Abstrak
INDONESIA:
Gangguan somatoform semakin berkembang pesat di masyarakat. Pasien yang berdatangan ke dokter semakin banyak dan beragam keluhan. Untuk menangani pemikiran pasien somatoform terhadap keluhan bukanlah hal yang mudah. Perlu kesabaran dan keyakinan untuk merubah, karena perlu adanya kesepakataan antara dua belah pihak. Kesepakataan itu berisi tentang bagaimana ia mampu berpikir secara rasional terhadap munculnya keluhan fisik. Pemahaman tentang munculnya keluhan dapat dilihat dari cara berpikir pasien dalam menilai pemikirannya. Dari sinilah perlu diadakan terapi kognitif-perilaku, dengan teknik- teknik seperti membuat jadwal kegiatan sehari-hari, menulis pemikiran irasional, menilai pemikirannya, evaluasi, dan tugas rumah. Keluhan fisik yang terjadi disebabkan oleh pemikiran irasional. Pemikiran irasional merupakan penyebab utama dalam menggerakan struktur tubuh, sehingga jika menginginkan kondisi tubuh yang sehat maka langkah awal yaitu memulai berpikir secara rasional terhadap lingkungan sekitar, teman, terutama pada diri kita sendiri. Keterkaitan antara terapi kognitif-perilaku terhadap berpikir rasional dipengaruhi oleh kognitifnya, apabila ia mampu berpikir rasional maka ia akan memunculkan perilaku yang sehat dan rasional, Rabi’al (2009) mengatakan dengan membantu subjek menjadi lebih sehat dalam pikiran dengan mengubah bagaimana cara subjek berpikir (kognitif).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas terapi kognitif- perilaku dalam meningkatkan pikiran rasional pasien somatoform. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Subjek penelitian berjumlah 5 orang pasien somatoform.
Penelitian menggunakan desain eksperimen Non random one group pre test – post test design. Instrumen pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi, dan skala psikologi berfikir rasional. Dengan menggunakan analisis wilcoxon signed ranks test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pada kelompok eksperimen yang diberi perlakuan terapi kognitif – perilaku menunjukkan adanya peningkatan berfikir rasional pada seluruh subjek (100%). Dari hasil tersebut, diketahui perbandingan mean 81.20 pada saat pre-test dan 104.00 pada saat post-test dan median 61 pada saat pre-test dan 97 pada saat post-test. Pada kelompok eksperimen untuk uji statistik wilcoxon signed ranks test dengan taraf nyata = 0,05 diperoleh asumsi signifikan sebesar 0,043 0,05 Ha diterima, hal ini menunjukkan bahwa terapi kognitif – perilaku dapat berpengaruh terhadap meningkatnya tingkat berfikir rasional pada pasien somatoform di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang.
INGGRIS:
Somatoform gangguan mengembang pesat di masyarakat. Pasien yang datang ke dokter lebih dan lebih dengan napas mereka yang berbeda. Hal ini tidak mudah untuk memecahkan masalah pemikiran pasien somatoform. Kemudian, hal ini membutuhkan banyak kesabaran dan keyakinan untuk mengobati. Hal ini karena phenomenona psikis ini meminta kesepakatan antara dua sisi yang berbeda. Perjanjian tersebut terdiri dari bagaimana pasien bisa berpikir rasional dalam kasus napas fisik. Pemahaman napas emerge dapat diperoleh dari cara bagaimana pasien berpikir untuk menilai / pikirannya. Ini adalah mengapa terapi kognitif-perilaku perlu diterapkan dengan teknik seperti mengatur daftar kegiatan sehari-hari, menulis pemikiran irasional, menilai pikiran, evaluasi, dan melakukan pekerjaan rumah. Pemikiran rasional cuuses yang emege dari napas fisik. Hal ini menjadi penyebab utama untuk memindahkan seluruh bagian tubuh. Kemudian, ketika kita ingin sehat, kita harus mulai berpikir rasional gembira dengan lingkungan sekitar, teman-teman, dan terutama pada diri kita sendiri. Hubungan antara terapi kognitif-perilaku dan pemikiran rasional dipengaruhi oleh kognisi, ketika pasien mampu berpikir rasional, ia / dia akan memiliki perilaku yang sehat dan rasional. Rabi'ah (2009) mengatakan bahwa mengubah cara bagaimana subjek berpikir conitively membantu subjek untuk menjadi lebih sehat untuk berpikir.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek terapi kognitif-perilaku di mana untuk meningkatkan pemikiran rasional pasien somatoform. Peneliti mengambil sampel menggunakan metode purposive sampling. subjek penelitian adalah 5 pasien somatoform.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan eksperimen desain non pre test satu kelompok acak - desain post test. Instrumen pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi, dan skala psikis berpikir rasional. resercher menggunakan juga analisis wilcoxon ditandatangani uji jajaran. The reult penelitian ini yang telah menerapkan kognitif - kelompok terapi perilaku percobaan di acara pengibaran berpikir rasional pada seluruh mata pelajaran THW (100%). Dalam hal ini, peneliti menyimpulkan bahwa comaprison mean 81,20 di pre-test dan 104.00 di post-test, maka menengah 61 di pre-test dan 97 di post-test. Pada kelompok eksperimen untuk statistik di wilcoxon ditandatangani jajaran menguji dengan standar nyata a = 0,05 diperoleh secara signifikan asumsi 0.043 <0,05 Ha diterima. Singkatnya, hal itu menunjukkan bahwa kognitif - terapi perilaku dapat mempengaruhi peningkatan tingkat pemikiran rasional pada pasien somatoform di Saiful Anwar rumah sakit Malang.
BAB I
PENDAHULUAN
SEBUAH.
Latar Belakang Masalah
Manusia memiliki sifat yang holistik, dalam
artian manusia adalah makhluk psikologis, fisik dan rohani, ketiga aspek-aspek
ini saling berkaitan satu sama lain dan saling mempengaruhi. Sebagai makhluk
yang berfisik, memiliki kelemahan-kelemahan fisik adalah hal yang nyata bahkan
ungkapan yang umum mengatakan bahwa manusia mulai mati sejak ia dilahirkan,
tetapi banyak kelemahan fisik yang diakibatkan oleh psikologis. Sehingga
sebagai makhluk soaial mampu menyeimbangkan ketiga aspek tersebut yaitu psikologis,
fisik, dan rohani dalam diri manusia. Permasalahan fisik yang terjadi pada
manusia dapat disebabkan oleh pemikiran negatif, sehingga emosi akan
memunculkan respon negatif terhadap dirinya. Pemikiran negatif atau psikologis
pada manusia merupakan tokoh utama dalam menggerakan struktur tubuh kita,
sehingga jika menginginkan kondisi tubuh yang sehat maka langkah awal yaitu
memulai berpikir secara rasional terhadap lingkungan sekitar, teman, terutama
pada diri kita sendiri. Apa yang dipikirkan seseorang dapat mempengaruhi
kondisi fisik dan pola hidup. Misalnya trauma tentang suatu hal dapat memicu
kelenjar adrenalin sehingga tubuh akan menjadi lebih tegang. Hal ini
mengakibatkan seseorang akan membenci hal tersebut dan tidak akan mau
berhubungan lagi tentang suatu hal 1 2 yang dulu pernah menyebabkan trauma.
Kecemasan akan memicu ketidakseimbangan asam lambung yang setelah sekian lama
dapat menciptakan penyakit maag. Jadi . segala gejala fisik yang terjadi dalam
diri pasti dapat ditelusuri pada setiap ide yang menyebabkan situasi mental dan
emosional pada diri anda. (widodo,
2011:http://www.confusemind-mindset.blogspot.com ) Dengan munculnya berbagai
macam gangguan fisik (seperti: sakit kepala, asam lambung, nyeri pada bagian
tubuh tertentu, dll) yang disebabkan oleh faktor psikologis disebut dengan
gangguan somatoform. Somatoform merupakan Respon yang di hadapi pasien dalam
menerima gejala fisik ringan (misalnya nyeri, mual, dan pening) meskipun sudah
berkali-kali terbukti hasilnya negative dan tidak ditemukan secara akurat,
serta penderita somatoform selalu berfikir irasional terhadap dirinya sendiri,
dan hasil diagnosa dari dokter. Ada beberapa macam tentang somatoform yaitu
gangguan nyeri; merupakan gejala sakit atau nyeri pada satu tempat atau lebih
yang tidak dapat dijelaskan dengan pemeriksaan medis serta menimbulkan stress
emosional, body dysmorphic; adanya kecacatan tubuh yang tidak nyata (misalnya
hidung dirasakan kurang mancung), hypochondriasis; merupakan ketakutan bahwa
mereka memiliki gangguan yang parah bahkan meskipun tidak ada penyebab medis
yang ditemukan, konversi; menimbulkan penyakit yang berkaitan dengan rusaknya
system saraf, dan somatisasi; banyaknya keluhan dan banyaknya system tubuh yang
terpengaruh gangguan ini sifatnya kronis.(Fausiah, Widury, 2005:25-33). 3 Dalam
melakukan aktivitas sehari-hari, seseorang akan selalu terhindar dari
beban-beban berat yang menekannya, apalagi pada zaman modern ini. Siapapun akan
rentan untuk terkena strees. Tidak semua bentuk stres mempunyai konotasi negative,
cukup banyak yang bersifat positif, misalnya saja promosi jabatan, seperti
khalifah Abu Bakar ketika harus menggantikan posisi Rasulullah Saw. Untuk
memimpin umat islam sepeninggal beliau. Jika beban tersebut dapat diemban
dengan baik, bahkan dilakukan dengan senang hati, maka ia tidak dikatakan
stress, melainkan disebut eustres. (Sapuri, 2009 : 417) Berfikir positif
merupakan cara berpikir yang berangkat dari hal-hal baik yang mampu menyulut
semangat perubahan menuju taraf hidup yang lebih baik. Positive thinking telah
menjadi sebuah sistem berpikir yang mengarahkan dan membimbing seseorang untuk
meninggalkan hal-hal negatif yang bisa melemahkan semangat perubahan dalam
jiwanya. Setiap manusia memiliki potensi berpikir rasional. Berpikir merupakan suatu
kegiatan mental untuk memperoleh pengetahuan. Perkembangan kemampuan berpikir
seseorang untuk memahami sesuatu, lahir dari kematangan intelektual yang
diperoleh dari pengalaman. (Asmani, 2009:16) Pikiran positif seseorang
sebenarnya memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap fisik dirinya sendiri.
Ketika mendengar kabar yang begitu buruk, pikiran bisa membuat seketika tubuh
menjadi lemas bahkan pingsan. Perbuatan timbul dari pikiran. Apa pun yang kita
lakukan dan yang dikerjakan, merupakan perintah dari otak untuk mewujudkan apa
yang ada dalam pikiran. Sebelum kita melakukan sesuatu, tentu hal itu telah
melalui proses pemikiran. Kemudian, 4 diwujudkan melalui perbuatan.
Selanjutnya, sebuah perbuatan yang dilakukan berulang – ulang, akan menjadi
kebiasaan. Lalu, kebiasaan akan melahirkan karakter (sifat melekat
kuat).(El-Bantanie, 2010: 54) Gambar 1.1 Perbuatan Timbul Dari Pikiran Ada dua
hal yang membuat seseorang tidak dapat melihat kelebihan – kelebihan yang
dimiliki. Pertama, seseorang sering memfokuskan pikiran kita pada kekurangan –
kekurangan. Akibatnya, kita merasa terbebani dengan kekurangan – kekurangan
yang dimiliki. Lebih jauh lagi, dapat menyalahkan orang tua, orang – orang
disekitar, bahkan sampai menyalahkan tuhan. Sudah tentu hal ini akan menjauhkan
kita dari kesuksesan dan kebahagiaan. Kedua, membandingkan diri kita dengan
orang lain. Membanding – bandingkan diri kita dengan orang lain bukanlah
perbuatan bijak. Hal ini seringkali menimbulkan perasaan tidak percaya diri.
Kemana saja kita melangkah, selalu ada orang yang lebih cantik atau tampan,
lebih pintar, dan lebih kaya. Padahal setiap manusia pasti memiliki kelebihan
dan kekurangan masing – masing. Oleh karena itu, hindarilah memfokuskan pikiran
pada kekurangan – kekurangan dan membanding – bandingkan diri dengan orang
lain. Sebaliknya, fokuslah pikiran kita pada kelebihan – kelebihan yang
dimiliki. Dengan berfokus pada kelebihan – kelebihan yang dimiliki, kita akan
mampu berpikir positif terhadap diri sendiri, serta akan lebih percaya diri
dalam melangkah. (El-Bantanie, 2010: 85-86) PIKIRAN PERBUAT AN KEBIASAAN
KARAKTER 5 Satu kasus (Dalam pengalaman kami, banyak sekali kasus-kasus dari
macam ini. Karena alasan tehnis kami tidak mau menyebutkannya lalu kami ambil
kasus yang sama dari buku : Ress : Health of mind : p. 100. ). Gadis berumur
delapan belas tahun yang tidak disayangi di rumah dan di tempat kerjanya. Pada
suatu hari setelah pertemuan yang tidak menggembirakan dengan atasannya di
kantor, dia tergelincir waktu turun tangga, maka pergelangan kakinya keseleo
sedikit. Seharusnya ia sembuh setelah beberapa hari, akan tetapi kakinya
keseluruhan menjadi lumpuh. Dengan demikian dia berhasil tidak pergi ke
kantornya dan mendapat perhatian dari semua orang di rumah. (Dalam Buku
El-Quussy:193) Pemikiran manusia sangat menentukan perilaku dan kesuksesan kita
sekarang dan masa depan. Sebab, kesedihan dan kebahagiaan kita bermula dari
cara kita berpikir, baik dengan berpikir rasional maupun berpikir irasional.
Jika pikiran kita selalu positif dalam memandang apa pun realitas yang terjadi,
maka perjalanan hidup kita akan senantiasa diwarnai ketentraman, kenyamanan,
dan kebahagiaan lahir batin. Sebaliknya, jika pikiran kita selalu negatif
memandang realita, maka kesedihan, kecemasan, dan kekhawatiran akan nasib buruk
akan selalu menghantui kita. Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda dalam
merespons suatu masalah. Baik buruknya setiap pandangan sangat terkait dengan
frame masing-masing, positive thinking atau negative thinking. Misalnya, setiap
siswa memiliki pandangan yang berbeda ketika merespons fenomena ketidaklulusan
mereka dalam Ujian Nasional. Bagi anak yang mau berfikir positif, peristiwa
“tragis” tersebut akan mendorongnya belajar lebih giat, lebih aktif, dan lebih
intens. Sementara seseorang yang menggunakan frame negative thinking dalam
dirinya, maka ia akan terpurung dalam kekecewaan yang mendalam, frustasi, dan
putus asa.(Asmani, 2009:16-17) 6 Pasien sering menunjukkan keluhan-keluhan
gejala fisik yang menetap. Seringkali pasien yang menderita gejala fisik ringan
selalu menganggap penyakit tersebut merupakan sebagai gejala abnormal dan tidak
mengenakkan, dan perhatiannya biasanya hanya terfokus pada satu atau dua organ
atau system tubuhnya. (Departemen Kesehatan. Direktorat Jenderal Pelayanan
Medik, 1993 : 213) Terapi kognitif – perilaku merupakan salah satu teknik yang
bisa merubah cara berfikir subjek ke arah rasional, terapi kognitif – perilaku
merupakan sebuah pendekatan psikoterapi yang bertujuan untuk memecahkan masalah
mengenai disfungsional emosi, perilaku dan kognisi melalui berorientasi tujuan,
prosedur sistematis. Terapi kognitif – perilaku memfokuskan pada terapi klien
kognitif yang diharapkan dapat memperbaiki perilaku pasien somatoform yang
selalu merasakan keluhan – keluhan pada dirinya, sehingga dengan melakukan
terapi kognitif – perilaku mampu berpikir rasional terhadap penyakit yang
dideritanya sehingga akan menanpakan perilaku yang baik.. Terapi ini lebih
menanamkan dan menguatkan nilai-nilai pikiran dan wujud pikir yang positif
dalam menghadapi suatu masalah. Terapi kognitif – perilaku tidak memfokuskan
pada kasus yang menyebabkan klien distress atau bergejala dimasa lampau, tetapi
lebih mencari jalan untuk menarik keadaan pikiran klien yang menetap sekarang.
(Rabi’al, 2009: 35) Terapi kognitif – perilaku memiliki banyak teknik dan
proses, sehingga terapi kognitif – perilaku yang digunakan berupa konseling,
terdiri dari bermacam-macam teknik yaitu konseling dan merelaksasikan subjek
jika dalam 7 keadaan tegang, mencatat pemikiran irasional, menilai pemikiran
tersebut serta subjek berusaha mencari jalan keluarnya, evaluasi, tugas
dirumah, dan mencatat aktifitas sehari-hari (Lumongga, 2009: 143-146). Fakta
sejarah menunjukkan bahwa ilmuwan muslim, pada abad ke-9, telah mengenal dan
mengobati sidroma penyakit yang sekarang dikenal sebagai psikosomatik. Sebagai
berikut: Penelitian Al-Razi (841-926) (Dalam Buku Hasan, 2008:73), “Sering
memberikan kejutan psikologis untuk mengobati penyakit fisik. Ketika mengobati
penyakit arthritis yang menyebabkan kelumpuhan Khalifah Mansur Ibnu Nuh
Al-Samani, Al-Razi mengancam melakukan pembunuhan ketika Khalifah sedang mandi
air panas atas anjurannya. Provokasi ini memancing energy kalori alamiah yang
tinggi yang memberikan kekuatan untuk lebih melunakkan kelenjar persendian, dan
hasilnya khalifah tersebut sembuh dan dapat bangkit dengan lutunya.” Kemudian
Al-Razi juga mengobati pembantu perempuan yang menderita kram parah pada
persendiannya yang membuatnya tidak dapat bangkit berdiri, setelah ia
merusakkan meja ketika sedang menyajikan makanan. Al-Razi menyembuhkannya
dengan mengangkat roknya yang membuatnya malu sehingga menghasilkan panas yang
naik yang kemudian melunakkan kelenjar persendiannya. Penelitian Ibnu Sina
(980-1037 M) (Dalam Buku Hasan, 2008:73) juga pernah mengobati penyakit parah
dari seorang pemuda kerabat Sultan Qabus ibnu Washmakir dengan menggunakan
asosiasi kata. Ibnu Sina memerhatikan denyut nadi pasiennya itu pada saat ia
menyebutkan nama provinsi, distrik, kota, jalan, dan nama orang. Dengan
memerhatikan bagaimana dan kapan denyut nadi menjadi bergerak lebih cepat, Ibnu
Sina dapat mengambil kesimpulan bahwa pasien mencintai seorang perempuan. Orang
itu kemudian menikahi perempuan itu dan kemudian pulih dari penyakitnya.
Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa ilmuwan kesehatan, baik muslim nonmuslim,
telah menyadari bahwa factor-faktor psikologis memiliki peran terhadap kondisi
fisik, psikis serta rohani dan proses terjadinya kemunculan penyakit. Jika
dilihat kontimun yang merefleksikan factor psikologis dalam 8 penyakit,
gangguan yang terjadi sangat bervariasi. Terdapat gangguan yang murni bersifat
psikologis.(Hasan, 2008 : 73) Penelitian dari Wulandari (2004 : 12), meneliti
tentang efektivitas modifikasi kognitif-perilaku untuk mengurangi kecemasan
komunikasi antar pribadi. Teknik modifikasi kognitif-perilaku berupa relaksasi
dan teknik pemantauan diri. Yang pada akhirnya dapat diambil kesimpulan bahwa
teknik modifikasi kognitif-perilaku ternyata dapat digunakan dan hasilnya
efektif untuk menurunkan kecemasan komunikasi antar individu, efektivitas
modifikasi kognitif-perilaku untuk mengurangi kecemasan komunikasi antar
pribadi dapat bertahan selama beberapa waktu lamanya, jadi tidak merupakan
perubahan sesaat saja. Hal ini dimungkinkan karena proses modifikasi sendiri
mampu direkam oleh sisi kognitif individu yang dapat digunakan sewaktu-waktu
dan motivasi adalah faktor yang sangat penting dalam perubahan perilaku
individu. Peneliti dari Dyah Tjittawati, meneliti tentang therapy cognitive –
behavior, relaksasi dan meditasi (studi kasus dalam menangani kompleks
inferior). Dari hasil penanganan kasus kompleks inferior yang dialami klien
dewasa (usia 28 tahun) dapat diambil kesimpulan bahwa perkembangan emosi sejak
kecil yang tidak merasakan kasih sayang dan kehangatan, juga tanpa pembelaan
dari orang tua, menyebabkan anak tidak bisa mengontrol emosinya dengan sehat.
Karena dukungan tersebut tidak didapatkan klien maka terjadi rasa putus asa,
rasa rendah diri, tidak mampu untuk bekerja, minder, merasa tidak berguna.
Terapis menggunakan cognitive -behavior terapi, digabungkan dengan relaksasi
dan meditasi, dengan pertimbangan untuk merubah persepsi klien yang negatif.
Terapi meditasi mampu membuat klien lebih tenang. Klien diajak untuk pejamkan
mata dan mengimajinasikan suasana yang membuat klien nyaman karena imajinasi
klien diarahkan ke hal positif seperti tenang, damai, indah, hal tersebut
ternyata mampu mempengaruhi kondisi emosi menjadi rileks. Dengan iringan musik
dan intruksi terapis akan mampu mengantar imajinasi ke arah yang lebih positif.
Selain itu adanya kasus sederhana menurut Sri Palupi,(2006), tentang “Islam dan
Menopause: Urgensitas Bimbingan dan Konseling Islam Bagi Persoalan Psikologis
Wanita Menopause”. perubahan fisik menopause juga menimbulkan perubahan secara
psikologis. Dalam masa ini wanita menopause sering mengalami depresi
(menopausal depression) yang ditandai dengan the emptyness syndrom. Sindrom ini
muncul dalam bentuk perilaku yang seringkali berada di luar kontrol dan susah
dimengerti oleh lawan interaksinya. Secara psikis sindrom ini terjadi karena
wanita kehilangan peran reproduksinya, disamping dipengaruhi oleh terjadinya
berbagai perubahan yang menimbulkan keluhan-keluhan fisik dan psikologis, seperti
terjadi sakit pada punggung dan kepala, badan 9 panas, keringat malam, pikiran
kacau, vagina mengering dan menciut dan kulit mulai mengeriput. Dengan
demikian, bimbingan dan konseling Islam ini sekaligus merupakan bimbingan dan
konseling agama. Bimbingan dan konseling agama dapat dirumuskan sebagai usaha
untuk memberikan bantuan pada seseorang yang mengalami kesulitan lahir dan
batin dalam menjalankan tugas-tugas hidupnya dengan menggunakan pendekatan
agama, yakni dengan membangkitkan kekuatan getaran batin (iman) di dalam
dirinya untuk mendorongnya mengatasi masalah yang dihadapinya. Oleh karena itu
penanganan persoalan psikologis menopause menjadi sangat efektif melalui
pendekatan ini. Secara umum, pendekatan cognitive-behavioral terbukti efektif
dalam mengurangi hypochondriasis (e.g. Bach, 2000; Feranandez, Rodriguez &
Fernandez, 2001), penelitian ini menunjukkan bahwa penderita hypochondriasis
memperlihatkan biasa kognitif dalam melihat ancaman ketika berkaitan dengan isu
kesehatan (Smeets et al., dalam Davidson, Neale, Kring, 2004). (Dalam buku
Ardani, 2010 : 99). Menurut pengamatan peneliti pada saat observasi di Rumah
Sakit Saiful Anwar Malang yang dilakukan pada tanggal 23 November 2011,
peneliti juga mendapatkan informasi dari psikolog di poli jiwa, bahwa terdapat
banyak sekali pasien Somatoform yang diakibatkan oleh psikis atau jiwa. Mereka
sering kali memeriksakan dirinya di dokter umum, tetapi tidak mengalami
perubahan sehingga pihak dokter merujuk pasien tersebut ke psikolog untuk di
periksa secara psikisnya, dan hasilnya sebagian besar pasien tersebut mengalami
depresi dan tekanan serta cemas terhadap dirinya maupun lingkungannya, oleh
karena itu dari fisiknya seolah-olah terkena sakit kapala atau lambung, dll.
Dari sinilah peneliti mempunyai ketertarikan terhadap permasalahan diatas maka
dengan segala kerendahan hati, peneliti akan mengkaji lebih dalam tentang
“efektivitas terapi perilaku kognitif (congnitive behavioral therapy) untuk
meningkatkan 10 kemampuan berfikir rasional pasien somatoform di poli jiwa
Rumah Sakit Saiful Anwar Malang”. A. Rumusan Masalah Dalam eksperimen ini,
rumusan masalah yang diangkat adalah: 1. Bagaimana tingkat berfikir rasional
pada pasien somatoform di Poli Jiwa Rumah Sakit Saiful Anwar Malang sebelum
diberikan terapi kognitif – perilaku ? 2. Bagaimana tingkat berfikir rasional
pada pasien somatoform di Poli Jiwa Rumah Sakit Saiful Anwar Malang sesudah
diberikan terapi kognitif – perilaku ? 3. Bagaimana efektivitas
kognitif-perilaku(cognitive behaviour therapy) dalam meningkatkan pikiran
rasional pada pasien Somatoform ? B. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan
masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam eksperimen ini yaitu: 1.
Untuk mengetahui bagaimana tingkat berfikir rasional pada pasien somatoform di
Poli Jiwa Rumah Sakit Saiful Anwar Malang sebelum diberikan terapi kognitif –
perilaku 2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat berfikir rasional pada pasien
somatoform di Poli Jiwa Rumah Sakit Saiful Anwar Malang sesudah diberikan
terapi kognitif – perilaku 11 3. Untuk mengetahui bagaimana efektivitas terapi
kognitif-perilaku (cognitive behaviour therapy) untuk meningkatkan pikiran
rasional pasien somatoform C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara
teoritis penelitian ini dapat menyumbangkan keilmuwan bagi keilmuwan yang
terkait, sekaligus sebagai bahan telaah bagi penelitian selanjutnya, serta
memberikan informasi sebagai ilmu psikologi klinis khususnya pengetahuan
menyangkut pada pasien Somatoform. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis
penelitian ini adalah pengetahuan tersebut dapat digunakan sebagai tolak ukur
terapis, orang tua, masyarakat dan bangsa dalam terapi kognitif-perilaku pada
pasien Somatoform.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Efektivitas terapi kognitif-perilaku (cognitive-behavior therapy) untuk meningkatkan berpikir rasional pasien somatoform di Poli Jiwa Rumah Sakit Saiful Anwar Malang" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment