Abstract
INDONESIA:
Regulasi diri dalam belajar merupakan salah satu faktor yang dapat berperan terhadap proses dan prestasi belajar individu. Namun, kemampuan regulasi ini tidak dapat berjalan sendiri tanpa adanya lingkungan yang kondusif untuk membantu perkembangan kemampuan regulasi diri dalam belajar. oleh karena itu dukungan sosial dari orang tua juga dibutuhkan untuk dapat mengembangkan prestasi belajar siswa.
Dalam penelitian ini bertujuan untuk : Mengetahui pengaruh strategi regulasi diri dalam belajar terhadap prestasi belajar; Mengetahui pengaruh dukungan sosial orang tua terhadap prestasi belajar; Mengetahui perbedaan tingkat pengaruh strategi regulasi diri dalam belajar dan dukungan sosial orang tua terhadap prestasi belajar.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan teknik analisis regresi linear berganda. Populasi penelitian ini sebanyak 106 dengan sampel 65 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan metode skala psikologi dan dokumentasi untuk nilai raport. Data penelitian ini dianalisis dengan bantuan program komputer SPSS 17.00.
Hasil penelitian tingkat strategi regulasi diri dalam belajar pada kategori tinggi sebesar 88%, dukungan sosial orang tua 89%, dan untuk kategori prestasi belajar yang sesuai dengan kebijakan sekolah pada kategori baik sebesar 74%. Strategi regulasi diri dalam belajar tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar berdasarkan tingkat signifikansi pada taraf 0,082 > 0,05 dengan prosentase 4,7%. Pengaruh dukungan sosial orang tua terhadap prestasi belajar tidak signifikan berdasarkan tingkat signifikansi berada pada taraf 0,669 > 0,05 dengan prosentase 0,3%. Sedangkan untuk perbedaan tingkat pengaruh strategi regulasi diri dalam belajar dan dukungan sosial orang tua terhadap prestasi belajar yang lebih mempengaruhi adalah variabel strategi regulasi diri dalam belajar ditunjukan dengan nilai beta sebesar 0,87, untuk pengaruh keduanya dengan prosentase 7% dan yang 93% dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel penelitian ini. Hal tersebut bisa terjadi karena dalam penelitian ini tidak dilakukan kontrol terhadap variabel-variabel lain yang dapat lebih mempengaruhi prestasi belajar.
ENGLISH:
Self regulation learning is one of the factors that may play a role against the individual learning processes and achievements. However, the ability of this regulation can’t walk alone in the absence of a conducive environment to help the development of self-regulation learning. Therefore social support of parent’s also needed to be able to develop the learning achievements of students.
In this research aims to: knowing the influence of strategy self regulation learning to learning achievement; Knowing the influence of social support of parent’s to learning achievement; Knowing the difference degree of influence of strategy self regulation learning and social support of parent’s tolearning achievements.
This research is quantitative research with multiple linear regression analysis technique. The population of this research as much as 106 with 65 samples respondent. Engineering data collection method using a scale of psychology and documentation for the value of report cards. This research data were analyzed with the help of a computer program SPSS 17.
Results of this research level of strategy self regulation learning in higher categories amounted to 88%, social support of parent’s 89%, and for the category of learning achievements in accordance with the policy of the school on either category of 74%. Strategies self regulation learning doesn’t have significant influence towards achievement of learning based on the level of significance on 0,082 > 0,05 with percentage of 4.7%. The influence of social support of parent’s to learning achievements isn’t significant based on the level of significance is at level 0,669 > 0,05 with percentage of 0.3%. As for the difference in the level of influence of the strategies self regulation learning and social support of parents’ to learning achievements affect is variable strategy self regulation learning shown by beta 0,87. To influence both with percentage of 7% and 93% are influenced by factors other than the variables this research. This can happen because in this research was not done control of other variables that may affect the achievement of learning more.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Masa remaja menurut Santrock (2012, hal. 402)
adalah suatu periode transisi dalam rentang kehidupan manusia, yang
menjembatani masa kanakkanak dengan masa dewasa. Seperti halnya perkembangan
yang berlangsung di masa kanak-kanak, perkembangan individu di masa remaja di
warnai oleh interaksi antara faktor-faktor genetik, biologis, ligkungan dan
sosial. Dalam istilah latin remaja disebut dengan adolesence yang memiliki arti
yang luas mencakup dengan kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.
Pandangan ini didukung oleh Piaget ( dalam Hurlock, 1991) yang mengatakan
bahwasannya secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi
terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa
bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa
sama, atau paling tidak sejajar (Ali dan Asrori, 2008, hal. 9). Berdasarkan
beberapa penajabaran tentang pengertian remaja diatas, maka dapat disimpulkan
bahwasannya remaja merupakan suatu periode dalam rentang kehidupan dimana
remaja memiliki sifat dan karakteristik tertentu dan cenderung lebih merasa
bahwa dirinya sudah bukan anak kecil lagi yang harus diatur – atur oleh orang
yang lebih dewasa. 2 Di negara Indonesia, khususnya remaja yang berusia sekitar
10-14 tahun, remaja tersebut dapat menempuh pendidikan di jenjang Sekolah
Menengah Pertama (SMP), satu tingkat diatas jenjang Sekolah Dasar (SD). Dalam
hal ini, individu akan merasakan perbedaan karakteristik-karakteristik yang
dimilikinya. Salah satu bentuk karakteristik yang dimiliki anak remaja usia
tersebut, menurut Desmita (2012, hal. 36) adalah mulai mengembangkan standar dan
harapan terhadap perilaku diri sendiri yang sesuai dengan dunia sosial. Jadi,
remaja akan memulai memikirkan standar kehidupannya dimasa yang akan datang
untuk kebaikan dirinya sendiri yang sesuai dengan kehidupan di sekitar
lingkungannya atau keluarganya. Remaja merupakan salah satu generasi bagi
penerus bangsa. Untuk dapat membentuk generasi bangsa yang dapat dibanggakan,
diperlukan banyak hal untuk membentuk karakter-karakter yang baik. Salah
satunya dengan memberikan pendidikan yang terbaik sejak dini. Salah satunya
adalah dengan cara memasukkan anak kedalam lingkup pendidikan di sekolahsekolah
tertentu yang sesuai dengan usia/jenjang anak. Dengan pendidikan yang baik dan
layak, maka akan menjadi sebuah keuntungan tersendiri bagi anak tersebut. Pendidikan
di sekolah merupakan suatu sarana belajar yang disediakan oleh pemerintah dalam
upaya untuk mewujudkan tujuan bangsa Indonesia yang telah diatur dalam UUD 1945
dalam alinea 4 yang berbunyi “...mencerdaskan kehidupan bangsa...”. Dalam hal
ini pendidikan merupakan suatu yang penting bagi kehidupan masyarakat. Seperti
yang dikutip dalam 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi : “Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.” Sedangkan pendidikan menurut WA Gerungan (1986, hal. 194) pada
umumnya yaitu pembentukan sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan yang wajar,
perangsang dari potensi-potensi anak, perkembangan dari kecakapankecakapannya
pada umumnya, belajar kerja sama dengan kawan sekelompok, melaksanakan
tuntutan-tuntutan dan contoh-contoh yang baik, belajar menahan diri demi
kepentingan orang lain, memperoleh pengajaran, menghadapi saringan, yang
semuanya, antara lain, mempunyai akibat pencerdasan otak anak-anak seperti yang
dibuktikan dengan tes-tes inetelegensi. Jadi dapat disimpulkan bahwasannya
pengertian pendidikan adalah suatu usaha sadar yang pada dasarnya untuk
memberikan sebuah rangsangan kepada anak untuk dapat mengembangkan potensi
dalam dirinya serta memberikan pengetahuan yang mempunyai akibat dapat
mencerdaskan otak anak yang dibuktikan dengan ujian maupun tes-tes. Pada
umumnya, dalam proses pendidikan akan ada sebuah kegiatan belajar – mengajar
yang dilakukan oleh guru dan siswa. Siswa yang berperan sebagai peserta didik
yang mencari ilmu pengetahuan untuk menjadikan 4 dirinya lebih baik lagi.
Sedangkan, guru yang berperan sebagai pendidik yang bertugas menyalurkan ilmu
kepada siswa. Menurut Soemanto (1987, hal. 99) belajar merupakan proses dasar
dari pada perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan
perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang.
Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari
belajar. Jadi, didalam pendidikan terdapat sebuah proses belajar – mengajar
yang dilakukan oleh guru dan siswa dengan peraturan yang telah diatur oleh
pemerintah. Dari proses tersebut akan memunculkan sebuah hasil dari belajar
yang baik ataupun buruk. Hasil dari belajar tersebut bisa dalam bentuk nilai
atau raport yang diberikan dengan melalui serangkaian ujian. Dalam perspektif
Islam, belajar atau menuntut ilmu merupakan kewajiban baik bagi kaum laki-laki
maupun perempuan, “tholabul „ilmi faridhotun „ala kulli muslimin wal muslimat”.
Dalam hal ini Allah SWT akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu,
seperti yang telah difirmankan-Nya dalam QS. Al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi
: ....ٔزفع هللا انذٔه ءا مىُمىكم َانذٔه أَرُ انعهم
درخبد َهللا ثمب رعمهُن خجٕز.
Artinya : “ ...Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui segala yang kamu kerjakan.” (QS. AlMujadalah : 11). Seorang anak
yang memiliki nilai-nilai yang tinggi dalam raportnya, dan juga kemampuan
akademik maupun non-akademik yang bagus, dan juga dapat aktif selama proses
belajar – mengajar ketika di kelas, biasanya anak tersebut dianggap sebagai
anak yang berprestasi. Seperti dalam Kamus Besar 5 Bahasa Indonesia, kata “prestasi”
adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan sdb).
Atau prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau
nilai yang diberikan oleh guru. Menurut Wuryani (2002 ; dalam Asril, 2011,hal.
12) prestasi belajar merupakan hasil yang diberikan oleh guru kepada siswa
dalam jangka waktu tertentu sebagai hasil penilaian belajar. Menurut American
Psychological Association Dictionary of Psychology (VandenBos, 2007 : dalam
Khaliq & Alsa : 2015, hal. 75), bahwa perolehan prestasi belajar individu
dalam pendidikan dapat terlihat dalam bentuk kemampuan mengerjakan tugas-tugas
akademik secara umum, atau secara khusus dalam hal keterampilanketerampilan
aritmatika atau membaca. Namun, indeks perkembangan pendidikan (Education
Development Index, EDI) Indonesia berada pada peringkat ke-69 dari 127 negara
pada tahun 2011. Sedangkan kualitas pendidikan Indonesia berada di peringkat
ke- 64 dari 120 negara di seluruh dunia berdasarkan laporan tahunan UNESCO
Education For All Global Monitoring Report 2012 (sumber dari website Program to
Extend Scholarship and Training ti Achieve Sustainable Impact “Kilas Balik
Dunia Pendidikan di Indonesia”, 2013). Selain itu, menurut Sekretaris
Direktorat Jendral Perguruan Tinggi Dr. Ir. Patdono Suwignjo, M. Eng, Sc,
berdasarkan dari data Kemendikbud tahun 2010, di Indonesia sendiri terdapat
±1,8 juta anak setiap tahunnya tidak dapat melanjutkan pendidikan, hal ini disebabkan
karena tiga faktor, diantaranya faktor ekonomi; anak – 6 anak terpaksa bekerja
untuk mendukung ekonomi keluarga; dan pernikahan di usia dini. Oleh karena itu,
perkembangan mutu pendidikan di Indonesia sangatlah dibutuhkan demi terwujudnya
cita-cita bangsa untuk menjadi negara yang maju dan berkembang. Begitu pula
perkembangan prestasi belajar yang dimiliki oleh siswasiswi di SMP Hasanuddin
setiap tahunnya tidak selalu semakin membaik, tetapi naik turun. Hal ini sesuai
dengan pernyataan salah seorang guru yang menyatakan bahwa siswa-siswi yang
berprestasi tidak hanya itu-itu saja, hal ini dibuktikan berdasarkan hasil
wawancara berikut ini : Ya tidak selalu berkembang terus, tetapi naik turun,
kemampuan anak tiap tahunnya itu berbeda, tahun ini biasanya ada yg menonjol
pinternya, tapi untuk tahun selanjutnya bisa juga menurun. Seperti yang
memiliki prestasi menurun anak yang cenderung nakal yang biasanya dipengaruhi
oleh temannya. Jadi tidak selalu pasti ada yang berprestasi, kadang ada juga yg
pada tahunnya itu tidak ada sama sekali yang berprestasi. Misal tahun ini ada 2
anak yang bisa diunggulkan, tapi tahun selanjutnya bisa jadi tidak ada sama
sekali meski sudah dipaksa. Dan jadinya yang berprestasi tidak hanya itu-itu
saja, tetapi seperti bergantian. (06 Januari 2017 – pukul 20.05 WIB). Selain
itu, untuk kegiatan lain diluar pembelajaran seperti adanya perlombaan baik
yang akademik maupun non akademik yang diadakan baik se-tingkat Kecamatan,
Kabupaten maupun Provinsi, disekolah ini akan mendaftar apabila biaya
perndaftaran dan bobot soal seimbang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Waka
Kurikulum dalam hasil wawancara berikut ini : Untuk mengikuti perlombaan baik
akademik maupun non akademik selama masih bisa dijangkau dari segi biaya, dan 7
juga bobot soal dari perlombaan bisa dikatakan sepadan dengan biaya
pendaftaran, maka akan ada yang bisa diikutkan. Tetapi kadang juga tidak ada
yang mau ikut meski sudah dipaksa dan diberikan bimbingan semaksimal mungkin.
Tetapi kalau untuk yang secara sukarela ikut lomba, sampai saat ini masih belum
ada. Jadi kalau secara sukarela, anak-anak mesti menunjuk teman yang lain untuk
ikut. Sebenarnya kalau anak ikut perlombaan seperti itu kan pada akhirnya
mendapatkan pengalaman dan juga biar tidak hanya jago kandang. Kalau sudah
keluar anak akan tahu seberapa kemampuannya dan akan merasa masih kurang lagi
dalam memahami materi pelajaran. (06 Januari 2017 – pukul 20.14 WIB)
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa keinginan para siswasiswi untuk
mengikuti perlombaan diluar sekolah masih sangat rendah, hal ini bisa
dikarenakan siswa-siswi sudah merasa mampu dan unggul, tetapi tidak ingin
keluar dari sekolahnya. Padahal hal yang seperti ini akan dapat menambah
pengalaman yang baik untuk perkembangan kemampuan siswasiswi. Prestasi belajar
tidak akan dapat diperoleh oleh anak, ketika tidak ada dukungan baik secara
finansial maupun material, terutama dari keluarga atau orang tuanya. Begitu
pula untuk siswa-siswi SMP Hasanuddin, karena keluarga merupakan kelompok
sosial yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat dimana ia belajar dan
menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan
kelompoknya (Gerungan, 1986, hal. 180). Selain dari peranan umum kelompok
keluarga sebagai kerangka sosial yang pertama, tempat manusia sebagai manusia
sosial, terdapat pula peranan-peranan tertentu di dalam keadaan-keadaan
keluarga yang dapat mempengaruhi perkembangan individu sebagai makhluk sosial
(Gerungan, 8 1986, hal. 181). Dukungan sosial yang diperoleh anak remaja dari
orangtua dan teman sebaya menunjukkan bahwa dukungan berbentuk support,
perhatian, kasih sayang serta finansial yang mempunyai pengaruh pada anak
khususnya remaja (Wilastri, 2012, hal. 8). Menurut Sarafino (1997) (dalam
Anindhiya, 2015, hal. 23) dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, kepedulian,
penghargaan, atau bantuan yang dirasakan individu yang diterima dari orang lain
atau kelompoknya. Dukungan sosial membuat individu merasa nyaman, dicintai,
dihargai, dan dibantu oleh orang lain maupun suatu kelompok. Dukungan orangtua
merupakan sistem dukungan sosial yang terpenting di masa remaja. Dibandingkan
dengan sistem dukungan sosial lainnya, dukungan orangtua berhubungan dengan
kesuksesan akademis remaja, gambaran diri yang positif, harga diri, percaya diri,
motivasi dan kesehatan mental. Keterlibatan orangtua dihubungkan dengan
prestasi sekolah dan emosional serta penyesuaian selama sekolah pada remaja
(Corviile‐Smith, Ryan, Adam & Dalicandro, 1998; dalam Tarmidi &
Rambe, 2010, hal.217). Dengan memberikan dukungan yang baik kepada anak, akan
memberikan kontribusi kepada prestasi belajar anak, hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Iksan (2013) bahwasannya dukungan sosial
memberikan kontribusi pada pencapaian prestasi belajar (Iksan, 2013, hal. 57).
Namun, menurut penuturan dari Waka Kurikulum di SMP Hasanuddin menyatakan bahwa
kebanyakan dari siswa-siswi di SMP ini 9 berada jauh dari jangkauan orang tua,
yang artinya mereka lebih banyak yang tinggal di pondok pesantren. Disekolah
kami ini, banyak yang anaknya tinggal dipondok, dalam artian mereka jauh dari
pengawasan orang tua. Dan hal ini menjadikan hubungan antara orang tua dan anak
menjadi agak jauh. Seperti ada orang tua yang bilang bahwa anaknya dulu itu
pintar, sekarang kok menjadi berkurang nilainya. Nah, anak-anak yang seperti
itu kebanyakan anak-anak yang tinggal di pondok. (06 Januari 2017 – pukul 20.25
WIB). Dari hal tersebut mengindikasikan bahwa siswa-siswi di SMP Hasanuddin
tidak selalu memiliki dukungan sosial orang tua yang baik. Karena mereka berada
jauh dari jangkauan orang tua dan keluarganya. Selain dukungan dari orang tua,
ada banyak hal lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Salah satu faktor
personal yang mempengaruhi prestasi seseorang adalah kemampuan melakukan
regulasi diri (Woolfolk, 2010 ; dalam Husna, dkk., 2014, hal. 51). Menurut
Boekaerts, ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan seorang siswa
untuk mencapai prestasi yang optimal. Di antaranya adalah intelegensi,
kepribadian, lingkungan sekolah, dan lingkungan rumah. Namun selain
faktor-faktor tersebut ternyata regulasi diri turut mempengaruhi keberhasilan
siswa dalam mencapai prestasi yang optimal. Meskipun seorang siswa memiliki
tingkat intelegensi yang baik, kepribadian, lingkungan rumah, dan lingkungan
sekolah yang mendukungnya, namun tanpa ditunjang oleh kemampuan regulasi diri
maka siswa tersebut tetap tidak akan mampu mencapai prestasi yang optimal,
(Boekaerts, 2005; dalam Susanto, 2006, hal. 65). Menurut Bandura (dalam
Alwisol, 2009, hal. 284) bahwasannya manusia itu memiliki 10 kemampuan untuk
mengatur dirinya sendiri (regulasi diri), juga mempengaruhi tingkah laku dengan
cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi
bagi tingkah lakunya sendiri. Menurut Bandura (dalam Alwisol, 2009, hal. 285)
faktor-faktor yang mempengaruhi regulasi diri meliputi faktor internal seperti
observasi diri, proses penilaian, reaksi diri; serta faktor eksternal seperti
interaksi dengan lingkungan dan bentuk penguatan (reinforcement). Sehingga,
berdasarkan beberapa pernyataan diatas, maka dapat dikatakan bahwasannya
kemampuan regulasi diri khususnya dalam belajar juga dapat memberikan pengaruh
terhadap prestasi belajar siswa untuk mendapatkan prestasi yang dapat dikatakan
optimal. Menurut Susanto (2006, hal. 66) regulasi diri dapat digambarkan
sebagai sebuah siklus karena feedback dari tingkah laku sebelumnya digunakan
untuk membuat penyesuaian dalam usahanya saat ini. Penyesuaian seperti itu
diperlukan karena faktor-faktor personal, tingkah laku, dan lingkungan secara
konstan berubah selama proses belajar dan berperilaku. Faktor-faktor tersebut
juga harus diobservasi dengan feedback yang mengarah pada dirinya. Regulasi
diri dalam belajar (Self-Regulated Learning / SLR) sangat berperan terhadap
proses dan prestasi belajar individu. Strategi regulasi diri dalam belajar
merupakan strategi pembelajaran yang spesifik yang berfungsi untuk merekam dan
menyimpulkan bahan pelajaran yang penting dan bukan merupakan rencana di luar
proses pembelajarannya, dimana siswa mampu 11 mengatur diri terhadap cara
belajar akademik mereka sendiri (Zimmerman, 2002; dalam Nahariani, Pepin &
Nursalam, dkk. n.d, hal. 3 ). Menurut Zimmerman (1989) mengatakan bahwa siswa
yang memiliki regulasi diri dalam belajar merupakan siswa yang aktif secara
metakognitif, motivasi dan perilakunya dalam proses belajar. Regulasi diri
dalam belajar juga merupakan kemampuan individu yang aktif secara metakognitif
yang mempunyai dorongan untuk belajar dan berpartisipasi aktif dalam proses
belajar (dalam Anita, Siswati, dan Prasetyo, n.d, hal.5). Jadi, siswa yang
berperan aktif di dalam kelas merupakan siswa yang memiliki strategi regulasi
diri dalam belajar yang tinggi, begitu sebaliknya anak yang cenderung pasif
ketika di kelas, maka dapat diindikasikan bahwa anak tersebut memiliki strategi
dalam regulasi diri dalam belajarnya rendah / kurang. Dalam hal ini orang tua,
teman juga berpengaruh terhadap strategi regulasi diri dalam belajar. Seperti
yang dilansir oleh Susanto (2006, hal. 71) bahwasannya kemampuan regulasi diri
ini tidak dapat berkembang dengan sendirinya, tanpa adanya lingkungan yang
kondusif. Agar individu dapat mengembangkan kemampuan regulasi diri dalam
belajar. Seperti lingkungan di dalam keluarga, sekolah, harus bisa mendukung
seorang anak untuk mencari strategi regulasi diri dalam belajar bagi dirinya
untuk memperoleh prestasi belajar yang baik. Berdasarkan hal tersebut, maka
prestasi belajar disini dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari
internal maupun eksternal. Hal ini 12 yang menyebabkan adanya naik turunnya
prestasi belajar seorang anak disekolah. Seperti yang telah dipaparkan diatas,
bahwasannya prestasi belajar siswa-siswi di SMP Hasanuddin ini tidak selalu
semakin membaik setiap siswanya, tetapi selalu ada perkembangan naik turun yang
menyebabkan adanya kegelisahan pada orang tuanya, seperti dengan menanyakan
kenapa nilai hasil ujian anak saya semakin menurun, dan lain-lain. Selain itu,
untuk siswa-siswi yang tidak bisa mematuhi peraturan disekolah SMP Hasanuddin
juga akan diberikan sanksi baik secara langsung maupun tidak langsung. Seperti
dengan diberikan penegasan untuk tidak naik kelas apabila tidak bisa menaati
peraturan yang sudah ada, perlakuan ini khusus untuk yang kelas VII dan VIII.
Sedangkan untuk yang kelas IX diberikan penegasan untuk tidak didaftarkan dalam
mengikuti Ujian Nasional. Kebijakan-kebijakan seperti itu diterapkan agar
siswa-siswi mampu untuk menaati peraturan agar menjadi pribadi yang lebih baik
lagi, serta untuk dapat meningkatkan prestasi belajarnya agar lebih baik lagi.
Dalam hal ini orang tua perlu untuk mengawasi perkembangan anaknya disekolah,
dan juga memberikan batasanbatasan dalam pergaulan anaknya. Seperti yang telah
dipaparkan diatas, bahwasannya kemampuan mengendalikan diri dalam belajar juga
dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa-siswi. Seperti dengan mencari
informasi tentang materi pelajaran baik kepada guru maupun temannya yang lebih
memahami. Disekolah SMP Hasanuddin ini tidak banyak yang berani menanyakan
tentang materi pelajaran kepada gurunya. Tetapi terdapat beberapa anak yang
terbiasa aktif 13 ketika dikelas. Hal ini berdasarkan penuturan salah satu guru
IPA disekolah tersebut berikut ini : Anak-anak disekolah ini mereka terkadang
sudah merasa bisa memahami materi, seperti ada salah satu anak yang ketika
mengerjakan tugas tentang perhitungan, disana jawaban masih salah, dan anak
tersebut tidak mau membenarkan lagi meski sudah dikasih waktu untuk mengecek
lagi. Artinya anak tersebut sudah terlalu percaya diri dengan jawabannya.
Terkadang ada pula kelas itu terdengar ramai, namun ternyata setelah saya cek
lagi, ramainya ramai sendiri-sendiri bukan ramai karena banyak yang aktif
bertanya tentang materi pelajaran. Setelah saya melihat dari luar jendela di pojok
kelas, ada anak yang melihat baru mereka langsung diam. Guru yang didalam kelas
mungkin terlalu sabar hingga anak-anak ramai tidak ditegur, atau bisa juga
sudah ditegur tetapi diabaikan. Ya begitulah anak-anak disekolah kami ini, ada
yang dibilang baik, ada juga yang nakal. Yang nakal tapi pintar itu ada saja,
dan yang diam tapi kurang pintar juga ada. Nah untuk anak-anak yang seperti itu
menjadikan tugas seorang guru lebih banyak untuk dapat mendidik anak didiknya
agar dapat menjadi anak yang berprestasi dan juga tidak nakal. (06 Januari 2017
– pukul 20.45 WIB) Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, menunjukkan
adanya permasalahan tentang prestasi belajar siswa-siswi di SMP Hasanuddin yang
mengindikasikan bahwa prestasi belajar ini tidak semakin membaik setiap
tahunnya, tetapi terkadang naik dan terkadang turun. Berdasarkan permasalahan
tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang bagaimana pengaruh strategi
regulasi diri dalam belajar dan dukungan sosial orang tua terhadap prestasi
belajar siswa-siswi di SMP Hasanuddin Sepanjang Gondanglegi. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang diatas, maka muncul rumusah permasalahan
sebagai berikut : 14 1. Bagaimana tingkat prestasi belajar siswa-siswi SMP
Hasanuddin ? 2. Bagaimana tingkat strategi regulasi diri dalam belajar
siswa-siswi di SMP Hasanuddin ? 3. Bagaimana tingkat dukungan sosial orang tua
siswa-siswai SMP Hasanuddin ? 4. Bagaimana tingkat pengaruh strategi regulasi
diri dalam belajar terhadap prestasi belajar siswa-siswi SMP Hasanuddin ? 5.
Bagaimana tingkat pengaruh dukungan sosial orang tua terhadap prestasi belajar
siswa-siswi SMP Hasanuddin ? 6. Bagaimana perbedaan tingkat pengaruh strategi
regulasi diri dalam belajar dan dukungan sosial orang tua terhadap prestasi
belajar siswasiswi SMP Hasanuddin ? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan
permasalahan diatas, maka dapat diambil tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa-siswi SMP
Hasanuddin. 2. Untuk mengetahui tingkat strategi regulasi diri dalam belajar
siswasiswi SMP Hasanuddin. 3. Untuk mengetahui tingkat dukungan sosial orang
tua siswa-siswi SMP Hasanuddin. 15 4. Untuk mengetahui tingkat pengaruh
strategi regulasi diri dalam belajar terhadap prestasi belajar siswa-siswi SMP
Hasanuddin. 5. Untuk mengetahui tingkat pengaruh dukungan sosial orang tua
terhadap prestasi belajar siswa-siswi SMP Hasanuddin. 6. Untuk mengetahui
perbedaan tingkat pengaruh strategi regulasi diri dalam belajar dan dukungan
sosial orang tua terhadap prestasi belajar siswa-siswi SMP Hasanuddin. D.
Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini, manfaat yang diharapkan oleh
peneliti adalah sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah untuk memperluas dunia ilmu
pengetahuan dalam disiplin psokologi. Khususnya dalam psikologi pendidikan,
psikologi sosial, dan psikologi sekolah. 2. Manfaat praktis, diharapkan dengan
hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk dapat melihat bagaimana
dukungan sosial dari orang tua dan juga regulasi diri dalam belajar dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa-siswi SMP.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" : Pengaruh strategi regulasi diri dalam belajar dan dukungan sosial orang tua terhadap prestasi belajar Siswa-Siswi SMP Hasanuddin sepanjang Gondangleg." Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment