Abstract
INDONESIA :
Pada masa kematangan ini remaja mangalami perubahan yang cepat di segala bidang dan dalam waktu yang relatif bersamaan, masa ini dapat ditinjau sejak mulai individu menunjukkan tanda-tanda pubertas dan berlanjut hingga tercapainya kematangan seksual, kemudian tercapainya tinggi badan secara maksimum dan pertumbuhan mental secara penuh yang dapat dilihat melalui pengukuran tes intelegensi. Proses kematangan itu ditandai oleh kematangan potensi-potensi dari organisme, baik dari fisik maupun psikis, untuk terus maju menuju pemekaran atau perkembangan secara maksimal.Banyak bakat anak yang tidak berkembang karena tidak diperolehnya motivasi yang tepat. Jika seseorang mendapat motivasi yang tepat, maka lepaslah tenaga yang luar biasa, sehingga tercapailah hasil-hasil yang semua tidak terduga.
Pribadi yang telah dewasa itu pada pokoknya harus memiliki komponen-komponen seperti kemapuan proyeksi ke masa depan, kecakapan individu untuk tahu dan mengerti dirinya, kecakapan untuk humor dan menyenangi sesuatu, memiliki filsafat hidup. Kemudian pada motivasi belajar dilihat dari sumbernya ada dua hal,yaitu motivasi intrinsik dimana motivasi ini muncul dari dalam diri seseorang. Sedangkan motivasi ekstrinsik atau motivasi dari luar merupakan motivasi yang dilakukan di luar lingkungan sekolah sehingga bisa di terima dalam lingkungan masyarakat.
Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Jabung dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara kematangan pribadi dengan tingkat motivasi belajar siswa di SMP Islam Jabung . Metode pengumpulan datanya menggunakan metode angket, dan observasi. Angket penelitian telah diuji cobakan terhadap 100 subjek siswa siswi SMP Islam Jabung. Dari 40 item diperoleh 31 item yang valid untuk angket kematangan pribadi, dan dari 40 item motivasi belajar diperoleh 28 item yang valid dengan perhitungan product moment.
Berdasarkan analisa penelitian didapatkan hasil sebagai berikut: 17% memiliki tingkat kematangan pribadi tinggi, 72% memiliki tingkat kematangan pribadi sedang, dan 11% memiliki tingkat kematangan pribadi rendah. Untuk motivasi belajar didapatkan hasil 12% memiliki tingkat motivasi belajar tinggi, 75% memiliki tingkat motivasi belajar sedang, dan 13% memiliki tingkat motivasi belajar rendah. Ada hubungan positif yang signifikan antara kematangan pribadi dengan motivasi belajar pada siswa dengan nilai xy r = 0,404 pada taraf signifikan 5%, di mana semakin tinggi tingkat kematangan pribadi yang dimiliki seseorang maka semakin tinggi pula tingkat motivasi belajar.
ENGLISH :
Adolescence involves a transition of personal development. It refers to when the self-recognition becomes evident and adolescents suppose to be forced to have self-adaptation with environment. Social interaction plays important role in their life. When they feel matured, adolescents quickly change. The change begins from the indication of puberty and continues to the obtained sexual maturity, maximum body height, and advanced mental growth by intelligence test.
The maturity process also appears with the maturity of organism potentials, physically or psychologically, to achieve maximum development or enlargement. The use and control of a skill or a function needs certain degree of maturity. The maturity actually affects the quality rather than the achievement of child learning. Therefore, adolescents must have self -understanding. This self- understanding ensures them to accept their own strength and weakness.
Research locates at SMP Islam Jabung aiming at understanding the relationship between personal maturity and students' learning motivation. Data collection method involves questionnaire and observation. Research questionnaire has been experimented to 100 students. Of 40 items, 30 items show the validity about personal maturity. Of 40 items learning motivation, 28 items remain valid by product moment measurement.
Results of analysis indicate that: 17 % have high, 72% have medium, and 11 % have low personal maturity. For learning motivation, 12 % have high, 75% have medium, and 13 % have low rate. Significantly positive relationship develops between personal maturity and learning motivation in rXy = 0.404 at significance rate of 5 %. It means that the higher personal maturity produces the higher learning motivation. According to these results, research seems expected to provide desirable benefit and input to the subject, agencies, supervisor, and next researches.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Remaja biasanya lebih ringan kaki
(cepat bergerak) dari pada kaum tua dalam menanggapi situasi tanpa
memperdulikan apapun resikonya. Kenyataan ini tidak terbatas pada sesuatu
waktu, tetapi ia bersifat umum yang meliputi segala situasi dan kondisi di
segala zaman. Pada saat ini remaja berada pada situasi dan kondisi zaman
modern, sebagai zaman pembangunan. Diantara keunggulan zaman modern ini adalah
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam bidang informasi dan
komunikasi. Hal ini patut dibanggakan, namun demikian juga halnya bahwa peran
lingkungan sosial sangatlah mempengaruhi baik pikiran, perkataan maupun
perbuatan.1 Hal ini dapat kita lihat dalam kehidupan seharihari. Remaja yang
hidup di pedesaan cenderung lebih cepat dewasa dibandingkan dengan remaja yang
hidup di kota. Pembentukan sistem moral dan falsafah hidup merupakan bagian
dari tugas masa remaja pada kematangan kepribadian individualnya. Remaja adalah
bagian dari suatu masyarakat, dengan ciri-ciri psikologis, sosial dan budayanya
sendiri. Remaja mempunyai sub kultur yang khas dibanding dengan orang dewasa
yang manula. Posisi remaja sangat penting, karena remaja merupakan generasi
penerus dengan kualitas sumber daya manusia yang baik, disiplin, kreatif,
produktif, bermoral tinggi serta memiliki religius yang kokoh. 1 Sumadi
Suryabrata, (BA, Drs, MA, EdS, Ph. D). Psikologi Kepribadian, Universitas Gajah
Mada, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hlm. 96 Remaja tidaklah selalu
baik dan juga tidak selau jelek. Remaja bagaikan darah yang bergelora dalam
tubuh, sangat peka terhadap peristiwa. Jika ia tertarik oleh sesuatu, dan
memandangnya sebagai sesuatu yang dapat dicapai, maka ia rela berkorban
untuknya tanpa memperhitungkan resikonya. Kematangan itu berlangsung diluar
kontrol anak manusia, dan diluar kemampuan anak. Namun dengan tegas dapat
dinyatakan, bahwa setiap pengalaman yang positif itu mengembangkan diri sianak.
Oleh pengalaman tersebut anak jadi matang dan penghayatan hidupnya akan
bertambah mendalam. Sebaliknya perkembangan yang negatif, bisa menghambat atau
melumpuhkan perkembangan anak. Dari sinilah fungsi jasmani dan rohaniah anak
tersebut baru merupakan lembaga yang belum mekar. Maka faktor waktu dan usaha belajarlah
yang memupuk kematangan kepribadiannya. Suatu fungsi yang baru dilatih atau
baru saja berkembang, pasti belum menampilkan prestasi yang tinggi. Hampir
semua fungsi jiwa itu memerlukan periode berlatih atau periode belajar. Kadang
kala periode tersebut berlangsung secara pendek. Tetapi ada kalanya periode
tersebut berlaku agak lama. Dalam melatih fungsinya, anak tidak memerlukan
stimulus dari luar, tidak membutuhkan dorongan dari siapapun juga, bahkan juga
tidak dari orang tuanya. Sebab, fungsi-fungsi itu sudah mengalami proses
kematangan.2 Proses kematangan itu ditandai oleh kematangan potensi-potensi
dari organisme, baik dari fisik maupun psikis, untuk terus maju menuju
pemekaran atau perkembangan secara maksimal. Maka penggunaan dan pengendalian
satu 2 Dra. Kartini Kartono, Psikologi Anak, Penerbit Alumni, Bandung, 1986,
hlm. 58 ketrampilan atau fungsi itu bergantung pada derajat kematangannya.
Sebab kematangan ini mempengaruhi kualitas daripada hasil usaha belajar anak.
Selain itu remaja diharapkan untuk dapat mengerti dan memahami dirinya sendiri.
Karena dengan memahami dirinya sendiri mereka dapat menerima kelebihan dan
kekurangan yang ada pada dirinya. Seorang remaja butuh waktu untuk mengetahui
apakah dirinya sebagai seorang yang dapat memimpin dengan baik atau tidak,
apakah dirinya sebagai orang yang terampil dalam memecahkan masalah atau bukan,
kesemuanya itu dapat menentukan remaja untuk menempatkan dirinya secara baik
dan benar, tidak canggung dalam banyak perbuatannya. Bahkan secara lebih luas,
remaja dapat menyusun rencana-rencana masa depannya. Dengan kata lain, remaja
yang demikian itu dapat mengarahkan diri (self direction), merealisasikan diri
(self realization), menyatakan diri atau mengaktualisasi diri (self
actualization) dan adanya pengakuan individu yang bersangkutan terhadap diri
sendiri (self concept).3 Dalam masa ini juga dapat dikatakan sebagai masa yang
kritis dan bermasalah, karena kita ketahui bersama bahwa dalam masa ini remaja
akan dihadapkan dengan masalah yang kadang-kadang sulit untuk diatasi baik oleh
tiap-tiap individu sendiri. Alasannya pertama, sepanjang masa kanak-kanak,
diselesaikan oleh orang tua dan guru, sehingga kebanyakan remaja tidak 3 Drs.
Wasty Soemanto, M. Pd. Psikologi Pendidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1998,
hlm. 193 berpengalaman mengatasi masalah. Kedua, karena para remaja menolak
bantuan dari orang lain.4 Guru-guru sangat menyadari bahwa betapa pentingnya
motivasi di dalam membimbing belajar murid. Bukan hanya di sekolah-sekolah yang
berusaha memberi motivasi tingkah laku manusia kearah perubahan tingkah laku
yang diharapkan. Orang tua atau keluarga pun telah berusaha memotivasi belajar
anakanak mereka. Dari sinilah ternyata kesadran tentang pentingnya motivasi
bagi perubahan tingkah laku manusia telah dimiliki, baik oleh para pendidik,
para orang tua murid maupun masyarakat.5 Masalah memotivasi siswa dalam
belajar, merupakan masalah yang sangat kompleks. Dalam usaha memotivasi siswa
tersebut tidak ada aturan-aturan yang sederhana. Banyak bakat anak yang tidak
berkembang karena tidak diperolehnya motivasi yang tepat. Jika seseorang
mendapat motivasi yang tepat, maka lepaslah tenaga yang luar biasa, sehingga
tercapailah hasil-hasil yang semua tidak terduga.6 Dari uraian tersebut maka
perlu kita sadari bahwa motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar. Dalam hal
demikian berarti bahwa sangatlah berpengaruh sekali apabila tingkat kematangan
individu terhadap motivasi belajar, dimana bahwa prinsip kematangan adalah efek
usaha itu tergantung pada kematangan seseorang dalam sesuatu fungsi. Jadi,
tidak baik apabila memaksa anak untuk melakukan usaha belajar sebelum ia matang
untuk menjalankan usaha itu.7 4 Elizabeth. B. Hurlock, Psikologi Perkembangan,
Edisi Kelima, Erlangga, Jakarta, 1999, hlm. 208 5 Drs. Wasty Soemanto, M. Pd.
Psikologi Pendidikan, 1998, hlm. 200 6 Drs. Ngalim Purwanto, MP. Psikologi
Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1992. hlm.73 7 Drs. M. Dalyono.
Psikologi Pendidikan. PT Rineka Cipta, Jakarta, 2001. hlm. 148 Perlu
ditambahkan bahwa kedewasaan seseorang juga ditandai dengan perkembangan rasa
tanggung jawab. Apabila sifat atau ciri-ciri tersebut sudah dimiliki dan
diterapkan secara baik tanpa merugikan orang lain, boleh dikatakan seseorang
itu sudah memiliki rasa tanggung jawab. Jadi soal tanggung jawab ini akan dapat
dinilai, apabila dalam konteks hubungan hidup bersama dengan orang lain,
walaupun rasa tanggung jawab itu muncul dari diri seseorang. Sebagai contoh
seorang murid atau siswa, karena merasa bertanggung jawab atas tugas-tugasnya
sebagai pelajar, maka secara mau tidak mau ia akan termotivasi untuk
mendapatkan keinginan-keinginannya dalam belajar. Kemudian sebagai contoh lagi
adalah tidak adanya perasaan urgensi (kegawatan) lebih nampak lagi pada
hampir-hampir tidak adanya persiapan yang serius. Kebanyakan anak tidak
mempunyai kebiasaan belajar yang teratur, tidak mempunyai catatan pelajaran
yang lengkap, tidak membuat PR, sering membolos (dari sekolah maupun dari les),
seringkali lebih mengharapkan bocoran soal ulangan/ ujian atau menyontek untuk
mendapat nilai yang bagus. Sehingga di sisi lain sikap "jalan pintas"
ini bukan hanya menyebabkan motivasi belajar yang sangat kurang, melainkan juga
menyebabkan timbulnya gaya hidup yang mau banyak senang, tetapi sedikit usaha,
untuk masa sepanjang hidup mereka. Dengan perkataan lain, anak-anak ini
selamanya akan hidup di alam mimpi yang sangat rawan frustrasi dan akibat dari
frustrasi ini bisa timbul banyak masalah lain. Dari penjelasan yang telah
dipaparkan diatas maka dengan demikian dapat diatarik kesimpulan bahwa disaat
zaman yang sudah modern seperti sekarang ini dengan melalui kemajuan
teknologi-teknologi yang canggih dan kemudian dengan adanya perkembangan
dekadensi moral pada remaja. Sehingga dengan bergulirnya zaman, diharapkan
sianak sudah mengenali dirinya sendiri dan mampu menyusun rencana-rencana masa
depannya dengan baik. Maka remaja tersebut akan merasa nyaman dan merasa
bersemangat saat berada di lingkungan, baik di sekolah maupun di lingkungan
sosialnya, sehingga hal ini menciptakan proses belajar yang lancar dan saling
mendukung karena terciptanya kematangan pribadi siswa yang menyebabkan anak
termotivasi untuk belajar. Berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi pada
kalangan remaja yang dalam masa perkembangan dan pertumbuhannya, terutama dalam
proses kematangan pribadi dalam kaitannya dengan motivasi belajar pada remaja.
Hal ini penting untuk dilakukan penelitian tentang ”Hubungan Kematangan Pribadi
Terhadap Tingkat Motivasi Belajar Siswa”. B. RUMUSAN MASALAH Langkah pertama
dalam rumusan masalah adalah pengakuan akan adanya kesulitan, hambatan atau
masalah yang membingungkan peneliti. Berdasarkan keterangan tersebut maka
perumusan masalah adalah aspek yang paling penting dalam penelitian. Dan
berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai
berikut: 1. Bagaimana tingkat kematangan pribadi siswa kelas VIII SMP Islam
Jabung? 2. Bagaimana tingkat motivasi belajar siswa kelas VIII SMP Islam
Jabung? 3. Bagaimana hubungan kematangan pribadi terhadap tingkat motivasi
belajar siswa kelas VIII SMP Islam Jabung? C. TUJUAN PENELITIAN Kegiatan
penelitian dilakukan dengan tujuan-tujuan tertentu, secara umum dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu; menemukan membuktikan dan mengembangkan
pengetahuan tertentu. Dengan mengacu pada hal tersebut maka dalam penelitian
ini, tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti adalah: 1. Untuk membuktikan
secara empirik mengenai bagaimana tingkat kematangan pribadi siswa pada kelas
VIII SMP Islam Jabung. 2. Untuk membuktikan secara empirik mengenai bagaimana
tingkat motivasi belajar siswa pada kelas VIII SMP Islam Jabung. 3. Untuk
mengetahui lebih jauh mengenai pengaruh kematangan pribadi terhadap motivasi
belajar siswa. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan
dapat memberikan kontribusi bagi penelitianpenelitian yang berhubungan dengan
kematangan pribadi dan motivasi belajar, selain itu dapat digunakan juga
sebagai tambahan wawasan kajian ilmu pengetahuan terutama dalam bidang
psikologi khususnya psikologi pendidikan, penelitian ini memberikan kotribusi
psikologis pada siswa yang berpengaruh dalam motivasi belajarnya sehingga
dengan informasi tersebut bisa menerapkan cara-cara yang lebih variatif untuk
peningkatan motivasi belajar siswa. 2. Secara Praktis a. Bagi Lembaga
Pendidikan Bagi Lembaga Pendidikan penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi bahwa kondisi psikologis siswa yang berpengaruh pada motivasi
belajarnya, diharapakan dengan memahami kondisi psikologis siswa yang masih
dalam tingkat remaja, maka proses belajar bisa berjalan lebih maksiamal
terutama pada usaha peningkatan motivasi belajar. b. Bagi Lembaga SMP Islam
Jabung Secara praktis penelitian ini dapat memberikan informasi tentang
kematangan pribadi yang berhubungan dengan motivasi belajar siswa. Sebagai
bahan informasi dalam usaha sekolah untuk menciptakan interaksi sosial antara
guru dengan murid, murid dengan murid, dan murid dengan karyawan sehingga
tercipta suasana belajar yang kondusif demi tercapainya tujuan belajar. c. Peneliti
Sebagai bahan informasi untuk belajar memahami permasalahanpermasalahan remaja
terutama dalam bidang pribadi dan belajarsiswa.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" : Hubungan kematangan pribadi terhadap tingkat motivasi belajar siswa di SMP Islam Jabung Malang" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment