Abstract
INDONESIA:
Salah satu tugas perkembangan harus dipenuhi pada masa remaja adalah penyesuaian social. Seorang remaja akan mampu bersosialisasi dengan baik jika membiasakan diri dengan sikap yang asertif. Asertif adalah kemampuan individu untuk mengekspresikan apa yang ada didalam pikirannya dalam. berkomunikasi dengan tepat dan tegas atau ungkapan verbal tanpa menyakiti perasaan orang lain. Penyesuian sosial adalah interaksi yang continue antara diri sendiri, orang lain dan dunia luar.
Penelitian ini dilakukan di MTs Al Istam Serang. Tujuan dalam penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui tingkat perilaku asertif siswa MTs Al Istam, (2) untuk mengetahui tingkat penyesuaian sosial siswa MTs Al Istam, dan (3) Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara perilaku asertif dengan penyesuaian sosial pada siswa MTs Al Istam.
Penelitian ini menggunakan metode kuatitatif.Variable bebas yaitu perilaku asertif dan variable terikat yaitu penyesuaian sosial. Subjek penelitian 80 responden yang dipilih menggunakan teknik cluster sampling. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode angket berupa skala likert untuk perilaku asertif dan sematik deferensial untuk penyesuaian sosial.Analisa data penelitian ini menggunakan teknik korelasi product moment Karl Pearson, dengan bantuan SPSS versi 16.0 for Windows.
Penelitian ini menggunakan metode kuatitatif.Variable bebas yaitu perilaku asertif dan variable terikat yaitu penyesuaian sosial. Subjek penelitian 80 responden yang dipilih menggunakan teknik cluster sampling. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode angket berupa skala likert untuk perilaku asertif dan sematik deferensial untuk penyesuaian sosial.Analisa data penelitian ini menggunakan teknik korelasi product moment Karl Pearson, dengan bantuan SPSS versi 16.0 for Windows.
Berdasarkan analisa data diperoleh hasil sebagai berikut: (1) hasil analisa perilaku asertif berada pada kategori tinggi dengan jumlah prosentase 55% sebanyak 44 siswa, (2) hasil analisa penyesuaian sosial berada dalam kategori sedang dengan jumlah prosentase 49% sebanyak 39 siwa, (3) hasil korelasi menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara perilaku asertif dengan penyesuaian sosial dengan nilai korelasi r hitung r table (0,904 0,541) dan (p = 0,000 0,001), dimana semakin tinggi perilaku asertif maka semakin tinggi pula penyesuaian sosial. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan bagi subjek yang diteliti, lembaga, guru dan peneliti selanjutnya.
ENGLISH:
One of development tasks that must be worked on during teenage period is social adaptation. A teenager may have a good socialization through assertive attitude. Assertive means the ability of individual to express what they have thought, and to communicate with others appropriately and firmly with verbal expression without harming the feeling of others. Research is conducted at MTs Al Islam Serang. The objectives of research are (1) to understand assertive behavior rate of the students at MTs Al Islam Serang, (2) to find out social adaptation rate of the students at MTs Al Islam Serang, and (3) to figure out the relationship between assertive behavior and social adaptation of the students at MTs Al Islam Serang.
Research method is quantitative. The independent variable is assertive behavior while the dependent variable is social adaptation. The subject of research includes 80 respondents selected with cluster sampling technique. Data collection method is questionnaire, which involves Likert Scale for assertive behavior and deferential semantic for social adaptation. Data analysis technique is Karl Pearson’s correlation product moment supported with SPSS version 16.0 for Windows.
Result of data analysis shows that: (1) result of assertive behavior analysis is in high category by 55 % for 44 students; (2) result of social adaptation analysis is in moderate category by 49 % for 39 students; and (3) result of correlation shows a significant relationship between assertive behavior and social adaptation. The correlation rate is rcount< rtable (0.904 > 0.541) with p = 0.000 < 0.001, meaning that the higher assertive behavior, the higher also social adaptation. Considering these results, it is then reasonable to expect these results to give meaningful input and benefit for the observed
subject, the organization, the teacher and the next researcher.
subject, the organization, the teacher and the next researcher.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja
semakin besar dan meningkat.Banyak ahli maupun praktisi yang memberikan
perhatian besar terhadap kehidupan remaja baik yang bersifat positif maupun
yang bersifat negatif. Hal ini dapat dimengerti, karena pada masa ini para
remaja mengalami hal-hal yang berbeda dengan masa sebelumnya, yang mana dulunya
kurang mandiri, tergantung pada orang lain dan kurang memperhatikan dirinya.
Kemudian timbul dalam dirinya keinginan untuk lebih mandiri, keinginan untuk
lepas dari orang lain, dan sangat memperhatikan dirinya yang mana terwujud
dalam keinginan untuk di akui sebagai orang dewasa dan menunjukkan inilah saya
dan juga memperhatikan masalah fisik serta tingkah lakunya sehari-hari1 .
Perkembangan manusia dibagi menjadi beberapa fase, dari fase pranatal sampai
fase lanjut usia. Di antara rentang fase-fase tersebut salah satunya adalah
fase masa remaja.Fase perkembangan masa remaja merupakan fase yang menjadi
pusat perhatian.Hal ini disebabkan masa remaja merupakan masa transisi dari
masa kanak-kanak ke masa dewasa, dimana seorang anak manusia mengalami
perubahan-perubahan yang sangat pesat baik secara fisik maupun psikis. Menurut
Hurlock membagi remaja dalam dua pengelompokan yaitu remaja awal (12/13 th –
17/18 th), remaja akhir (17/18 th – 21/22 th). WHO menyatakan walaupun definisi
remaja utamanya didasarkan pada usia 1Kendree. 2001.
http://faculty.mckendree.edu/scholars/2001/wilde.htm 2 kesuburan (fertilitas)
wanita, namun batasan itu juga berlaku pada remaja pria, dan WHO membagi kurun
usia dalam dua bagian yaitu remaja awal 10 – 14 tahun dan remaja akhir 15 – 20
tahun2 . Masa remaja selalu manjadi awal bagi seseorang untuk menentukan
kehidupan dimasa depan, karena pada masa remaja akan terjadi pembentukan
identitas dan pencarian jati diri dalam pencapaian tujuan untuk menjadi seorang
manusia dewasa, dimana remaja selalu berhadapan dengan berbagai kemelut yang
akan memberikan pengaruh dalam memantapkan pengalamannya. Munculnya berbagai
permasalan dalam hidup remaja karena ada dua hal yang selalu beriringan dan
dijalankan oleh remaja yaitu tuntutan untuk menyelesaikan tugas dalam mencari
pengalaman-pengalaman, sedangkan disisi lain remaja masih membutuhkan banyak
hal sebagaimana dikemukan oleh Garrison mencatat 7 kebutuhan khas remaja
sebagai berikut : 1. Kebutuhan akan kasih sayang, 2. Kebutuhan akan keikut
sertaan dan diterima dalam kelompok, 3. Kebutuhan untuk berdiri sendiri membuat
berbagai pilihan dan membuat keputusan, 4. Kebutuhan untuk berprestasi, 5.
Kebutuhan akan pengakuan orang lain, 6. Kebutuhan untuk dihargai dan 7.
Kebutuhan untuk memperoleh falsafah hidup3 . Dalam melakukan interaksinya
dengan lingkungan, ketegasan sikap dalam bentindak akan membawa dampak positif
terhadap perkembangan potensi diri yang telah mereka miliki, dalam melakukan
berbagai aktivitas remaja dituntut untuk mampu mengekspresikan dirinya secara
penuh, mampu berbicara secara 2Yusuf, Syamsu. 2011. Psikologi Perkembangan Anak
dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. hal. 21 3Mappiare, Andi. 1982.
Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha nasional.hal. 152 3 apa adanya sesuai dengan
apa yang ada didalamnya, mampu bergaul dengan orang lain yang ada disekitarnya,
mampu mengembangkan potensi yang ada didalam dirinya, dan mampu mengemukakan
pendapatnya serta mempertahankan pendapatnya tersebut. Hubungan sosial antara
sesama berkembang karena adanya dorongan rasa ingin tahu terhadap segala
sesuatu yang ada di dunia sekitar. Dalam perkembangannya setiap individu ingin
mengetahui bagaimanakah cara melakukan hubungan secara baik dan aman dengan
dunia sekitarnya, baik yang bersifat fisik maupun sosial. Hubungan sosial
berawal dari lingkungan rumah sendiri, kemudian berkembang di lingkungan
sekolah dan dilanjutkan pada lingkungan yang lebih luas lagi, yaitu tempat
berkumpulnya teman sebaya4 . Perkembangan kehidupan sosial remaja ditandai
dengan gejala meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam kehidupan
mereka.Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk berhubungan atau bergaul dengan
temanteman sebaya mereka. Dalam suatu investigasi Santrock mengatakan bahwa
anak-anak berhubungan dengan teman sebaya 10% dari waktunya setiap harinya pada
usia 2 tahun, 20% pada usia 4 tahun, dan lebih dari 40% pada usia antara 7-11
tahun5 . Hubungan dengan teman sebaya mempunyai arti yang sangat penting bagi
remaja, melalui hubungan ini remaja akan semakin luas pergaulan sosialnya dan
mengalami penyesuaian yang lebih baru dari pada sebelumnya. Namun 4Ali, Moh dan
Moh, Asrori. 2006. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi
Aksara. hal 85 5Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosda Karya.
hal. 219 4 tidak dapat dipungkiri bahwa semakin luas pergaulan remaja, mereka
juga akan menghadapi masalah atau konflik baik itu konflik kecil ataupun besar
yang berhubungan dengan kehidupan sosial. Konflik-konflik yang terjadi
seringkali disebabkan karena remaja melanggar nilai-nilai yang ada pada
kelompok, yang mana dalam pergaulan remaja dan teman sebayanya tentunya
memiliki nilai-nilai kelompok yang harus dijakankan oleh para remaja.
Nilai-nilai pada remaja yang diterima secara kelompok akan menjadikan para
remaja mengevaluasi nilai-nilai yang dimilikinya dan yang dimiliki oleh teman sebayanya,
serta memutuskan mana yang benar dan salah. Proses mengefaluasi ini dapat
membantu remaja mengembangkan kemampuan penalaran moral mereka. Akan tetapi
orang dewasa tetap mengajarkan kepada anak-anak mereka tentang apa yang benar
dan apa yang salah, dan dalam sekelompok teman sebaya, remaja mencoba mengambil
keputusan atas diri mereka sendiri6 . Ketika remaja salah dalam mengambil
keputusan maka akan menjadikan sumber masalah dalam hubungan sosial, yang pada
akhirnya mereka tidak patuh terhadap nilai-nilai kelompok. Kemampuan
berkomunikasi dan penyesuaian diri yang baik sangat diperlukan oleh remaja.Hal
ini sesuai dengan salah satu tugas perkembangan masa remaja yang berhubungan
dengan penyesuaian sosial. Remaja harus mampu bersikap tegas dalam menyatakan
pendapat atau pikirannya terhadap 6 Ibid. hal. 220 5 orang lain tanpa
kehilangan rasa percaya diri7 . Individu dapat menjadi orang yang normal
apabila individu tersebut membiasakan diri dengan situasi yang penuh degan
ketegasan atau asertif. Asertif merupakan kemampuan untuk mengkomunikasikan apa
yang diinginkan dan dipikirkan kepada orang lain namun dengan tetap menjaga dan
menghargai perasaan pihak lain8 . Kenyataannya masih banyak remaja yang
kesulitan dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Ketika
berinteraksi dengan orang lain, remaja merasa tidak diterima dilingkungannya,
dikucilkan karena pola pikirnya berbeda dengan orang lain atau merasa tidak
bisa mengungkapkan apa yang ada didalam pikirannya sehingga individu tersebut
merasa terasingkan. Lemah dalam berkomunikasi dan gagal dalam mengungkapkan
pendapat atau apa yang ada didalam pikiran seseorang akan membuat individu
tersebut merasa tertekan dan menimbulkan masalah dalam berhubungan sosial
dengan orang lain. Menurut Irwan tidak sedikit remaja yang menghadapi
permasalahan cepat menyerah dan mengambil jalan pintas dan mengambil jalan
pintas dalam menghadapi berbagai kejadian, peristiwa ataupun permasalahan yang
akan memunculkan reaksi-reaksi fisik maupun psikologis atau gabungan keduanya.
Setiap individu akan memberikan reaksi berbeda dalam menghadapi suatu kejadian
atau peristiwa. Ada yang menerima dengan pasif namun ada pula yang aktif
berjuang menghadapinya 9 . 7 Fensterheim, H. & J.Baer. 1995. Jangan Bilang
Ya Bila Anda akan Mengatakan Tidak. Jakarta: Gunung Jati.hal. 20
8Anrahmanto.(2008). Komunikasi Asertif untuk
Pebisnis.Http://Anrahmanto.Wordpress.Com/.Diakses:01 Maret 2009. 9 Fauziah,
Fauziah. 2009. Perbedaan Tingkat Asertif Siswa Akselerasi dengan Siswa Kelas
Reguler di SMKN 3 Malang. Malang: Skripsi UIN Malang. hal. 22 6 Banyak
persoalan yang dihadapi oleh remaja, menuntut adanya perilaku asertif yang
sangat diperlukan untuk mengarahkan individu agar tetap konsisten dan tidak
mudah terpengaruh dengan lingkungan yang kurang baik.Seseorang yang asertif
selalu dalam kondisi atau keadaan yang positif, percaya diri, merasa pasti,
tegas dan kuat.Remaja yang asertif lebih mampu mengatakan “tidak” untuk hal-hal
yang bersifat negatif dan tidak diinginkan.Mereka lebih dapat mengekspresikan
emosinya secara benar tanpa harus menjadi agresif atau pesimis. Penyesuaian
pribadi dan sosial remaja ditekankan pada lingkup kelompok teman sebaya karena
kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama dimana remaja belajar
untuk hidup bersama orang lain yang bukan anggota keluarganya. Lingkungan teman
sebaya merupakan suatu kelompok baru dan memiliki ciri, norma, kebiasaan yang
jauh berbeda dengan apa yang ada dalam lingkungan pertama dan baru dalam
menyesuaiakan diri serta dapat dijadikan dasar dalam hubungan sosial yang lebih
luas, dengan menciptakan dan mengembangkan kemampuan komunikasi secara terbuka
mengekspresikan perasaannya terhadap orang lain. Kemampuan berkomunikasi dan
penyesuaian diri yang baik dan efektif terutama sangat diperlukan oleh para
remaja.Hal ini sesuai dengan salah satu tugas perkembangan masa remaja yang
tersulit yaitu yang berhubungan dengan penyesuaian sosial10 . 10Hurlock,
Elizabeth B. 1980. Psikologis Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga. hal. 213 7 Menciptakan dan mengembangkan
kemampuan komunikasi penyesuaian diri yang efektif bukanlah hal yang mudah.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan melatih dan mengembangkan
kemampuan berperilaku asertif. Fensterheim dan Bear mengatakan remaja yang
asertif adalah remaja yang mengemukakan pendapat dengan ekspresi yang
sebenarnya tanpa rasa takut serta dapat berkomunikasi dengan orang lain secara
lancar. Sebaliknya remaja yang kurang asertif adalah remaja yang mempunyai
ciri-ciri terlalu mudah mengalah, mudah tersinggung, cemas, dan kurang yakin
pada diri sendiri. Sukar mengadakan komunikasi dengan orang lain dan tidak
merasa bebas untuk mengemukakan masalah dan hak-hak yang diinginkan11 . Sekolah
merupakan bagian dari pendidikan yang berperan sangat besar dalam mempersiapkan
generasi muda yang tangguh yang mampu membangun diri serta bangsa dan
negaranya.Selain memperoleh bermacam-macam ilmu pengetahuan disekolah, siswa
juga memperoleh pengalaman, kebiasaan dan keterampilan sehingga di sekolah
mereka dapat mengembangkan seluruh kecakapan dan kepribadiannya. Sekolah
merupakan lembaga sosial atau masyarakat bagi siswa, tempat mereka menghabiskan
sebagian waktunya berinteraksi dan bersosialisasi dengan individu lain dalam umur
yang relatif sama. Pada umumnya banyak remaja non-asertif yang dihinggapi rasa
takut sehingga mereka tidak mau menyatakan perasaan, kebutuhan dan pendapatnya
11Fensterheim, H. & J.Baer. 1995. Jangan Bilang Ya Bila Anda akan
Mengatakan Tidak. Jakarta: Gunung Jati. hal. 24 8 yang paling biasa sekalipun
sehingga remaja selalu merasa bersalah atas segala tindakan atau keputusan yang
diambilnya itu. Banyak remaja yang menyatakan ide atau kebutuhannya dengan cara
begitu tidak menonjolkan diri, sehingga orang lain tidak menghargai atau bahkan
meremehkan mereka. Oleh karena itulah remaja cenderung enggan bersikap asertif,
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan yaitu adanya rasa takut apabila
nantinya dijauhi oleh teman-temannya atau kelompoknya.Melalui perilaku asertif
diharapkan para remaja dapat mengadakan hubungan sosial dengan teman sebaya
atau lawan jenis. Hal ini dilakukan agar remaja diterima dalam kelompok teman
sebaya sehingga remaja memperoleh rasa berharga dan dibutuhkan oleh orang lain.
Berdasarkan fenomena di kehidupan sehari-hari dapat dilihat dibeberapa media,
baik dari sumber media masa ataupun jurnal-jurnal penelitian, bahwasanya
kenyataan memperlihatkan bahwa tidak semua remaja berhasil atau mampu melakukan
perilaku asertif dalam lingkungan sosialnya. Pengelompokan gank motor yang
berujung pada kekerasan, perkelahian antar pelajar dan pergaulan bebas
merupakan bentuk perilaku maladjustment remaja yang menunjukan ketidak mampuan
melakukan penyesuaian sosial dengan baik terhadap dirinya sendiri maupun dengan
lingkungan sekitarnya. Usaha penyesuaian sosial yang dilakukan remaja tidak
selalu berjalan dengan baik, remaja yang cenderung mempunyai penyesuaian sosial
yang buruk biasanya memiliki karakter yang lebih tertutup, kurang mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan.Namun tidak menutup kemungkinan 9 seorang
remaja yang mempunyai perilaku asertif juga dapat diterima oleh lingkungan
teman sebaya maupun lingkungan sosial masyarakat. Seperti yang di ungkapkan
Hurlock banwasannya kondisi yang menyebabkan remaja ditolak salah satunya
adalah perilaku yang menonjolkan diri, merasa dirinya yang terbaik sehingga
tidak mau bekerja sama dan sering suka memerintah12 . Remaja yang seperti ini
akan di tolak oleh lingkungannya. Berdasarkan hasil observasi dengan beberapa
siswa-siswi di MTs Al Istam Serang dapat dilihat bahwasannya problem proses
penyesuaian sosial pun terjadi. Seperti yang terjadi pada beberapa siswa
disana, kegagalan dalam menjalin hubungan dengan teman-teman sebaya maupun
dengan orang dewasa seperti guru, hal ini kemudian menyebabkan siswa sukar
berperilaku asertif baik pada dirinya maupun orang lain dalam proses
penyesuaian sosial. Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan perilaku
asertif dan penyesuaian sosial pada remaja. Karena yang diteliti ini adalah
remaja awal yang merupakan individu yang berusia di antara 12 - 17 tahun, maka
penelitian ini akan dilakukan di MTs Al Istam Serang. Dengan ini peneliti
mengangkat judul “Hubungan Perilaku Asertif Dengan Penyesuaian Sosial Pada
Siswa MTs Al Istam Serang”. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang permasalahan
di atas, maka dapat diambil suatu rumusan pokok masalah diantaranya adalah
sebagai berikut: 12Hurlock. Op, Cit,.hal. 217 10 1. Bagaimana tingkat perilaku
asertif siswa MTs Al Istam. 2. Bagaimana tingkat penyesuaian sosial remaja
siswa MTs Al Istam. 3. Bagaimana hubungan antara perilaku asertif dengan
penyesuaian sosial pada siswa MTs Al Istam. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin penulis ketahui dari penelitian
ini, yaitu: 1. Untuk mengetahui tingkat perilaku asertif siswa MTs Al Istam. 2.
Untuk mengetahui tingkat penyesuaian sosial siswa MTs Al Istam. 3. Untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara perilaku asertif dengan penyesuaian
sosial pada siswa MTs Al Istam. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan turut memberikan kontribusi pemikiran bagi
perkembangan ilmu psikologi sosial, sekaligus menyediakan ruang gerak yang
lebih luas bagi pengujian teori-teori baru dalam kaitannya dengan usaha untuk
mengkaji lebih dalam tentang kehidupan dunia remaja khususnya siswa MTs Al
Istam. 2. ManfaatPraktis a. Bagi Siswa Bagi siswa, diharapkan hasil dari penelitian
ini dapat menjadi masukan agar mengetahui pentingnya perkembangan masa remaja
11 dalam suatu kehidupan dan dapat bersikap sertif dalam kehidupan sosial. b.
Bagi Instansi Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pihak sekolah dalam
rangka mengetahui apakah betul-betul terdapat hubungan antara perilaku asertif
dalam membentuk sikap sosial para siswa terhadap lingkungan mereka. Melalui
penelitian ini, pihak sekolah diharap dapat menerapkan berbagai modifikasi
dalam membentuk perkemabangan psikologis siswa dengan berbagai teori dan metode
pembelajaran yang dipadukan dengan peraturan-peraturan baru dalam menamkan
disiplin dengan lebih mengelaborasi aspek psikologis sebagai salah satu upaya
membina dan meningkatkan kemampuan akademik siswa. c. Bagi Kalangan Orang Tua
dan Pendidik Bagi orang tua dan pendidik, diharapkan hasil dari penelitian ini
dapat menjadi masukan positif sebagai upaya untuk bisa memahami perilaku dan
permasalahan para remaja yang semakin kompleks sejalan dengan perkembangan
kemajuan teknologi dalam kehidupan gelobalisasi yang memberikan pembaharuan
yang cepat dalam kehidupan manusia. Bagi orang tua dan pendidik, diharapkan
dapat memberikan berbagai informasi dalam meningkatkan pengalaman untuk
membentuk mental siswa.A
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" : Hubungan perilaku asertif dengan penyesuaian sosial pada siswa MTs Al Istam Serang" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment