Abstract
INDONESIA:
Perilaku siswa SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) saat ini sangatlah kompleks. Perilaku tersebut baik berupa perilaku positif maupun perilaku negatif. Salah satu perilaku positif siswa adalah membantu orang lain. Sebagaimana ajaran dalam semua agama bahwa menolong orang lain dengan suka rela merupakan prinsip moral tertinggi. Perilaku membantu orang lain dengan sekarela disebut dengan perilaku altruistik. Perilaku altruistik seseorang dilatar belakangi oleh kematangan beragamanya. Kematangan beragama adalah watak keberagamaan yang mana kematangan beragama seseorang ditunjukkan dalam perilaku sehari hari yang didasarkan pada nilai nilai agama.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat kematangan beragama dan perilaku altruistik siswa serta bagaimana hubungan antara kematangan beragama dengan perilaku altruistik siswa di SMK Negeri Temayang, Bojonegoro. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat kematangan beragama dan perilaku altruistik serta hubungan antara kematangan beragama dengan perilaku altruistik siswa di SMK Negeri Temayang Bojonegoro.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 643 siswa dengan sampel 65 siswa. Sedangkan metode pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan angket. Dalam menganalisis data, penelitian ini menggunakan teknik korelasi product moment dari Carl Pearson dan untuk menguji reliabilitas menggunakan rumus alpha cronbach.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kematangan beragama dengan kategori tinggi sebanyak 36 siswa (55,3%), sedangkan siswa dengan kategori kematangan beragama sedang terdapat 25 siswa (38,5%) dan 4 (6,2%) siswa dengan kategori kematangan beragama rendah. Pada variable perilaku altruistik menunjukkan bahwa siswa dengan kategori perilaku altruistik tinggi sejumlah 35 siswa (53,8%), sedangkan siswa dengan kategori perilaku altruistik sedang sejumlah 26 siswa (40,0%). Selain itu, terdapat juga 4 siswa dengan kategori perilaku altruistik rendah (6,2 %).Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kematangan beragama dengan perilaku altruistik memiliki hubungan yang signifikan yaitu rxy: 0.641; sig < 0.05. Hubungan yang terjadi adalah positif dimana tingginya kematangan beragama diikuti dengan tingginya perilaku altruistic, sehingga hipotesis dalam penelitian ini, yaitu adanya hubungan antara kematangan beragama dengan perilaku altruistik siswa di SMK Negeri Temayang Bojonegoro diterima.
ENGLISH:
This time the behavior student in Vocational State School is very complex. The behaviors like as positive behavior and negative behavior. One example of positif behaviors is helping people. Helping people did by voluntary. In the same as the doctrine in the religion that helping people by voluntary is the highest principle moral. The behavior of helping others by volunteering called altruistic behavior. Altruistic behavior someone is effected by religious maturity. Religious maturity is the religious character and someone’s religious maturity shown within the daily behavior based on religious values.
Problem study this research are (1) how does the level of the student’s religious maturity, (2) how does the level of student’s altruistic behavior and (3) how relation of religious maturity and altruistic behavior student in Vocational State School of Temayang, Bojonegoro. The purpose of this study is to find out how level of religious maturity and altruistic behavior. In addition to know how the relationship between religious maturity and altruistic behavior of student in Vocational State School of Temayang Bojonegoro
The study uses a quantitative approach. The population in this research is 643 students and the sampel is 65 students. The data retrieval using observation, interviews, and questionnaires. For the analyze data, this research using Pearson Product of Moment Correlation and to test the reliability using Cronbach Alpha formula.
The result of study shows religious maturity in high category is 36 students (55,3%), then students with religious maturity in moderate category are 25 student (38,5%) and 4 student (6,2%) with low category of religious maturity. In the variable altruistic behavior show that student with high category is 35 students (53,8%). Then students with moderate category of altruistic behavior are 26 students (40,0%) and 4 students with low category of altruistic behavior (6,2 %). The result of testing a hypothesis show that religious maturity have significant relation with altruistic behavior that is rxy: 0.641; sig < 0.05. The relations is positif, it means high religious maturity followed by a high altruistic behavior So, hypothesis in this research, it has relationship between religious maturity and altruistic behavior student in Vocational State School of Temayang Bojonegoro accepted.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Perilaku siswa SMK saat ini
sangatlah kompleks. Perilaku tersebut baik berupa perilaku positif maupun
perilaku negatif. Perilaku siswa positif misalnya adalah usaha mereka dalam
mengisi kekosongan kegiatan dengan cara mengikuti kegiatan ekskul (ekstra
kurikuler) di sekolah, menjadi anggota dalam suatu organsasi siswa intra
sekolah, mengikuti peraturan sekolah dengan tertib, aktif mengikuti kegiatan di
sekolah, peduli terhadap orang lain, berkenan membantu orang dan lain lain,
sedangkan perilaku negatif siswa SMK adalah membolos, tawuran antar pelajar,
menggunakan obat-obatan terlarang, konsumtif dan masih banyak perilaku
menyimpang lainnya. Fenomena yang sangat nyata dapat kita lihat sehari hari
bahwa banyak siswa yang terlibat dalam aksi aksi tindakan kriminal dan perilaku
yang menyimpang, misalnya adalah keterlibatan salah satu siswa SMK di Semarang
dalam suatu perampokan (Suara Merdeka. com diakses 22 Maret 2014), tawuran
antar pelajar SMK yang menewaskan salah satu teman mereka di Bogor, Jawa Barat
(metro.sindo.news diakses 23 Maret 2014) dan penggunaan obat terlarang pada 47
siswa di salah satu SMK Negeri di Aceh, namun tak jarang pula banyak remaja SMK
yang peduli terhadap korban bencana alam seperti yang dilakukan siswa di SMK
Sukoharjo yang menyumbangkan sabun hasil karya mereka untuk korban bencana
Gunung Kelud di Kediri, Jawa Timur (www.timlo.net diakses 22 Maret 2014).
Selain itu, juga seperti aksi penggalangan dana yang dilakukan 2 beberapa siswa
di SMK Muhammadiyah di Brebes, Jawa Tengah untuk diberikan kepada korban banjir
(www. panturanews.com diakses 22 Maret 2014). Berkaitan dengan hal tersebut tak
terkecuali dengan perilaku siswa di SMK Negeri Temayang Bojonegoro. Perilaku
siswa di SMK Negeri Temayang Bojonegoro sangat beraneka ragam. Salah satu
perilaku negatif siswa di SMK Negeri tersebut yaitu banyak siswa kurang peduli
dan peka terhadap seseorang yang membutuhkan bantuan, hal ini terlihat dari
kurang pedulinya siswa dalam membantu orang lain yang membutuhkan. Salah satu
contoh adalah ketika salah satu guru mempersiapkan peralatan praktek, banyak diantara
mereka yang tidak mempedulikan guru tersebut, mereka lebih mementingkan
bercanda dengan teman. Tidak ada kesukarelaan mereka dalam membantu guru
tersebut. Selain pada guru, siswa juga melakukan hal yang sama dengan siswa
yang lain, hal ini terlihat ketika seorang siswa membutuhkan bantuan. Jika
siswa yang membutuhkan bantuan tersebut tidak meminta pertolongan, maka siswa
juga tidak akan menolongnya. Sebagaimana pernyataan salah satu guru di SMK
Negeri Temayang Bojonegoro “Dalam memberikan pertolongan, mereka menunggu
aba-aba permintaan pertolongan dari teman atau bahkan guru”. (wawancara. Zuhri.
09 Nopember, 2013) Menolong orang dengan sukarela tanpa mengharapkan imbalan
dalam Psikologi disebut dengan altruisme. Menurut Suyono (2007) altruisme adalah
perilaku menolong orang lain yang dilakukan dengan ikhlas. Sedangkan menurut
Sears, Freedman, dan Peplau (1994) perilaku altruis merupakan suatu tindakan
menolong orang lain tanpa ada hasrat untuk mendapatkan imbalan, kecuali 3
keinginan untuk berbuat baik semata (Suyono, 2007:183). Dalam menolong orang
lain dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor situasional
yang terdiri dari kehadiran orang, sifat lingkungan, tekanan waktu dan
lain-lain, sedangkan faktor lain yang mempengaruhi seseorang untuk menolong
adalah faktor personal yang terdiri dari aspek kepribadian, suasana hati,
personal distress dan empati. (Suyono, 2007:188). Menolong seseorang secara
sukarela merupakan salah satu ajaran agama, karena pada dasarnya semua agama
mengajarkan tentang kebaikan. Sebagaimana Santrock mengatakan bahwa altruisme
dijumpai diberbagai penjuru dunia dan merupakan suatu prinsip pedoman dalam
agama Islam, Kristen, Budha, Hindu, dan Yahudi (Santrock, 2007:315). Perilaku
altruistik siswa di SMK Negeri Temayang tersebut menjadi salah satu gambaran
bagaimana siswa menerapkan nilai-nilai agama dalam perilakunya, terutama di
lingkungan sekolah. Penerapan ajaran agama pada diri siswa dengan cara
memberikan pertolongan dengan sukarela dilatar belakangi oleh kematangan
beragama siswa. Kematangan beragama seseorang dapat dilihat dari bagaimana
orang tersebut mengaplikasikan nilai ajaran agama dalam kehidupan sehari
harinya. Orang yang matang agamanya akan melaksanakan ajaran agamanya sesuai
dengan apa yang diajarkan dalam agamanya. Mereka juga melaksanakan ajaran
tersebut secara konsisten. Hal tersebut juga dapat dilihat dari kemampuan
mereka dalam menyelaraskan antara tingkah laku mereka dengan nilai moral agama.
Dalam hal ini tak terkecuali dengan perilaku altruistik yang juga menjadi salah
satu nilai ajaran dalam agama. Orang yang matang agamanya dalam hal membantu
orang 4 lain akan melakukannya dengan tulus karena agama mereka mengajarkan hal
tersebut. Motivasi mereka dalam membantu orang adalah sebagai wujud ketaatannya
kepada Tuhan. Orang yang matang agamanya juga akan selalu berusaha
mengharmoniskan hubungannya dengan Tuhan, manusia lain dan alam sekitarnya
melalui sikap dan tingkah lakunya. Sikap dan tingkah laku itu adalah moralitas
agama. Kehidupan beragama dengan perilaku bermoral sukar untuk dipisahkan.
Kehidupan bermoral adalah sikap dan tingkah laku yang baik, sedangkan tujuan
agama yang penting adalah membentuk manusia bermoral atau berakhlak mulia
(Baharudin & Mulyono, 2008:187). Oleh karena itu, sebagai wujud dari usaha
mengharmonisasikan hubungan dengan manusia salah satunya adalah membantu orang
lain dengan sukarela atau ikhlas. Kematangan beragama ialah keberagamaan yang
terbuka pada semua fakta, nilai-nilai, serta memberi arah pada kerangka hidup,
baik secara teoritis maupun praktis dengan tetap berpegang teguh pada ajaran
agama yang diyakini. Menurut G.W. Allport (1962) ciri-ciri kesadaran beragama
yang matang adalah (1) differensiasi yang baik, (2) motivasi kehidupan beragama
yang dinamis, (3) pelaksanaan ajaran agama secara konsisten dan produktif, (4)
pandangan hidup yang komprehensif, (5) pandangan hidup yang integral, (6)
semangat pencarian dan pengabdian kepada Tuhan (Ahyadi, 1991:50). Kematangan
beragama siswa di SMK Negeri Temayang Bojonegoro dapat dilihat dari salah satu
ciri kematangan beragama yang telah di sebutkan di atas, yaitu pelaksanan
ajaran agama secara konsisten. Dalam hal ini, orang yang matang agamanya ia
akan melaksanakan segala sesuatu dalam kehidupannya 5 berdasarkan apa yang ada
dalam agamanya dan melakukannya dengan konsisten. Salah satunya adalah anjuran
agama untuk melaksanakan sholat secara berjama’ah. Di SMK Negeri Temayang
secara keseluruhan siswa beragama islam, sehingga gambaran dari salah satu ciri
orang yang matang agamaya dapat dilihat dari bagaimana mereka mengikuti program
sholat dzuhur berjama’ah. Pelaksanaan sholat berjama’ah telah dikondisikan
sedemikian rupa oleh guru dengan penjadwalan. Selama pelaksanaan sholat
berjamaah berlangsung, banyak siswa yang tidak melaksanakan kegiatan tersebut.
Diantara mereka banyak yang memilih bermain di kelas dan tidak mengikuti sholat
berjama’ah. Berbagai alasan menjadikan mereka mampu mempertahankan diri mereka
untuk tidak mengikuti kegiatan tersebut. Dalam penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Ria Yunita Mustikawati tentang hubungan antara kematangan
beragama dengan perilaku altruistik pada santriwati di Pesantren Luhur Malang,
hasil penghitungan uji hipotesis diperoleh r 0,765. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara kematangan beragama dengan perilaku
altruistik pada santriwati pesantren luhur Malang. Sebagian besar santriwati
(40,5%) memiliki kematangan beragama yang rendah dan sebagian besar (38,1%)
santriwati memiliki perilaku altruistik yang rendah pula ( Mustikawati, 2010).
Penelitian kedua yang dilakukan oleh Maulidatur Rahmah mengenai hubungan
kematangan beragama dengan perilaku altruistik pada mahasiswa Psikologi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang angkatan 6 2012 menunjukkan
tingkat kematangan beragama dan perilaku altruistik mahasiswa pada kategori
tinggi dengan prosentase 94,44% untuk kematangan beragama dan 92,59% untuk
perilaku altruistik. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan
korelasi product moment di dapatkan hasil rxy = 0,587 dan sig < 0.05. Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kematangan beragama
dengan perilaku altruistic dimana tingginya kematangan beragama mahasiswa
diikuti dengan tingginya perilaku altruistik (Rohmah, 2013). Dari hasil kedua
penelitian terdahulu tersebut bahwa subjek yang berada pada kondisi lingkungan
yang sedemikian rupa yaitu lingkungan yang terkondisikan dengan mendapatkan
pelajaran agama yang lebih banyak, memiliki pengalaman beragama yang lebih
banyak pula dan pengetahuan agama yang lebih luas tidak selalu memiliki
kematangan beragama dan perilaku altruistik yang tinggi. Berbeda dengan siswa
di SMK Negeri Temayang Bojonegoro yang mana pelajaran agama yang di dapat
hanyalah dua jam dalam satu minggu. Hal ini menunjukkan betapa singkatnya
materi materi agama yang didapatkan dan pemahaman agama yang kurang pula,
sehingga pemahaman ajaran agama yang kurang tersebut juga mempengaruhi
bagaiamana kematangan beragama siswa yang pada akhirnya juga mempengaruhi tingkah
laku siswa terutama dalam hal membantu orang lain. Berdasarkan penjelasan
tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian Hubungan Antara Kematangan
Beragama dengan Perilaku Altruistik Siswa di SMK Negeri Temayang Bojonegoro. 7
B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas,
maka dapat diketahui rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana
tingkat kematangan beragama siswa di SMK Negeri Temayang, Bojonegoro? 2.
Bagaimana tingkat perilaku Altruistik siswa di SMK Negeri Temayang, Bojonegoro?
3. Apakah ada hubungan kematangan beragama dengan perilaku altruistik? C.
Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui tingkat kematangan beragama siswa SMK
Negeri Temayang. 2. Untuk mengetahui tingkat perilaku altruistik siswa SMK Negeri
Temayang. 3. Untuk mengetahui hubungan antara kematangan beragama dengan
perilaku altruistik siswa SMK Negeri Temayang Bojonegoro. D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini antara lain: 1. Secara Teoritis Penelitian ini
diharapkan mampu memberikan sumbangan ilmiah dan akan memperluas dunia ilmu
pengetahuan dalam disiplin ilmu Psikologi dan dapat mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh di bangku 8 kuliah serta dapat menambah wawasan pengetahuan dan
ketrampilan yang berhubungan dengan Psikologi. 2. Secara Praktis Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan tambahan di bidang ilmu pengetahuan serta di bidang
Psikologi tentang hubungan kematangan beragama dengan perilaku altruistik siswa
SMK Negeri Temayang Bojonegoro dan memberikan sumbangan yang berarti bagi lembaga
yang bersangkutan sebagai salah satu pertimbangan untuk meningkatkan mutu dalam
mendidik siswa sebagai generasi penerus bangsa.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" : Hubungan antara kematangan beragama dengan perilaku altruistik siswa di SMK Negeri Temayang Bojonegoro" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment