Abstract
INDONESIA:
Remaja dan teman sebaya merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan, seringkali remaja melakukan hal apapun untuk dapat diterima oleh kelompok atau lingkungannya bahkan dalam hal memilih jurusan. Banyak para remaja khususnya remaja SMA, mereka memilih jurusan karena ikut teman sebayanya (konfrom), dan akibat yang terjadi adalah keengganan belajar dan menurunnya kualitas prestasi akademik karena salah dalam memilih jurusan. Tujuan dari penelitian ini: 1) untuk mengetahui seberapa besar tingkat konformitas teman sebaya, 2) untuk mengetahui tingkat kepuasan siswa terhadap pengambilan keputusan, 3) untuk mengetahui pengaruh konformitas teman sebaya terhadap kepuasan memilih jurusan.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan angket dengan skala psikologi sebagai instrument pengumpulan data. Skala psikologi yang digunakan adalah dalam bentuk skala Likert, dengan jumlah item 35 untuk vaiabel konformitas teman sebaya dan 45 item untuk skala kepuasan memilih jurusan. Penelitian ini menggunakan populasi 219 siswa-siswi MAN 2 Pamekasan, dan subjek penelitian sebanyak 88 siswa/siswa. Analisis data yang digunakan adalah teknik regresi sederhana.
Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa tingkat konformitas teman sebaya pada siswa-siswi MAN 2 Pamekasan yang berada pada kategori tinggi sebesar 26%, pada kategori sedang 59% dan pada kategori rendah 15%. Sedangkan pada tingkat kepuasan pengambilan keputusan, pada kategori tinggi sebesar 17%, pada kategori sedang 70,5% dan pada kategori rendah 12,5%. Analisis regresi sederhana konformitas teman sebaya terhadap kepuasan pengambilan keputusan menghasilkan koefisien regresi (rxy) sebesar 0,264 dengan p 0,007 < 0,05. Sehingga hal tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara konformitas teman sebaya terhadap kepuasan memilih jurusan pada siswa-siswi MAN 2 Pamekasan Madura. Semakin tinggi konformitas yang terjalin maka kepuasan siswa/siswi juga akan semakin tinggi
ENGLISH:
Teens and peers is something that can’t be separated, teens often do anything to be accepted by the group or the environment even in terms of choosing program. Many young people, especially teenagers high school, they choose the program for participating peers. That occurs is due to the reluctance of the declining quality of learning and academic achievement as wrong in choosing programs. The purpose of this research 1) to know how much the level of peers conformity 2) to know the level of satisfaction of students on choosing program 3) to know the influence of peers conformity to the satisfaction of choosing program.
Research method was quantitative and data collection techniques with interviews, observation and questionnaires with psychological scale as the data collection instrument. Psychological scale used is in the form of Likert scale, 35 the number of items for peers conformity variables and 45 items to choose program satisfaction scale. This research used a population of 219 students MAN 2 Pamekasan, and 88 tudents as sample. Analysis of the data used is a simple regression techniques.
Results of this research found that the level of conformity to peer students MAN 2 Pamekasan who are at high category by 26%, the category of being 59% and 15% in the low category. While the level of satisfaction of choosing program, the high category by 17%, the category of being 70.5% and 12.5% in the low category. Simple regression analysis of peers conformity to the satisfaction of choosing program result of the regression coefficients (rxy) of 0.264 to 0.007 p <0.05. So that can be concluded that there is significant influence between peers conformity to the satisfaction of choosing program on students MAN 2 Pamekasan Madura. The higher the conformity that exists then the satisfaction of the students will also be higher.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Secara
psikologis masa remaja dikatakan sudah mencapai masa remaja yaitu ketika sudah
menginjak usia 14 - 18 tahun. Pada masa ini seorang anak tidak lagi hanya
bersifat reaktif, tetapi juga mulai aktif mencapai kegiatan dalam rangka
menemukan dirinya (akunya) serta dapat mencapai pedoman hidupnya untuk bekal
kehidupannya mendatang. Kegiatan tersebut dilakukannya dengan penuh semangat
dan menyala-nyala tetapi sebenarnya remaja tersebut belum memahami akan hakikat
yang dicarinya itu, sehingga Buhler pernah menggambarkan dengan ungkapan, saya
menginginkan sesuatu tetapi tidak mengetahui akan sesuatu tersebut (Ahmadi,
2005:123). Dimasa remaja ini pula para remaja mulai mencoba hal-hal baru yang
belum pernah ia lakukan sebelumnya, selain itu para remaja juga mulai dapat
mengenal lingkungan dan kelompok baru. Menurut Hall, pikiran, perasaan dan
tindakan remaja berubah-ubah antara kesombongan dan kerendahan hati, baik dan
godaan, kebahagiaan dan kesedihan. Pada suatu saat remaja akan bersikap jahat
pada kawannya dan akan bersikap baik pada saat yang lain. Atau remaja ingin
berada sendirian pada satu waktu, akan tetapi beberapa kemudian akan mencari
teman (Santrock, 2003:10). 2 Ketika jaman berubah dengan cepat, remaja adalah
salah satu kelompok yang rentan untuk ikut terbawa arus, tak lain karena mereka
memiliki karakteristik tersendiri yang unik, labil, sedang pada taraf mencari
identitas, mengalami masa transisi dari remaja menuju status dewasa dan
sebagainya. Secara sosiologis, remaja umumnya memang amat rentan terhadap
pengaruh-pengaruh eksternal. Karena proses pencarian jati diri itu, mereka
mudah sekali terombang-ambing dan masih merasa sulit menentukan tokoh panutannya.
Mereka juga mudah terpengaruh oleh gaya hidup masyarakat di sekitarnya. Mereka
cenderung mengambil jalan pintas dan tidak mau pusing-pusing memikirkan dampak
negatifnya. (Suyatno, 2007:
http/hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/ma45memahami.101212.html). Bagi remaja
hubungan dengan teman sebaya merupakan bagian yang paling besar dalam
kehidupannya. Dalam penelitian Barker dan Wright anakanak berinteraksi dengan
teman sebayanya 10% dari satu hari pada usia 2 tahun, 20% pada usia 4 tahun dan
lebih dari 40% pada usia antara 7-11 tahun. Pada hari sekolah, terjadi 299
episode bersama teman sebaya dalam setiap hari. Pada penelitian lainnya yang
dilakukan oleh Condry dkk, mengungkapkan bahwa selama satu minggu, remaja muda
laki-laki dan perempuan menghabiskan waktu 2 kali lebih banyak dengan teman
sebaya dari pada dengan orangtuanya (Santrock, 2003:220). Dalam hal ini
konformitas dapat terjadi dalam beberapa bentuk aspekaspek kehidupan remaja.
Salah satunya yaitu konformitas dapat terjadi apabila 3 individu mengadopsi
sikap atau perilaku orang lain karena merasa didesak oleh orang tersebut (baik
desakan yang sengaja ataupun hanya bayangan saja). Konformitas terhadap desakan
teman sebaya dapat bersifat negatif ataupun positif, misalnya konformitas yang
bersifat negatif yaitu mengikuti menggunakan bahasa gaul, mencuri, melakukan
perusakan serta mempermainkan orang tua dan guru. Sedangkan konfirmitas yang
bersifat positif yaitu merupakan keinginan untuk bergabung dalam dunia yang
sama dengan kawan-kawan, seperti berpakaian sama dengan kawan-kawan dan sekedar
hanya ingin meluangkan waktu bersama (Santrock, 2007:60). Tekanan untuk
mengikuti teman sebaya menjadi sangat kuat pada amasa remaja, seperti
pernayataan yang diungkapkan oleh Andre anak berusia 14 tahun (Santrock, 2003:221)
“ tekanan teman sebaya sangat berpengaruh terhadap saya, saya tidak pernah
punya teman dan saya lebih banyak menghabiskan waktu sendirian.teman-teman yang
saya miliki lebih tua, teman dekat yang pernah saya miliki hampir sama seperti
saya, kita berdua sedih dan tertekan. Saya bertindak lebih tertekan daripada
sebelum saya mengenal dia.saya menelpon dia dan mencoba bertingkah lebih
tertekan daripada sebenarnya karena saya berfikir dia akan menyukainya. Pada
hubungan itu saya merasa adanya tekanan untuk menjadi seperti dia“ Dalam
penelitian lain juga dijelaskan bagaimana konformitas mempengaruhi kehidupan
remaja, yaitu seperti penelitian yang dilakukan Amelia Mardiani dengan judul
penelitian Hubungan Antara Konfrmitas Terhadap Teman Sebaya Dengan Kecenderungan
Gaya Hidup Experiencers 4 Pada Siswa Kelas XI SMA Labschool Jakarta pada tahun
2007, dengan menggunakan sampel kelas XI, remaja tengah berusia antara 15-17
tahun dan tidak bekerja. Metode pengumpulan data dalam penelitian tersebut
menggunakan dua skala yaitu skala kecenderungan gaya hidup experiencers, dengan
jumlah item 60 (α = 0,889), dan skala konformitas terhadap teman sebaya dengan
jumlah item 36 (α = 0,823). Hasil analisis yang diperoleh bahwa terdapat
hubungan positif antara konformitas terhadap teman sebaya dengan kecenderungan
gaya hidup experincers pada siswa kelas XI SMA Labschool Jakarta. Semakin
tinggi konformitas terhadap teman sebaya maka semakin tinggi pula kecenderungan
gaya hidup experincers. Hal ini dibuktikan dengan sumbangan efektif yang telah
diperoleh dari konformitas terhadap teman sebaya yaitu sebesar 21,2% terhadap
kecenderungan gaya hidup experincers. Sisanya sebesar 78,8% dijelaskan oleh
factor lain yang berperan (Madiani, 2007:1). Seringkali remaja melakukan hal
apapun untuk dapat diterima oleh kelompok atau lingkungannya bahkan dalam hal
mengambil keputusan untuk memilih jurusan. Banyak para remaja khususnya siswa
SMA, mereka memilih jurusan karena ikut temannya, bukan karena potensi bakat
dan minat yang mereka miliki. Dan akibat yang terjadi adalah keengganan belajar
dan menurunnya kualitas serta prestasi akademik karena siswa salah dalam
memilih jurusan, sehingga akhirnya mereka merasa tidak puas dengan keputusan
yang mereka ambil. Pengambilan keputusan diambil secara sengaja 5 bukan secara
kebetulan, dan tidak boleh sembarangan. Harus merumuskan masalahnya terlebih
dahulu, sedangkan untuk pemecahannya harus didasarkan pemilihan alternative
terbaik dari alternative-alternatif yang disajikan (Syamsi, 2000:5). Menurut
Huber (dalam Kazim, 1995:5) proses pembuatan keputusan atau pengambilan
keputusan mulai ketika masalah dijajaki dan berakhir ketika suatu alternative
keputusan sudah dipilih. Ia mengatakan pembuatan keputusan sebagai the process
through wich a course of action is chosen. Pada siswa Sekolah Menengah Atas
(SMA) yang sedang memasuki tahap perkembangan remaja akhir mereka dihadapkan
pada berbagai permasalahan. Berikut ada empat macam masalah yang sering dialami
oleh siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) menurut pendapat Gunawan (dalam Desy,
2008:23), adalah sebagai berikut: keputusan meninggalkan sekolah,
persoalan-persoalan pelajar, pengambilan keputusan ke perguruan tinggi, atau
akan kerja maupun mengikuti pelatihan-pelatihan atau kursus. Selain itu ketika
siswa berada pada kelas X dan akan beranjak untuk naik ke kelas XI siswa
dituntut untuk melewati suatu proses yaitu melakukan pengambilan keputusan.
Mereka diharuskan siap dalam mengambil keputusan yang sangat penting, keputusan
yang akan menentukan masa depannya sehubungan dengan karir dan yang
dicita-citakan. Para siswa dituntut untuk cermat dalam memilih keputusan dan
tidak tergantung dengan teman-teman atau bahkan orangtua mereka karena yang
tahu kemampuan dirinya adalah dia sendiri. 6 Menurut Moore, Jansen dan Hauk,
(dalam Karina, 2010:9), mengatakan bahwa pengambilan keputusan merupakan proses
yang rumit. Berhadapan dengan kondisi yang membingungkan tersebut membuat
remaja mulai bertanya-tanya kepada orang tua atau teman mengenai pelajaran atau
pekerjaan yang kelak akan berhubungan dengan jenis jurusan yang mereka pilih.
Dalam menetapkan pilihan jurusan, pada umumnya ada beberapa faktor yang ikut
mempengaruhi remaja akhir dalam menetapkan pilihan, seperti minat remaja akhir,
aspirasi remaja akhir , minat orang tua, aspirasi orang tua serta kesan-kesan
(menyangkut gengsi) dari teman-teman sebaya remaja yang bersangkutan.
Berdasarkan survey yang dilakukan peneliti kepada 60 orang siswa SMA kelas III,
ditemukan bahwa kelima faktor tersebut memang menjadi faktor yang mempengaruhi
remaja dalam memilih jurusan di perguruan tinggi. Remaja membutuhkan lebih
banyak kesempatan untuk melatih dan membahas pengambilan keputusan yang
realistis. Banyak keputusan dalam dunia nyata yang diambil dalam situasi stress
yang mengandung faktor keterbatasan waktu dan melibatkan emosional, sehingga
remaja perlu diberi kesempatan lebih banyak lagi dalam kegiatan bermain peran
dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pilihan-pilihan dimana keluasan
pengalaman juga ikut berperan (Santrock, 2003:140) Sebuah penelitian Maria
Ulfah (2012) dengan judul pengambilan keputusan remaja dalam memilih jurusan
studi kasus di MAN 3 Kediri 7 mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pengambilan keputusan remaja dalam memilih jurusan di MAN 3 Kediri
yaitu faktor sosial yang meliputi kelompok acuan, keluarga dan lingkungan
sosial kemudian ada faktor pribadi dan terakhir faktor psikologis. Dasar
pengambilan keputusan remaja dalam memilih jurusan adalah dengan menggunakan
dasar berfikir yang irasional sebab masing-masing subjek mengetahui tujuan yang
ingin mereka capai,masalah-masalah yang mereka hadapi, mampu menemukan
alternatif pemecahan masalah, mampu menerapkan keputusan yang mereka buat dan
mampu melakukan proses evaluasi (Ulfa, 2012:30). Muzafer Sherif melakukan
eksperimen di Columbia University, para subyek penelitian adalah 2 orang
mahasiswa yg diminta memperkirakan jarak gerak suatu titik cahaya di layar
dalam suatu ruang gelap. Di kala eksperimen dilakukan dengan masing-masing
subjek secara terpisah, jawaban-jawaban yang diberikan cenderung berbeda satu
dengan yang lain. Namun manakala eksperimen dilakukan dengan beberapa orang
subyek sekaligus dan para subjek dimungkinkan untuk saling mempengaruhi, maka
jawaban subyek cenderung sama. Dari eksperimen ini dapat disimpulkan bahwa
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh individu dalam situasi berkelompok
cenderung membentuk suatu norma sosial (Rahmadani,
2011:http/kmjppb.wordpress.com/2011/10/15/konformitas). Selama peneliti
melakukan observasi dan wawancara terhadap salah satu guru BK MAN 2 Pamekasan
(20 Januari 2013), peneliti menemukan 8 permasalahan di kelas XI mengenai
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh para siswa-siswi. Kebanyakan dari
siswa dan siswi MAN 2 Pamekasan yang sebagian siswa merupakan remaja yang
senang dalam berkelompok ternyata dalam melakukan pengambilan keputusan dalam
memilih jurusan mereka tidak tergantung kepada teman dekat dalam kelomkpoknya,
melainkan hasil dari konsultasi kepada Guru BK dan hasil dari penyebaran angket
yang telah dilakukan. Hasil dari penyebaran angket kemudian di olah dan di
cocokkan dengan hasil raport siswa-siswi tersebut. Sehingga dari sana bisa
ditetapkan siswa-siswi tersebut masuk dalam program IPA, IPS ataupun AGAMA. Dan
mereka sangat merasa nyaman serta senang dengan keputusan yang mereka ambil.
Dari sinilah peneliti menemukan ketidakcocokan antara teori dan fakta yang
terdapat dilapangan, sedangkan dalam teori yang dikemukakan oleh Hurlock
(1999:106) mengatakan bahwa pada kenyataannya, karena remaja banyak berada di
luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapatlah
dimengerti bahwa pengaruh teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat,
penampilan dan perilaku terkadang lebih besar daripada pengaruh keluarga. Akan
tetapi fenomena yang terjadi di MAN 2 Pamekasan tersebut, ternyata tidak
keseluruhan siswa-siswinya yang melakukan pengambilan keputusan sendiri, ada
sebagian siswa-siswi yang ternyata terpengaruh dengan teman dekat dalam
pengambilan keputusan memilih jurusan sehingga mereka 9 meminta untuk pindah
jurusan dikarenakan ada teman dekat atau bahkan karena ada pacar mereka (Hasil
Wawancara dengan Guru BK 20 januari 2013). Tetapi hal tersebut tidak bisa
langsung dituruti oleh Guru BK, karena tidak rasionalnya alasan mereka memilih
pindah jurusan. Pada bahasan ini peneliti ingin mencari tahu tentang adanya
keterikatan perilaku konform (meniru) dengan kepuasan siswa-siswi MAN 2
Pamekasan . Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Konformitas Teman Sebaya Terhadap
Kepuasan Mengambil Keputusan Dalam Memilih Jurusan Pada Siswa/Siswi Kelas Xi Di
Man 2 Pamekasan“ 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang
diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini akan difokuskan pada: 1.
Seberapa besar tingkat konformitas teman sebaya pada siswa-siswi MAN 2
Pamekasan? 2. Seberapa besar tingkat kepuasan memilih jurusan pada siswa-siswi
MAN 2 Pamekasan? 3. Berapa besar pengaruh konformitas terhadap kepuasan
siswa-siswi MAN 2 Pamekasan? 10 1.3. Tujuan Masalah 1. Untuk mengetahui
seberapa besar tingkat konformitas teman sebaya pada siswa-siswi MAN 2
Pamekasan 2. Untuk mengetahui tingkat kepuasan memilih jurusan pada siswa-siswi
MAN 2 Pamekasan 3. Untuk mengetahui pengaruh konformitas teman sebaya terhadap
kepuasan pengambilan keputusan memilih jurusan pada siswa-siswi MAN 2 Pamekasan
1.4. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi terhadap keilmuan psikologi khususnya yang berkaitan
dengan penelitian ini seperti psikologi pendidikan dan psikologi sosial. b.
Sebagai refrensi tambahan bagi teman-teman mahasiswa yang berminat ingin
melakukan penelitia lebih mendalam tentang psikologi pendidikan dan psikologi sosial.
c. Sebagai pengalaman baru dan untuk meningkatan rasa syukur kita terhadap
Allah SWT dengan meningkatkan ibadah kepadaNya. 2. Secara Praktis a. Orang tua
: sebagai rujukan bagi orang tua untuk memberikan dukungan terhadap putra-putri
mereka dalam memperhatikan masalah 11 kelangsungan pendidikannya, terutama saat
mereka menentukan penjurusan di sekolah. b. Lembaga Pendidikan : sebagai bahan
informasi agar memberikan ruang yang mendukung siswa-siswi dalam mengurangi
perilaku konform dikalangan siswa-siswi tersebut di bidang akademik malalui
berbagai cara, seperti workshop ataupun bimbingan. Selain itu juga dapat
memberikan informasi tambahan terhadap instansi terkait untuk lebih
memperhatikan masalah pemilihan jurusan untuk siswa/siswi kelas X dan memang
disesuaikan dengan bakat dan potensi masingmasing individu. c. Siawa-siswi :
diharapkan seluruh siswa-siswi dapat menentukan keputusan dengan baik terutama
dalam hal menentukan jurusan, tidak hanya sekedar ikut-ikutan teman-teman
ataupun sekedar mengikuti keinginan dari orang tua mereka, akan tetapi lebih di
fokuskan pada kemampuan yang mereka miliki.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Pengaruh konformitas teman sebaya terhadap kepuasan memilih jurusan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Pamekasan Madura" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment