) berada pada tingkat religiusitas yang tinggi, 31 orang (40%) berada
pada kategori sedang dan 10 orang (13%) mempunyai taraf tingkat religiusitas
yang cukup minim14 . Memaafkan juga merupakan nilai moral yang diajarkan oleh
semua agama khususnya Islam. Maha Pengampun dan Maha Penyayang-Nya Tuhan
merupakan nilai moral bahwa manusia semestinya mampu untuk saling memafkan dan
mengasihi. Namun dalam kehidupan keseharian kita nilai moral tersebut belum
banyak yang mampu menyerapnya, sehingga tidak heran ketika kita banyak melihat
pertengkaran serta tindak kriminal yang terjadi hanya karena masalah kecil,
padahal mayoritas pelaku fenomena tersebut beragama. Dengan merasionalisasikan
keyakinan bahwa Tuhan Maha Pengampun apakah memiliki hubungan dengan diri kita
sebagai manusia untuk memaafkan? 13 Lubab & Elok. 2010. Sikap terhadap
hukuman pelaku pemerkosaan pada komunitas muslim ditinjau dari nilai moral
religious dan sikap pada jenis kelaminlain (sexism). Lembaga Penelitian dan
Pengembangan UINMalang. 14 Firmansyah, Zaki. 2011. Hubungan antara religiusitas
dengan kepercayaan diri mahasiswa Fakultas Psikologi. Skripsi Fakultas
Psikologi UIN Malang. Ketertarikan peneliti dalam pembahasan ini juga
didasarkan oleh hasil wawancara yang dilakukan peneliti di Universitas Islam Negeri
Malang pada beberapa mahasiswa secara kebetulan. Dari hasil wawancara tersebut
memiliki kesamaan meskipun pernyataan dan alasannya berbeda-beda, tetapi
peneliti menyimpulkan pada masalah yang sama dalam memaafkan. Diatara masalah
tersebut adalah butuh waktu untuk memaafkan, kerenggangan hubungan, memaafkan
yang hanya pada taraf verbal demi hubungan baik, ada juga yang berpendapat
tergantung kesalahannya. Maka sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
beberapa peneliti di institusi pendidikan ini, yang menunjukkan tingginya nilai
moral keberagamaan mayoritas peserta didiknya membuat peneliti tertarik dalam
pembahasan tersebut yang jika dikaitkan dengan salah satu bentuk dari sikap
moral beragama yaitu memaafkan sebagai bentuk hubungan vertikal sesama manusia.
Pembahasan tersebut di atas sangat menarik dan menjadi dasar pentingnya
penelitian dengan tema "Hubungan Religiusitas (Keberagamaan) dengan
Forgiveness (Memaafkan) pada Mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri
Malang Yang Tinggal di Ma’had Sunan Ampel Al ‘Aly", sehingga menjadi
kontribusi yang dapat menjawab problem memaafkan dilihat dari salah satu aspek,
yaitu keberagamaan. B. Rumusan Masalah Dalam penelitian ini, rumusan masalah
yang diangkat adalah : 1. Bagaimana tingkat forgiveness mahasiswa psikologi
yang tinggal di ma’had Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang?
2. Bagaimana tingkat religiusitas mahasiswa psikologi yang tinggal di ma’had
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang? 3. Bagaimana hubungan
religiusitas dengan forgiveness mahasiswa psikologi yang tinggal di ma’had
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang? C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui tingkat forgiveness mahasiswa
psikologi yang tinggal di ma’had Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang. 2. Untuk mengetahui tingkat religiusitas mahasiswa psikologi yang
tinggal di ma’had Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang 3.
Untuk mengetahui hubungan religiusitas dengan forgiveness mahasiswa psikologi
yang tinggal di ma’had Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang?
D. Manfaat Penelitian Dari gambaran pendahuluan hingga tujuan penelitian, maka
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara kolektif, baik untuk
keilmuan (teoritis), atau untuk peneliti, dan subjek penelitian (praktis).
Manfaat tersebut adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Dukungan untuk meningkatkan
intensitas penelitian-penelitian baru dibidang psikologi, khususnya
pengembangan kesehatan mental dan psikologi positif. b. Memberikan sumbangan
pemikiran dibidang psikologi terutama pada pengembangan kesehatan mental pada
tema religiusitas dan memaafkan. c. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan
berikutnya oleh kalangan akademik dalam pengembangan psikologi pada khususnya
dan dalam pengembangan keilmuan lain pada umumnya. d. Memotivasi akademisi
muslim dalam menemukan hazanah islam dalam penelitian-penelitian lain, terutama
pada kepribadian yang dimunculkan dari sikap Rasulullah Muhammad SAW. yang
dipadukan pada tema keagamaan dan memaafkan. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan
pengertian pentingnya keberagamaan yang memiliki pengaruh pada forgiveness yang
dapat dikonsumsi oleh peneliti, mahasiswa psikologi dan civitas akademisi
(akademisi umum dan akademisi muslim) atau masyarakat Indonesia secara umum. b.
Memberikan wacana yang menguatkan mengenai konsep memaafkan untuk meningkatkan
pertumbuhan kesehatan mental yang kemudian dikembangkan dalam bentuk perilaku
sehari-hari.
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment