Abstract
INDONESIA:
Religiusitas adalah suatu kepercayaan yang diyakini oleh manusia dan di dalamnya terdapat aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan yang menunjukkan ketaatan orang tersebut pada agamanya. Kenakalan remaja kenakalan remaja adalah segala tingkah laku yang melanggar batas-batas norma baik, secara sosial, agama, dan ketentuan hukum yang berlaku.
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : 1) Bagaimana tingkat Religiusitas pada siswa kelas XI SMKN 2 Malang, 2) Bagaimana tingkat Kenakalan Remaja pada siswa kelas XI SMKN 2 Malang, 3) Adakah hubungan antara Religiusitas dan Kenakalan remaja pada siswa kelas XI SMKN 2 Malang.
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang ada di kota Malang, yaitu SMKN 2 malang. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif yaitu penelitian yang ditinjau dari sudut paradigma penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisa data dengan prosedur statistik. Variabel penelitian terdiri dari Religiusitas dan kenakalan remaja. Pengumpulan datanya : 1) skala, 2) observasi, 3) wawancara, 4) angket. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI SMKN 2 Malang. Sampel penelitian berjumlah 110 orang.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan pada variabel Tingkat Religiusitas siswa-siswi kelas XI SMK Negeri 2 Malang yang berada pada kategori Tinggi dengan nilai sebesar 44% (49 orang), sedangkan siswa-siswi kelas XI SMK Negeri 2 Malang yang berada pada kategori Sedang sebesar 42% (46 orang), dan pada kategori rendah sebesar 14% (15 orang). Sedangkan tingkat Kenakalan Remaja berada pada kategori Tinggi dengan nilai sebesar 0% (0 orang), sedangkan siswa-siswi kelas XI SMK Negeri 2 Malang yang berada pada kategori Sedang sebesar 11% (12 orang), dan pada kategori rendah sebesar 89% (98 orang). Dari hasil analis korelasi dapat dikatakan bahwa korelasi atau hubungan antara Religiusitas dengan Kenakalan remaja adalah sebesar -0.232. Dapat diketahui bahwa p = 0.015 < 0,05. Nilai koefisien tersebut menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara variabel religiusitas dan kenakalan remaja. Hubungan ini berkorelasi negatif, yang berarti bahwa semakin tinggi religiusitas remaja maka akan semakin rendah tingkat kenakalan yang dilakukannya, dan sebaliknya semakin rendah tingkat religiusitas remaja maka semakin tinggi tingkat kenakalan yang dilakukannya.
ENGLISH:
Religiosity is a belief that is believed by humans and in it there are the rules and obligations that must be carried out which showed that the observance of the religion. Juvenile delinquency is any behavior that violates the norms of good boundaries, social, religious, and legal provisions in force.
Statement of problems in this research are: 1) What level Religiosity in class XI student of SMKN 2 Malang, 2) What level of Juvenile Delinquency in class XI student of SMKN2 Malang, 3) Is there a relationship between religiosity and juvenile delinquency in class XI SMKN 2 Malang.
The research was conducted at the Vocational School (SMK) in the city of Malang, namely SMKN 2 Malang. This research is quantitative research that the terms of the research paradigm that emphasizes testing theories through the measurement of the study variables with numbers and analyzing data with statistical procedures. Variables consisted Religiosity and delinquency. Data collection: 1) scale, 2) observations, 3) interview, 4) questionnaire. The study population was a class XI student of SMKN 2 Malang. Research sample was 110 people.
Based on the research conducted showed variable level of religiosity class XI students of SMKN 2 Malang is located in the High category with a value of 44% (49 people), while the students of class XI SMKN 2 Malang is located in the Medium category by 42 % (46 people), and the low category was 14% (15 people). While the level of Juvenile Delinquency in the category High with a value of 0% (0 people), while the students of class XI SMKN 2 Malang is located in the Medium category by 11% (12 people), and the low category was 89% (98 people). From the analyze correlation can be said that the correlation or relationship between religiosity with Juvenile delinquency is at -0232. It is known that p = 0.015 <0.05. Coefficient values indicate a significant relationship between religiosity and juvenile delinquency variable. This relationship is negatively correlated, which means that the higher the religiosity of youth the lower level of delinquency was doing, and conversely the lower level of religiosity of youth, the higher levels of delinquency does.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Setiap individu dipastikan akan melalui
serangkaian tahapan perkembangan dalam hidupnya. Pertumbuhan dan perkembangan
manusia diawali dari masa bayi, masa kanak-kanak hingga usia lanjut. Salah satu
masa yang akan dilalui oleh setiap individu adalah masa remaja dan individu
tidak akan dapat menghindarkan diri dari masa ini. Setiap tahap perkembangan
terdapat tugas-tugas perkembangan khusus yang harus dicapai oleh individu
tersebut. Tugas-tugas ini berkaitan erat dengan perubahan kematangan, emosi,
kognitif, moralitas, spiritualitas dan sebagainya sebabgai syarat untuk
pemenuhan dan kebahagiaan hidupnya.1 Perubahan-perubahan pada masa pancaroba
atau masa peralihan selain terjadi secara fisik ternyata berpengaruh juga
terhadap perubahan dalam perkembangan psikososial mereka. Menurut Erikson,
salah satu tugas perkembangan selama masa remaja adalah menyelesaikan krisis
identitas, sehingga diharapkan terbentuk suatu identitas diri yang stabil pada
akhir masa remaja. Remaja yang berhasil mencapai suatu identitas diri yang
stabil, akan memperoleh suatu pandangan yang jelas tentang dirinya, memahami
perbedaan dan persamaan dengan orang lain, menyadari kekurangan dan kelebihan
dirinya, penuh percaya diri, tanggap terhadap berbagai situasi, mampu mengambil
keputusan penting, mampu mengantisipasi tantangan 1 Desmita. Psikologi
perkembagan. (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2005).hlm 212 2 masa depan, serta
mengenal perannya dalam masyarakat. Kegagalan dalam mengatasi krisis identitas
dan mencapai suatu identitas yang relative stabil, akan sangat membahayakan
masa depan remaja. Sebab, seluruh masa depan remaja sangat ditentukan oleh
penyelesaian krisis tersebut 2 . Dengan banyaknya perubahan yang terjadi pada
masa remaja menyebabkan pada masa ini penuh dengan gejolak dan rintangan.
Hurlock berpendapat bahwa transisi (peralihan) dari masa kanak-kanak menuju ke
masa dewasa merupakan periode yang sulit. Begitu banyak peristiwa dan masalah
yang terjadi pada masa remaja baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan
dan tidak jarang pula dalam kehidupannya diselingi oleh masalah-masalah negatif
yang akan berpengaruh dalam perkembangannya serta benturan-benturan yang akan
berpengaruh terhadap perilakunya . Hal ini dilakukan oleh remaja dengan tujuan
untuk mencari identitas diri atau dalam rangka menyesuaikan diri agar dapat
diterima oleh lingkungan. Oleh karena itu seorang remaja diharapkan bisa
menyesuaikan dengan dirinya sendiri maupun dengan lingkungannya 3 . Tak ayal, perubahan
yang terjadi pada masa remaja menyebabkan remaja akan mengalami berbagai macam
masalah baik masalah negatif maupun positif. Remaja yang mampu menerima
kondisinya dirinya dan dapat menyeseuaikan diri dengan lingkungannya akan
membuat remaja memiliki keseimbangan dalam dirinya sehingga tidak akan banyak
masalah dalam 2 Ibid hlm. 214 3 Rahmawati, Mira Aliza. Peer Counseling Islami
Sebagai Upaya Preventif mengurangi Kenakalan Remaja (Prodi Psikologi FBSP UII
Yogyakarta),Email: m_aliza_r@yahoo.com, Call Paper diterbitkan pada Kongres API
ke-III yang diselenggarakan oleh Fak. Psikologi UIN Malang 3 dirinya. Namun
remaja yang tidak mampu menerima perubahan yang terjadi dalam dirinya serta
kurang mampu menyesuaikan dengan lingkungannya maka akan terjadi ketidakseimbangan
dalam dirinya 4 . Tentunya hal ini akan mengganggu kestabilan psikologisnya,
akibatnya akan terjadi konflik dalam dirinya sehingga remaja akan
melampiaskannya pada perilaku-perilaku negatif yang menyimpang atau melanggar
hukum, norma dan aturan sosial seperti ugal-ugalan, kebutkebutan, perkelahian,
tawuran, seks bebas, bahkan peyalahgunaan obatobatan terlarang dan lain
sebagainya. Pelanggaran norma-norma dan aturanaturan sosial inilah yang dikenal
dengan kenakalan remaja 5 . Masalah kenakalan remaja yang muncul di
tengah-tengah masyarakat berkembang dan hidup serta membawa akibat-akibat
tersendiri sepanjang masa yang sulit dicari ujung pangkalnya sebab pada
kenyataanya kenakalan remaja telah merusak nilai-nilai susila, nilai-nilai
agama, serta merusak nilanilai hukum 6 . Kenakalan remaja diklasifikasikan
menurut Elliot & Ageton, dibuat dengan logis dan ada pemilihan yang jelas
antara kenakalan yang serius dan tidak serius. Kenakalan tersebut dibagi
menjadi dua kriteria, yaitu kenakalan brutal dan kenakalan yang tidak brutal.
Kenakalan brutal yang tujuannya jelas dibagi menjadi dua, yaitu kenakalan
brutal yang objeknya adalah manusia, serta kenakalan yang objeknya adalah benda
mati 7 . 4 Hatta, K. 2002. Konseling Islami sebagai Upaya Penanggulangan
Kenakalan Remaja akibat Gangguan Aspek Psikologi. Jurnal Al--Bayan, Vol. 6
No.6, Juli - Desember 2002 : 81-96. 5 Sudarsono, Drs., SH., M.Si. 2008.
Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Rineka Cipta. 6 M. Thayibi: Psikologi Islam,
Muhammadiyah University Pers. Surakarta,2000, hlm 155 7 Elliot,Delbert &
Ageton, Suzanne. Reconciling Race And Class Differences in Self report
delinquency. American Sociological Review, Vol 45 (February); 95-110 4 Adapu
Gunarsa memaparkan Kenakalan remaja merupakan kenakalan yang dilakukan oleh
mereka yang berumur antara 13-17 tahun. Mengingat Indonesia pengertian dewasa
selain ditentukan oleh batas-batas umur, juga ditentukan oleh status
pernikahan, maka dapat ditambahkan bahwa kenakalan remaja adalah perbuatan atau
tindakan yang dilakukan oleh mereka yang berumur antara 13-17 tahun dan belum
menikah. Kenakalan tersebut mempunyai tujuan yang asosial yakni dengan
perbuatan atau tingkah laku tersebut ia bertentangan dengan nilai atau sosial
yang ada di lingkungan hidupnya.8 Dewasa ini, masalah kenakalan remaja makin
dirasakan sangat meresahkan masyarakat sekitar baik di Negara-negara maju dan
Negara yang sedang berkembang. Dalam kaitannya ini masyarakat Indonesia telah
mulai merasakan keresahan tersebut, terutama mereka yang berdomisili di kota-kota
besar. Akhir-Akhir ini masalah tersebut condong menjadi masalah besar dan
dirasakan sulit untuk dihindari, ditanggulangi dan diperbaiki kembali.
Sebagaimana yang sering kita baca dan dengar dari berbagai media masa
elektronik maupun cetak bahwa saat ini fenomena kenakalan remaja dirasakan
semakin meningkat di Indonesia khususnya dikota-kota besar masalah kenakalan
remaja dirasa telah mencapai tingkat yang meresahkan masyarakat. Sudah menjadi
pengetahuan umum ulah remaja belakangan ini makin mengerikan dan mencemaskan
masyarakat. Mereka tidak lagi sekedar terlibat dalam aktivitas nakal seperti
bertengkar dengan teman, membolos 8 Singgih Gunarsa & yulia Singgih g,
Psikologi Remaja (Jakarta; PT. BPK gunung Mulia,1990) hlm 19 5 sekolah, kabur
dari rumah, kebut-kebutan, membawa senjata tajam. merokok, minum-minuman keras,
berjudi atau menggoda lawan jenis, tetapi tak jarang mereka terlibat dalam aksi
tawuran layaknya preman atau terlibat dalam penggunaan napza, terjerumus dalam
kehidupan seksual pra-nikah dan berbagai bentuk perilaku menyimpang lainnya
seperti tindakan kriminal atau melanggar hukum antara lain mencuri, merampok,
membunuh, memperkosa dan tindakan kekerasan lainnya. Khusus untuk data
kenakalan remaja, belum ada data terbaru yang dirilis oleh Catatan akhir tahun
Polda Metro Jaya meskipun hanya 11 kasus kejahatan yang menonjol sepanjang
tahun 2011. Beberapa kasus mengalami peningkatan secara kuantitas jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, salah satunya kasus kenakalan remaja yang
semakin kompleks dan peningkatan hingga 13,34 persen. 9 Adapun fakta serupa
tentang kenakalan remaja juga bisa diketahui berdasarkan hasil terakhir suatu
lembaga survey yang dilakukan di 33 provinsi tahun 2008, sebanyak 63 persen
remaja pernah melakukan hubungan seks sebelum nikah, kemudian persentase remaja
yang melakukan hubungan seksual pra nikah tersebut mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Berdasar data penelitian pada
2005-2006 di kotakota besar mulai Jabotabek, Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya,
Malang dan Makassar, masih berkisar 47,54 persen remaja mengaku melakukan
hubungan 9 Diakses pada blog Yustisi.com pada tanggal 27 Februari 2013 6 seks
sebelum nikah. Namun, hasil survey terakhir tahun 2008 meningkat menjadi 63
persen dan 21 % diantaranya telah melakukan aborsi 10 . Sementara itu, di Kota
Pendidikan seperti Kota Malang ini, tidak sedikit ditemukan kasus penggerebekan
di kost-kostan atau kontrakan yang ditengarai sebagai tempat pesta narkotika
dan pesta seks pra-nikah atau seks bebas. Satu dari sekian kasus yang terungkap
adalah penggerebekan yang dilakukan oleh Polres Kota Malang di kost
Jl.Bendungan Sigura-Gura kecamatan Lowokwaru, yang dijadikan arena pesta ganja
serta seks bebas yang dilakukan oleh para remaja sebayanya (Harian Radar
Malang,Jum’at 3/6/2011). Adapula kasus aktual lainnya yang terjadi di Malang,
yaitu terungkapnya kasus video porno yang melibatkan 3 orang siswa. Dua orang
siswa merupakan aktor dan aktris pemeran dan satu orang siswi sebagai sutradara
dalam video asusula tersebut, dan Ironisnya pula mereka masih berstatus pelajar
SLTP dan SMK, yang ada di Turen. (Harian Surya, 20 September 2011). Adapun
penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang)
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang, ditemukan sebanyak 29 persen siswa SLTA
sudah biasa melakukan hubungan seks di luar nikah. Bahwa dari 404 orang siswa
yang kita jadikan sampel untuk penelitiannya, sebanyak 29 persen yang pernah
melakukan hubungan seks pranikah atau seks bebas,” 10 Diakses pada situs resmi
BKKBN pada tanggal 27 Februari 2013 7 Lebih lanjutnya dari total 404 responden,
yang menyatakan pernah melakukan seks pranikah, ada 116 responden atau 29
persen. Adapun responden (siswa) yang menyatakan tidak pernah melakukan seks
pranikah ada 287 siswa atau 71 persen dari total responden11. Rincian diatas
telah menunjukkan betapa telah terjadi kenakalan remaja yang memprihatinkan di
Indonesia, khususnya di Kota Malang. Fakta dan data di atas menunjukkan
intensitas yang tinggi dari kenakalan remaja saat ini yang terjadi di Negara
kita. Namun rekaman data tersebut hanya menunjukkan sebagian kecil dari
deksripsi kenakalan remaja yang ada, karena hanya mencakup beberapa kota-kota
besar di Negara ini. Akan tetapi dari sisi kompleksitas bentuk data di atas,
cukup menggambarkan betapa memprihatinkannya intensitas kenakalan remaja yang
cenderung meningkat pesat di era globalisasi ini. Pada kenyataannya di era
globalisasi ini dunia pendidikan dihadapkan dengan berbagai tantangan dan problematika.
Diantara permasalahannya adalah sebagaimana kita ketahui bahwa munculnya
berbagai bentuk kenakalan remaja yang semakin kompleks. Remaja yang pada usia
ini sekolah seharusnya difokuskan pada menuntut ilmu dan hal –hal yang
bermanfaat. Namun kenyataanya sebaliknya malah melakukan berbagai tindakan yang
tidak terpuji yang seharusnya tidak mereka lakukan yang akibatnya merugikan
bagi dirinya (secara khusus) dan bagi orang tuanya dan bagi kalangan pendidikan
serta bagi masyarakat (secara umum). 11 Riza Amalia.2012. Pengaruh Kecerdasan
Emosi dan Kualitas Hubungan Dengan Orang Tua Terhadap Kenakalan Remaja. hal;24
Skripsi.fak.Psikologi UIN Malang.diterbitkan oleh digilib UIN. 8 Tak dapat
dipungkiri, permasalahan kenakalan remaja juga menimpa dan menjangkiti lembaga
pendidikan baik lembaga pendidikan foramal maupun lembaga pendidikan informal
baik Negeri maupun Swasta Seperti juga halnya terjadi di salah satu lembaga
pendidikan di Kota Malang, tepatnya berada di SMK Negeri 2 Malang. Menurut
salah satu sumber yang ditemui pula bahwasannya berdasar hasil yang ditemukan
peneliti siswa-siswinya melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan aturan dan
norma yang berlaku di sekolah. Diantaranya seperti membolos saat jam sekolah
dari percakapan peneliti dengan pihak sekolah dan juga klien tersebut
mengindikasikan memang kenakalan membolos yang dilakukan klien tersebut
peneliti sudah dapat menggaris bawahi bahwa mereka dipengaruhi salah satu
faktor kenakalan remaja yaitu harapan rendah terhadap pendidikan, karena biasanya
klien yang terpengaruh faktor ini akan malas untuk belajar di sekolah adapun
faktor lainnya dikarenakan faktor teman sebaya yang mempengaruhi remaja untuk
bolos dan faktor keluarga yang kurang meningkatkan kedisiplinan yang mana orang
tua memperbolehkan anaknya bolos dengan ketentuan tertentu seperti di atas
sehingga dia berkeinginan bolos sekolah, sedangkan bentuk tindakan lainnya
seperti merokok di lingkungan sekolah dipengaruhi oleh faktor kontrol diri,
dikarenakan ketika dia sedang mengalami suatu masalah dalam dirinya dan dia
tidak bisa mengendalikan diri sehingga dia mengambil jalan penyelesaianya
dengan merokok sama temannya sebagai pelampiasan atau pelariannya, sedangkan
bentuk kenakalan lainnya ialah berkelahi siswa berkelahi biasanya karena ada
masalah dengan orang lain atau juga bisa karena 9 kurangnya perhatian dari
orang tua atau lingkungannya, sehingga ia mencari orang lain untuk menunjukkan
kehebatannya atau keinginannya. Dan masih banyak lagi bentuk kenakalan remaja
yang terjadi pada siswa-siswi sekolah ini seperti minum-minuman keras,
membentak dan membuat nangis guru, berjudi dan lain sebagainya 12 . Padahal
pihak sekolah telah melakukan berbagai upaya dalam menanggulangi bentuk
kenakalan yang terjadi di sekolah ini seperti tindakan yang bersifat preventif
berupa penyuluhan materi dan penerapan tata tertib, sedangkan upaya yang
bersifat represif berupa bimbingan individu/kelompok, pemberian sanksi
sedangkan upaya lainnya ialah tindakan kuratif. Demikianlah yang terjadi
adanya, remaja semakin tenggelam dalam persoalan yang serius. Perkembangan dan
kemajuan dunia yang semakin menjadi, berbanding terbalik dengan perkembangan
diri remaja. Melemahnya karakter remaja dan degradasi moral semakin menghiasi
kehidupan kelam remaja. Berbagai upaya untuk menanggulangi kenakalan remaja
baik preventif maupun kuratif telah dilakukan sejak lama, baik oleh pemerintah,
orang tua, masyarakat, para praktisi maupun akademisi, maupun pihak-pihak lain.
Upaya-upaya itu sebetulnya telah menghasilkan banyak solusi untuk menanggulangi
kenakalan remaja. Tetapi seperti patah tumbuh hilang berganti. Ketika suatu
kenakalan dapat diatasi segera muncul kenakalan baru yang menuntut solusi baru.
Lalu, apakah kita pasrah dengan keadaan dan membiarkan kenakalan remaja semakin
beranak pinak? Tentu saja tidak. 12 Hasil wawancara dan obesrvasi oleh salah
satu siswa dan guru BK SMK Negeri 2 Kota Malang , pada tanggal 23 februari
2013. 10 Berdasarkan fenomena di atas, terlihat bahwa kenakalan remaja sudah
sangat memprihatinkan. Faktor penyebab kenakalan remaja sangatlah kompleks dan
beragam. Kenakalan remaja merupakan masalah sosial yang apabila dikaji lebih
lanjut akan berkaitan dengan peran keluarga, sekolah dan juga masyarkat. Salah
satu faktor yang menyebabkan kenakalan remaja yang paling menonjol adalah
kurangnya pendidikan agama 13. Apabila remaja tidak memiliki pegangan yang kuat
terhadap agama, ia cenderung terpengaruh oleh hal-hal yang kurang baik yang
dapat membuat remaja terjerumus pada tingkah laku negatif yang mengarah pada
perilaku yang tergolong dalam kenakalan remaja. Agama mempunyai peranan penting
dalam proses mendidik remaja untuk mengurangi perilaku penyimpangan remaja yang
mengarah pada perilaku kenakalan, karena agama berisi tentang seperangkat
peraturan, termasuk peraturan moral yang dapat menentukan nilai benar atau
salah, baik atau buruk, dan sebagainya. Selain itu agama meupakan bagian yang
penting dalam jiwa seseorang yang bisa mengendalikan atau menjadi stabilisator
perilaku sehingga seseorang tidak melakukan hal-hal yang merugikan dan
bertentangan dengan kehendak atau penadangan masyarakat. Agama menawarkan
perlindungan dan raasa aman, khususnya bagi remaja yang sedang mencari
eksistensi dirinya.14 Nilai dan norma agama yang diperoleh remaja dari
sosialisasi dengan lingkungan, baik lingkungan rumah maupun lingkungan sekolah,
dimana 13 Sudarsono. (1989). Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.hal:21 14 Sarwono, Dr.Sarlito W. Psikologi Remaja. 1991.cet
2.Jakarta: Rajawali Pers. Hlm 94 11 remaja dapat belajar melalui interaksi
dengan orang lain dari cara menerima stimulus pengetahuan agama, berfikir,
merasakan, dan bertindak sebagai wujud dari religiusitas. Glock pun menyebutkan
religiusitas adalah komitmen beragama yang terdiri atas dimensi yang meliputi
dimensi keyakinan, dimensi praktek agama, dimensi penghayatan, dimensi
pengamalan, dan dimensi pengetahuan15 . Menurut Crapps Religiusitas adalah
adanya internalisasi agama di dalam diri seseorang, Religiusitas memiliki
beberapa unsur tertentu yaitu kegiatan berpikir, memilih, dan bertindak dalam
hubungan antara individu dengan individu lain dan Tuhan. Lebih jauh lagi Dister
mengatakan bahwa religiusitas membantu orang beragama menghayati agama dan
ajarannya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagai sikap
batin akan membimbing individu dalam menjalankan dan melaksanakan perintah
Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Religiusitas mengarahkan seseorang yang
beragama untuk mencapai kualitas hidup –termasuk belajar– yang baik melalui
perilakunya 16 . Dervic mendapatkan bukti dalam penelitiannya, bahwa mereka
yang memiliki skor religiusitas tinggi ternyata menunjukkan rasa tanggung jawab
yang tinggi, dan sebaliknya skor agresivitas dan impulsivitasnya rendah.
Menurut Culliford orang yang tingkat religiusitasnya tinggi kualitas hidupnya
diharapkan juga tinggi. Hal ini tercermin pada hubungan sosial dengan 15
Ancok&Suroso. Psikologi Islami. Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Cet
VII 2005. Hal: 76 16 Dister, N.S. (1994). Pengalaman dan Motivasi Beragama:
Pengantar Psikologi Agama.Yogyakarta: Kanisius. 12 masyarakat yang baik,
keberadaannya dapat diterima baik oleh masyarakat di sekitarnya 17 . Adapan
penelitian sebelum-sebelumnya yang berhubungan dengan fenomena di atas, salah
satunya yang dilakukan oleh Febri Rachmawati dalam penelitian tersebut
memaparkan hasil bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara
religiusitas dengan kecenderungan perilaku delikuen artinya semakin tinggi
religiusitas maka semakin rendah kecenderungan perilaku delikuen, demikian
sebaliknya semakin rendah religiusitas semakin tinggi kecenderungan perilaku
delikuen yang dilakukan18 . Hal itu senada pula dengan penelitian yang
dilakukan oleh Miftah Aulia Andisti dan Ritandoyo yang meneliti tentang hubungan
yang signifikan antara religiusitas dengan perilaku seks bebas, dengan demikian
hipotesis di dalam penelitian ini diterima. Hasil koefisien korelasi yang
negatif menunjukkan arah korelasi kedua variabel adalah negatif, bahwa semakin
tinggi religiusitas maka semakin rendah perilaku seks bebasnya. Dan sebaliknya
semakin rendah religiusitas maka semakin tinggi perilaku seks bebasnya 19 .
Berpijak dari fenomena yang ada terkait perilaku-perilaku remaja yang kian
meresahkan masyarakat penelitian saya diarahkan untuk meneliti 17 Muttaqien,
Zaenal. Hubungan antara Raja’ dan Religiusitas dengan Self Regulated , Call
Paper diterbitkan pada Kongres API ke-III yang diselenggarakan oleh Fak.
Psikologi UIN Malang 18 Skripsi; Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kecenderungan
Perilaku Delikuen. Fakutas psikologi dan ilmu social budaya.UII.yogyakarta.2008
19 Fakultas Psikologi.Univeristas Gunadarma.Jurnal Psikologi Volume 1,No.2
Juni.2008. 13 religiusitas pada siswa-siswi kelas XI SMK Negeri 2 Malang.
Ajaran-ajaran Islam adalah suatu sistem kepercayaan dan nilai yang meliputi
seluruh aspek kehidupan dunia dan akhirat manusia baik sebagai individu maupun
sebgai bagian dari masyarakat. Sebagai sistem yang menyeluruh, Islam juga
mendorong pemeluknya yang beriman untuk beraga secara Kaffah (QS. 2:208). Islam
mengajarkan kepatuhan, keyakinan, ketaatan dan keimanan sebagai kunci menuju
kebahagiaan hakiki. Keberagamaan dalam islam tidak hanya mencakup aktivitas
ritual ibadah semata tetapi juga mencakup aktivitas-aktivitas lain dalam
kehidupan manusia termasuk bagaimana seseorang berinteraksi dengan
lingkungannya dan berperilaku yang sesuai dengan ajaran Islam dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam hubungannya dengan kenakalan remaja, ajaran agama Islam
dalam wujud Religiusitas akan membuat remaja menghindari semua perilaku yang
mengarah pada kenakalan remaja. Further menjelaskan bahwa menjadi seorang
remaja hendaknya sudah mengerti nilai-nilai, tidak hanya memperoleh pengertian
melainkan juga dapat menjalankannya. Hal ini diharapkan sejalan dengan taraf
perkembangan intelektualnya, remaja sudah dapat menginternalisasikan penilaian
moral, menjadikannya sebagai nilai pribadi sendiri termasuk nilai dan ajaran
agama islam yang kemudian diaplikasikan di dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa ahli perkembangan berpendapat bahwa periode ramaja merupakan titik
penting dalam perkembangan agama seseorang. Dalam penelitiannya, Mc. Collough
melakukan evaluasi terhadap hasil-hasil penelitian keagamaan selama delapan
dasawarsa sebelumnya, yang kesemuanya meneliti tentang tingkah laku 14 manusia
yang berbeda-beda dari penjuru dunia. Dari semua itu, ia memenukan kejelasan
fakta bahwa keyakinan terhadap agama dan pengamalannya mampu mendorong
seseorang untuk menata diri, mengorganisasi diri, mengendalikan diri, mengatur
emosi dan tingkah laku secara efektif 20 . Berangkat dari sini pula peneliti
ingin mengetahui lebih jauh mengenai religiusitas serta kenakalan yang ada pada
SMK Negeri 2 Malang ini. Mengingat fenomena di lapangan terdapat berbagai
bentuk tindakan menyimpang atau sama hal nya perilaku kenakalan remaja yang
telah disebutkan diatas, padahal disana terdapat pula kegiatan-kegiatan yang
bersifat religius guna menanggulangi perilaku tersebut yang dilakukan oleh
pihak sekolah khususnya para konselor dalam mengurangi perilaku tersebut
seperti shalat dhuhur dan ashar berjamaah, dzikir asmaul husna bersama-sama di
hari jum’at, mata pelajaran Pendidikan Agama yang sesuai dengan porsinya
walaupun sekolah ini lebih memfokuskan pada keterampilan, ceramah agama, serta
memeriahkan peringatan hari besar islam (Pondok Ramadhan, Zakat Fitrah, maupun
Qurban) yang berasakan akan Misi sekolah pasal 1 dan 2 yang berbunyi “Mendidik
Siswa menjadi tenaga professional di bidang Perawatan Sosial, Usaha Jasa
Pariwisata, Akomodasi Perhotelan, Jasa Boga, Teknik Komputer dan Jaringan, dan
Keperawatan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta Berbudi
Pekerti Luhur“. 20 Muttaqien, Zaenal. Hubungan antara Raja’ dan Religiusitas
dengan Self Regulated , Call Paper diterbitkan pada Kongres API ke-III yang
diselenggarakan oleh Fak. Psikologi UIN Malang 15 Adapun peneliti memilih Obyek
(SMK Negeri 2 Malang) ini dikarenakan sekolah ini merupakan sekolah yang banyak
meraih prestasi dan mencetak siswa-siswi yang berkompeten dibidangnya hal ini
juga ditunjang dengan sarana dan fasilitas yang memadai seperti edotel, laundry
daln lain sebagainya. Adapun subyek penelitian ini memfokuskan pada siswa-siswi
Kelas XI SMK Negeri 2 Malang ini dengan pertimbangan-pertimbangan yakni, pada
kelas XI para Siswa sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya
sehingga siswa dapat melakukan eksplorasi diri, bagi siswa yang tidak dapat
mengontrol eksplorasi diri cenderung akan melakukan tindakan menyimpang
(kenakalan). Adapaun pertimbangan lain dari pihak sekolah khususnya guru
Bimbingan Konseling (BK) menjelaskan fakta yang ada terkait masalah-masalah
kenakalan yang paling mencolok memang terjadi pada siswa-siswi kelas XI,
sedangkan untuk kelas XII sebenarnya ada namun memang dikhususkan untuk fokus
pada persiapan Ujian Nasional (UAN) beberapa bulan mendatang,sehingga pihak
sekolah tidak mengijinkan untuk dijadikan subyek penelitian ini 21 .
Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
ini dengan judul “Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kenakalan Remaja Pada
Siswa-Siswi Kelas XI SMK Negeri 2 Malang” 21 Hasil wawancara dan obesrvasi oleh
salah satu bersama pihak sekolah , pada tanggal 25 februari 2013. 16 B. RUMUSAN
MASALAH Semakin meningkatnya fenomena kenakalan remaja yang terjadi belakangan
ini di berbagai kota di Indonesia yang telah mendapatkan perhatian ekstra
sekaligus kekhawatiran banyak pihak, baik itu orang tua, sekolah maupun
masyarakat. Berbagai usaha dari berbagai pihak pun telah ditempuh untuk mengurangi
atau mencegah kenakalan remaja saat ini. Salah satunya adalah dengan menanamkan
nilai-nilai religi atau agama pada diri remaja dengan harapan nilai-nilai
tersebur dapat diinternalisasi dalam diri remaja sebagai wujud religiusitas.
Dengan religiusitas yang dimiliki remaja diharapkan mampu mengurangi dan bahkan
mencegah dari perilaku yang mengarah pada kenakalan. Guna mengetahui lebih
lanjut mengenai sejauh mana hubungan antara Religiusitas dengan Kenakalan
Remaja, maka rumusan masalah dalam penelitian kali ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat religiusitas pada siswa-siswi kelas XI SMK Negeri 2
Malang? 2. Bagaimana tingkat kenakalan remaja pada siswa-siswi kelas XI SMK
Negeri 2 Malang? 3. Apakah terdapat hubungan antara tingkat religiusitas dengan
tingkat kenakalan remaja pada siswa-siswi kelas XI SMK Negeri 2 Malang? 17 C.
TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan atas latar belakang serta rumusan maslah diatas,
maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui tingkat religiusitas
pada siswa-siswi kelas XI SMK Negeri 2 Malang? 2. Untuk mengetahui tingkat
kenakalan remaja pada siswa-siswi kelas XI SMK Negeri 2 Malang? 3. Untuk
mengetahui hubungan antara tingkat religiusitas dengan tingkat kenakalan remaja
pada siswa-siswi kelas XI SMK Negeri 2 Malang? D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian
ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara teoritis dan praktis: 1.
Secara Teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber
masukan empiris serta menambah referensi dan memperkaya keilmuan psikologi
khususnya bidang psikologi perkembangan dan sosial yang menyangkut religiusitas
dan kenakalan remaja. 2. Secara Praktis Penelitian ini diharapkan berguna bagi:
a. Pihak Sekolah, baik Kepala Sekolah, Guru Bimbingan dan Konseling maupun guru
setiap mata pelajaran, diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai hubungan
antara religiusitas dengan kenakalan remaja pada remaja, sehingga hasil
penelitian dapat dijadikan bahan dalam membina, mendidik, dan 18 mengevaluasi
program pendidikan. Dengan demikian, dapat dijadikan sumber informasi dalam
upaya mengembangkan dan meningkatkan religiusitas para siswa sehingga
religiusitas ini selalu memberikan kontribusi dalam setiap aspek kehidupan dan
diharapkan dapat mencegah dan mengurangi terjadinya kenakalan remaja. b. Orang
tua, penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi dalam perumusan solusi
yang mungkin untuk mengurangi perilaku menyimpang (nakal) dengan memperhatikan
kualitas pengetahuan dan pemahaman agama bagi anak-anaknya. c. Peneliti, pastinya
penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan bagi peneliti sendiri dan
memperdalam pemahaman mengenai religiusitas dan kenakalan remaja
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" : Hubungan antara religiusitas dengan kenakalan remaja pada siswa-siswi kelas XI SMK Negeri 2 Malang" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment