Abstract
INDONESIA:
Strategi koping merupakan usaha yang dilakukan oleh individu baik secara kognitif maupun perilaku dengan tujuan untuk menghadapi dan mengatasi tuntutan-tuntutan internal maupun eksternal yang dianggap sebagai tantangan atau permasalahan bagi individu. Strategi koping terbagi menjadi dua: problem focused of coping (strategi koping yang berorientasi pada masalah) dan emotional focused of coping (strategi koping yang berorientasi pada emosi). Perilaku agresi merupakan tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menghendaki datangnya tingkah laku tersebut, perilaku agresi bisa berupa fisik maupun verbal. Belakangan ini banyak terdapat anak jalanan berusia remaja yang menunjukkan perilaku agresi, baik secara fisik maupun verbal, hal ini diakibatkan dari kehidupan di jalanan yang keras dan liar. Dalam hal ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbedaan perilaku agresi berdasarkan strategi koping pada remaja jalanan di griya baca Malang. Dengan tujuan untuk mengetahui tingkat perilaku agresi pada remaja jalanan, bentuk strategi koping remaja jalanan, dan mengetahui perbedaan perilaku agresi berdasarkan strategi koping pada remaja jalanan.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Dengan strategi koping sebagai variabel X dan perilaku agresi sebagai variabel Y. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja jalanan Griya Baca Malang yang berjumlah 30 orang, dengan jumlah sampel 30 remaja jalanan. Pengambilan sampel dengan cara populasi sampling. Dan data pendukung dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara dan observasi. Alat ukur yang digunakan sebagai pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuisioner. Untuk uji validitas terdapat 18 item yang dinyatakan valid pada perilaku agresi dan 2 item dinyatakan gugur, sedangkan strategi koping terdapat 23 item yang valid dan 5 item yang dinyatakan gugur. Untuk uji reliabilitas pada perilaku agresi sebesar 0.857, sedangkan strategi koping sebesar 0.938
Dengan menggunakan metode analisa uji t yang tidak berpasangan (independent sampel t test) dengan program SPSS release 15 for windows. Mendapatkan hasil untuk total skor perilaku agresi pada remaja jalanan berdasarkan strategi koping menunjukkan nilai t hitung sebesar – 2.101 dengan nilai signifikansi sebesar 0.045 (p<0.05), sehingga Ho ditolak pada taraf kesalahan 5%, dan dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan total skor perilaku agresi pada remaja anak jalanan berdasarkan strategi koping. Hal ini ditunjukkan dimana total skor perilaku agresi pada strategi koping dengan problem focused of coping rata-rata sebesar 37.50 cenderung lebih rendah daripada total skor perilaku agresi pada strategi koping dengan emotional focused of coping dengan rata-rata sebesar 44.72.
ENGLISH:
Coping strategy is an attempt by individuals both cognitively and behavior in order to cope with the demands of internal and external which is considered as a challenge or problem for the individual. Divided into two coping strategies: problem focused of coping (coping strategies oriented to the problems) and emotional focused of coping (coping strategies oriented emotion). Aggressive behavior is the behavior of individuals who intended to injure or harm another individual who does not want the arrival of such behavior, aggressive behavior can be physical or verbal. Lately there are many street children aged adolescents who show aggressive behavior, either physical or verbal, this is caused from street life is hard and wild. In this case researchers are interested in doing research on the differences in aggressive behavior by adolescents coping strategies at TVC read street in Malang. With the aim to determine the level of aggressive behavior in adolescent street, street adolescents form coping strategies, and know the different behavior of aggression based on coping strategies in adolescent street.
This t ype of research is quantitative research. With coping strategies as the X variable and aggressive behavior as a variable Y. The population in this study were adolescents Griya Read Malang street numbering 30 people, with a sample of 30 adolescent street. Sampling by sampling the population. And supporting data in this study were obtained through interviews and observation. Measuring devices are used as data collection in this study is questionnaire. To test the validity of the items stated there are 18 valid in aggressive behavior and the second item disqualified, while coping strategies there are 23 valid items and 5 items disqualified. To test reliability in aggressive behavior by 0857, sedanfkan coping strategies for 0938.
By using the method of analysis the unpaired t test (independent samplest test) with SPSS release 15 for windows. Obtain results for the total score of aggressive behavior in adolescent street based coping strategies showed t count equal value - 2101 0045 with a significance value (p <0.05), so that Ho is rejected at a 5% error level, and it can be concluded that the differences `t terdap total score of aggressive behavior in adolescent street children based coping strategies. This is shown in which the total score of aggressive behavior in problem focused coping strategies of coping with an average of 37.50 tend to be lower than the total score of aggressive behavior in coping with the emotional focused strategies of coping with an average of 44.72.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Masa remaja merupakan masa peralihan
dari anak-anak menuju dewasa, yang diistilahkan dengan adolescence yang berarti
tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja ditandai dengan kematangan fungsi reproduksi
yang disebut masa pubertas. Pada masa ini remaja mulai meninggalkan perilaku
yang dianggap kekanak-kanakan dan mulai mengadopsi perilaku yang diharapkan
sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab. Pada masa ini remaja lebih
menekankan pada perkembangan psikososial. Dimana tugas perkembangan remaja
adalah untuk memecahkan konflik identitas diri, menjadi orang dewasa yang unik,
dan untuk mencari peran penting dalam kehidupannya (Hurlock, 1980: 198). Masa
remaja juga dikatakan sebagai periode “badai dan tekanan” yaitu sebagai suatu
masa dimana terjadi ketegangan emosi yang tinggi yang diakibatkan adanya
perubahan fisik dan kelenjar (Hurlock, 1980: 212). Di masa ini remaja mengalami
ketidakstabilan dari waktu ke waktu, karena mereka ada dalam masa peralihan dan
mereka berusaha menyesuaikan perilaku baru dari fase-fase perkembangan
sebelumnya. Gejolak ditimbulkan baik oleh fungsi sosial remaja dalam
mempersiapkan diri menuju kedewasaan (mencari identitas diri dan memantapkan
posisinya dalam masyarakat) pertumbuhan fisik (perkembangan tanda-tanda seksual
sekunder), 2 perkembangan inteligensi (penalaran yang tajam dan kritis), serta
perubahan emosi (lebih peka, cepat marah dan agresif). Apabila emosi diarahkan
secara positif dapat menghasilkan perilaku yang menguntungkan. Tidak mampunya
mengendalikan emosi dapat menimbulkan banyak perbuatan negatif atau perilaku
yang tidak menguntungkan. Hurlock (1980:213) menyatakan bahwa lingkungan sosial
yang menimbulkan perasaan aman serta keterbukaan berpengaruh dalam hubungan
sosial. Masa remaja yang identik dengan lingkungan sosial tempat berinteraksi,
membuat mereka dituntut untuk dapat menyesuaikan diri secara efektif. Bila
aktivitas-aktivitas yang dijalani tidak memadai untuk memenuhi tuntutan gejolak
energinya, mereka seringkali meluapkan kelebihan energinya ke arah yang
negatif, salah satunya adalah muncul perilaku agresi. Akhir-akhir ini di negara
Indonesia semakin banyak terdapat anak jalanan yang berusia remaja dan dianggap
sebagai masalah sosial bagi masyarakat, karena salah satu bentuk perilaku anak
jalanan yang kurang dapat diterima secara sosial adalah perilaku agresi atau
tindakan agresifitas. Berdasarkan fakta yang ditemukan oleh peneliti dari hasil
survey awal pada bulan Januari 2011 di Alun-alun kota Malang, diketahui bahwa
beberapa anak jalanan mengungkapkan perasaan kesal atau marahnya dengan
membentak, mengumpat, memaki, dan melawan, bahkan sampai berkelahi, yang
dilakukan antar individu maupun kelompok. Fenomena semakin banyaknya jumlah
anak jalanan terutama di kotakota besar dan khususnya kota Malang mengakibatkan
jumlah anak jalanan 3 semakin hari semakin bertambah. Jumlah anak jalanan di
kota-kota besar menunjukkan peningkatan yang cukup tajam. Pada kenyataannya, turunnya
anak ke jalan memiliki akibat buruk terhadap keselamatan anak itu sendiri. Hal
ini nampak dari pernyataan anggota Komisi Nasional Perlindungan Anak yang
menyatakan bahwa selama tahun 2005 ditemukan 736 kasus kekerasan terhadap anak
jalanan yang terbagi atas 327 kasus perlakuan salah secara seksual, 233 kasus
perlakuan salah secara fisik, 176 kasus kekerasan psikis, dan 130 kasus
penelantaran anak (http://www.sahar@depsos.go.id). Dari data yang diperoleh
dari badan pusat statistik (BPS) tersebut menunjukkan bahwa di jalan sangat
rawan terhadap gangguan kesehatan, baik fisik, maupun mental yakni merubah
karakter anak menjadi sangat agresif, suka kekerasan, berani berbicara dengan
kata-kata kotor. Jumlah anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat
dalam beberapa tahun belakangan. Sekarang bisa dikatakan anak jalanan, bila
berumur di bawah 18 tahun, yang menggunakan jalan sebagai tempat mencari nafkah
dan berada di jalan lebih dari 6 jam sehari. Anak jalanan adalah anak yang
menghabiskan sebagian waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan
dan tempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). Jalanan bukanlah tempat yang
cukup bagus untuk tumbuh kembangnya anak-anak. Lingkungan luar (jalanan) akan
sangat mempengaruhi perkembangan dan juga perilakunya, khususnya perkembangan
emosi anak jalanan. Kehidupan jalanan yang keras dan liar membuat anak-anak
jalanan sering memperoleh perlakuan kasar baik dari sesama anak jalanan maupun
4 preman yang meminta uang dengan alasan keamanan, oleh karena itu anak jalanan
membela dirinya sendiri dengan mengumpat, memaki, marah-marah, yang ditirunya
dari orang lain atau sesama anak jalanan sendiri (Grahacendikia, 2000). Menurut
Huraerah (2007), disisi lain seringkali tindakan anak jalanan merugikan orang
lain. Mereka sering kali melakukan tindakan tidak terpuji seperti sering
berkata kotor, mengganggu ketertiban jalan misalnya: memaksa pengemudi
kendaraan bermotor memberi uang walaupun tidak seberapa, merusak body mobil
dengan goresan, berkelahi dengan sesama anak jalanan yang mengejek mereka, dan
melakukan tindakan agresi lainnya. Berdasarkan fenomena yang telah diungkapkan
tentang kondisi anak jalanan yang sangat mudah menunjukkan perilaku agresi, dan
tingkah laku bermasalah lainnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa emosi negatif
menjadi dominan karena anak jalanan harus hidup tanpa keluarga, tanpa rumah,
tidak sekolah dan selalu berinteraksi dengan anak jalanan lainnya dengan
variasi usia yang cukup beragam, serta menghadapi berbagai ancaman seorang
diri. Dalam hal ini kemampuan koping yang konstruktif saat berada di bawah
tekanan sangat diperlukan oleh anak jalanan. Perilaku agresi manusia pada
dasarnya muncul bila berhadapan dengan situasi-situasi yang dialami itu tidak
menyenangkan dan terikat dalam suatu keadaan yang memaksa dirinya untuk
mengungkapkan hal tersebut. Perilaku agresi yang dilakukan secara
berulang-ulang akan dapat merugikan orang lain, karena peilaku agresi bersifat
kriminal. Oleh karena itu seorang remaja perlu 5 memiliki cara atau strategi yang
tepat dalam menyelesaikan masalah-masalah yang sering timbul pada remaja
jalanan, yang disebut sebagai strategi koping agar remaja jalanan tidak
berperilaku yang negatif. Lazarus (Rustina, 2008) menjelaskan bahwa koping
merupakan usaha yang dilakukan individu yang bertujuan untuk menyesuaikan diri
dari tuntutan, baik yang berasal dari dalam diri dan di luar dirinya yang
dianggap di luar batas kemampuannya. Oleh karena itu, koping dilakukan jika ada
tuntutan dalam diri seorang individu, terlebih masa remaja yang mengalami
banyak tuntutan baik dari dalam diri maupun di luar dirinya. Usaha yang
dilakukan individu berupa usaha kognitif dan perilaku untuk menurunkan,
meminimalisasikan dan menahan tuntutan, agar bisa terkendali sehingga tidak
melakukan hal-hal yang negatif. Roter (Anwar, 1993) menjelaskan bahwa individu
menilai situasi yang dihadapi dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian.
Selanjutnya dimisalkan bahwa individu dengan pusat pengendali internal akan
cenderung menghadapi situasi yang bersumber pada dirinya sendiri. Sebaliknya
individu dengan pusat pengendali ekternal akan cenderung menganggap bahwa
setiap keadaan yang dihadapi sebagai akibat dari luar dirinya. Menurut Lazarus
dan Folkman (1984) strategi koping terdiri atas problem focused coping dan
emotional focused coping. Individu yang memiliki strategi problem focused
coping yaitu mekanisme koping yang berfokus pada permasalahan yang dihadapi,
maka individu tersebut akan lebih efektif dalam menghadapi stressor, lebih
berusaha memindahkan stressor atau 6 mengurangi efek stressor yang mengenai
individu. Sedangkan individu yang memiliki strategi emotional focused coping,
yaitu mekanisme koping yang berfokus pada emosi, akan menunjukkan perilaku yang
menolak, memperlihatkan perilaku merasa tidak nyaman dengan situasi lingkungan
yang penuh dengan stressor. Koping juga merupakan bentuk tingkah laku individu
untuk melindungi diri dari tekanan-tekanan psikologis yang ditimbulkan oleh
problem pengalaman sosial (Pearlin dan Schooler, 1978; dalam Sarafino, 1990:
147). Koping menurut Grotberg adalah segala bentuk usaha baik disadari maupun
tidak, sehat ataupun tidak guna mencegah, mengurangi dan menoleransi efek-efek
yang tidak menyenangkan (dalam Pudjiati, 2006). Usaha tersebut dilakukan
individu dengan tujuan memenuhi tuntutan lingkungan untuk mencegah konsekuensi
negatif. Usaha tersebut menurut French juga bertujuan meningkatkan keseimbangan
antara individu dengan lingkungannya (dalam Thoits, 1986: 417). Dari uraian
diatas dapat disimpulakan bahwa strategi koping merupakan cara seseorang dalam
menghadapi masalah yang sedang dihadapi dalam hidupnya. Dengan adanya strategi
koping yang baik seseorang akan dapat dengan bijak menyelesaikan masalah yang
sedang dihadapi, begitu juga dengan masa remaja yang rentan terjadi banyak
masalah. Pada masa remaja diharapkan sudah memiliki strategi koping dan bisa
memilih srategi koping yang tepat dalam menghadapi masalah yang timbul pada
masa itu, agar 7 seorang remaja tidak bertindak yang negatif ketika mereka
dihadapkan pada masalah. Penelitian yang dilakukan oleh Holahan & Moss
(1987) menunjukkan strategi problem focused coping cenderung digunakan oleh
orang dengan kecenderungan kepribadian easy going yang ditunjang oleh dukungan
sosial dari keluarga dan tingkat pendidikan yang tinggi. Rasionalisasi dari hal
tersebut adalah ketika seseorang menilai bahwa suatu peristiwa yang dihadapi
menimbulkan stres, tetapi ketika merasa bahwa dirinya memiliki sumber daya yang
dapat dipergunakan untuk mengatasi stres tersebut maka individu akan cenderung
memberikan respon yang positif terhadap sumber stres tersebut. Sedangkan faktor
sosiodemografik dan dukungan sosial akan mempengaruhi penilaian sumber daya
yang dimiliki yang kemudian akan mempengaruhi strategi koping yang dipilih.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor kepribadian akan mempengaruhi penilaian
terhadap sumber stres yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap penilaian
tentang sumber daya yang dimiliki dalam rangka untuk menghadapi sumber stres
dan selanjutnya akan menentukan strategi koping apa yang akan dipilih. Dalam
penelitian ini peneliti melakukan penelitian di Griya Baca yang merupakan
tempat atau wadah berkumpulnya anak jalanan, di sana mereka mengikuti beberapa
kegiatan yang positif, seperti mengaji, membuat kerajinan, dan lain-lain. Di
dalam griya baca terdapat anak jalanan dan juga anak prasejahtera, yaitu anak
yang keadaan ekonomi keluarganya di bawah rata-rata atau bisa dikatakan kurang
mampu secara ekonomi sehingga mereka mencari penghasilan di jalanan untuk membantu
orang tuanya. 8 Hasil dari wawancara pada bulan Februari dengan seorang
pembimbing di griya baca, diinformasikan ada beberapa bentuk perilaku agresi
yang dilakukan oleh anak-anak jalanan tersebut antara lain perkelahian secara
verbal maupun non verbal yang dilakukan antar individu maupun kelompok (di
dalam maupun di luar griya baca), merokok, mabuk-mabukan, dan sebagainya.
Selain itu peneliti juga melakukan wawancara kepada beberapa remaja jalanan
griya baca, berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa anak jalanan tersebut,
mereka mengungkapkan perasaan kesal atau marah mereka dengan membentak,
mengumpat, memaki, dan melawan, bahkan sampai berkelahi, yang dilakukan antar
individu maupun kelompok, baik di dalam maupun di luar Griya Baca Malang.
Informasi dari wawancara peneliti dengan pembina dan beberapa anak jalanan
griya baca, diperkuat dengan hasil observasi awal peneliti yang mendapatkan
bentuk-bentuk perilaku agresi itu sendiri berupa perkelahian antar individu,
mabuk-mabukan, saling mengumpat. Berdasarkan penjelasan diatas peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbedaan tingkat perilaku agresi
berdasarkan strategi koping pada remaja jalanan griya baca. B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini, berdasarkan latar belakan diatas,
antara lain adalah: 1. Bagaimana tingkat perlaku agresi pada remaja jalanan di
griya baca? 2. Bagaimana bentuk strategi koping pada remaja jalanan di griya
baca? 9 3. Bagaimana perbedaan perilaku agresi berdasarkan strategi koping pada
remaja jalanan griya baca? C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui: 1. Untuk mengetahui tingkat perilaku agresi pada
remaja jalanan di griya baca. 2. Untuk mengetahui bentuk strategi koping remaja
jalanan di griya baca. 3. Untuk mengetahui perbedaan perilaku agresi
berdasarkan strategi koping pada remaja jalanan griya baca. D. MANFAAT
PENELITIAN 1. Manfaat praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan bisa
memberikan informasi pada lembaga sosial, khususnya tempat penelitian yang
dilakukan supaya bisa memberi masukan kepada para pembimbing dalam membimbing
anak jalanan yang sedang berada pada masa remaja tersebut agar bisa menyalurkan
perilaku negatifnya ke hal-hal yang positif, bukan ke hal-hal yang dapat
merugikan orang lain dan lingkungan sekitar. 2. Manfaat teoritis Secara
teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan atau kontribusi
pemikiran baru khususnya dalam bidang psikologi pendidikan dan perkembangan.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Perbedaan tingkat perilaku agresi berdasarkan strategi koping pada remaja jalanan griya baca
" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment