Abstract
INDONESIA:
Organisasi tidak hanya membutuhkan orang memiliki intelektual tinggi, tetapi organisasi juga membutuhkan orang yang memiliki engagement tinggi yaitu berkomitmen, loyalitas tinggi terhadap pekerjaan dan organisasi, serta bertanggung jawab dan dapat bekerja sama dalam tim yang solid. Employee engagement merupakan sebuah rasa kepemilikian yang dimiliki karyawan terhadap perusahaan dan keterlibatan yang penuh karyawan terhadap tercapainya tujuan organisasi. Employee engagement dapat dibangun melalui kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan transformasional yaitu kepemimpinan yang mempengaruhi, memotivasi dengan penuh inspirasi, menstimulasi intelektual dan memberikan perhatian secara individu kepada bawahan agar berbuat lebih dari yang diharapkan.
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu pertama untuk mengetahui tingkat employee engagement di PT ICS, kedua untuk mengetahui tingkat kepemimpinan transformasional di PT ICS, dan ketiga untuk membuktikan hubungan antara kepemimpinan transformasional dengan employee engagement di PT ICS.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan desain penelitian korelasi. Subjek yang menjadi objek penelitian ini yaitu karyawan PT ICS yang berjumlah 148. Terdapat dua variabel yang diukur yaitu kepemimpinan
transformasional.
transformasional.
Dari hasil penelitian diperoleh data kepemimpinan trasnformasional berada pada kategori sedang yakni 72% atau 106 orang, kategori tinggi yakni 15% atau 22 orang, dan kategori rendah sebesar 13% atau 20 orang. Sedangkan employee engagement berada pada kategori sedang yaitu 69% atau 102 orang, tinggi sebesar 18% atau 26 orang, dan rendah yaitu 13 % atau 20 orang. Hasil analisa data kedua variabel tersebut yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan transformasional dengan employee engagement. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien R xy yang positif sebesar 0.652 dengan signifikansi yaitu p (0,000) < 0.05. Adapun daya prediksi atau sumbangan efektif kepemimpinan transformasional terhadap employee engagement ditunjukkan dengan koefisien determinan R² = 0.425 yang artinya terdapat 42,5% employee engagement ditentukan oleh kepemimpinan transformasional. Hal ini dapat diartikan bahwasemakin tinggi kepemimpinan transformasional yang diterapkan pemimpin makasemakin tinggi pula employee engagement.
ENGLISH:
Organizations not only need people who have the intellectual high, but organizations also need people who have a high engagement is committed, loyalty to the job and organization, as well as responsible and able to work together in a solid team. Employee engagement is a sense of ownership that employees of the company and the full engagement of employees to achieve organizational goals. Employee engagement can be built through transformational leadership style. Transformational leadership is a leadership style influence, motivational inspirational, intellectually stimulating, and give individual attention to subordinates in order subordinates to do more than expected.
The purpose of this research is the first to determine the level of employee engagement in PT ICS, both to determine the level of transformational leadership in PT ICS, and third to prove the relationship between transformational leadership with employee engagement in PT ICS
This study used a quantitative approach and using correlation research design. Subject of the research object, namely PT ICS numbering 148. There are two variables that measured employee perceptions of transformational leadership (independent variable) and employee engagement (the dependent variable) Instruments used in data collection scale is the scale of transformational leadership, amounting to 45 items and employee engagement scale, amounting to 25 items. The scale was measured using a Likert scale and analyzed using regression of analysis.
From the result of research is obtained trasnformasional employee perceptions of leadership are in the middle category is 72% or 106 people, a category which is 15% higher or 22 people, and low categories by 13% or 20 people. While the employee engagement in middle category is 69% or 102 people, the high category by 18% or 26 people, and low categories is 13% or 20 people. The results of analysis of the data obtained that there is a significant positive relationship between transformational leadership with employee engagement. This is indicated by a positive coefficient rxy of 0652 with p (0,000)> 0.05. The predictive power or effective contribution of transformational leadership on employee engagement shown by the determinant coefficient R ² = 0.425, which means there is a 42.5% employee engagement is determined by transformational leadership. This may imply that, the higher the leader transformational leadership applied, so the employee engagement also will be higher.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Organisasi
merupakan suatu kesatuan komplek yang mengalokasikan sumber daya manusia untuk
mencapai tujuan. Apabila suatu organisasi mampu mencapai tujuan yang telah
ditetapkan maka dapat dikatakan bahwa organisasi tersebut efektif di mana salah
satu tujuan organisasi adalah peningkatan kinerja anggota guna menunjang
performa organisasi. Menurut Mangkuprawira (2007), kinerja adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam
melaksanakan tugasnya. Dalam mencapai kinerja karyawan, faktor sumber daya
manusia memiliki pengaruh yang dominan. Sumberdaya manusia yang berkualitas
dapat dilihat dari hasil kerjanya, sebagaimana seorang karyawan mampu
memperlihatkan perilaku kerja yang mengarah pada tercapainya maksud dan tujuan
organisasi. Sumber daya manusia bisa menjadi persoalan bagi organisasi ketika
potensi mereka tidak dikembangkan secara optimal. Sebaliknya sumberdaya manusia
bisa menjadi pusat keberhasilan perusahaan manakala potensi mereka dikembangkan
secara optimal. Mengingat keberadaan sumber daya manusia dalam organisasi atau
perusahaan sangat penting, maka setiap perusahaan banyak berlombalomba
memberdayakan potensi karyawannya guna mencapai kinerja yang optimal. Apabila
kinerja karyawan yang dihasilkan telah optimal maka 2 akan menghasilkan
kontribusi yang besar pula terhadap kinerja perusahaan. Peranan manusia dalam
organisasi saat ini bukan lagi hanya suatu sumber daya yang sifatnya statis
akan tetapi menuju kearah dinamis yang dapat dikembangkan setiap hari.
Kemampuan atau kehebatan manusia dalam suatu organisasi akan sangat menentukan
daya saing organisasi tersebut. Organisasi tidak hanya membutuhkan manusia yang
berintelektual tinggi, akan tetapi organisasi juga membutuhkan manusia yang
berkomitmen, loyalitas tinggi terhadap pekerjaan dan organisasi, serta
bertanggung jawab dan dapat bekerja sama dalam tim yang solid dalam bekerja sehari-hari.
Oleh karena itu diperlukan cara agar suatu organisasi mampu menciptakan sumber
daya manusia yang demikian. Komitmen terhadap kesuksesan pekerjaan itulah yang
sering disebut sebagai employee engagement. Employee engagement merupakan
gagasan dalam perilaku organisasi yang menjadi daya tarik dalam beberapa tahun
terakhir. Daya tarik ini timbul karena employee engagement berpengaruh pada
kinerja perusahaan secara keseluruhan. Komitmen terhadap kesuksesan pekerjaan
sering disebut sebagai employee engagement. Hal ini telah didefinisikan oleh
salah satu organisasi riset terkemuka bahwa engagement merupakan hubungan
emosional yang tinggi yang seorang karyawan rasakan terhadap 3 organisasinya
yang mempengaruhinya untuk mengerahkan usaha yang bebas dan lebih besar untuk
pekerjaanny (Risher, 2010: 74). Markos, Solomon (2010:89-96), mengatakan bahwa
karyawan yang memiliki engagement tinggi secara emosional akan mendedikasikan
dirinya kepada organisasi dan secara penuh berpartisipasi di dalam pekerjaannya
dengan antusias yang besar untuk kesuksesan dirinya dan atasan mereka,
memberikan sesuatu yang lebih dari kontrak semula. Penelitian mengindikasikan
bahwa di Indonesia hanya sekitar 30 persen dari karyawan yang engagement secara
aktif dengan sisa 70 persen lainnya menyibukkan diri namun tidak memberikan
kontribusi yang cukup, baik secara individual maupun kolektif (Amol, 2010).
Employee engagement menyentuh semua bagian dari sumber daya manusia. Karyawan
dan manajer yang tidak memiliki engagement yang tingi mengalami penurunan
tingkat kualitas, penurunan efisiensi, inkonsistensi pelayanan, penurunan
inisiatif untuk memberi saran bagi kemajuan perusahaan. Menurut Gallup
Organization, Employee engagement Index (EEI) dalam (Tjoa) memiliki implikasi
yang signifikan terhadap kepuasan pelanggan, pertumbuhan yang berkelanjutan,
kenaikan profit, kenaikan nilai saham, dan produktivitas karyawan. Hal ini
semakin membuktikan betapa pentingnya menumbuhkan engagement karyawan dalam
suatu perusahaan. 4 Oleh karena itu definisi formal mengenai engagement, secara
umum dikatakan memiliki 3 (tiga) komponen penting, yaitu adanya komitmen logis,
komitmen emosional dan upaya yang luar biasa (discreational) (Macey &
Schneider dalam Vibrayani, 2012:11). Menurut Papalexandris dan Galanaki (2009:365-385)
employee engagement juga mempunyai hubungan dengan leadership. Kinerja karyawan
bergantung kepada pemimpin dan salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah
kepemimpinan, karena pemimpin suatu organisasi dapat menentukan berhasil
tidaknya tujuan organisasi secara keseluruhan. Oleh karena itu dalam upaya
meningkatkan peran karyawan, maka pelaksanaan prinsip-prinsip komunikasi perlu
lebih ditingkatkan dan gaya kepemimpinan perlu diperhatikan. Hubungan yang
harmonis antara karyawan dan pimpinan merupakan suatu masalah yang perlu
diperhatikan. Agar hubungan antara karyawan dan pimpinan tersebut dapat
berjalan dengan baik, maka keefektifan peran pemimpin sangatlah diperlukan.
Apabila manajer pada suatu perusahaan memiliki leadership yang baik, maka arus
komunikasi dari manajer dan karyawan akan menjadi lancar dan perkembangan diri
karyawan juga akan disupervisi sehingga dapat bertumbuh dengan pesat.
Perusahaan yang memiliki leadership yang baik juga akan memiliki visi yang
jelas dan realistis. Hal itu akan memberikan kesempatan pada karyawan dan
memacu karyawan untuk berkembang dalam perusahaan itu. Selain itu, perusahaan
dengan visi yang jelas akan 5 memberikan kepastian bagi top management untuk
dapat menentukan kemana arah perusahaan harus dibawa. Hasil penelitian Towers
& Perrins (2003), bahwa yang harus dilakukan oleh sebuah organisasi untuk
dapat mencapai employee engagement yang tinggi maka sebuah organisasi harus
mempunyai kepemimpinan yang efektif yang dapat menutup jarak dengan model kepemimpinan
yang tradisional. Hal ini dikarenakan engagement bukan merupakan suatu keadaan
yang alami tetapi suatu keadaan yang dibuat atau diciptakan. Menurut Sridevi
(2010) ada 3 penggerak employee engagemen, salah satunya adalah manajemen dan
kepemimpinan. Engagement dibangun melalui proses dan waktu yang panjang serta
komitmen yang tinggi dari pemimpin. Untuk itu, dibutuhkan kekonsistenan
pemimpin dalam mementoring karyawan. Urgenitas pemimpin dalam menciptakan
engagement juga diungkapkan oleh McBain (dalam Sridevi, 2010) yaitu dalam
menciptakan employee engagement, pimpinan organisasi diharapkan memiliki
beberapa keterampilan. Beberapa diantaranya adalah teknik berkomunikasi, teknik
memberikan feedback dan teknik penilaian kinerja. Kanexa (dalam Mujiasih, n. d:13),
juga mengatakan bahwa ada empat prinsip dasar yang mempengaruhi engagement,
yaitu (1) Pemimpin yang memberikan inspirasi keyakinan terhadap masa depan, (2)
Manajemen yang menghargai karyawan, (3) Pekerjaan yang 6 menyenangkan dan (4)
Bagian top management yang memperlhatkan tanggungjawab nyata kepada karyawan.
Kepemimpinan transformasional merupakan salah satu diantara sekian model
kepemimpinan yang oleh Bass dan Aviolo dalam (Hickman, 1998) mengistilahkan
kepemimpinan transformasional sebagai Four I’s yang meliputi Pengaruh Ideal
(Idealised Influence), Rangsangan Intelektual (Intelectual Stimulation),
Pertimbangan Individu (Individualised Consideration), dan Motivasi Inspirasi
(Inspirational Motivation). Hasil penelitian banyak membuktikan bahwa gaya kepemimpinan
yang efektif dalam memotivasi bawahan adalah gaya kepemimpinan
transformasional. Hasil penelitian yang dikemukakan Lowe et.al. (Yukl, 2006)
mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional merupakan gaya kepemimpinan
yang efektif. Hingga saat ini gaya kepemimpinan transformasional masih terus
dikaji dianggap sebagai sebuah alat yang dapat memberikan pengaruh dalam
perubahan organisasi, seperti perubahan nilai-nilai, tujuan, dan kebutuhan
bawahan. Perubahan- perubahan tersebut berdampak pada upaya bawahan karena
terpenuhinya kebutuhan yang lebih tinggi sehingga membuat bawahan mempertinggi
motivasi untuk melakukan upaya ekstra dalam mencapai hasil kerja optimal (Bass
dan Avolio, dalam Mujiasih dkk, n. d:13). Peran pemimpin transformasional (transforming
leaders) adalah menimbulkan kesadaran para pengikut dengan mengarahkannya
kepada 7 cita-cita dan nilai-nilai moral yang lebih tinggi. Pemimpin
transformasional membuat para pengikut menjadi lebih peka terhadap nilai dan
pentingnya pekerjaan, mengaktifkan kebutuhan-kebutuhan pada tingkat yang lebih
tinggi dan menyebabkan para pengikut lebih mementingkan organisasi. Hasilnya
adalah para pengikut merasa adanya kepercayaan dan rasa hormat terhadap
pemimpin tersebut, serta termotivasi untuk melakukan sesuatu melebihi dari yang
diharapkan darinya. Efek-efek transformasional dicapai dengan menggunakan
karisma, kepemimpinan inspirasional, perhatian yang diindividualisasi serta
stimulasi intelektual. Hasil penelitian Bennis dan Nanus, Tichy dan Devanna
telah memberikan suatu kejelasan tentang cara pemimpin transformasional
mengubah budaya dan strategi-strategi sebuah organisasi. Pada umumnya, para
pemimpin transformasional memformulasikan sebuah visi, mengembangkan sebuah
komitmen terhadap karyawan, melaksanakan strategi-strategi untuk mencapai visi
tersebut, dan menanamkan nilai-nilai perusahaaan. Hal-hal ini menjadi jalan
bagi pemimpin transformasional untuk menciptakan employee engagement yaitu
sebuah rasa kepemilikian akan perusahaan dan keterlibatan yang penuh terhadap
tercapainya tujuan organisasi, sehingga secara khusus hal-hal ini disebut
sebagai penggerak employee engagement. Semakin tinggi tingkat kepemimpinan
transformasional pemimpin, maka semakin tinggi tingkat engagement 8 karyawan,
yang fungsinya adalah merekatkan karyawan dengan organisasi untuk berkomitmen
dan loyal, minimal mendahulukan kepentingan organisasi, sehingga hal itu akan
berdampak pada tercapainya tujuan organisasi. Menurut Sridevi & Markos
(2010) pemimpin bisa menggerakkan employee engangement melalui gaya
kepemimpinan transfromasional, yang mana pemimpin dapat memotivasi karyawan
sehingga karyawan lebih mementingkan kepentingan organisasinya diatas
kepentingan organisasinya. Berbeda dengan kepemimpina transaksional, menurut
Yukl (2006) bahwa hubungan pemimpin transaksional dengan karyawan tercermin
dari tiga hal yakni pemimpin mengetahui apa yang diinginkan karyawan dan
menjelaskan apa yang akan mereka dapatkan apabila kerjanya sesuai dengan
harapan, kedua pemimpin menukar usaha-usaha yang dilakukan oleh karyawan dengan
imbalan dan ketiga pemimpin responsif terhadap kepentingan pribadi karyawan
selama kepentingan tersebut sebanding dengan nilai pekerjaan yang telah
dilakukan karyawan. Jadi gaya kepemimpinan transaksional bekerja melalui
transaksi seperti imbalan, sehingga karyawan bekerja karena imbalan yang
diterima, bukan bekerja karena keterikatan yang kuat terhadap perusahaan
seperti yang diterapkan oleh gaya kepemimpinan transformasional. PT. Istana
Cipta Sembada merupakan sebuah perusahaan swasta nasional yang bergerak dalam
usaha pengolahan hasil perikanan dengan spesifikasi produknya adalah udang
beku. Produk udang beku yang 9 dihasilkan mempunyai pangsa pasar terbesar di
jepang dan sebagian di Amerika Serikat dan Eropa. Berkembangnya perusahaan ini
tidak terlepas dari ide- ide para karyawan PT ICS yang selalu memunculkan ide
kreatif dan inovatif. Dari ide kreatif dan inovatif yang dimunculkan oleh
perusahaan ini menunjukkan bahwasanya kinerja karyawan tidak bisa diremehkan
begitu saja. Hal ini tentu saja juga dilatar belakangi oleh peran pemimpin yang
selalu memberi tantangan pada bawahannya untuk memunculkan ide baru dan
semangat sehingga tingkat kinerja karyawan akan terus meningkat. Berdasarkan
wawancara yang telah dilakukan dengan bagian HRD bahwasanya hubungan yang
diterapkan oleh para pemimpin di ICS tidak hanya hubungan atasan dan bawahan
semata. Hal itu dibuktikan dengan adanya program senam yang diselenggarakan
seminggu sekali yaitu pada hari sabtu, forum tersebut merupakan media
berkumpulnya seluruh karyawan tanpa memandang jabatan masing- masing individu,
harapannya acara tersebut mampu meningkatkan jalinan komunikasi baik antar
karyawan, maupun antar atasan dan bawahan, sehingga dapat mempererat tali
silaturahmi di internal perusahaan. Hasil wawancara dengan manajer operasional
juga ditemukan bahwa ruangan untuk pimpinan-pimpinan PT. ICS tidak terletak
privasi seperti di perusahaan lain, tujuannya adalah agar atasan dan bawahan
tidak tersekat-sekat, sehingga bawahan enggan untuk berkomunikasi secara
terbuka dengan atasan. Ruangan atasan didesain bercampur dengan bawahan, yang
hanya dipisahkan oleh pintu jarang tertutup ketika jam 10 kerja, hal ini
bertujuan agar bawahan menyampaikan baik ide maupun aspirasi yang dimiliki. Berdasarkan
latar belakang masalah, fenomena, dan penelitian- penelitan di atas, peneliti
tertarik mengambil judul penelitian “Hubungan antara Kepemimpinan
Transformasional dengan Employee Engagement”, dengan asumsi bahwa sangat
penting untuk meningkatkan kualitas perusahaan yang sekaligus membentuk brand
image perusaahaan dan reputasi perusahaan di mata masyarakat luas terutama
konsumen. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas, untuk
memberikan kejelasan apa yang akan diangkat dalam penelitian ini, maka
dikemukakan perumusan masalah, yaitu: 1. Bagaimana tingkat employee engagement
di PT ICS? 2. Bagaimana tingkat kepemimpinan transformasional di PT ICS? 3.
Adakah hubungan antara kepemimpinan transformasional dengan employee engagement
di PT ICS? C. Tujuan penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut: 1. Untuk mengetahui tingkat employee engagement di PT ICS 2. Untuk
mengetahui tingkat kepemimpinan transformasional di PT ICS 3. Untuk mengetahui
hubungan antara kepemimpinan transformasional dengan employee engagement di PT
ICS 11 D. Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat
sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan mampu menjadi
sumbangsih maupun sebagai kontribusi yang bermanfaat bagi perkembangan
psikologi industri dan organisasi serta psikologi terapan lainnya. 2. Manfaat
praktis a. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan
pertimbangan dan masukan bagi PT ICS dalam meningkatkan employee engagement
melalui kepemimpinan transformasional. b. Bagi peneliti Penelitian ini
merupakan sarana untuk mempertajam nilai-nilai keilmuan yang telah diperoleh
selama menjalankan tugas sebagai mahasiswa, khususnya mahasiswa psikologi dan
juga sebagai syarat untuk memeperoleh sarjana Psikologi di UIN Maulana Ibrahim
Malang. c. Bagi universitas Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi serta referensi kepustakaan bagi universitas terutama fakultas
Psikologi UIN Maulana Ibrahim Malang.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Hubungan antara kepemimpinan transformasional dengan employee engagement di PT. ICS (Istana Cipta Sembada) Banyuwangi" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment