Abstract
INDONESIA:
Keluarga adalah tempat pertama kali anak tumbuh dan berkembang baik secara fisik maupun mental. Apakah proses pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya baik atau tidak, tergantung pada pola pengasuhan yang diberikan orang tua kepada anak. Lingkungan asuh yang tidak suportif mendorong terjadinya berbagai bentuk salah perlakuan terhadap anak. Seperti halnya di dukuh Sidowayah, lingkungan yang tidak sportif ditunjukkan jika anak-anak tidak sekolah maka lebih baik diajak ke sawah atau anak-anak diajak ke pasar atau mengikuti kegiatan gotong royong. Oleh karena itu diperlukan metode pendekatan yang mengintegrasikan nilai-nilai orang tua dalam membangun kesadaran tentang pengasuhan. Sebagaimana yang terdapat di sidowayah, Sekolah Rakyat (SR) Sangu Akik yang merupakan salah satu mediasi antara orang tua untuk meningkatkan pola pengasuhan orang tua.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah kecenderungan pengasuhan orang tua yang mengikuti program sangu akik dan yang tidak mengikuti program sangu akik. Dan Adakah perbedaan Gaya pengasuhan orang tua dalam partisipasi mengikuti program sangu akik.
Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah orang tua (ibu) yang mengikuti program sangu akik dan yang tidak mengikuti program sangu akik di dukuh sidowayah. Terdapat dua kelompok populasi dalam penelitian ini. Kelompok pertama, variabel X1 (orang tua yang mengikuti program sangu akik) yang berjumlah 38 orang dan kelompok kedua, variabel X2(orang tua yang tidak mengikuti program sangu akik) yang berjumlah 104 orang. Peneliti mengambil sampel dari orang tua yang tidak berpartisipasi dalam program sangu akik, sedangkan untuk populasi orang tua yang berpartisipasi dalam program sangu akik tidak dilakukan pengambilan sampel karena jumlah populasi yang sedikit. Metode pengambilan sampel pada orang tua yang tidak berpartisipasi dalam program sangu akik menggunakan metode sampel random. Cara pengambilan sampel yakni dengan mengambil 25% dari populasi. Sehingga sampel yang didapat dari orang tua yang tidak mengikuti program berjumlah 26 orang. Uji validitas dengan menggunakan rumus Product Moment, dan uji reliabilitas dengan Alpha Cronbach.
Dari hasil penelitian menunjukkan kecenderungan pengasuhan orang tua yang mengikuti program sangu akik masuk dalam kategori dialogis dengan prosentase 34. 97% dari penghitungan data kasar. Begitu juga kecenderungan pengasuhan orang tua yang tidak mengikuti program sangu akik masuk dalam kategori dialogisdengan prosentase 35. 94%.
Dari hasil uji beda dengan teknik independent samples t test diketahui nilai signifikansi Levene’s Test 0.222> 0.05 yang berarti tidak ada perbedaan varians antara sampel yang ikut program dan tidak ikut program sehingga untuk mengetahui perbedaan rata- rata dengan uji t digunakan signifikansi t pada equal variances assumed (diasumsikan nilai varians sama) yakni sebesar 0.151< 0.05 sehingga disimpulkan tidak terdapat perbedaan rata- rata yang signifikan dalam gaya pengasuhan antara sampel yang ikut program dan tidak ikut program.
ENGLISH:
The family is the first place the child grow and develop both physically and mentally. Is the process of further growth and development of children is good or not, depending on the pattern of care provided to the child's parents. Parenting is not supportive environment to encourage various forms of mistreatment of children. As in the hamlet Sidowayah, environmental unsportsmanlike indicated if the children are not in school, the better are invited to the fields or children are invited to take part in the market or mutual assistance. Therefore we need methods approach that integrates the values of the parents in building awareness about parenting. As contained in sidowayah, School of People (SR) Sangu agate is one of mediation between parents to improve parenting parents.
Formulation of the problem in this research is the tendency How parenting program that does not sangu agate and carnelian sangu program. Are there differences in parenting style and parental participation in the program sangu agate.
Research design used in this study is quantitative. Subjects in this study were parents (mothers) who join the program are not sangu agate and carnelian sangu program in the hamlet sidowayah. There are two groups in this study population. The first group, the variable X1 (parents who participated sangu agate), amounting to 38 and the second group, the variable X2 (parents who do not follow the program sangu agate), amounting to 104 people. Researchers took samples from parents who did not participate in the program sangu agate, while the population of parents who participated in the program sangu agate sampling was not carried out because of the amount of lightly populated. The sampling method in older people who do not participate in the program sangu agate using random sampling methods. Sampling Method is by taking 25% of the population. So that samples obtained from parents who do not follow the program, totaling 26 people. Test the validity of using Product Moment formula, and the Cronbach alpha reliability test.
The results showed a tendency parenting program in the category sangu agate dialogue with the percentage of 34. 97% of the raw data calculation. So is the tendency of parenting that do not follow the program in the category sangu agate dialogue with the percentage of 35. 94%.
From the results of the different test techniques independent samples t test known significant value of Levene's Test 0222> 0.05, which means there is no difference in the variance between the samples in the pilot and did not join the program so as to know the average difference by t test used significance t on equal.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Keluarga menurut para psikolog adalah sebuah
ikatan sosial yang terdiri dari suami, istri, anak-anak, juga termasuk kakek
dan nenek serta cucu-cucu dan beberapa kerabat asalkan mereka tinggal di rumah
yang sama. (al-Qarashi, 2003: 46). Keluarga adalah tempat pertama kali anak
tumbuh dan berkembang baik secara fisik maupun mental. Apakah proses pertumbuhan
dan perkembangan anak selanjutnya baik atau tidak, tergantung pada pola
pengasuhan yang diberikan orang tua kepada anak. Perkembangan anak akan optimal
bila pola asuh yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap
perkembangannya, bahkan anak sejak dalam kandungan. Sedangkan lingkungan yang
tidak mendukung akan menghambat perkembangan anak. (Soetjiningsih, 1998: 23)
Mengasuh anak merupakan cara yang kompleks. Dalam mengasuh anak membutuhkan
beberapa macam kemampuan yang harus dilakukan diantaranya adalah kemampuan
orangtua dalam memberikan kasih sayang, penanaman rasa disiplin, pemberian
hukuman dan hadiah, pemberian teladan, penanaman sikap dan moral, perlakuan
yang adil, pembuatan peraturan serta kecakapan mengatur anak. Kehadiran keluarga
sangatlah besar artinya bagi perkembangan kepribadian anak. Keluarga merupakan
lingkungan paling pertama dan utama yang nantinya akan memberikan pengaruh
terhadap beberapa aspek perkembangan anak, termasuk diantaranya adalah
perkembangan sosial. (Alice Crow, 1984: 165). 2 Tujuan mengasuh anak adalah
memberikan pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan remaja agar mampu
bermasyarakat. Orang tua menanamkan nilai-nilai kepada anak-anaknya untuk
membantu mereka membangun kompetensi dan kedamaian. Mereka menanamkan
kejujuran, kerjakeras, menghormati diri sendiri, memiliki perasaan kasih
sayang, dan bertanggungjawab. Dengan latihan dan kedewasaan, karakter-karakter
tersebut menjadi bagian utuh kehidupan anakanak. (Edwards, 2006: 76) Keluarga
merupakan sekolah pertama dan yang paling utama bagi anak. Maka dalam
prosesnya, keluarga dalam hal ini tidak bias lepas dari gaya pengasuhan yang
diterapkan orang tua kepada anak-anaknya. Gaya pengasuhan yang di maksud disini
adalah model atau cara orang tua memperlakukan anak dalam lingkungan keluarga
sehari-hari berupa perlakuan fisik ataupun psikis yang didasarkan pada
cara-cara tertentu ketika hal itu benar-benar dilatar belakangi dan dipengaruhi
oleh budaya dan latar belakang orang tua. Menurut Willis (1994) terdapat tiga
dimensi gaya pengasuhan. Pertama, koersif yang mana orang tua merasa berkuasa
di rumah tangga, sehingga segala tindakannya terlihat keras, kata-katanya
kepada anaknya tajam dan menyakitkan hati, banyak memerintah, kurang
mendengarkan keluhan atau asal-usul anakanaknya, terlalu disiplin. Kedua,
dialogis yang artinya orang tua memberikan kesempatan kepada setiap anaknya
menyatakan pendapat, keluhan, kegelisahannya dan oleh orang tua ditanggapi
secara wajar dan dibimbing. Ketiga, permisif yang mana orang tua menjalankan
perasaan yang pasif, menyerahkan penentuan tujuan dan kegiatan seluruhnya
kepada anak dengan memenuhi segala 3 kebutuhan tanpa mengambil inisiatif apapun
dan orang tua hanya sebagai penonton. Dari ketiga dimensi gaya pengasuhan tersebut,
pola asuh dialogis dianggap paling efektif dan baik untuk perkembangan fisik
maupun mental anak. Al-Ghazali pernah berkata, ”Apabila nampak pada anak
perilaku yang baik, dan perbuatan yang terpuji, maka seyogyanya ia diberi
penghargaan. Anak harus diberi balasan yang menyenangkan. Anak perlu dipuji di
hadapan orang banyak untuk memotivasinya, agar berakhlak mulia dan berperilaku
terpuji (Abdurrahman, 2006: 239). Di Sidowayah, masyarakat dihadapkan dengan
sejumlah kasus pengasuhan anak yang tidak mendukung kesehatan mental anak-anak.
Menguatnya stigma sosial komunitas dalam bentuk mendho, goblok, ndablek, mbetik
merupakan kosa kata lokal yang begitu menguat dan menjadi sumber cemoohan
kepada anak-anak yang tidak sekolah, padahal tidak selamanya mereka dapat
dikategorisasikan seperti sebutan tersebut. (Mahpur, 2009: 12) Lingkungan asuh
yang tidak suportif mendorong terjadinya berbagai bentuk salah perlakuan
terhadap anak. Hal ini ditunjukkan jika anak-anak tidak sekolah maka lebih baik
diajak ke sawah atau anak-anak diajak ke pasar atau mengikuti kegiatan gotong
royong. Cara mencari jalan keluar ketika anak-anak tidak sekolah dengan
menyertakan pada kerja-kerja rumah tangga (orang tua) justru dapat memunculkan
rendahnya motivasi anak untuk sekolah. Berdasarkan karakteristik gaya
pengasuhan cara pengasuhan seperti ini mengarah pada low support dan high
control sebagai bagian dari gaya authoritarian (Bulanda, 2007). Artinya, ketika
orang tua sudah buntu dan tidak berhasil mendorong anak untuk 4 sekolah maka orang
tua mengontrol perilaku anak agar sesuai dengan kemauan orang tua. Anak-anak
ini biasanya diajak ke pasar, diajak mencuci atau ke sawah. Kasus ini juga
terjadi ketika anak-anak gagal melakukan adaptasi dengan sekolah dan terpaksa
berhenti bersekolah. Oleh karena itu daya dukung dan sumber daya pengasuhan
sangat menentukan tanggungjawab pengasuhan orang tua yang akan menentukan
penilaian positif orang tua dalam konteks meningkatnya kompetensi dan rasa
percaya diri dalam pengasuhan, dan orang tua mampu menikmati secara baik
tanggung jawab pengasuhan (Trivette & Dunet, 2004). Oleh karena itu
sebagaimana dijelaskan oleh Garbario & Crouter (1978) bahwa anak-anak yang
mengalami abuse dan terabaikan disebabkan oleh faktorfaktor sosio-ekonomi.
Demikian juga dengan bentuk-bentuk salah perlakuan terhadap anak juga
disebabkan karena dampak dari kemiskinan (Garbario & Crouter, 1978) karena
memang anak-anak yang terabaikan tersebut tidak memiliki sumber daya material
dan sosial yang mampu mendukung kualitas perkembangan anak. Kesimpulan
kesalahan perlakuan yang terjadi pada anak dapat disebabkan tidak adanya sistem
dan sumber daya pendukung (Garbario & Crouter, 1978). Sebagaimana di
Sidowayah, system dan sumber daya pendukung memang sangat terbatas sehingga
strategi dan upaya mendorong kualitas pengasuhan tidak dapat dijalankan dengan
maksimal. Terlebih sistem keluarga dan orang tua juga melemah sejalan dengan
kasus-kasus putus sekolah dan tidak sekolah atau salah perlakuan ketika
anak-anak tidak pergi ke sekolah. Oleh karena itu diperlukan metode pendekatan
yang mengintegrasikan nilai-nilai orang tua dalam membangun kesadaran
pendidikan melalui artikulasi kesadaran tentang pengasuhan (Duncan, Coatsworth,
& Greenberg, 2009) antara 5 lain meningkatkan partisipasi orang tua dalam
pengembangan ketrampilan pengasuhan. Pendekatan partisipatif akan memutus
distansi antara lembaga atau orang-orang yang memiliki kepedulian dengan orang
tua di Sidowayah. Pendekatan partisipatif dapat digalang misalnya oleh sekolah,
oleh orang-orang yang peduli terhadap perbaikan kualitas perkembangan anak dan
misalnya menggunakan media seperti Posyandu. (Mahpur, 2009: 79) Hubungan
kekerabatan dan sosial dalam sistem pertetanggaan juga memiliki akar yang kuat
dalam proses pengasuhan anak dengan peran pengganti atau pendukung kepentingan
dan perkembangan anak. Hubungan sosial ini menunjukkan jika nilai-nilai
kolektif masih menghidupi kelangsungan perkembangan anak dan menjadi pendukung
positif bagi kepentingan anak, misalnya dalam pendidikan dan belajar. Apalagi
dalam budaya pedesaan, kehidupan sosial pertetanggaan menunjukkan adanya bentuk
kepedulian, harmonisasi, kerjasama dalam keluarga untuk kerja pengasuhan, dan
peran sebaya sebagai cerminan modal sosial masyarakat. Menurut Blondal dan
Adalbjamardottir (2009) dinyatakan bahwa faktor keluarga sangat penting
mempengaruhi tingkat kesuksesan anak-anaknya bersekolah. Studi atas
keterlibatan orang tua ini penting untuk menekan angka putus sekolah terutama
terkait dengan gaya pengasuhan. Sebagaimana budaya di Sidowayah, pengasuhan
anak melibatkan keluarga besar seperti saudara orang tua atau keterlibatan
kakek-nenek dalam pengasuhan. Mereka berfungsi sebagai peran pengganti atau
peran pendukung. Peran pengganti dalam arti sebagai tempat penitipan ketika orang
tua merantau atau sedang bekerja. Selain itu sebagai duta untuk urusan-urusan
tertentu seperti pendidikan. 6 Bahkan jika urusan pendidikan karena dirasa
orang tua tidak memiliki pengetahuan yang memadai, maka orang tua mengirim
delegasi ke tokoh-tokoh tertentu untuk mewakili mengurusi kepentingan anak-anak
mereka dalam masalah pendidikan. Zeman (2006) menemukan bahwa keluarga besar
(extended family) menjadi daya dukung sosial pengasuhan anak, terutama untuk
anak-anak yang mengalami sakit mental seperti berbagi tanggungjawab, berbagi
pengasuhan, dan saling bahu membahu. Hubungan yang baik diantara orang dewasa,
utama dari kalangan pendidikan dengan orang tua akan menambah kepercayaan dan
tanggungjawab orang tua. Selain itu hubungan yang baik antara petugas seperti
guru atau pondok akan memperbaiki kompetensi pengasuhan, kepercayaan diri orang
tua dan kegembiraan orang tua (Trivette & Dunet, 2004). Pengasuhan anak
pada masyarakat Sidowayah yang rata-rata berpenghasilan rendah membutuhkan
kepedulian orang lain dalam berbagai bentuk kemitraan strategis. Kemitraan
strategi dalam arti tanggung jawab sosial penduduk yang mampu, memiliki
informasi dan pendidikan yang memadahi, para tokoh masyarakat yang memiliki
kompetensi dapat menjadi bagian yang tidak terpisahkan untuk menjadi bagian
prakarsa dan pendamping orang tua guna meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan
tindakan kolektif perlakuan positif demi kepentingan kualitas perkembangan
anak. Mediasi ini dapat dilakukan dengan teknik advokasi seperti yang sudah dilakukan
antara lain para tokoh menjadi pendamping gugatan penyelesaian masalah guru
yang melakukan pemukulan ke kepolisian atau orang-orang ini memiliki peran
menjembatani beberapa lembaga yang menyediakan pendidikan 7 gratis. Para tokoh
kunci biasanya yang memediasi antara lembaga pendidikan dengan orang tua. Para
tokoh kunci ini juga yang akan berbagi tanggungjawab dan bahkan sosok yang
seringkali diminta menjadi wakil jika ada urusan terkait dengan kepentingan
pendidikan anak-anak mereka. Artinya perubahan perbaikan kualitas pengasuhan
anak berjalan dalam berbagai fungsi mediasi yang akan membantu kelancaran
kelangsungan pendidikan anak-anak dan lambat laun akan memberdayakan keluarga.
Dalam hal ini, seperti yang sampai sekarang ini masih berjalan di Sidowayah
yaitu “Sekolah Rakyat” Sangu Akik (Sekolah Ngasuh Anak Sing Becik) yang
merupakan salah satu mediasi antara orang tua untuk meningkatkan pola
pengasuhan anaknya di dalam keluarganya. Sudah dua angkatan atau periode dalam
SR di Sidowayah yakni RT 05, 06, 07, 08, dan RT 12. Sangu Akik adalah sebuah
komunitas yang menghimpun para orang tua, dalam hal ini ibu-ibu untuk saling
berbagi pengetahuan, wawasan serta pengalaman (keterampilan) dalam
mempersiapkan, mengasuh dan mendidik anak menjadi generasi yang lebih baik.
Meskipun itu memang masih pada daerah tertentu saja di Sidowayah, justru dalam
kesempatan ini, para penggagas SR ingin membuktikan dan terus mengajak para
orang tua untuk senantiasa mengasuh anak-anaknya dengan baik. Dan selanjutnya
akan dilakukanlah sebuah penelitian yang berusaha untuk mencari letak perbedaan
gaya pengasuhan orang tua di antara keluarga yang telah berpartisipasi dalam
Sekolah Rakyat atau SR “Sangu Akik”dengan keluarga yang masih belum
berpartisipasi dalam SR “Sangu Akik” di Sidowayah dalam hal ini disebut saja
sebagai keluarga pengasuhan lokal Sidowayah. 8 Berdasarkan uraian di atas, maka
peneliti tertarik untuk meneliti tentang: “Perbedaan Gaya Pengasuhan Orang Tua
Ditinjau Dari Pertisipasi Mengikuti Program Sangu Akik di Dukuh Sidowayah Desa
Sidoharjo Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo”. B. Rumusan Masalah Seperti
halnya dari paparan data di latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan
masalahnya adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah kecenderungan Gaya
Pengasuhan orang tua yang pernah berpartisipasi dalam program Sangu Akik? 2.
Bagaimanakah kecenderungan Gaya Pengasuhan orang tua yang tidak pernah
berpartisipasi dalam program Sangu Akik? 3. Adakah perbedaan Gaya pengasuhan
orang tua dalam partisipasi mengikuti program Sangu Akik? C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui kecenderungan
Gaya Pengasuhan orang tua yang pernah berpartisipasi dalam program Sangu Akik.
2. Mengetahui kecenderungan Gaya Pengasuhan orang tua yang tidak pernah
berpartisipasi dalam program Sangu Akik. 3. Mengetahui perbedaan Gaya
pengasuhan orang tua dalam partisipasi mengikuti program Sangu Akik. 9 D.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat dan memberikan
sumbangan bagi banyak pihak, khususnya bagi peneliti sendiri dan masyarakat
pada umumnya, selain itu juga untuk perkembangan ilmu pengetahuan baik ditinjau
dari aspek teoritis maupun aspek praktis, yaitu: 1. Secara teoritis penelitian
ini dapat menambah keilmuan dalam bidang psikologi, terutama mengenai peran
daripada komunitas atau program pengasuhan dalam proses mengasuh anak. 2.
Secara praktis: a. Bagi keluarga, khususnya di dukuh sidowayah. sebagai
informasi tentang fungsi, peran sekaligus mengetahui perbedaan cara mengasuh
yang baik dan kurang baik. b. Bagi para tokoh di dukuh sidowayah. Hasil
penelitian ini bisa menjadi rujukan atau magnet untuk mengajak orang tua agar
menerapkan pola asuh yang baik pada anaknya.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" : Perbedaan gaya pengasuhan orang tua ditinjau dari partisipasi mengikuti program sangu akik di Dukuh Sidowayah Desa Sidoharjo Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment