Abstract
INDONESIA:
Kenakalan remaja merupakan tingkah laku yang yang melampaui batas toleransi orang lain atau lingkungan sekitar serta suatu tindakan yang dapat melanggar norma-norma dan hukum. Secara sosial kenakalan remaja ini dapat disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial sehingga remaja ini dapat mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Kenakalan remaja adalah suatu perilaku yang dilakukan oleh remaja dengan mengabaikan nilai-nilai sosial yang berlaku didalam masyarakat. Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma dan hukum yang dilakukan oleh remaja. Perilaku ini dapat merugikan dirinya sendiri dan orang-orang sekitarnya, Sumiati (2009).
Rumusan Masalah dalam Penelitian ini adalah: (1)Bagaimanakah Tingkat Kenakalan Remaja yang ibunya bekerja, (2) Bagaimanakah tingkat kenakalan remaja yang ibunya tdak bekerja, (3) Apakah ada perbedaan tingkat kenakalan remaja antara ibu yang bekerja dengan ibu yang tidak bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kenakalan remaja antara ibu yang bekerja dengan ibu yang tidak bekerja pada siswa Madrasah Aliyah Al-Khoiriyah. Hipotesis yang diajukan adalah bahwa ada perbedaan kenakalan remaja ditinjau dari ibu yang bekerja dan ibu yang tidak bekerja.
Dalam Penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel tergantung adalah kenakalan remaja sedangkan variabel bebasnya adalah ibu bekerja dan ibu tidak bekerja. Sampel dari penelitian ini dalah siswa Madrasah Aliyah Al-Khoiriyah kelas X, XI dan XII yang bejumlah 180 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah angket Kenakalan remaja. Untuk Pengujian kualitas alat ukur, digunakan profesional judgement yang kemudian dikorelasikan dengan product moment.
Berdasarkan hasil analisa data pada penelitian ini serta diperkuat dengan dasar teori yang telah dijabarkan, maka diperoleh suatu kesimpulan bahwa “ada perbedaan Kenakalan Remaja antara Ibu yang bekerja dan Ibu yang tidak bekerja” dengan nilai ( t hitung = 3,141 > ttabe = 1,661 Dengan signifikan 0,002 < 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja yang ibunya bekerja terlihat memiliki intensitas kenakalan yang lebih tinggi (140.98) dibandingkan dengan ibu tidak bekerja (125.42). Sehingga hipotesa pada penelitian ini diterima yaitu ada perbedaan kenakalan remaja antara Ibu bekerja dan ibu tidak bekerja , karena Ha diterima dan Ho ditolak.
ENGLISH:
Juvenile delinquency is behavior that goes beyond the limits of tolerance of others or the environment as well as an action that would violate the norms and laws. Socially juvenile delinquency can be caused by a form of social neglect that adolescents may develop a form of deviant behavior. Juvenile delinquency is a behavior performed by teenagers at the expense of social values prevailing in society. Juvenile delinquency include all behaviors that deviate from the norms and laws committed by juveniles. This behavior can be detrimental to himself and the people around him, Sumiati (2009).
The problem formulation in this study were: (1) How is Delinquency Rate Teens whose mothers work, (2) How is the level of delinquency whose mother tdak work, (3) Are there differences in the level of juvenile delinquency among working mothers with mothers who did not work. This study aims to determine the difference between the juvenile mothers who work with mothers who did not work on the students of Madrasah Aliyah Al-Khoiriyah. The hypothesis is that there are differences in juvenile delinquency in terms of working mothers and mothers who do not work.
In this study, there are two variables: the dependent variable is the independent variable while the juvenile is a working mother and the mother does not work. Samples from this study were students of Madrasah Aliyah Al- Khoiriyah class X, XI and XII were is 180 students. Sampling was done by purposive sampling method. The instrument used was a questionnaire Juvenile delinquency. To test the quality of measuring instruments, used professional judgment are then correlated with the product moment.
Based on the analysis of data in this study, and reinforced by the basic theory that has been described, then obtained a conclusion that "there is a difference between the Adolescent Delinquency working mother and mother who does not work" with a value of (= 3.141> = 1.661 with significant 0.002 <0.05). Results showed that adolescents whose mothers worked delinquency appear to have a higher intensity (140.98) than those whose mothers did not work (125.42). So the hypothesis in this study accepted that there are differences between the juvenile and the mother working mothers do not work, because Ha is accepted and Ho is rejected.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam
masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja
merupakan generasi penerus serta calon pemimpin dimasa yang akan datang, karena
itu remaja adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar
untuk mengembangkan bakat – bakat dan kemampuan yang ada didalam dirinya. Masa
remaja sebagai masa-masa penuh pergolakan karena pada saat itu remaja berusaha
mencari jati diri dan identitas dirinya sehingga suka melakukan hal-hal yang
baru meskipun hal tersebut kadangkala bertentangan dengan norma dan aturan yang
berlaku. Egoisme remaja cukup menonjol sehingga seringkali berontak terhadap
kenyataan yang sedang dihadapinya dan seringkali menolak bantuan dari orang
dewasa lainnya. Menurut Hurlock (1999), pada masa remaja terjadi beberapa
perubahan fisik, psikologis, dan secara sosial. Perubahan fisik yang terjadi
adalah perubahan pada bentuk tubuh dan organ seks. Perubahan secara psikologis
pada remaja adalah adanya pola emosi dan kematangan emosi pada remaja, dan
perubahan secara sosial dapat dilihat dari meningkatnya pengaruh kelompok teman
sebaya, pola perilaku sosial yang yang lebih matang, serta nilai-nilai baru
dalam pemilihan teman. 2 Salah satu tugas perkembangan pada masa remaja adalah
berhubungan dengan pencapaian perilaku sosial yang bertanggung jawab karena
remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama-sama dengan teman sebaya, maka
teman sebaya berpengaruh pada pembentukan sikap, cara bicara, cara penampilan,
dan berperilaku. Hal tersebut berdasarkan fenomena bahwa remaja suka
berkelompok dengan teman sebaya yang lain, selain itu remaja suka mencoba
sesuatu yang baru dan berusaha mencari identitas dirinya sehingga muncullah
sikap yang seringkali berubah-ubah sesuai lingkungan yang dihadapinya. Masa
remaja merupakan masa yang rawan, jiwa yang masih labil, mudah berubah, mudah
terpengaruh dan masih dalam proses pencarian identitas diri, sehingga hal ini
dapat menimbulkan pertentangan dalam diri individu remaja dan ini menyebabkan
remaja mudah terbawa keperbuatan atau tingkah laku yang negatif serta
menyebabkan munculnya kenakalan remaja. Sumiati (2009), menyatakan kenakalan
remaja adalah suatu perilaku yang dilakukan oleh remaja dengan mengabaikan
nilai-nilai sosial yang berlaku didalam masyarakat. Kenakalan remaja meliputi
semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma dan hukum yang dilakukan oleh
remaja. Perilaku ini dapat merugikan dirinya sendiri dan orang-orang sekitarnya
Beberapa kasus tindakan kenakalan remaja yang muncul di pemberitaan Detik
Surabaya pada tanggal 13 November 2009, 23 Oktober 2009 dan 10 Januari 2010
antara lain, empat pelajar dari sebuah SMK di Bandung, yang melakukan
penyerangan terhadap SMK lain dengan cara melemparkan batu; kasus lain adalah
pencurian yang dilakukan oleh tiga pelajar SMP, ketiga 3 pelajar ini adalah
spesialis pencuri uang dengan modus mencuri di rumah temannya sendiri. Kasus
lainnya yaitu kasus 7 pelajar SMP di Surabaya memperkosa teman satu kelasnya
sehingga membuat korban perkosaan ini menjadi tidak mau bersekolah lagi. Kasus
tindak kenakalan remaja yang lebih parah lagi adalah sampai pada tindak
pembunuhan, hal ini terjadi pada pelajar SMA di Lamongan yang tega membunuh
temannya sendiri demi mendapatkan uang untuk membayar uang sekolahnya (http://
Detik Surabaya.com//kasus/ tawuran/ pencurian/pemerkosaan/pembunuhan//) dan
masih banyak lagi tindak kenakalan lainnya seperti merokok, seks bebas,
perjudian, mengkonsumsi narkoba, meminum minuman keras atau alkohol, dan
aborsi. Tindakan – tindakan yang dilakukan oleh remaja – remaja tersebut sudah
tidak dapat dikategorikan sebagai kenakalan biasa karena akibat dari yang ditimbulkannya
sudah bersifat negatif serta membahayakan dan merugikan orang lain, maupun diri
sendiri. Kenakalan remaja seringkali terdapat di kalangan lembaga pendidikan.
Sekolah sebagai tempat belajar remaja (siswa) merupakan suatu tempat untuk
mendidik, tetapi dilain sisi sekolah merupakan tempat terjadinya kenakalan
remaja. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan memiliki peranan yang sangat
penting dalam meningkatkan harkat derajat manusia, menjadikan manusia yang
beriman dan bertakwa. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan nasional
(Undang-undang no. 20 Tahun 2003), yaitu: (1) beriman dan bertakwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, (2) berahlak mulia, (3) 4 memiliki pengetahuan dan
keterampilan, (4) memiliki kesehatan jasmani dan rohani, (5) memiliki kepribadian
yang mantap dan mandiri, serta (6) memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan. Upaya tersebut dapat terwujud apabila ada kerjasama dan
komunikasi yang baik dengan semua pihak diantaranya peserta didik, guru
(sekolah) dan orang tua sehingga pendidikan di sekolah akan berhasil. Peserta
didik dapat berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya sehingga mampu mencapai prestasi belajar yang baik. Surya (2004)
mengemukakan keberhasilan prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh faktor non
intelektual, salah satu faktor non intelektual itu adalah penyesuaian sosial.
Penyesuaian sosial siswa di sekolah penting artinya dalam menunjang prestasi
akademis, karena ketidak mampuan siswa dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan
dan harapan sekolah dapat mengganggu kegiatan proses belajar mengajar yang
akhirnya akan berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar . Peserta didik
yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian sosial terlihat dari perilaku yang
tampak seperti tidak mematuhi tata tertib sekolah, tidak mengerjakan pekerjaan
rumah atau tugas dari guru, mengisolir diri, saling bermusuhan, mengganggu
teman lain dan sebagainya. Hal ini akan menimbulkan gangguan-gangguan
psikologis dan berdampak pada rendahnya prestasi belajar yang dicapai. Keadaan
sekolah sebagai lembaga pendidikan berkewajiban untuk menghilangkan
gangguan-gangguan sosial-psikologisnya tersebut. Menurut 5 Melly (1987) fungsi
sekolah itu ditekankan pada fungsi sosial psikologisnya. Di sekolah siswa tidak
hanya mengalami perkembangan fisik dan intelektualnya saja, tetapi juga
membutuhkan adanya proses sosialisasi dimana mereka belajar memperoleh
kematangan sosial dalam mempersiapkan dirinya menjadi orang dewasa untuk
memiliki kemampuan penyesuaian sosial yang memadai. Di Madrasah Aliyah
Al-Khoiriyah, terdapat siswa yang termasuk kategori nakal. Sesuai hasil
wawancara dengan wakil kepala bagian kesiswaan, kenakalan tersebut ditunjukkan
dengan perilaku suka bolos sekolah, merokok, berkelahi, tidak langsung pulang sekolah,
suka mengumpat, suka mengganggu teman. Perilaku-perilaku tersebut meskipun
masih termasuk dalam kategori kewajaran dalam masa remaja tetapi tetap masuk
dalam kategori kenakalan remaja. Lebih lanjut menurut wakil kepala bagian
kesiswaan, pihak sekolah seringkali kurang mampu untuk mengatasi kenakalan
siswa-siswanya tersebut. Biasanya siswa yang melakukan kenakalan tersebut
dihukum oleh pihak sekolah. Hukuman tersebut rata-rata bersifat fisik sehingga
pendidikan dalam hukuman masih belum tercapai. Kenakalan remaja yang sering
terjadi ternyata tidak membedakan remaja dalam komunitas lingkungan agamis
maupun lingkungan non agamis. Artinya sekolah yang berbasis agama bukan berarti
jaminan bahwa tidak terdapat kenakalan remaja daripada sekolah yang berbasis umum.
Hal tersebut 6 mengindikasikan bahwa sesungguhnya ada faktor lain yang
menimbulkan kenakalan remaja tersebut. Kenakalan remaja yang terjadi di MA.
Al-Khoiriyah merupakan sesuatu yang cukup penting diperhatikan karena melihat
lingkungan sekolah yang berlandaskan agama Islam dan remaja sebagai generasi
muda calon pemimpin bangsa yang seyogyanya mampu bersikap baik dan
mengoptimalkan potensipotensi yang ada dalam dirinya. Slameto (2003),
mengemukakan bahwa ada tiga bagian faktor eksternal yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Keluarga adalah
lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi siswa. Keluarga adalah termasuk
di dalam salah satu faktor yang mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
keberhasilan siswa. Dari lingkungan keluarga inilah yang pertama kali anak
dikenalkan dan menerima pendidikan dan pengajaran terutama dari ayah dan
ibunya. Pengaruh keluarga bagi siswa adalah berupa: cara orang tua mendidik
anak, hubungan antara keluarga, pengertian orang tua, suasana rumah, keadaan
ekonomi keluarga dan latar belakang kebudayaan. Hal-hal lain yang dapat
mempengaruhi prestai belajar siswa dari dalam keluarga ini adalah suasana
keluarga. Suasana keluarga yang ramai, gaduh atau tegang karena orang tua
sering berselisih pendapat dapat mengganggu konsentrasi belajar siswa. Demikian
pula keadaan ekonomi keluarga, dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa,
misalnya ekonomi keluarga yang kurang 7 maka fasilitas belajar anak bisa kurang
terpenuhi, bahkan tempat belajar anak kurang memadai atau tidak ada, akibatnya
siswa tidak dapat belajar dengan baik sehingga menjadi penghambat prestasi
belajarnya. Di dalam keluarga didapatkan suatu perhatian, kehangatan, serta
kasih sayang dari keluarga sehingga remaja memiliki kemampuan dalam
menyesuaikan diri dan bersosialisasi dengan di lingkungan sekitarnya dan dalam
keluarga terwujud rasa kebersamaan, komunikasi yang baik dan ada rasa saling
menghargai. Selain itu, dalam keluarga ditanamkan juga nilai – nilai budi
pekerti dan norma – norma terutama norma agama. Keluarga bertanggung jawab atas
pendidikan dan kesejahteraan anak, serta tempat anak berbagi cerita dan
masalah-masalah yang anak hadapi. Ibu adalah sosok yang berperan sebagai
pembimbing dan pendidik anaknya serta sangat menentukan pertumbuhan dan
perkembangan seorang remaja dalam kehidupannya karena di dalam rumah mula-mula
seorang remaja mendapat pendidikan yang utama dari seorang ibu. Saat ini
kebanyakan seorang perempuan selain sebagai seorang ibu rumah tangga banyak juga
yang berkarir dengan bekerja di luar rumah membantu peran suami mencari nafkah.
Dengan adanya kebebasan dalam bekerja, perempuan yang sudah berumah tangga
dapat bekerja di luar rumah dengan tidak melepas kewajibanya sebagai ibu rumah
tangga dalam keluarga. Ibu yang bekerja formal memulai pekerjaannya dari pukul
7.00 pagi sampai 15.00 sore. Kurang lebih waktu ibu berada di luar rumah adalah
8 jam, sehingga waktu yang dimiliki Ibu banyak diluar rumah. Ibu bekerja
memiliki 8 kesempatan menemani anak hanya pada pagi hari sebelum berangkat
bekerja dan pada malam hari setelah Ibu pulang bekerja. Disela-sela waktu-waktu
itu beberapa Ibu bekerja menggunakan media komunikasi untuk memantau
anakanaknya. Waktu yang diberikan oleh Ibu yang bekerja kepada anaknya sedikit
terbatas, mengingat waktu, tenaga, dan pikirannya telah banyak dicurahkan pada
pekerjaanya. Ibu yang tidak bekerja diluar rumah adalah murni Ibu yang hanya
mengerjakan pekerjaan ibu rumah tangga atau pekerjaan rumah saja, sehingga
mempunyai banyak waktu dirumah serta memiliki kesempatan untuk berkumpul
bersama anak-anaknya. Ibu yang tidak bekerja juga tidak diburuburu waktu
seperti halnya dengan ibu yang bekerja. Seorang ibu harus dapat menjadi model
tingkah laku yang mudah diamati dan ditiru oleh anak, menjadi pendidik didalam
memberi bimbingan dan pertimbangan dalam memberi pemecahan masalah serta dapat
menjadi sumber informasi bagi anak. Remaja yang kurang mendapat perhatian,
kasih sayang dan bimbingan dari keluarganya terutama Ibu akan mencari perhatian
dari luar rumah. Remaja yang mencari perhatian di luar rumah bisa terpengaruh
pada lingkungan yang tidak kondusif yaitu lingkungan yang tidak baik bagi
perkembangan dan tingkah laku remaja, sehingga menimbulkan tindakan negatif
yang disebut dengan tindakan kenakalan remaja. Berdasarkan latar belakang dan
uraian yang dikemukakan diatas maka dalam penelitian ini adalah mengenai
Perbedaan Tingkat Kenakalan Remaja 9 Ditinjau Dari Aktifitas Ibu (Studi
Komparasi Pada Siswa Madrasah Aliyah Al-Khoiriyah) B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah : 1. Bagaimanakah tingkat kenakalan remaja yang ibunya bekerja? 2.
Bagaimanakah tingkat kenakalan remaja yang ibunya tidak bekerja? 3. Apakah ada
perbedaan kenakalan remaja antara ibu yang bekerja dengan ibu yang tidak
bekerja ? C. Tujuan Penelitian Penulis melakukan penelitian ini dengan tujuan
sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui tingkat kenakalan remaja yang ibunya
bekerja. 2. Untuk mengetahui tingkat kenakalan remaja yang ibunya tidak
bekerja. 3. Untuk mengetahui perbedaan kenakalan remaja antara ibu yang bekerja
dengan ibu yang tidak bekerja. D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu masukan dan kontribusi bagi
perkembangan ilmu pengetahuan yang terkait dengan bidang psikologi sosial
khususnya yang menyangkut kenakalan remaja. 10 2. Secara Praktis Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan masukan dan pertimbangan yang berarti bagi : a.
Remaja Memberikan pengertian dan pemahamn kepada para remaja bahwa Ibu adalah
sosok yang mempunyai peran penting dalam keluarga sehingga mendekatkan remaja
dengan keluarga terutama Ibu terlepas dari Ibu yang bekerja dan Ibu yang tidak
bekerja. b. Orangtua Memberikan pengetahuan dan wawasan yang baru orangtua
terutama Ibu yang bekerja dan Ibu yang tidak bekerja tentang peranan seorang
Ibu didalam perkembangan anak terutama pada usia remaja c. Sekolah Memberi
masukan dan informasi bagi pihak sekolah didalam memberikan bimbingan kepada
siswa – siswanya yang bermasalah dan dalam memberikan penyuluhan kepada
orangtua siswa tentang kenakalan remaja. d. Peneliti lain Sebagai bahan
pertimbangan dalam menerapkan ilmu serta teori psikologi didalam kehidupan,
serta didalam melakukan penelitian khususnya dibidang kenakalan remaja.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Perbedaan kenakalan remaja antara yang ibunya bekerja dengan ibu tidak bekerja: Studi komparasi pada siswa Madrasah Aliyah Al-Khoiriyah" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment