Abstract
INDONESIA:
Kemunculan K-Pop yang fantastis berbuntut pada kemunculan penggemar yang sangat mengidolakan K-Pop. Kemudian mengidentifikasi dirinya sebagai penggemar K-Pop dan menjadikan penggemar K-Pop sebagai identitas sosialnya. Identitas yang mereka bentuk dan yang akan selalu melekat pada penggemar akan dikenal oleh masyarakat. Hal ini yang dinamakan identitas sosial. Setiap penggemar K-Pop memiliki asumsi dan pandangan yang berbeda-beda mengenai identitas masing-masing sebagai penggemar K-Pop, baik penggemar K-Pop yang tergabung dalam komunitas fandom ataupun yang tidak tergabung. Rumusan masalah yang muncul diantaranya adalah: (1) Bagaimana identitas sosial pada penggemar K-Pop yang tergabung dalam komunitas KFM? (2) Bagaimana identitas sosial pada penggemar K-Pop yang tidak tergabung dalam komunitas KFM? (3) Adakah perbedaan identitas sosial antara penggemar K-Pop yang tergabung dalam komunitas KFM dan yang tidak bergabung dengan KFM?
Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui identitas sosial pada penggemar K-Pop yang tergabung dalam komunitas KFM (K-Pop Fandom Malang), (2) Untuk mengetahui identitas sosial pada penggemar K-Pop yang tidak tergabung dalam komunitas KFM atau non-fandom, (3) Untuk mengetahui apakah ada perbedaan identitas sosial antara penggemar K-Pop yang tergabung dalam komunitas KFM dan yang tidak bergabung dengan KFM (non-fandom).
Rancangan penelitian ini terdiri dari satu variabel yaitu Identitas sosial yang akan membandingkan penggemar K-Pop yang tergabung dalam komunitas KFM (K-Pop Fandom Malang) dan penggemar K-Pop yang tidak tergabung dalam komunitas. Jumlah subjek yang digunakan 300 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik nonprobability sampling yaitu purposive sampling dan menggunakan uji-t untuk analisa hasil penelitian.
Sebagian besar penggemar K-Pop baik yang tergabung dalam KFM maupun yang tidak tergabung dalam KFM memiliki identitas sosial dalam kategori sedang dengan persentase pada Ingroup 73% dan Outgroup 70%. Hasil uji-t menunjukkan nilai thit pada ingroup =77,047 dan 45,934 pada outgroup, df = 149 dengan signifikansi = 0,5 thit > ttab (77,047 > 0,67614) dan (45,934 > 0,67614). Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis diterima. Dan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara penggemar K-Pop yang tergabung dalam KFM (K-Pop Fandom Malang) dan penggemar K-Pop yang tidak tergabung dalam KFM.
ENGLISH:
Occurrences fantastic K-Pop fans that culminated in the emergence of highly idolized K-Pop. Then identified himself as a fan of K-Pop and K-Pop fans make a social identity. Their identities and shape that will always be attached to the fan will be known by the public. This is called social identity. Each K-Pop fans have assumptions and different views regarding their identity as a fan of K- Pop, K-Pop fans both belonging to the community or who are not members of fandom. The problems that arise such as: (1) How does social identity on K-Pop fans who are members of the community KFM? (2) How does social identity on K-Pop fans who are not members of the community KFM? (3) is there a difference social identity between a fan K-Pop that is incorporated within the KFM community and that are not joined to the KFM community?
The purpose of this study is: (1) To determine the social identity of the K- Pop fans who are members of the KFM (K-Pop fandom Malang) community, (2) To determine the social identity of the K-Pop fans who are not members of the KFM community or non-fandom, (3) To determine whether there are differences in social identities among K-Pop fans who are members of the community of KFM and which did not join the KFM (non-fandom).
The research design consisted of a single variable that will compare the social identity of K-Pop fans who are members of the KFM (K-Pop fandom Malang) community and K-Pop fans who are not members of the community. The number of subjects who used 300 people. Sampling technique using nonprobability sampling technique is purposive sampling and using t-test to analyze the results of the study.
Most of the K-Pop fans are members of KFM (K-Pop fandom Malang) and K-Pop fans who are not members of the KFM, the social identity in the medium category with 73% percentage of the ingroup and 70% on the outgroup. T-test results show the value of the ingroup thit = 77.047 and 45.934 in the outgroup, df = 149 with significance = 0.5 thit> ttab (77.047> 0.67614) and (45.934> 0.67614). Based on these results, the hypothesis is accepted. And it can be concluded that there is a difference between the K-Pop fans who are members of KFM (K-Pop fandom Malang) and K-Pop fans who are not members of the KFM.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
K-Pop yang merupakan singkatan dari
Korean Pop adalah aliran genre musik pop yang berasal dari Negara Korea.
Menurut Chua dan Iwabuchi 2008 (dalam Jung 2011 ) K-pop adalah produk pop yang
diproduksi secara hibridisasi yang menggabungkan Timur dan Barat serta aspek
budaya global dan lokal. Alasan utama untuk hibridisasi budaya seperti strategis
adalah untuk memenuhi keinginan kompleks berbagai kelompok konsumen, yang
memaksimalkan keuntungan kapitalis. Yang termasuk dalam K-Pop itu sendiri
adalah semua jenis program musik mulai dari musik jenis Band1 , Boyband atau
kelompok vocal yang disertai dance, sampai Original Soundtrack film dan semua
jenis musik lainnya. Dan K-Pop itu sendiri memang sengaja dirancang dengan
sangat matang dan sempurna oleh pelaku sistim industri infotainment Korea dan
metode yang digunakan dalam rancangannya adalah dengan menggabungkan beberapa
budaya agar memperoleh totalitas penampilan dan kemudian setelah konsepnya
matang maka siap diluncurkan untuk memenuhi hiburan masyarakat yang mana hal
tersebut juga membawa keuntungan sendiri bagi pemrakarsanya yaitu pemeran K-Pop
itu sendiri baik pelaku di belakang layar sebagai tim maupun yang di depan
layar sebagai artis. Hasilnya pun luar biasa, karena bisa diterima dengan baik
di berbagai Negara, tidak terkecuali di Indonesia. 1 Jenis musik pop yang
terdiri dari vocalis, pemain alat musik gitar, bass, drum, dan piano. 2 Dalam
beberapa tahun terakhir saja, Kemunculan K-Pop sudah mampu menarik banyak
penggemar yang berasal dari Indonesia, dan itu artinya musik KPop sudah banyak
dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Bodden 2005 (dalam Sun Jung 2011)
sepanjang tahun 1990-an, alternatif' musik genre seperti rap, punk, dan keras
batu, berasal dari Amerika Utara dan budaya komersial Eropa, menangkap
antusiasme sejumlah besar pemuda Indonesia. Mengenai kemunculan dan booming
K-Pop ini bukan karena fenomena semata, melainkan hal ini merupakan hasil kerja
keras dan jerih payah para pelaku K-Pop tersebut. Selain musiknya yang bagus,
penyanyi yang membawakannya juga terlihat sangat maksimal dalam hal fisik dan
talenta. Untuk seorang selebritis di Korea selayaknya memiliki fisik yang bagus
dan sekalipun fisiknya kurang bagus maka di Korea diperbolehkan untuk melakukan
operasi plastik agar secara fisik terlihat cukup sempurna namun tidak cukup
dengan mengandalkan fisik saja, selebritis Korea juga harus memiliki bakat yang
bagus dalam hal bernyanyi, dance atau bakat musik lainnya. Kekuatan dan
keberhasilan K-Pop saat ini tidak hanya ditentukan oleh artisnya saja tetapi
juga pada manajemen yang membawahi artis tersebut. Dalam perkembangan K-Pop juga
terdapat suatu agensi atau perusahaan manajemen yang memiliki modal besar dan
manajemen sumberdaya yang bagus. Seluruh bakat dan talenta yang dimiliki
selebritis Korea untuk menciptakan penampilan yang sempurna itu tidak
didapatkan dari keberuntungan semata melainkan memang mereka sudah dipersiapkan
dari waktu yang sangat lama sekitar 7 hingga 8 tahun untuk bisa meraih apa yang
dicapainya saat ini. Usaha yang mereka lakukan adalah menjalani proses latihan
dengan karantina 3 selama bertahun-tahun dan mereka juga mengorbankan waktu
bermain untuk terus berlatih, semua ini mereka lakukan demi memperoleh
kesuksesan kariernya yang gemilang. Jadi semuanya tidak diperoleh dengan instan
dan mudah serta hasil yang diperoleh pun sebanding dengan kerja kerasnya. Jadi
tidak heran jika Selebritis Korea mampu membawakan K-Pop dengan penampilan yang
luar biasa di kancah internasional dan banyak diminati banyak orang. Diambil
dari penelitian Sun Jung (2011), menurut tanggapan dari wawancara, gerakan
tarian yang disusun dengan baik dari bintang idola menarik banyak penggemar.
Ke-13 penggemar Indonesia yang diwawancarai dengan suara bulat diidentifikasi
"tarian menakjubkan" sebagai salah satu alasan utama mengapa mereka
menyukai K-pop. Banyak dari penggemar menggambarkan kekaguman mereka pada
pertunjukan tari baik koreografer dan penampilan yang bagus oleh grup idola
K-pop. Layaknya sebuah stimuli dan respon, kemunculan K-Pop yang fantastis
tersebut tentu saja berbuntut pada kemunculan penggemar-penggemar yang sangat
mengidolakan K-Pop. K-Pop merupakan stimuli yang diberikan oleh kelompok
kapitalis dan kemudian masyarakat sebagai penonton memberikan respon. Setiap
individu akan memberi respon yang berbeda pada satu stimuli. Begitu pula
penikmat K-Pop. Beberapa orang mungkin hanya menikmati saja, namun sebagian
orang lagi memiliki antusias yang tinggi terhadap K-Pop dan bahkan ada yang
sangat tinggi. Sebagian orang yang mengaku sangat mengagumi K-Pop menamakan
dirinya penggemar sehingga mereka tidak hanya menikmati sajian musik Korea
namun sudah sangat kagum dan terpesona dengan K-Pop. Ada beberapa hal yang
biasa dilakukan oleh seorang penggemar sebagai bentuk cinta 4 dan mengidolakan
bias 2 mereka masing-masing seperti membeli album sang idola, membeli segala
macam pernak-pernik atau asessoris K-Pop, datang dan menyaksikan konser yang
digelar oleh idola, selalu mencari informasi dan berita terbaru mengenai sang
idola, sampai merayakan hari ulang tahun sang idola. Sebagai wadah tempat
berkumpulnya para penggemar K-Pop tersebut muncul pula suatu komunitas yang
khusus menampung semua penggemar K-Pop. Komunitas ini biasa disebut Fandom yang
merupakan singkatan dari Fans Kingdom3 . Komunitas fandom ini muncul juga
karena adanya kesamaan selera dalam dunia musik populer Korea. Di komunitas
fandom, para penggemar bisa sepenuhnya memberikan dukungan kepada sang idola
dengan para penggemar yang lain. Fandom ini sendiri dibentuk oleh penggemar
K-Pop sebagai tempat dimana para penggemar tersebut menemukan teman yang
memiliki kesamaan hobi dan idola dan juga tempat dimana para penggemar
memperoleh informasi paling baru mengenai bias mereka. Keberadaan Fandom bisa
membantu penggemar untuk mengeksplor perasaannya terhadap bias masing-masing.
Dorwin Cartwright dan Alvin Zander (dalam Dr. Santoso Slamet, M.Pd 2010),
pembentukan kelompok sosial tersebut disengaja dan direncanakan sehingga
kelompok sosial yang terbentuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan
tercapainya tujuan kelompok sosial yang bersangkutan berarti kebutuhankebutuhan
individu dapat terpenuhi secara langsung. 2 Bias merupakan istilah yang dipakai
oleh penggemar untuk menyebut artis atau idol K-Pop yang paling disukai dan
paling utama 3 Fandom merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menyebut
komunitas penggemar K-Pop secara keseluruhan. Fandom tersebut juga merupakan
komunitas besar dan didalam fandom terdapat sub fandom berdasarkan kategori
penggemar dari tiap-tiap bintang atau artis K-Pop. 5 Menurut David O Sears
kelompok adalah agregat sosial di mana anggotaanggota yang saling tergantung,
dan setidak-tidaknya memiliki potensi untuk melakukan interaksi satu sama lain.
Fandom bukan sekedar kelompok sosial biasa. Di fandom juga terdapat pemimpin,
struktur kelompok, anggota, dan kegiatan seperti layaknya kelompok formal. Maka
dari itu banyak penggemar KPop memilih untuk masuk kedalam fandom dan menemukan
banyak teman yang memiliki kesamaan dan lebih bisa menghargai satu sama lain.
Fandom juga memiliki kegiatan atau event yang akan merekatkan hubungan dengan
sesama member dan juga hubungan kecintaannya dengan sang idola seperti
mengadakan flashmob4 dan berkumpul untuk mengadakan acara atau sekedar sharing
informasi mengenai idola. Menurut David O. Sears dkk bila anggota kelompok
saling menyukai satu sama lain dan dieratkan dengan ikatan persahabatan,
kekompakan kelompok itu akan tinggi. Diantara banyak penggemar yang masuk
fandom tersebut, tidak sedikit juga mereka yang penggemar K-Pop, memilih untuk
tidak bergabung dalam komunitas fandom. Sekali pun tidak tergabung dalam
fandom, penggemar K-Pop yang bisa dikatakan independen tersebut tetap bisa
eksis dengan idolanya. Mereka juga melakukan serangkaian kegiatan aktif sebagai
penggemar hanya saja mereka tidak masuk dalam keanggotaan komunitas fandom yang
resmi dibentuk untuk mewadahi para penggemar K-Pop. Penggemar K-Pop non fandom
ini biasanya melakukan interaksi sosial untuk menunjukkan hobinya sebagai
penggemar KPop dengan teman-teman lain yang tidak masuk dalam keanggotaan
fandom pula. 4 Istilah yang dipakai oleh penggemar untuk menyebut suatu
kegiatan berkumpul dengan semua member dan kemudian melakukan aksi dance atau
menari menirukan idola secara bersama-sama. 6 Karena bagaimanapun juga
penggemar K-Pop tetaplah penggemar K-Pop yang memiliki idola selebritis Korea
sekalipun mereka sebagai penggemar tidak tergabung dalam keanggotaan komunitas
fandom. Jumlah penggemar K-Pop non fandom sangat banyak, jadi sesama penggemar
mereka bisa saling mengeksplor hobi dan berbagai informasi seputar K-Pop pada
setiap aktivitas atau kegiatan mereka masing-masing. Ketika seorang penggemar
K-Pop adalah mahasiswa dan tidak pula tergabung di komunitas fandom, mereka
akan berbincang dengan sesama penggemar K-Pop yang lain mengenai K-Pop di
kampus, begitu juga ketika penggemar K-Pop adalah seorang siswa sekolah non
fandom pula, mereka akan memperbincangkan K-Pop dengan temannya yang juga
penggemar K-Pop di sekolah atau di tempat mereka biasa berkumpul. Meski begitu,
baik itu penggemar K-Pop yang tergabung dalam komunitas fandom ataupun yang
secara independen menjadi penggemar K-Pop, mereka tetap memiliki satu keyakinan
dalam mengidolakan dan tetap saja K-Pop yang menjadi hal utama. Perilaku,
pengetahuan mereka tentang K-Pop dan sikap terhadap bias juga mereka tunjukkan
dengan hal yang sama. Kapan pun dan dimana pun mereka berada, mereka tetap
menjadikan K-Pop sebagai idola utama. Mereka semua sama dalam hal idola dan
akan melakukan kegiatan yang sama sebagai penggemar, hanya saja yang membedakan
adalah keanggotaan sebagian penggemar di komunitas penggemar K-Pop. Seperti
yang telah dijelaskan tadi bahwa mayoritas penggemar K-Pop berasal dari
kalangan remaja, hal ini dikarenakan masa remaja merupakan masa transisi
(peralihan) dari masa anak-anak menuju masa dewasa, masa mencari jati 7 diri,
maka remaja merasa tertantang dan tertarik untuk membuktikan kemampuan
intelektualnya. Mereka umumnya, mengidentifikasikan diri pada seorang tokoh
yang dianggap sebagai idola, maka mereka berupaya bagaimana dirinya mampu
menyerupai tokoh idolanya tersebut. Caranya dengan mengidolakan seseorang,
meniru tingkah laku, kebiasaan, dan apa yang dipakai oleh tokoh idola tersebut.
Umumnya, para remaja mengidolakan seseorang yang pintar, berparas tampan atau
cantik, dan baik hati. Demikianlah identitas para remaja terbentuk dan secara disadari
atau pun tidak menciptakan sebuah life style baru melalui kesukaan mereka
terhadap sesuatu. Hal serupa lah yang dialami oleh seorang penggemar KPop yang
begitu mengidolakan selebriti Korea kemudian mengidentifikasi dirinya sebagai
penggemar K-Pop dan menjadikan selebritis Korea sebagai figure idolanya.
Kemudian alasan mengapa banyak orang menjadi penggemar K-Pop adalah karena
penampilan yang dibawakan oleh bintang atau artis K-Pop berbeda dengan yang
lain. K-Pop selalu menunjukkan penampilan yang maksimal dan berbeda untuk bisa
menarik penggemar. Hal seperti ini sudah dipersiapkan secara matang oleh
manajemen K-Pop itu sendiri sehingga hasilnya pun seimbang dengan usaha yang
telah dilakukan. Kebanyakan penikmat K-Pop adalah dari kalangan remaja karena
musik K-Pop ini sesuai dan cocok dengan usia remaja ditambah lagi Selebritis
yang membawakannya pun masih dalam rentang usia remaja hingga dewasa. Dalam
penelitian Sun Jung (2011), Menurut UKLI (United K-Pop Lover Indonesia), lebih
dari 90 persen dari tim penggemar di Indonesia adalah anak perempuan dan 8
perempuan di akhir remaja awal 20-an. Dan jumlah penggemar K-Pop saat ini sudah
melambung fantastis. Sebagai penggemar K-Pop baik yang fandom maupun non
fandom, mereka memiliki ciri khas tersendiri yang digunakan untuk
mengidentifikasi dirinya di tengah-tengah masyarakat yang merupakan bagian dari
penggemar kelompok lain. Penggemar-penggemar tersebut juga membentuk
identitasnya sendiri dengan berbagai perilaku yang ditunjukan ketika mengagumi
K-Pop. Identitas yang mereka bentuk dan yang akan selalu melekat pada penggemar
akan dikenal oleh masyarakat. Dan dari situ lah penggemar K-Pop memperkenalkan
kepada masyarakat mengenai dirinya sebagai penggemar K-Pop dan sekaligus
memperkenalkan selebritis Korea idolanya. Identitas sosial sebagai penggemar
K-Pop merupakan stereotip atau unsur kognitif yang mereka bentuk secara sadar,
yang dengan itu diharapkan masyarakat akan mengetahui keberadaan dirinya
sebagai seorang penggemar K-Pop. Henry Tajfel dan rekannya John Turner 1986
(dalam Morrisan. 2010) mengemukakan teori identitas Sosial yang menyatakan
bahwa identitas sosial seseorang ditentukan terutama oleh kelompok dimana ia
berasal atau berada (in-group). Untuk memperkuat identitas diri, biasanya
seseorang akan mencari orangorang yang memiliki pemaknaan yang sama terhadap
suatu hal. Mereka akan lebih nyaman apabila bersama dengan orang-orang yang
mempunyai banyak kesamaan dalam beberapa hal. 9 Identitas sosial yang dimiliki
oleh penggemar K-Pop tentunya berbeda dengan identitas sosial kelompok
penggemar lain seperti penggemar musik aliran barat, penggemar musik jepang
atau penggemar musik Indonesia (dalam negeri). Penggemar musik barat, Jepang,
dan musik dalam negeri memiliki cara sendiri dalam mengidolakan dan mengidentifikasi
dirinya sebagai penggemar. Misalnya atribut yang mereka kenakan mirip dengan
idola atau berkaitan dengan idola, berpenampilan sesuai aliran musik idola
seperti musik rock maka penampilan yang dikenakan bernuansa rock, dan lain
sebagainya. Begitu juga penggemar KPop memiliki ciri khas, perilaku, dan
kegiatan yang menjadikan mereka unik dan berbeda dengan yang lain, serta mereka
memiliki cara tersendiri dalam mengidentifikasi dirinya sebagai penggemar
K-Pop. Identitas Sosial bagi penggemar K-Pop juga memiliki fungsi untuk
mengkonsep-tualisasikan kelompoknya sesuai dengan aliran musik K-Pop di
tengah-tengah masyarakat. Misalnya komunitas penggemar K-Pop akan berbicara
dengan sesama pengemar K-Pop dengan menggunakan bahasa Korea secara basic atau
dasar, maka disitulah tampilan terdapat bentuk yang berbeda dari satu kelompok
dengan kelompok lainnya dan bisa dijadikan penanda identitas. Jika sebuah ciri
khas muncul, maka atribut itu dikenakan sebagai ciri kebersamaan dan digunakan
sebagai identitas sosial. Memiliki identitas sosial tersendiri sebagai
penggemar K-Pop yang berbeda dengan yang lain tentunya menjadi kebanggaan
tersendiri bagi mereka. Hal ini seperti menyandang sebuah gelar atau atribut
yang melekat dan kemudian menunjukkannya kepada masyarakat mengenai apa yang
diidolakan. Kebanggaan 10 atas identitas sosial sebagai pecinta K-Pop tersebut
muncul ketika mereka sudah dikenal dan diakui keberadaannya sebagai penggemar
K-Pop yang sebenarnya. Dalam hal ini kemudian identitas sosial sangat berperan
penting dalam terbentuknya kebanggaan pada diri penggemar K-Pop itu sendiri.
Berbicara mengenai identitas sosial, setiap penggemar K-Pop memiliki asumsi dan
pandangan yang berbeda-beda mengenai identitas masing-masing sebagai penggemar
K-Pop. Bagaimanapun juga baik penggemar K-Pop yang tergabung dalam komunitas
fandom ataupun yang tidak tergabung mereka tetaplah memiliki satu kesamaan
yaitu merupakan penggemar K-Pop, sekalipun hanya berbeda dalam hal
keikutsertaan dalam komunitas. Kemudian bagamaimana identitas sosial penggemar
K-Pop yang tergabung dalam komunitas fandom dan penggemar K-Pop yang tidak
tergabung dalam komunitas fandom tersebut? Apakah ada perbedaan diantara
keduanya mengenai identitas sosial? Dan apakah suatu komunitas fandom itu
berpengaruh pada identitas sosial seorang penggemar K-Pop? Di suatu daerah,
tepatnya di kota Malang, terdapat penggemar K-Pop yang jumlahnya sangat banyak.
Kemudian juga ada Komunitas fandom yang dibentuk oleh penggemar K-Pop wilayah
Malang. Banyak diantara penggemar K-Pop tersebut bergabung dalam komunitas
fandom Malang dan menemukan banyak teman baru dan sebagai wadah untuk
mengeksplorasi minatnya terhadap sang idola. Seperti dilansir Jawa Pos Radar
Malang (edisi Minggu 9 Desember 2012) ketika meliput event fandom di Malang,
Para pecinta lagu-lagu grup band asal Korea di Malang membentuk komunitas K-Pop
Fandom Malang (KFM). Sejak 11 kehadirannya, KFM langsung mendapat sambutan dari
muda-mudi pecinta lagu Korea di Malang yang kini tergabung dalam K-Pop Fandom
Malang (KFM). Komunitas ini sudah tidak asing lagi bagi penggemar K-Pop di kota
Malang, hal ini dikarenakan KFM merupakan satu-satunya komunitas penggemar
Korea yang eksis di kota Malang. Disampaikan Firdha, ketua umum KFM (dalam Jawa
Pos Radar Malang edisi minggu 9 desember 2012), didirikannya KFM ini agar antar
penggemar K-Pop di kota Malang yang kini mencapai 1.500 anggota itu bisa
terkoordinir dengan baik. Sampai saat ini KFM aktif mengadakan kegiatan.
Seperti mengadakan acara tahunan yang mereka sebut hallyu5 (kegiatan yang
bernuansa Korea), nge-dance bareng, dan tidak jarang juga mereka mengadakan
charity atau bhakti sosial dengan anggota komunitas. Disisi lain, banyak pula
orang-orang yang mengidentifikasi sebagai penggemar K-Pop namun memutuskan
tidak bergabung dengan komunitas fandom Malang. Keduanya merupakan sama-sama
penggemar dan mengidentifikasi diri mereka sendiri sebagai penggemar K-Pop dan
juga melakukan kegiatan atau aktivitas yang sama layaknya penggemar K-Pop,
namun permasalahannya, apakah identitas sosial keduanya sama? atau ada
perbedaan antara keduanya? Dan untuk menjawab pertanyaan tersebut, langkah
selanjutnya adalah melakukan penelitian dan pengambilan data mengenai identitas
sosial kepada penggemar K-Pop baik itu yang tergabung dalam komunitas fandom
maupun penggemar K-Pop non fandom. Penelitian ini cukup menarik karena dari
sini akan diketahui mengenai identitas sosial pada penggemar K-Pop fandom dan 5
Hallyu merupakan acara besar yang bernuansa Korea. Hallyu biasa diadakan oleh
penggemar-penggemar KPop dengan berbagai macam acara dan kegiatan yang
berkaitan dengan Korea dan idola K-Pop. 12 non fandom, dan penelitian ini juga
penting untuk mengetahui apakah suatu komunitas atau kelompok fandom bisa
memberi pengaruh pada seorang penggemar K-Pop mengenai identitas sosial mereka.
Beberapa alasan tersebut menjadikan peneliti untuk melakukan penelitian ini dan
semoga memperoleh hasil yang maksimal. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana tingkat
identitas sosial pada penggemar K-Pop yang tergabung dalam komunitas KFM (K-Pop
Fandom Malang)? 2. Bagaimana tingkat identitas sosial pada penggemar K-Pop yang
tidak tergabung dalam komunitas KFM (K-Pop Fandom Malang) atau nonfandom? 3.
Adakah perbedaan tingkat identitas sosial antara penggemar K-Pop yang tergabung
dalam komunitas KFM dan yang tidak bergabung dengan KFM (non-fandom)? C. Tujuan
Penelitian 1. Untuk mengetahui tingkat identitas sosial pada penggemar K-Pop
yang tergabung dalam komunitas KFM (K-Pop Fandom Malang) 2. Untuk mengetahui
tingkat identitas sosial pada penggemar K-Pop yang tidak tergabung dalam
komunitas KFM (K-Pop Fandom Malang) atau non-fandom 13 3. Untuk mengetahui
apakah ada perbedaan tingkat identitas sosial antara penggemar K-Pop yang
tergabung dalam komunitas KFM dan yang tidak bergabung dengan KFM (non-fandom)
D. Manfaat Penelitian 1. Segi Teoritis Penelitian ini berguna untuk mempelajari
lebih mendalam mengenai teori psikologi sosial dan beberapa ilmu lain untuk
kemudian dapat menerapkan dan mengaplikasikan dalam suatu kehidupan berkelompok
dan bermasyarakat, mengenai fenomena yang ada dimasyarakat. Penelitian juga
diharapkan dapat dipakai sebagai bahan bacaan ilmiah dan juga dapat dipakai
sebagai bahan referensi bagi siapa saja yang akan meneliti tentang fenomena
yang sejenis. 2. Segi Praktis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai alternatif untuk berperilaku dan menjadi acuan identitas
sosial para penggemar K-POP dimasyarakat.Dan untuk tidak mengecilkan hati
penggmear K-Pop yang tidak tergabung dalam komunitas karena mereka telah
teridentifikasi identitas sosial dan kepercayaan dirinya sekalipun tidak
tergabung dalam komunitas KFM. Serta hasil dari penelitian ini akan menjadi
informasi kepada masyarakat mengenai masalah terkait dengan penelitian
tersebut.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Identitas sosial penggemar K-Pop: perbandingan antara penggemar k-pop yang tergabung dalam komunitas KFM dan penggemar K-Pop yang tidak tergabung dalam komunitas KFM" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment