Abstract
INDONESIA:
Banyaknya persoalan yang dihadapi individu, terkadang berujung pada stres. Stress dapat membuat individu memilih untuk mengkonsumsi alkohol agar merasa jauh dari masalah. Beberapa faktor penyebab penyalahgunaan alkohol oleh remaja adalah keturunan, pengaruh keluarga, aspek-aspek tertentu dalam hubungan dengan teman biasa, etnis, dan karakteristik kepribadian. Penyalahgunaan alkohol oleh remaja berkaitan dengan hubungannya dengan orang tua dan teman sebaya. Kelompok teman sebaya adalah faktor penting dalam penyalahgunaan alkohol oleh remaja. Salah satu hal yang diindikasikan mempengaruhi penyalahgunaan alkohol adalah peer support.
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Laiyah Nurul Islam Bades Pasirian Lumajang, dengan tujuan (1) untuk mengetahui tingkat peer support yang ada di Madrasah Aliyah Nurul Islam Bades Pasirian Lumajang, (2) untuk mengetahui tingkat penyalahgunaan alkohol di Madrasah Aliyah Nurul Islam Bades Pasirian Lumajang,(3) Untuk membuktikan seberapa besar pengaruh peer support terhadap penyalahgunaan alkohol di Madrasah Aliyah Nurul Islam Bades Pasirian Lumajang.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Subjek penelitian ini berjumlah 47 responden yang dipilih dengan dengan menggunakan metode Cluster Random Sampling. Dalam pengumpulan data, menggunakan metode angket berupa skala psikologi. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik regresi linier sederhana dengan menggunakan bantuan sotfwere SPSS 16,0 for windows.
Hasil dari penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa (1) tingkat peer support di Madrasah Aliyah Nurul Islam Bades Pasirian Lumajang mayoritas berada pada kategori tinggi dengan prosentasi 51,06%, (2)sedangkan tingkat penyalahgunaan alkohol di Madrasah Aliyah Nurul Islam Bades Pasirian Lumajang mayoritas berada pada kategori rendah dengan prosentase 48,93%. (3) adanya pengaruh yang signifikan peer support dengan penyalahgunaan alkohol di Madrasah Aliyah Nurul Islam Bades Pasirian Lumajang sebesar 86,3% dengan p=0,000 dan dinyatakan hipotesis diterima.
ENGLISH:
Many problems for individual who have to face, sometimes make stress. Stress can make individual chooses for using that alcohol perceives to restrain from problem. Some factor is abused causal alcohol by teenager, family influence, given aspects in connection with ordinary friends, ethnical, and personality characteristic. Abuse Alcohol by teenager gets bearing with its relationship with oldster and coeval friend. Group of friends is important factor in alcohol abuse by teenager. The effect of abuse alcohol at peer support are one of thing that betokening to regard.
This research conduct at Madrasah Laiyah Nurul Islam Bades Pasirian Lumajang, with the purpose (1) knowing level peer support conduct at Madrasah Laiyah Nurul Islam Bades Pasirian Lumajang, (2) knowing level alcohol abuse conduct in Madrasah Laiyah Nurul Islam Bades Pasirian Lumajang. (3) Prove how big influence peer support to alcohol abuse at Madrasah Laiyah Nurul Islam Bades Pasirian Lumajang.
This researcher use qualitative method. Subject researcher 47 respondents that are chosen by Cluster Random Sampling Method. Data collection, used questionnaire method as psychology scale. Data analysis in this researcher use simple linear regression by use of help sotfwere SPSS 16,0 for windows.
The result of this researcher is known that (1) level of peer support at Madrasah Aliyah Nurul Islam Bades Pasirian Lumajang majority at the high category with percentage 51,06%, (2) meanwhile level alcohol abuse at Madrasah Aliyah Nurul Islam Bades Pasirian Lumajang at the low category with percentage 48,93%. (3) Mark sense influence that signifikan peer support with alcohol abuse at Madrasah Aliyah Nurul Islam Bades Pasirian Lumajang as big as 86,3% with as big as p=0,000 and declared hypothesis was received.
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan
lagi anak-anak, namun belum dapat dikategorikan dewasa. Masa remaja merupaka
masa transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa, sehingga penyesuaian diri
terhadap tugastugas perkembangan perlu dilakukan remaja. Dengan terlaksana
tugas-tugas perkembangan tersebut secara baik, maka remaja lebih siap memasuki
tahap perkembangan selanjutnya (Hurlock, 2004). Para ahli berpendapat bahwa
masa remaja merupakan tahap perkembangan yang rawan, dengan disertai berbagai
gejolak serta benturan, Monks dkk (1998) menyebutnya sebagai storm and stress.
Benturan-benturan tersebut, menurut Hurlock (2004) terjadi antara remaja dengan
lingkungan keluarga (orang tua) dan dengan lingkungan sosial (masyarakat).
Penyebab utamanya adalah keinginan kuat remaja mencari jati diri serta
identitas pribadinya. Selama proses pencarian tersebut, remaja cenderung
menentang norma yang telah berlaku, tidak ingin sama dengan lingkungan, dan
ingin menampilka dirinya sebagai pribadi berbeda dengan karakteristik yang khas
yang tidak dimiliki individu lainnya, disebut sebagai orisinalitas remaja.
Keluarga dan lingkungan sosial adalah kebutuhan penting bagi seorang remaja
sebagai tempat utama bagi individu mendapatkan pengalaman bersosialisasi
pertama kalinya, agar dapat tumbuh secara mental, emosional dan 2 sosial.
Keluarga mempunyai peran penting dalam kaitannya dengan menumbuhkan rasa aman
dan psikologis anak dalam hal ini remaja. Terpenuhinya kebutuhan psikologis
tersebut akan membantu perkembangan psikologis secara baik dan sehat. Keluarga
merupakan salah satu konteks sosial yang penting bagi perkembangan individu.
Meskipun demikian perkembangan anak juga sangat dipengaruhi oleh apa yang
terjadi dalam konteks sosial yang lain seperti relasi dengan teman sebaya.
Hubungan yang positif antara remaja dengan orang tua dan juga dengan teman
sebayanya merupakan hal yang sangat penting dalam mengurangi penyalahgunaan
Napza (Santrock, 2004 : 283). Memperhatikan pentingnya peran teman sebaya,
pengembangan lingkungan teman sebaya yang positif merupakan cara efektif yang
dapat ditempuh untuk mendukung perkembangan remaja. Dalam kaitannya dengan
keuntungan remaja memiliki kelompok teman sebaya yang positif, Laursen (2005 :
138) menyatakan bahwa kelompok teman sebaya yang positif memungkinkan remaja
merasa diterima, memungkinkan remaja melakukan katarsis, serta memungkinkan
remaja menguji nilai-nilai baru dan pandangan-pandangan baru. Lebih lanjut
Laursen menegaskan bahwa kelompok teman sebaya yang positif memberikan
kesempatan kepada remaja untuk membantu orang lain, dan mendorong remaja untuk
mengembangkan jaringan kerja untuk saling memberikan dorongan positif.
Interaksi di antara teman sebaya dapat digunakan untuk membentuk makna dan
persepsi serta solusisolusi baru. 3 Budaya teman sebaya yang positif memberikan
kesempatan kepada remaja untuk menguji keefektivan komunikasi, tingkah laku,
persepsi, dan nilai-nilai yang mereka miliki. Budaya teman sebaya yang positif
sangat membantu remaja untuk memahami bahwa dia tidak sendirian dalam
menghadapi berbagai tantangan. Budaya teman sebaya yang positif dapat digunakan
untuk membantu mengubah tingkah laku dan nilai-nilai remaja (Laursen, 2005 :
138). Pentingnya teman sebaya bagi remaja antara lain tampak dalam konformitas
remaja terhadap kelompok sebayanya. Konformitas terhadap teman sebaya dapat
berdampak positif dan negatif. Remaja membutuhkan afeksi dari remaja lainnya,
dan membutuhkan kontak fisik yang penuh rasa hormat. Remaja juga membutuhkan
perhatian dan rasa nyaman ketika mereka menghadapi masalah, butuh orang yang
mau mendengarkan dengan penuh simpati, serius, dan memberikan kesempatan untuk
berbagi kesulitan dan perasaan seperti rasa marah, takut, cemas, dan keraguan
(Cowie and Wallace, 2000 : 5). Pada saat anak melewati masa remaja, pemenuhan
kebutuhan fisik, psikis dan sosial juga sangat dibutuhkan bagi perkembangan
kepribadiannya karena pada masa remaja dianggap sebagai masa transisi dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja dianggap sebagai masa labil yaitu
dimana individu berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima
informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran lebih lanjut (Hurlock,
2004:233). 4 Dalam pencarian jati diri tersebut, remaja rentan dengan
lingkungan sosial yang dapat mempengaruhinya terutama dalam pergaulan teman
sebaya. Buhrmester (1996, dalam Papalia, 2008, h. 617-618) menyatakan bahwa
kelompok teman sebaya merupakan sumber afeksi, simpati, pemahaman, dan panduan
moral, tempat bereksperimen, dan setting untuk mendapatkan otonomi dan
independensi dari orang tua. Dilain pihak, Robinson (dalam Papalia, 2008, h.
617) mengemukakan bahwa keterlibatan remaja dengan teman sebayanya, selain
menjadi sumber dukungan emosional yang penting sepanjang transisi masa remaja,
namun sekaligus dapat menjadi sumber tekanan bagi remaja. Dimana remaja harus
memilih teman sebaya yang dapat membimbing ke hal yang positif, namun tidak
sedikit remaja yang terpengaruh dengan hal negatif. Pada suatu penelitian yang
berjudul pengaruh dukungan teman sebaya terhadap penyalahgunaan alkohol di SMU
Tunas Bangsa Bandung, dimana jumlah populasi sebanyak 120 siswa-siswi yang
terdiri dari kelas 1-3 dengan karakteristik berjenis kelamin laki-laki dan
perempuan usia berkisar 16-19 tahun. Dari masing-masing kelas dipilih sebanyak
30 siswa-siswi yang terdiri dari kelas 1-3. Teknik pengumpulan data menggunakan
skala psikologi yang dilakukan diruangan aula sekolah dimana ke 30 siswa-siswi
terpilih dikumpulkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan teman sebaya
berpengaruh secara signifikan dengan p=0,000 dan R Square 0,981 yang artinya
98,1% teman sebaya berpengaruh terhadap penyalahgunaan alkohol dengan arah
korelasi negatif. remaja yang berteman dengan teman sebaya yang merupakan
pengguna dan 5 penyalahguna alkohol disertai kerentanan terhadap tekanan dari
teman sebaya, adalah faktor-faktor penting dalam meramalkan penyalahgunaan
alkohol pada remaja (Soedjono, 1994). Tingginya penyalahgunaan alkohol
dikalangan remaja ditunjukkan hasil riset yang dilakukan oleh Universitas
Indonesia. Berdasarkan hasil riset, penyalahgunaan alkohol pada pelajar sejak
tahun 2003 sampai dengan tahun 2009 meningkat dari 3,9% menjadi 5,3% atau
jumlah totalnya 1.037.682 siswa (Koran Pendidikan, 2009). Sihite (2007),
mengatakan bahwa penyalahgunaan alkohol yang dilakukan oleh remaja sering kali
berawal dari keinginan coba-coba, untuk memperoleh pengalaman baru, atau untuk
mencapai dunia khayal yang semu sebagai pelarian berbagai tekanan dan kegagalan
hidup. Pembicaraan mengenai alkohol dewasa ini sedang menjadi topik yang hangat
dibicarakan oleh masyarakat. Salah satu kasusnya adalah di Madrasah Aliyah
Nurul Islam Bades Pasirian Lumajang, dimana sumber informasi yang diperoleh
dari masyarakat sekitar, teman-teman sepermainan dan alumni Madrasah Aliyah
serta pihak sekolah mengatakan pada tahun 2009 terdapat beberapa siswa-siswi
yang sengaja mengkonsumsi alkohol di samping lingkungan sekolah untuk
memperingati hari kelulusan Ujian Nasional. Peristiwa semacam ini juga sering
terjadi setiap tahun setelah siswa-siswi Madrasah Aliyah selesai menjalankan
ujian nasional. Padahal jika menilik lebih dekat Madrasah Aliyah ini berada
pada satu rumpun jenjang pendidikan mulai dari TK, MTs, Ponpes Putra-Putri yang
ada 6 di Bades Pasirian Lumajang. Meskipun tempat pendidikan ini tidak terlalu
jauh dari pantai laut selatan. Hal ini sangat meresahkan masyarakat,
teman-teman, para alumni dan pihak sekolah karena peristiwa tersebut.
Penyalahgunaan alkohol atau alkoholisme dikategorikan sebagai penyakit
masyarakat atau sosial pathology. Sebagai penyakit sosial, jelas alkoholisme
merupakan gejala sosial yang berpengaruh terhadap masyarakat dalam berbagai
bentuk perilaku yang membawa dampak negatif terhadap masyarakat sebagai akibat
pemabukan atau efek alkohol yang dialami seseorang (Barners, H.E., 1959). Pada
alkoholisme terdapat variasi dalam derajat gangguan psikologi, nutrisi,
ketergantungan fisik, dan kehilangan kontrol. Peminum alkohol juga sering
terlibat dengan penggunaan obat-obat lain seperti sedatif, amfetamin bahkan
juga narkotika. Motivasi peminum alkohol pada umumnya hanya untuk mendapatkan
efek-efek perasaan dan emosi tertentu seperti diantaranya utnuk mendapatkna
euforia, melepaskan emosi serta melepaskan diri sementara dari depresi dan
ansietas yang dialaminya (Sulistia, 1995). Di negara barat, alkoholisme
merupakan masalah sosial yang kronis. Dibagian tertentu di Indonesia juga
dijumpai kebiasaan minum alkohol. Alkohol merupakan bahan yang mempunyai efek
farmakologik dan cenderung menimbulkan ketergantungan serta dapat berinteraksi
dengan obat lain. Di indonesia pada tahun 1998, pengguna minuman keras dan
narkoba mencapai 1-2 % dari total penduduk dihitung dengan jumlah 200 juta
jiwa, sehingga tersimpulkan bahwa kurang lebih 2 sampai 4 juta jiwa yang
terjerat minuman 7 keras dan narkoba (Indrawan, 1998). Kira-kira 80 % orang
dewasa di USA mengkonsumsi minuman beralkohol. Diduga 5-10 % laki-laki dewasa
mengalami persoalan-persoalan yang berhubungan dengan alkohol dalam beberapa
bagian kehidupannya. Menyikapi angka kematian 2 kali lipat angka normal yang
minum 6 gelas atau lebih sehari, sedangkan yang minum 3-5 gelas mempunyai angka
40-50 % lebih tinggi dari normal. Kanker, sirosis dan kecelakaan menyokong
secara bermakna angka kematian yang tinggi pada peminum berat (Bertram. G.,
Katzung, 1995). Oleh sebab itu, dukungan sosial yang kurang bisa diberikan
secara maksimal pada remaja disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adalah
rasio, jumlah teman sebaya yang terlalu banyak yang masing-masing remaja
memiliki karakteristik yang berbeda. Remaja yang jumlahnya sangat banyak tentu
menghambat pemberian dukungan sosial secara individual. Padahal pada
kenyataannya menurut Rutter dalam Mussen, dkk (1989:118) bahwa anak yang tumbuh
karena kurangnya kasih sayang lebih banyak membutuhkan perhatian baik itu dari
teman sebaya maupun dari orang menimbulkan efek buruk, yaitu munculnya
kepribadian inverior, pasif, apatis, menarik diri, mudah putus asa, dan penuh
dengan ketakutan dan kecemasan. Hal tersebut membuat remaja akan sulit menjalin
hubungan sosial dengan orang lain. Disamping itu mereka cenderung menunjukkan
perilaku yang negatif, takut melakkukan kontak dengan orang lain, lebih suka
sendirian, menunjukkan rasa bermusuhan, dan lebih bersifat egosentris (Hartini,
2001:142). 8 Melihat fenomena penyalahgunaan alkohol di Madrasah Aliyah Nurul
Islam Bades Pasirian Lumajang, dalam hal ini peran teman sebaya sebagai
motivator dituntut untuk memberikan dukungan yang bersifat preventif maupun
kuratif. Teman sebaya merupakan sumber penting dukungan sosial yang berpengaruh
terhadap rasa percaya diri remaja. Dukungan emosional dan persetujuan sosial
dalam bentuk konfirmasi dari orang lain merupakan pengaruh yang penting bagi
rasa percaya diri remaja (Santrock, 2003, h. 339). Hal ini penting sekali
bahwasanya pengaruh teman sebaya berkontribusi dalam memberikan gambaran nilai
kehidupan yang penuh dengan kemanusiaan dan moralitas yang tinggi. Pada
umumnya, permasalahan yang dihadapi oleh remaja berpotensi sekali menimbulkan
stres. Terkadang ketidakmampuan seorang remaja dalam menghadapi tekanan tidak
menutup kemungkinan akan mengambil tindakan yang cepat tanpa pertimbangan yang
matang dengan hanya tujuan untuk menghilangkan stres semata, seperti
mengkonsumsi alkohol. Mengkonsumsi alkohol diyakini memberikan hasil yang
positif seperti perasaan nyaman dan membuat seseorang lebih mudah memulai suatu
hubungan pertemanan. Tekanan atau ajakan dapat mengembangkan rasa ingin untuk
mengkonsumsi alkohol dan lama kelamaan dapat berkembang menjadi pecandu alkohol
(Britton, 2000). Menurut mereka (remaja) dengan mengkonsumsi alkohol, masalah
yang hinggap akan segera menghilang. Namun demikian, dalam kondisi stres,
seseorang tetap dapat bertahan jika mampu menyesuaikan diri secara tepat (Heri,
2006). 9 Untuk melihat adakah dukungan sosial yang diberikan oleh teman sebaya
terhadap penyalahgunaan alkohol, maka perlu diadakan suatu penelitian. Untuk
itu penulis perlu melakukan penelitian tentang pengaruh peer support terhadap
penyalahgunaan alkohol di Madrasah Aliyah Bades Pasiran Lumajang. B. Rumusan
Masalah Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana tingkat
peer support di Madrasah Aliyah Nurul Islam Bades Pasirian Lumajang? 2.
Bagaimana tingkat penyalahgunaan alkohol di Madrasah Aliyah Nurul Islam Bades
Pasirian Lumajang? 3. Bagaimana Pengaruh peer support terhadap penyalahgunaan
alkohol di Madrasah Aliyah Nurul Islam Bades Pasirian Lumajang? C. Tujuan
Penelitian 1. Untuk mendeskripsikan tingkat peer support terhadap
penyalahgunaan alkohol di Madrasah Aliyah Nurul Islam Bades Pasirian Lumajang
2. Untuk mendeskripsikan tingkat penyalahgunaan alkohol pada remaja di Madrasah
Aliyah Nurul Islam Bades Pasirian Lumajang 3. Untuk mendeskripsikan pengaruh
peer support terhadap penyalahgunaan alkohol di Madrasah Aliyah Nurul Islam
Bades Pasirian Lumajang. 10 D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini
diharapkan akan memberikan manfaat dan kegunaan sebagai berikut : 1. Manfaat
Teoritis : penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah untuk
memperluas dunia ilmu pengetahuan dalam disiplin ilmu psikologi. Khususnya
psikologi sosial dan psikologi pendidikan. 2. Manfaat Praktis : diharapkan
hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan pendidik, guru, dan
orang-orang yang berhubungan dengan institusi formal maupun informal.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" : Pengaruh peer support terhadap penyalah-gunaan alkohol di Madrasah Aliyah Nurul Islam Bades Pasirian Lumajang.." Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment