Abstract
INDONESIA:
Kemajuan teknologi informasi khususnya handphone, semakin mendorong individu untuk terus memperbaharui pola hidup yang lama menjadi modern. Dorongan atau motivasi dalam penggunaan handphone tersebut membentuk suatu perilaku yang di dasari oleh kemampuan seseorang dalam mengendalikan dan mengarahkan dirinya kepada hal yang positif ataupun negatif. Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui tingkat motivasi penggunaan handphone pada anak usia menengah akhir SD Negeri Sukun 1 Malang; 2. Mengetahui tingkat kontrol diri pada anak usia menengah akhir di SD Negeri Sukun 1 Malang; 3. Mengetahui hubungan tingkat motivasi penggunaan handphone dengan kontrol diri pada siswa siswi SD Negeri Sukun 1 malang kelas V dan VI.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan yang utama dengan skala psikologi. Metode pengumpulan data menggunakan skala psikologi, yaitu skala motivasi penggunaan handphone yang berjumlah 18 aitem dan skala kontrol diri berjumlah 16 aitem. Skala ini disebarkan secara acak pada sampel yang berjumlah 75 siswa-siswi kelas V dan VI yang berada pada usia menengah akhir (10-14 tahun). Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa korelasi.
Dari hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa tingkat motivasi penggunaan handphone berada pada kategori sedang, dengan prosentase sebesar 61,33%. Sedangkan skala kontrol diri diperoleh hasil bahwa tingkat kontrol diri anak usia menengah akhir berada pada kategori sedang dengan prosentase 73,33%. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis korelasi product moment pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara variabel motivasi penggunaan handphone dengan variabel kontrol diri. Hal ini berdasarkan nilai signifikansi dari korelasi sebesar 0.035 lebih kecil daripada α<0.05 dan nilai koefisien korelasi sebesar -0,244 atau dapat dijelaskan (rxy=-0.244; sig= 0.035 dan α<0.05). Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat motivasi penggunaan handphone semakin rendah tingkat kontrol diri pada anak usia menengah akhir ini.
ENGLISH:
Advances in information technology especially mobile phones, the more encouraging individuals to continue to update the pattern of a modern life. Encouragement or motivation in the use of the mobile phone form a behavior, fueled by one's ability to control and direct him to something positive or negative. This research aims to: 1. Knowing the level of motivation of the use of mobile phones at the end of middle childhood in primary schools Negeri Sukun 1 Malang. 2. Knowing the level of self-control in late middle-age children in primary schools Sukun 1 Malang. 3. Know the correlation between cell phone usage motivation with self-control in Primary School Goverment Sukun 1 Malang.
This research is a quantitative study using data collection methods such as interviews, observation and a psychology major with a scale. Methods of data collection using psychological scales, namely the use of mobile phones motivation scale were 18 aitem and self-control scale numbered 16 aitem. This scale distributed randomly on a sample of 75 students of class V and VI are located at the end of middle age (10-14 years). Data analysis method used in this study was the correlation analysis.
From the research, the result that the level of motivation of the use of mobile phones in middle category, with a percentage of 61.33%. While the self-control scale obtained that level of self-control middle-late age children in middle category with a percentage of 73.33%. Results of hypothesis testing using Pearson product moment correlation analysis showed that there was a significant negative correlation between the use of mobile phones with the motivation variables of self-control variables. It is based on the significance of the correlation value of 0.035 is less than α <0.05 and a correlation coefficient of -0.244 or can be explained (rxy = -0244; sig = 0.035 and α <0.05). In other words, the higher the level of motivation of the use of mobile phones the lower the level of self-control in middle childhood days.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kebutuhan akan teknologi informasi
dan komunikasi merupakan istilah yang sering diucapkan pada jaman sekarang.
Bahkan istilah teknologi informasi dan komunikasi sudah menjadi ciri dari abad
ini. Awalnya, teknologi diciptakan untuk mempermudah kegiatan-kegiatannya yang
kemudian diterapkan dalam kehidupan. Kini teknologi telah berkembang pesat dan
maju seiring dengan perkembangan zaman sehingga terjadi pengalihan fungsi
teknologi. Dari kebutuhan untuk berkomunikasi sampai kebutuhan akan aktualisasi
diri. Salah satu teknologi informasi dan komunikasi yang erat kaitannya dengan
segala kebutuhan tersebut adalah telepon genggam yang biasa disebut dengan
handphone. Perkembangan teknologi semakin meningkat, fungsi handphone semakin
meluas bukan hanya sebagai alat komunikasi, yaitu sebagai alat yang dapat
memberikan kemudahan pada pekerjaan maupun menyediakan fasilitas hiburan kepada
penggunanya, seperti; Short Messaging Service (SMS), MP3, Video, Kamera,
Recoard, Internet Networking, Email, Social Networking, Streaming, Mobile TV,
Games sehingga handphone menjadi Multimedia. 2 Handphone pada awalnya digunakan
oleh orang-orang yang memang benar-benar membutuhkannya, seperti para pekerja
kantoran, pebisnis, pejabat atau orang yang bekerja di instannsi-instansi
pemerintahan. Namun, sekarang handphone tidak hanya digunakan oleh orang-orang
penting saja melainkan juga anak-anak. Perkembangan teknologi semakin
memasyarakat dikalangan anak didik. Hal ini merupakan suatu kebanggaan bagi orang
tua, karena mempunyai anak yang tidak ketinggalan jaman. Orang tua menyadari
akan pentingnya handphone bagi anaknya dengan berbagai alasan. Sehingga
handphone, dewasa ini bukan barang mewah lagi atau bukan kebutuhan sekunder,
melainkan kebutuhan primer. Anak-anak usia sekolah dasar pun sudah mengenal dan
menggunakan handphone sebagai alat yang pada dasarnya digunakan untuk
berkomunikasi dengan orangtuanya maupun teman sebayanya. Nielsen Company
Indonesia yang merupakan suatu perusahaan yang bergerak dibidang informasi
global serta media dan berfokus pada suatu penelitian dan melakukan suatu riset
dalam memberikan suatu informasi tentang pemasaran dan konsumen, televisi,
serta melakukan riset terhadap media yang lainnya, seperti riset terhadap
bisnis publikasi, trade show dan riset terhadap dunia online. Dalam beberapa
waktu lalu merilis hasil survey seputar dunia handphone di Indonesia, terjadi
peningkatan hampir 3 kali lipat dari jumlah kepemilikan handphone di Indonesia
pada tahun 2010 dibandingkan pada tahun 2005. Sedangkan untuk perangkat telepon
berkabel mengalami penurunan lebih dari 50% sejak tahun 2005. Peningkatan
jumlah kepemilikan handphone ini kemungkinan besar disebabkan oleh semakin
murahnya handphone dan 3 kepraktisan handphone yang dapat dibawa kemana-mana.
Dari data penggunanya, golongan anak muda meningkati urutan teratas dan bahkan
jumlah pengguna dari umur tersebut meningkat hampir 3 kali lipat pada tahun
2010 sejak tahun 2005, yang lebih menarik, pengguna handphone golongan umur
10-14 tahun juga semakin banyak di tahun 2010 lalu. Sedangkan untuk golongan
umur di atas 50 tahun tidak ada perkembangan signifikan, hal ini kemungkinan
besar disebabkan oleh golongan orang tua yang kurang terbuka terhadap teknologi
dan lebih menyukai cara-cara lama dalam menyampaikan pesan.1 Golongan umur
10-14 tahun merupakan kategori dari anak-anak usia menengah akhir yang berada
pada periode intelektual yaitu berada pada taraf fungsi penghayatan yang
sifatnya lebih rasional, dengan mana anak menjadi semakin obyektif. Gambaran
pengertian mengenai dunia menjadi semakin sempurna, sebab anak sudah tidak
terlampaui subjektif lagi. Pada saat ini anak tidak lagi banyak dikuasai oleh
dorongan-dorongan endogen atau impuls-impuls intern dalam perbuatan dan
fikirannya, akan tetapi lebih banyak dirangsang oleh stimuli dari luar.2
Anak-anak pada usia ini lebih banyak dirangsang oleh stimuli dari luar misalnya
dalam konteks ini, ketika terdapat satu anak yang menggunakan handphone maka
individu yang lain akan menginginkan hal yang sama yaitu menggunakan handphone
pula untuk kelengkapan fasilitas dalam berhubungan dengan teman sebayanya.
Anak-anak memiliki informasi dari luar dirinya bahwa 1 Firman Nugraha.
http://www.teknojurnal.com/2011/03/03/Perkembangan-pasarhandphone-di-Indonesia-dari-tahun-2005-hingga-tahun-2010/
, diakses pada tanggal 19 november 2012. 2 Kartini Kartono, 2007, Psikologi
Anak (Psikologi Perkembangan), Bandung: Mandar Maju, hal, 134-135 4 dengan
menggunakan handphone mereka dapat berkomunikasi dengan orang lain secara
berjauhan serta komunikasi dapat dilakukan secara cepat dan tertuju tepat pada
subjek sasaran. Hal ini merupakan salah satu dorongan atau motivasi dalam diri
anak untuk menggunakan handphone. Motivasi adalah keseluruhan daya penggerak
psikis di dalam diri seseorang yang menimbulkan suatu kegiatan, menjamin
kelangsungan kegiatan tersebut dan memberikan arah pada kegiatan itu demi
mencapai tujuan. 3 Motivasi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam suatu
kegiatan, akan mempengaruhi kekuatan dari kegiatan tersebut, tetapi motivasi
juga dipengaruhi oleh tujuan. Makin tinggi dan berarti suatu tujuan , makin
besar motivasinya, dan makin besar motivasi akan makin kuat kegiatan yang
dilaksanakan. 4 Teori sosial kognitif yang dicetuskan oleh Bandura5 pada
dasarnya menuju motivasi manusia dengan menguji pengaruh motivasional dari
pikiran terhadap diri sendiri, atau pemikiran rujuk diri. Ide umumnya adalah
orang memandu dan memotivasi tindakan mereka sendiri melalui proses berpikir.
Proses berpikir kunci sering kali mencangkup diri. Ekspetasi personal, tujuan
personal, dan berbicara kepada diri sendiri inilah yang dipandang teori sosial
kognitif sebagai jantung dari motivasi manusia. 3 W.S. Winkel S.J. 2004,
Psikologi Pengajaran, Yogyakarta: Media Abadi, hal. 169 4 Nana Syaodih
Sukmadinata, 2005, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: Remaja
Rosdakarya, hal.61-62 5 Pervin dkk, 2010, Psikologi Kepribadian: Teori dan
Penelitian, Jakarta: Kencana, hal. 462 5 Berbeda dengan teori Pengurangan
Dorongan 6 yang menyatakan bahwa salah satu cara untuk melihat motivasi adalah
melalui konstruk dorongan dan kebutuhan. Sebuah dorongan (drive) adalah keadaan
tergugah yang terjadi karena adanya kebutuhan fisiologis. Sedangkan sebuah
kebutuhan (need) adalah keadaan kekurangan sesuatu yang memberi energi untuk
menghilangkan atau mengurangi keadaan kekurangan. Dorongan mengarahkan
munculnya suatu keadaan psikologis tertentu, sementara kebutuhan melibatkan
keadaan fisiologis. Namun, dorongan tidak selalu muncul sesudah adanya
kebutuhan. Teori ini menjelaskan bahwa, seiring dengan semakin kuatnya
dorongan, manusia termotivasi untuk mengurangi dorongan itu. Tujuan penurunan
dorongan ini adalah homeostatis, kecenderungan tubuh untuk mempertahankan
keadaan seimbang atau tenang. Motivasi terbentuk oleh tenaga-tenaga yang
bersumber dari dalam dan luar diri individu. Terhadap tenaga-tenaga tersebut
beberapa ahli memberikan beberapa istilah yang berbeda, seperti: desakan atau
drive yaitu dorongan yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
jasmaniah, motif atau motive yaitu dorongan yang terarah kepada pemenuhan
kebutuhan psikis atau rokhaniah, kebutuhan atau need yaitu suatu keadaan di
mana individu merasakan adanya kekurangan atau ketiadaan sesuatu yang
diperlukanya, dan keinginan atau wish adalah harapan untuk mendapatkan atau
memiliki sesuatu yang dibutuhkan. 7 6 Laura A. King, 2010, Psikologi Umum
(Sebuah Pandangan Apresiatif), Jakarta: Salemba Humanika, hal. 65 7 Nana
Syaodih Sukmadinata, 2005, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:
Remaja Rosdakarya, hal. 61 6 Dalam bahasan ini, motivasi pada penggunaan
handphone jika dijelaskan menurut konsep terbentuknya motivasi adalah sebagai
berikut: desakan atau drive merujuk pada kegunaan handphone sebagai tuntutan keadaan
karena semua individu memilikinya dan subjek mewajibkan bagi dirinya untuk
mempunyai handphone, motif atau motive sebagai pemuas hasrat terpenuhinya rasa
kasih sayang dengan pasangan (teman sebaya), kebutuhan atau need yaitu
handphone digunakan untuk memenuhi kepentingan pribadi, dan keinginan atau wish
dari penggunaan handphone dapat berhubungan baik dan lancar dengan orang lain.
Motivasi penggunaan handphone merupakan salah satu dasar untuk membentuk suatu
perilaku yang baik maupun buruk. Perilaku ini memerlukan suatu pengaturan dari
dalam diri maupun dari norma atau aturan yang diterapkan di luar diri, agar
individu senantiasa dapat menunjukkan tindakan yang baik dari sudut pandang
yang beragam. Setiap individu memiliki suatu mekanisme yang dapat membantu
mengatur dan mengarahkan perilaku yaitu kontrol diri. Sebagai salah satu sifat
kepribadian, kontrol diri pada satu individu dengan individu yang lain tidaklah
sama. Ada individu yang memiliki kontrol diri yang tinggi dan ada individu yang
memlilki kontrol diri yang rendah. Individu yang memiliki kontrol diri tinggi
mampu mengubah kejadian dan menjadi agen utama dalam mengarahkan dan mengatur
perilaku yang membawa kepada konsekuensi positif.8 Perilaku menimbulkan
konsekuensi yang positif juga menghasilkan konsekuensi yang negatif. Oleh
karena kontrol diri selain berupa kemampuan 8 Herlina Siwi Widiana dkk, jurnal
diterbitkan Januari 2004: Kontrol Diri dan Kecenderungan Kecanduan Internet,
hal. 8 7 untuk mendapatkan konsekuensi positif juga merupakan kemampuan untuk
mengatasi konsekuensi negatif. Menurut pendapat Rodin, mengungkapkan bahwa
kontrol diri adalah perasaan bahwa seseorang dapat membuat keputusan dan
mengambil tindakan yang efektif untuk menghasilkan akibat yang diinginkan dan
menghindari akibat yang tidak diinginkan.9 Kontrol diri selalu melibatkan tiga
hal yaitu, yang pertama, memilih dengan sengaja. Kedua, pilihan antara dua
perilaku yang bertentangan; satu perilaku menawarkan kepuasan dengan segera,
sedangkan perilaku yang lain menawarkan ganjaran jangka panjang. Ketiga,
memanipulasi stimulus agar satu perilaku kurang mungkin dilakukan sedangkan
perilaku yang lain lebih mungkin dilkukan. 10 Hasil wawancara dari beberapa
anak sekolah dasar yang terbatas pada anak usia menengah dan akhir yang diwakilkan
oleh salah satu siswa sekolah dasar di Malang yang mengatakan bahwa handphone
merupakan hal yang penting bagi kelangsungan hubungan dengan teman sebayanya,
karena dia selalu menggunakannya untuk mengirim pesan kepada teman-temannya,
atau untuk sekedar mengetahui kabar, dan berkenalan dengan teman baru. “Hape
iku penting mbak, aku make’ hape gawe sms an ama temen mbak, semua temenku
punya hape, gak ada sing gak punya.” kata IC. Selanjutnya “Aku sms an ya ama
temen ae mbak, kalo ortu se, em, yaa, g mbak wong sak rumah, aku sms an knalan
karo konco anyar mbak, yo ngunu iku mbak. Mbek takok kabare de’e lagi lapo.”
(wawancara IC pada hari sabtu tanggal 22 September 2012 pukul 18.45) 9 Ibid,
hal 9 10 Ibid, hal. 9 8 Salah satu siswa sekolah dasar ini menyatakan bahwa
handphone berguna sebagai media komunikasi jarak jauh. Dengan adanya handphone
subjek dapat menghubungi teman-temannya ketika tidak pada tempat yang sama.
Penuturan selanjutnya pada tanggal 26 September 2012 pukul 15.02 “hape tak gawe
dulinan game mbak, terus, emm, tak gawe sms-an ambek pacarku mbak, hehe.” kata
IC. Subjek menyatakan bahwa handphone berguna selain untuk mengirim pesan juga
berguna untuk memainkan sebuah permainan yang terdapat pada aplikasi di dalam
handphone dan untuk menghubungi seseorang yang disukainya.. “Jareku yo gak
ngganggu mbak hape iku, enak, soale iso sms-an karo telponan mbek arek-arek
karo lek gak ada kerjaan yo dulinan game karo ndengerno lagu-lagu. Lek sinau yo
karo sms-an mbak. tapi yo agak males mbak sinaue,lek ono ujian paling, yo mek
ndelok jawabane koncoku, haha, karo lek gak ketok guru yo njalok jawaban nang
arek-arek lewat sms mbak. Sakjane gak oleh ngowo tapi arek-arek akeh sing
nggowo seh mbak, aku yo nggowo mbak tapi kadang yo ga nggowo, kadang yo nggowo.”
Wawancara IC pada tanggal 26 september pukul 15.20 Subjek menjelaskan bahwa
handphone tidak mengganggu aktifitas yang dilakukannya seperti dalam hal
belajar. Belajar dapat dilakukan bersamaan dengan melakukan aktifitas lain
seperti mengirim pesan (SMS) lewat handphone. Ketika mendapati waktu senggang
subjek menggunakan handphone untuk bermain game dan mendengarkan lagu. Menurut
subjek handphone juga berguna sebagai sarana untuk memperoleh jawaban ujian
yang dilaksanakan di sekolah. Padahal sekolah tidak membolehkan siswanya
membawa handphone ketika bersekolah, akan tetapi beberapa siswa membawa
handphone tanpa sepengetahuan gurunya. 9 Dalam suatu riset mengenai motivasi
yang berhubungan dengan kontrol diri terhadap godaan yang dilakukan oleh Walter
Mischel dkk11, seorang psikolog ternama dan rekan-rekan sejawatnya meneliti
tentang bagaimana anak-anak memotivasi dirinya untuk mampu mengelola regulasi
diri dengan berhasil ketika dihadapkan dengan sebuah kue. Menurutnya, motivasi
adalah tentang berkomitmen untuk mencapai tujuan yang berharga, namun sering
dunia tampak sedang berkerja untuk melawannya pada setiap saat. Sedangkan
regulasi diri adalah keberhasilan mencapai tujuan yang melibatkan proses
penetapan tujuan, mengawasi kemajuan dan membuat penyesuaian dalam perilaku
manusia untuk mencapai hasil-hasil yang diharapkan. Hasil riset Mischel
menunjukkan bahwa ketika anak-anak tesebut tidak memusatkan perhatian dan
tujuan pada kue mampu lebih menahan diri dan menunda gratifikasi. Sebaliknya
anak-anak yang memusatkan perhatian pada kue dan semua kualitasnya yang
menggoda tidak mampu menunggu dan cenderung memakan kue lebih cepat atau dengan
kata lain menghasilkan kontrol diri yang tidak berhasil. Pada penelitian ini,
menggunakan subjek anak-anak usia akhir karena dalam hal ini anak-anak sudah
memiliki integritas dalam perilaku yang ditujukkannya. Pada masa ini,
peningkatan pemahaman diri melibatkan karakteristik sosial dan psikologis,
termasuk perbandingan sosial. Anak-anak memperbaiki perspective taking pada masa
anak-anak mengengah dan akhir dan pemahaman sosial mereka juga menunjukkan
peningkatan kecanggihan 11 Laura A. King, 2010, Psikologi Umum: Suatu Pandangan
Apresiatif, Jakarta;; Salemba Humanika, hal. 94-95 10 psikologis. 12 Hal ini
menunjukkan bahwa masa anak-anak menengah dan akhir sudah memiliki kontrol diri
dalam diri mereka, akan tetapi perkembangannya tergantung dari pola hidup yang
diterapkan oleh keluarga dan lingkungan dari masing-masing individu. Sedangkan
motivasi dalam penggunaan handphone dimiliki oleh tiap individu yang telah
memiliki integritas dalam dirinya terhadap orang lain. Termasuk dalam hal ini
adalah anak-anak usia menengah akhir. Data di awal penelitian, yang diambil
dengan cara wawancara berkelompok dan individu dari 25 anak yang ada di kota
Malang tepatnya di daerah Sukun dan Kasin pada tanggal 11 September sampai 5
Nopember menyatakan bahwa 100% dari 25 anak tersebut mengaku bahwa handphone
merupakan hal terpenting dalam hidupnya, motivasi yang utama adalah agar dapat
berkomunikasi dengan orang tedekat. Selebihnya untuk mendengarkan musik,
bermain game, berfoto-foto, merekam video dan mengunjungi situs internet.
Tentunya setiap individu memiliki jenis handphone yang berbeda-beda, namun hal
ini tidak menjadi batasan dalam proses penelitian karena terbukti pada
pengambilan data dari beberapa subjek yang mempunyai handphone dengan aplikasi
terbatas, menyatakan jika dirinya dapat menikmati fungsi dari aplikasi
handphone yang lebih canggih dari hasil meminjam dan tukar menukar handphone selama
beberapa saat yang ditentukan serta disepakati bersama. Motivasi-motivasi
tersebut yang memunculkan perilaku negatif dan positif yang terwujud dari
tinggi rendahnya kontrol diri seorang anak. Kontrol diri yang 12 John W.
Santrock, 2011, Masa Perkembangan Anak, Jakarta: Salemba Humanika, hal. 286 11
dimaksudkan dalam penelitian ini memiliki batasan fungsional yaitu dalam hal
penunaian tugas-tugas wajib dari seorang anak di lingkungan rumah, sekolah
maupun sosialnya. Tugas-tugas wajib tersebut mengenai belajar, dan tugas-tugas
rumah seperti membersihkan rumah serta membantu orang tua. Salah satu tugas
perkembangan pada anak-anak usia menengah akhir secara teoritis menurut Hurlock
13 adalah membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang
sedang tumbuh. Namun pada kenyataannya, sebagian besar anak-anak usia menengah
akhir ini masih belum melaksanakan tugas perkembangannya yang sesuai dengan
pernyataan teoritis tersebut. Sikap berlawanan yang ditunjukkan ini, berasal
dari perilaku yang didasarkan pada motivasi dan kontrol diri pada subjek. Dalam
motivasi terdapat beberapa hal yang mendasari motivasi tersebut terbentuk yaitu
motivasi yang terbangun dari dukungan lingkungan, keinginan untuk memenuhi
kebutuhan, harapan yang dicita-citakan, dan pola perilaku yang ditunjukkan.
Selanjutnya pada kontrol diri terbentuk dari kemampuan untuk mengarahkan diri
kepada tujuan yang baik. Kedua dasar perilaku ini yang berpengaruh besar
terhadap perkembangan pola perilaku anak. Akan tetapi masih terdapat banyak hal
yang mendasari terbentuknya pola perilaku pada anak-anak jaman sekarang. Namun,
pada penelitian ini hanya mengambil tema dari deskripsi motivasi penggunaan
handphone dengan kontrol diri anak usia menengah akhir. Peneliti tertarik
mengambil tema ini karena ingin mengetahui tingkat motivasi yang terbentuk dari
penggunaan handphone dan kontrol diri yang 13 Elizabeth B. Hurlock, 1980,
Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga, hal. 10 12 ditunjukkan oleh subjek
serta ingin mengetahui hubungan yang terbentuk dari kedua teori tersebut.
Sedangkan alasan peneliti mengambil subjek anak-anak usia menengah akhir karena
ingin membuktikan bahwa pada kehidupan sehari-hari masih banyak anak yang belum
bisa melaksanakan tugas pekembangan tesebut. Terbukti dari hasil wawancara dari
berbagai latar belakang kehidupan dan sekolah yang berbeda pada subjek
menunjukkan bahwa tindakan yang dimunculkan oleh mereka beberapa langkah lebih
maju dan berani daripada tindakan yang dimunculkan 10 tahun yang lalu ketika
peneliti berada pada masa anak-anak usia menengah akhir. Berdasarkan uraian
teoritis dan fakta yang terjadi dalam lingkungan hidup peneliti, maka judul
yang diambil berupa “Hubungan Motivasi Penggunaan Handphone dengan Kontrol Diri
Anak Usia Menengah Akhir di Sekolah Dasar Negeri Sukun 1 Malang” 1.2 Rumusan
Masalah Berdasarkan paparan dari latar belakang di atas, rumusan masalah dari
penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat motivasi penggunaan
handphone pada anak usia menengah dan akhir di Sekolah Dasar Negeri Sukun 1
Malang? 2. Bagaimana tingkat kontrol diri pada anak usia menengah dan akhir
dalam penggunaan handphone di Sekolah Dasar Negeri Sukun 1 Malang? 3. Bagaimana
hubungan motivasi penggunaan handphone dengan kontrol diri anak usia menengah
dan akhir di Sekolah Dasar Negeri Sukun 1 Malang? 13 1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan paparan dari latar belakang di atas, tujuan dari penelitian ini
sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat motivasi penggunaan
handphone pada anak usia menengah dan akhir di Sekolah Dasar Negeri Sukun 1
Malang. 2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kontrol diri pada anak usia
menengah dan akhir dalam penggunaan handphone di Sekolah Dasar Negeri Sukun 1
Malang. 3. Untuk mengetahui hubungan motivasi penggunaan handphone terhadap
kontrol diri anak usia menengah dan akhir di Sekolah Dasar Negeri Sukun 1
Malang. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan
dapat member tambahan keilmuan dan sumbangan dalam ilmu Psikologi, khususnya
Psikologi Perkembangan Anak 2. Manfaat praktis Penulisan ini merupakan
penerapan ilmu bidang psikologi perkembangan anak dengan mengambil topik dari
pola hidup anak saat ini yang berujung menjadi sebuah permasalahan dalam
menunaikan tugastugas perkembangannya. Topik yang diambil dari permasalahan
yang 14 muncul adalah dari motivasi dan kontrol diri dalam menggunakan
handphone pada anak usia menengah akhir. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi peneliti yaitu mendapatkan ide mengenai cara menyikapi
penggunaan handphone di kalangan anak-anak usia menengah dan akhir. Dari
penelitian yang dilakukan akan diperoleh gambaran mengenai pengembangan fungsi
yang digunakan sebagai motivasi dasar dan kontrol diri anak usia menengah dan
akhir dalam menggunakan handphone. Dalam hal ini, diharapkan kepada masyarakat
khususnya orang tua, dan pihak-pihak yang berkaitan, agar dapat memberikan
rambu-rambu yang jelas dan tegas dalam menerapkan aturan bagi penggunaan
handphone di kalangan anak usia menengah dan akhir.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Hubungan motivasi penggunaan handphone dengan kontrol diri pada anak usia menengah akhir di Sekolah Dasar Negeri Sukun 1 Malang" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment