Abstract
INDONESIA:
Alat telekomunikasi semakin berkembang pesat dari tahun ke tahun, tidak terkecuali alat telekomunikasi berupa telepon selular. Smartphone sebagai telepon selular pintar fokus pada pengembangan konektivitas internet, multimedia performance, hingga fitur-fitur seperti GPS dan kamera, semakin berkembang dari tahun ke tahun. Berkembangnya berbagai merk smartphone di Indonesia, maka hal tersebut dapat berdampak pada tingkat konsumsi konsumen sehingga dapat berperilaku tidak rasional seperti perilaku konsumtif. Namun, perilaku konsumen tidak akan berlebihan jika self esteem konsumen tinggi.
Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana tingkat self esteem pengguna smartphone pada mahasiswa Fakultas Psikologi, bagaimana tingkat perilaku konsumtif pengguna smartphone pada mahasiswa Fakultas Psikologi dan apakah ada hubungan antara self esteem dengan perilaku konsumtif pengguna smartphone mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Responden dalam penelitian ini adalah 80 (sampel) pengguna smartphone pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang mana secara keseluruhan berjumlah 779 mahasiswa (populasi). Metode penelitian menggunakan kuantitatif dimana teknik pengambilan sampel adalah purposive sample dan metode pengumpulan data menggunakan angket self esteem 23 aitem dan angket perilaku konsumtif 30 aitem. Sedangkan teknik analisis data menggunakan Pearson’s product moment correlation.
Hasil dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa 49% mahasiswa fakultas psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang memiliki tingkat self esteem tinggi dan 51% pada kategori sedang/normal. 66% mahasiswa memiliki tingkat perilaku konsumtif rendah dan 34% sedang/normal. Dengan nilai korelasi 0,031 (sig. (2- tailed)). Dari paparan data di atas, dapat diketahui bahwa ketika self esteem mahasiswa Psikologi tinggi, maka perilaku konsumtif rendah dan ketika self esteem mahasiswa Psikologi rendah, maka perilaku konsumtif tinggi. Sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan antara self esteem dengan perilaku konsumtif.
ENGLISH:
Tool of telecomunication has significant grows each years. Its also happen on cellular phone as one of telecomunication tool. Smartphone as cellular phone focused to developing internet conectivity, multimedia performance, up to its function on Global Positioning System (GPS) and also for photograph, developing up from years. In Indonesia, more developing many brand of smartphones, its effected to human’s consumption level and its can influence to irrational behaviour including consumptive behaviours. But, consumers behaviour will not be over act when individu has good (high level) self esteem.
This research made to get the information of self esteem and consumptive behaviour level of smartphone’s users on psycholigical department students of Maulana Malik Ibrahim Islamic State University Malang, and also the both correlation between self esteem and consumptive behaviour.
In this research, 779 students of psychological department as population, 80 respondens (sample) are user of smartphones. The research is quantitative research that use purposive sampling, 23 items of self esteem and 30 items of consumptive behaviour as indicators, with Pearson’s product moment correlation as analysis method.
The result, 49% students are high level of self esteeem and 51% students are normal. 66% students are low level of consumptive behaviour and 34% students are normal, with 0,031 correlation value (sig. (2-tailed)). From the result above, could be informed when the students have high-self esteem, they have low frequenced consumptive behaviour. And the contrary, when the students have low-self esteem, they have high frequenced consumptive behaviour. The conclution, both self esteem and consumptive behaviour have negative correlations.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Alat telekomunikasi telah menjadi salah satu
kebutuhan penting bagi masyarakat luas. Penggunaan alat telekomunikasi berupa
telepon selular secara luas merupakan indikasi bahwa masyarakat tidak lagi
memandang telepon selular sebagai sarana pemenuhan kebutuhan mewah, akan tetapi
lebih melihat pada fungsi penting yang dimiliki oleh produk ini. Secara umum
telepon selular digunakan untuk melakukan panggilan jarak jauh atau jarak dekat
dengan teman, kerabat atau rekan bisnis. Pada awal tahun 2000-an, penggunaan
telepon selular untuk mengakses internet mulai meningkat seiring populernya
telepon selular bernama communicator. Sejalan dengan perkembangan teknologi
telepon selular dan pergeseran selera konsumen, maka para pengguna communicator
di Indonesia mulai terlihat bergeser ke BlackBerry pada tahun 2008 yang
merupakan merk smartphone dengan kemampuan mengakses internet yang lebih baik
dari pada generasi teknologi telekomunikasi selular sebelumnya (Fredereca. dkk,
2010). Menurut data IDC (International Data Corporation), sepanjang bulan
Januari hingga bulan September 2010, total pengiriman smartphone sebesar 12%.
Jumlah ini tumbuh sebesar 80% dari jumlah smartphone periode yang sama pada
tahun 2009 (Fredereca.dkk, 2010). Pada tahun 2013 diperkirakan permintaan
smartphone akan mencapai 12 juta-15 juta unit. Dari angka tersebut smartphone
yang berbasis Android 2 menguasai pasar sekitar 50%-60%, sedangkan sisanya
dikuasai oleh BlackBerry yang menguasai sekitar 30% pasar smartphone di
Indonesia (Darandono, 2013). Hal ini didukung dengan adanya perilaku konsumen
yang berubah seiring pesatnya perkembangan smartphone. Berdasarkan hasil riset
TNS (Taylor Nelson Sofrens yaitu riset dan informasi kelompok pasar) Indonesia,
tiap 2 hingga 3 tahun, orang Indonesia mengganti smartphone-nya dengan model
yang terbaru (Intana, 2013). Industri “Information and Communication Technology
(ICT)” Indonesia pada tahun 2014 masih memiliki potensi besar untuk terus
tumbuh. Salah satu indikator utama pertumbuhan industri ICT adalah pertumbuhan
pasar smartphone yang dinilai menggantikan featurephone. “Pertumbuhan
smartphone cukup besar di tahun 2014. Kebutuhan masyarakat akan smartphone
masih besar,” ungkap Suhanda (Rizki, 2014). Dalam hasil temuannya, Ericsson
juga mengungkapkan pengguna smartphone akan meningkat tiga kali lipat dan
trafik smartphone akan meningkat 10 kali lipat antara tahun 2013 dan 2019
(Arini, 2013). Berkembangnya smartphone saat ini, dapat mempengaruhi tingkat
kebutuhan konsumen akan smartphone itu sendiri. Smartphone sebagai telepon selular
pintar fokus pada pengembangan konektivitas internet, multimedia performance,
hingga fitur-fitur seperti GPS dan kamera. Fitur-fitur lengkap dan harga yang
bervariasi dari harga jual tinggi hingga harga terjangkau, menjadi incaran
konsumen yang semakin sadar akan teknologi. Persaingan yang ketat memberikan
keuntungan bagi konsumen untuk menentukan pilihan yang sesuai (Hartini, 2012).
Menurut Brusco (2010), Kelebihan yang dimiliki smartphone adalah sistem canggih
yang berfungsi untuk download dan install aplikasi dengan 3 waktu singkat.
Aplikasi ini seperti program yang ada di desktop komputer, namun tidak rumit
dan dapat dibawa kemana-mana. Smartphone diciptakan untuk menyediakan berbagai
aplikasi yang dapat di download dari internet dengan menggunakan sebuah
operating system (OS) spesifik seperti Apple dengan iOS, Google Android,
Microsoft Windows Mobile dan Windows Phone, Nokia Symbian, RIM BlackBerry OS
dan lain-lain (Yanti, 2011). Smartphone merupakan telepon selular pintar yang
mulai berkembang dengan pesat dari tahun ke tahun. Seiring meningkatnya
perkembangan telepon selular tersebut, maka teknologi telekomunikasi juga ikut
berkembang. Hal ini dibuktikan dengan hadirnya berbagai produsen smartphone di
Indonesia yang mulai bersaing dengan mempromosikan keunggulan masing-masing dan
dengan harga jual yang bervariasi. Hal tersebut dapat berdampak pada tingginya
kebutuhan konsumen akan smartphone yang menjadi salah satu simbol prestige.
Tingginya kebutuhan konsumen akan smartphone dapat menjadi penyebab timbulnya
perilaku konsumtif. Perilaku konsumtif adalah suatu perilaku membeli yang tidak
lagi didasarkan pada pertimbangan yang rasional melainkan karena adanya
keinginan yang sudah mencapai taraf yang tidak rasional lagi (Lina dan Rosyid
dalam Imawati, dkk. 2013). Tidak hanya smartphone yang menjadi simbol prestige,
saat ini banyak orang yang memakai merk terkenal bagus atau branded goods
seperti tas dengan merk Gucci, Burberry, Prada ataupun merek otomotif seperti
Ferrari, Porche dan Lamborghini yang memiliki harga jual tinggi (Marie Claire
dalam Marcella, 2010). Misalkan salah satu merk yang diminati oleh para
konsumen wanita adalah 4 tas. Selain digunakan untuk membawa barang bawaan,
alasan lain adalah untuk menunjukkan selera fashion yang dimiliki (Blowers
dalam Marcella, 2010). Menurut para konsumen wanita, produk bermerk tersebut
dapat mengangkat percaya diri dan memacu keberanian tampil dalam pergaulan agar
terlihat elegan dan wibawa (prestige) (Zumar dalam Marcella, 2010). Hal ini
juga akan berhubungan dengan self esteem para konsumen wanita tersebut.
Rosenberg (1965) mengidentifikasi self sebagai konstruk psikologis yang secara
umum didefinisikan sebagai self evaluation positif individu. Self worth, self
love, self respect dan konsep lainnya berperan dalam membentuk perilaku
individu (Branden dalam Sages, dkk. 2011). Individu berperilaku dengan berbagai
cara bertujuan untuk mempertahankan self esteem dan perilaku individu tersebut
akan terulang berdasarkan perilaku masa lalunya. Self esteem juga dapat
dianggap sebagai penyangga yang dapat mengurangi dampak dari perilaku negatif
(Sages, dkk. 2011). Dalam hal ini, self esteem adalah konstruk psikologi yang
dapat mempengaruhi perilaku konsumen. Jika individu memiliki self esteem yang
tinggi maka self esteem ang tinggi tersebut dapat mengurangi tingkat perilaku
konsumen yang negatif yaitu perilaku konsumtif yang saat ini semakin didukung
oleh adanya pusat perbelanjaan yang menjamur seperti mall, fashion, rumah
mewah, fast food, atau telepon selular dan lainnya. Self esteem sebagai faktor
yang mempengaruhi perilaku konsumen yang negatif di atas, juga dijelaskan oleh
Lina dan Rasyid (dalam Imawati, dkk. 2013) dimana faktor-faktor perilaku
konsumtif meliputi faktor eksternal dan internal. Adapun faktor eksternal
meliputi kebudayaan, kelas sosial, kelompok sosial dan kelompok referensi,
keluarga, sedangkan faktor internal meliputi motivasi dan self 5 esteem,
pengamatan dan proses belajar, kepribadian dan konsep diri. Mahasiswa yang
mempunyai self esteem rendah akan lebih mudah terpengaruh oleh trend sehingga
perilaku konsumtifnya juga mudah meningkat. Tingkah laku sosial seseorang juga
dipengaruhi oleh penilaian atau evaluasi terhadap dirinya, baik secara positif
atau negatif. Jika orang menilai secara positif terhadap dirinya, maka individu
tersebut menjadi percaya diri dalam mengerjakan hal-hal yang individu kerjakan
dan memperoleh hasil yang positif juga. Penilaian atau evaluasi secara positif
atau negatif terhadap diri disebut self esteem (Deaux. dkk dalam Sarwono,
2009). Rosenberg (dalam John dan MacArthur, 2004) mendefinisikan self esteem
sebagai sikap yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap diri sendiri
(Widiharto.dkk, 2010) dan self esteem adalah komponen self concept dimana
individu menilai diri sendiri secara positif dan negatif dalam aspek afektif
dan kognitif secara umum terhadap diri sendiri ( Rosenberg dalam Martin, 2007).
Self esteem sebagai komponen self concept dimana self esteem adalah evaluasi
kognitif dan afektif individu tentang dirinya secara umum yang bersifat positif
dan negatif. Berangkat dari uraian yang telah dipaparkan di atas, peneliti
melakukan observasi selama kurang lebih empat bulan dan wawancara pada dua
mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik
Ibrahim Malang yang menggunakan smartphone pada tanggal 28 November 2013 pukul
12.00 wib. Seiring sedang trend-nya smartphone di Indonesia bahkan dunia, para
Mahasiswa Fakultas Psikologi juga sudah menggunakan smartphone ini dengan
mayoritas merk: Samsung, BlackBerry, Sony, LG, Nokia. Alasan mereka membeli dan
menggunakan smartphone karena sekarang sedang trend dan banyak 6 teman-teman
mereka yang menggunakan smartphone tersebut. Disamping itu, mereka menjelaskan
bahwa dengan menggunakan smartphone, mereka merasa lebih percaya diri. Hasil
dari obeservasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, dapat
diidentifikasi bahwa dengan membeli smartphone dengan alasan trend dan pengaruh
teman yang menggunakan smartphone, maka perilaku tersebut dapat terindikasi
kepada perilaku konsumtif. Menurut Astuti (2013), faktor lingkungan memberikan
peranan sangat besar terhadap pembentukan perilaku konsumtif individu dan dalam
penelitian Kholilah (2008) menunjukkan, teman-teman merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi perilaku konsumtif (Astuti, 2013). Jika dilihat dari
pernyataan mahasiswa Fakultas Psikologi yang menyatakan bahwa mereka merasa
lebih percaya diri jika menggunakan smartphone, maka self esteem mereka tinggi.
Akan tetapi jika ditelaah kembali dari ciri-ciri individu yang mempunyai self
esteem tinggi menurut pendapat Rosenberg (dalam Sulistyowati. dkk, 2013), bahwa
individu yang memiliki self esteem tinggi maka akan dapat menghormati dan
menganggap dirinya sebagai individu yang berguna, sebaliknya individu yang
memiliki self esteem rendah, tidak dapat menerima dirinya dan menganggap
dirinya tidak berguna dan memiliki banyak kekurangan, maka dapat diambil
kesimpulan, para mahasiswa Fakultas Psikologi mempunyai self esteem yang
rendah. Begitu juga sebaliknya, ketika mereka mempunyai self esteem yang tinggi
maka mereka tidak akan mudah terbawa arus trend yang dapat menimbulkan perilaku
konsumtif dalam hal ini para mahasiswa yang menggunakan smartphone. 7 Jika
dilihat dari tahap perkembangan, mahasiswa merupakan remaja yang berada pada
kategori remaja akhir. Usia remaja akhir ini berkisar antara 18-21 tahun
(Desmita, 2006). Dalam penelitian Kelly dan Hansen (dalam Desmita, 2006), teman
sebaya dapat mempengaruhi self esteem remaja yaitu dapat meningkatkan self
esteem remaja. Menjadi orang yang disukai oleh teman sebaya akan membuat remaja
merasa enak atau senang tentang dirinya. Self esteem bisa berubah khususnya
ketika menghadapi transisi kehidupan, seperti ketika lulus dari Sekolah
Menengah (SMA) Pertama dan akan melanjutkan kuliah, pada saat memperoleh
pekerjaan, dan ketika harus kehilangan pekerjaan. Self esteem akan meningkat
pada masa remaja awal sampai remaja akhir, kemudian pada suatu saat self esteem
akan menurun (Rahmawati dalam Yusuf. dkk, 2012). Remaja digambarkan oleh
Hurlock (dalam Sari. dkk, 2006) sebagai masa yang penuh masalah dan membutuhkan
banyak penyesuaian diri yang disebabkan karena terjadinya perubahan harapan
sosial, peran, dan perilaku. Dari pendapat Hurlock tersebut yang menyatakan
bahwa perilaku dapat memunculkan masalah dalam masa remaja, salah satunya
adalah perilaku konsumtif. Hal tersebut sejalan menurut pendapat Loundon &
Bitta (1993) remaja juga mempunyai orientasi yang kuat untuk mengonsumsi suatu
produk dan tidak berpikir hemat (Imawati, 2013) serta Loudon dan Bitta (1984)
menyatakan bahwa remaja adalah kelompok yang berorientasi konsumtif, karena
kelompok ini suka mencoba hal-hal yang dianggap baru (Sitorus, 2013). Mahasiswa
adalah remaja akhir yang masih dalam masa labil dimana mereka masih
mengutamakan emosi sehingga mereka akan mudah terpengaruh oleh lingkungan,
tidak terkecuali life style yang sedang trend. Ketika smartphone saat ini
sedang menjadi trend di dunia bahkan Indonesia dan 8 diberbagai kalangan, tidak
terkecuali mahasiswa dan lingkungan Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik
Ibrahim juga larut dalam trend tersebut. Hal ini juga akan berdampak pada
perilaku konsumsi mahasiswa, dimana hal ini berhubungan dengan self esteem
mahasiswa. Inilah alasan peneliti meneliti self esteem dan perilaku konsumtif
mahasiswa yang menggunakan smartphone di lingkungan Fakultas Psikologi.
Beberapa penjelasan di atas, peneliti ingin melakukan penelitian lebih dalam
untuk mengetahui apakah ada “hubungan self esteem dengan perilaku konsumtif
pengguna smartphone pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
(UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang”. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana tingkat
self esteem mahasiswa Fakultas Psikologi di Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang yang menggunakan smartphone? 2. Bagaimana tingkat perilaku
konsumtif mahasiswa Fakultas Psikologi di Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang yang menggunakan smartphone? 3. Apakah ada hubungan self
esteem dengan perilaku konsumtif pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang menggunakan smartphone? 9 C.
Tujuan Penelitian 1. Mengetahui bagaimana tingkat self esteem mahasiswa
Fakultas Psikologi di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
yang menggunakan smartphone. 2. Mengetahui bagaimana tingkat perilaku konsumtif
mahasiswa Fakultas Psikologi di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang yang menggunakan smartphone. 3. Mengetahui apakah ada hubungan self
esteem dengan perilaku konsumtif pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang menggunakan smartphone. D.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan, dapat memberikan manfaat
teoritis dan praktis diantaranya : a) Manfaat teoritis Penelitian ini
diharapkan mampu memberikan tambahan khazanah keilmuan psikologi, khususnya
bidang psikologi perkembangan, psikologi industri dan organisasi dan psikologi
sosial. b) Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi
sebagai acuan untuk penelitian yang akan datang, khususnya berkaitan mengenai
hubungan self esteem dengan perilaku konsumtif pengguna smartphone.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Hubungan antara self esteem dengan perilaku konsumtif pengguna smartphone pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang." Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment