Abstract
INDONESIA:
Siswa SMA/MA adalah siswa yang berada pada usia remaja, masa untuk memasuki dunia pendidikan tinggi yang merupakan tempat untuk membentuk integritas karier yang didambakannya, mulai memilih akan mengambil jurusan IPA, IPS ataukah Bahasa. Faktor-faktor dalam pengambilan keputusan karier yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal antara lain faktor keluarga. Dari faktor keluarga dilihat dari keadaan keluarga yaitu struktur keluarga siswa, keluarga utuh dan keluarga broken home.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengambilan keputusan karier siswa dari keluarga utuh dan tingkat pengambilan keputusan karier siswa dari keluarga broken home di MA Mu’allimin Mu’allimat Rembang. Rancangan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan komparatif, dilakukan di MA Mu’allimin Mu’allimat Rembang, dengan populasi siswa kelas X. Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Quota Random Sampling meliputi 30 orang siswa dari keluarga utuh dan 30 orang siswa dari keluarga broken home. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi dan skala. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan skala Likert, yaitu skala Pengambilan Keputusan Karier berdasarkan teori Jordan. Teknik analisis menggunakan analisis prosentase dengan menggunakan skor standar dan standar deviasi untuk mendeskripsikan pengambilan keputusan karier siswa dari keluarga utuh dan broken home serta analisis Uji-t.
Hasil penelitian diketahui siswa dari keluarga utuh dikategorikan mampu sebesar 63% dan angat mampu sebesar 37% dalam pengambilan keputusan karier, sedangkan siswa dari keluarga broken home dikategorikan mampu sebesar 66,7% dan kurang mampu sebesar 33,3% dalam pengambilan keputusan karier. Berdasarkan hasil analisis diketahui ada perbedaan pengambilan keputusan karier siswa yang berasal dari keluarga utuh dan siswa yang berasal dari keluarga broken home di MA Mu’allimin Mu’allimat Rembang. Siswa MA Mu’allimin Mu’allimat Rembang yang berasal dari keluarga utuh memiliki kemampuan pengambilan keputusan karier yang lebih tinggi daripada siswa yang berasal dari keluarga broken home.
ENGLISH:
High school students are on their adolescence period, in which they prepare to enter the university, which is a place to build their future and career that they have dreamt. It is all started from choosing whether to take natural science, social science, or Language major. There are internal and external factors in career decision making. The external factors cover family factors. It is seen from student’s family structure, whether they are complete family or broken home family.
This research is aimed at knowing career decision making level on Mu’allimin Mu’allimat Islamic High School students, who are from complete family and students who are not, in Rembang. Sample draft in this research is using quote random sampling technique which comprises from 30 students from complete family and 30 students from broken home family. The methods of collecting data are observation, interview, documentation, and scale. The research instrument is Likert scale, a career decision making scale which is based on Jordan theory. The analysis techniques of this research are using t-test analysis and percentage analysis with standard score and standard deviation to describe student’s career decision making from complete and broken home family students.
The result research is that the students from complete family are categorized in capable for 63% and very capable for 37% in career making decision. Meanwhile, the students come from broken home family are categorized less capable for 33,3% and capable for 66,7% in making decision on their career. Based on the research finding, it is known that there are differences in career making decision from students of complete family and students of broken home family in Mu’allimin Mu’allimat Islamic high school in Rembang. The students from complete family have higher capability in making decision on their career that the students from broken home family.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak
dapat dilepaskan dari kegiatan mengambil sebuah keputusan. Setiap aktifitas
manusia dikenai proses berpikir, tentang tujuan, manfaat, serta bagaimana
mencapai tujuan yang telah ditsetapkan. Menurut Dermawan, manusia adalah
makhluk pembuat keputusan (decision making man), pengambil keputusan, penentu
atas sebuah pilihan dari sejumlah pilihan. Pengambilan keputusan terjadi setiap
saat sepanjang hidup manusia.1 Kehidupan manusia adalah kehidupan yang selalu
diisi oleh peristiwa pengambilan keputusan. Karena itulah kehidupan manusia
tidak dapat dilepaskan dari pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan adalah
sesuatu yang kodratilah (something innate) dalam diri manusia.2 Sehingga setiap
manusia tidak dapat menghindarinya karena pengambilan keputusan menjadi suatu
hal yang biasa diambil atau dilakukan dalam menghadapi berbagai permasalahan
untuk dapat mempertahankan hidupnya. Pengambilan keputusan merupakan kunci
kehidupan dan kegiatan yang penting dalam menjalani kehidupan ini. 1 Dermawan,
Rezki. Pengambilan Keputusan. (Bandung:Alfabeta,2004), h:1 2 Ibid, h:7 2 Marvis
menyatakan bahwa kesuksesan dan kegagalan setiap orang ditentukan oleh
keputusan yang mereka buat.3 Seiring dengan keputusan yang diambil, yang semula
mungkin dianggap sepele tetapi memiliki pengaruh yang sangat besar bagi
kehidupan seseorang. Dibutuhkan banyak faktor sebagai pertimbangan agar
keputusan yang diambil benar-benar tepat karena dalam proses pengambilan
keputusan akan berpengaruh terhadap hidupnya kelak maupun orang lain. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Marimin, bahwa dalam mengambil keputusan memberikan
pengaruh jangka panjang. Jangka panjang maksudnya bahwa implikasinya memiliki
jangkauan yang cukup jauh ke depan dan melibatkan sumber-sumber usaha yang
penting.4 Pengambilan keputusan dilakukan mulai hal yang sederhana, seperti
memilih warna baju, model pakaian, atau memilih menu makanan. Pengambilan
keputusan juga dilakukan dalam hal-hal yang kompleks seperti memilih teman
pergaulan, memilih calon suami atau istri, pemilihan karier dan lain
sebagainya. Yang dimaksud dengan kompleks yaitu dalam pengertiannya preferensi
pengambilan keputusan atas resiko dan waktu memiliki peranan yang besar.5
Banyak sekali masalah yang dihadapi membutuhkan suatu keputusan yang harus diambil.
Pengambilan keputusan yang bersifat rutin sehari-hari pun individu
kadang-kadang hanya melakukan pilihan alternatif melalui judgment sederhana, 3
Ibid, h:6 4 Marimin. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria
Majemuk. (Jakarta:PT Grasindo, 2005), h:10 5 Ibid. h:10 3 padahal keputusan
tersebut diperlukan suatu prosedur problem solving dengan tahapannya yang
sistematis. Masa remaja adalah saat meningkatnya pengambilan keputusan,
mengenai masa depan, teman yang akan dipilih, apakah akan belajar ke perguruan
tinggi, orang mana yang akan dikencani, apakah akan melakukan hubungan seks,
akan membeli mobil dan seterusnya.6 Remaja berada pada masa untuk memasuki
dunia pendidikan tinggi yang merupakan tempat untuk membentuk integritas karier
yang didambakan, akan tetapi banyak sekali masalah yang dihadapi remaja dalam
memutuskan sesuatu. Misalnya seorang siswa yang berminat untuk masuk jurusan
IPS akan tetapi orang tua menilai jurusan IPA lebih bagus, di sinilah masalah
yang sering dihadapi remaja, bagaimana keputusan yang paling baik untuk
diambil. Padahal, kemampuan remaja dalam mengambilan keputusan memiliki
konsekuensi yang sama dengan orang dewasa karena mempunyai dampak yang penting
sesuai dengan resikonya. Sedangkan proses perjalanan dalam pemilihan karier
sewaktu di SMA dapat dilihat saat mereka harus memilih jurusan sekolah, apakah
mengambil jurusan IPA, IPS atau Bahasa. Remaja sebagai salah satu fase dalam
kehidupan manusia dituntut untuk memenuhi tugasnya dalam memilih karier dan
menentukan karier. Tugas perkembangan karier menurut Havighurt yaitu mampu
memilih dan mempersiapkan kariernya. Tugas tersebut bertujuan memilih suatu
pekerjaan 6 Santrock, Adolescence, Perkembangan Remaja. (Jakarta: Erlangga,
2003), h:140 4 yang sesuai dengan kemampuan dan mempersiapkan diri, memiliki
pengetahuan tentang suatu pekerjaan.7 Menurut Dariyo karier mengandung
pengertian sebagai sebuah pilihan pekerjaan yang akan ditekuni selama hidup,
setiap orang dihadapkan dengan berbagai pilihan yang akan dijalani guna menopang,
mempertahankan maupun meningkatkan kesejahteraan hidup.8 Dalam kutipan yang
sama, Dariyo mengatakan bahwa remaja melakukan tugas untuk mengembangkan
kemampuan intelektual maupun keterampilan dasar guna mempersiapkan diri untuk
memasuki dunia riil di masyarakat sebagai anggota masyarakat yang dewasa, maka
persiapan dini sangat penting, sehingga dirinya dapat mengikuti perubahan
zaman. Salah satunya adalah bagaimana memilih program studi yang tepat sebagai
bekal untuk mengembangkan karier dirinya.9 Orang tua dan kawankawan sebaya
memiliki pengaruh yang kuat terhadap pilihan karier remaja.10 Anne Roe
menyatakan bahwa relasi orang tua-anak berperan penting dalam seleksi
pekerjaan.11 Siswa Sekolah Menengah Atas adalah siswa yang berada pada
rentangan usia remaja, pada jenjang ini, remaja berada pada masa untuk memasuki
dunia pendidikan tinggi yang merupakan tempat untuk membentuk integritas karier
7 Havighurt dalam Purnamasari, Marina. Kematangan Karir Santri Remaja di Pondok
Pesantren AlFalah 2 Nagreg Kabupaten Bandung Tahun Pelajaran 2011-2012.
Skripsi. Bandung: PPB FIP Universitas Pendidikan Indonesia. Online.
http://lppm.upi.edu/ . h;34 8 Dariyo, Agus. Psikologi Perkembangan Remaja.
(Bogor:Ghalia Indonesia, 2004), h:66 9 Ibid. h;67 10 Vondracek & Porfeli at
all, dalam Santrock. Remaja Edisi 11 Jilid 2. (Jakarta: Erlangga, 2007), h; 176
11 Santrock, John. W. Op,cit. (Jakarta: Erlangga, 2007), h; 177 5 yang
didambakannya. Menurut Lambert dalam Manrihu berpendapat bahwa terdapat
beberapa faktor internal seperti kemampuan akademis, bakat dan minat, juga
faktor eksternal antara lain keluarga, jenis kelamin, sekolah, tersedianya
informasi pekerjaan, dan karakter pribadi mempengaruhi individu dalam mengambil
keputusan karier.12 Beberapa penelitian (Knowles, 1998; Marjoribanks, 1997; Mau
dan Bikos, 2000; Smith, 1991; Wilson dan Wilson, 1992) yang dikutip dalam
sebuah jurnal telah menemukan bahwa remaja dan orang dewasa muda mengutip orang
tua sebagai pengaruh penting pada pilihan karier mereka.13 Variabel lainnya
juga telah terbukti mempengaruhi aspirasi karier termasuk pekerjaan orang
tua.14 Taylor dkk mengatakan parent are influential figures with whom,
whethever intentionally or unintentionally, children become aware of and get
exposed to occupations or career opportunities an implied expectations.15
Artinya bahwa orang tua adalah tokoh yang berpengaruh terhadap anak mereka,
apakah disengaja atau tidak disengaja, anak-anak menjadi sadar dan mendapatkan
pekerjaan atau peluang karier dan harapan yang tersirat. Dalam kutipan yang
sama Taylor memgatakan interactions with their children, which then indirectly
or directly influence choices they make in the future, yang artinya 12 Manrihu,
Mohammad Thayeb. Pengantar Bimbingan dan Konseling Karier. (Jakarta: Bumi Aksara.1992),
h;154-155 13Taylor, Jeffrey, Marcia B.H & Susan T. Parent Have Their Say.
Jurnal online, http://www.cazenovia.edu/ . 14 Trice, A. D. (1991). “Stability
of children’s career aspirations.” The Journal of Genetic Psychology, 152, h;
137-139. 15 Taylor, dkk, op,cit. 6 interaksi dengan anak-anak mereka, yang
kemudian secara tidak langsung atau langsung mempengaruhi pilihan yang mereka
buat di masa depan. Orang tua menyampaikan pengaruh mereka melalui interaksi
seperti percakapan dan melalui reaksi mereka (baik verbal maupun non verbal).
Ini kemudian mempengaruhi apa yang anak pikirkan, katakan dan melihat berbagai
karier. Peristiwa perceraian dalam keluarga senantiasa membawa dampak yang
mendalam. Kasus ini menimbulkan stress, tekanan dan menimbulkan perubahan fisik
dan mental.16 Keadaan tersebut dialami oleh semua pihak anggota keluarga, ayah,
ibu dan anak. Hetherington mengadakan penelitian terhadap anak-anak berusia 4
tahun pada saat kedua orang tua bercerai. Penelitian tersebut ingin menyelidiki
apakah kasus perceraian itu akan membawa pengaruh bagi anak berusia 4 tahun dan
di atas 4 tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa kasus perceraian itu akan membawa
trauma pada setiap tingkat usia anak, meski dengan kadar berbeda.17 Juth
Wallerstein dan Joan Kelly meneliti 60 keluarga yang mengalami kasus perceraian
di Kalifornia. Penelitian ini menemukan bahwa anak usia belum sekolah akan
lebih mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri menghadapi situasi yang baru.
Sementara anak usia remaja dilaporkan mereka mengalami trauma yang mendalam.18
Jika keadaan hubungan antara ayah dan ibu tidak 16 Cavanagh, John R.
Fundamental Marriage Counseling A Catholic Viewpoint. Dalam Save M. Dagun.
Psikologi Keluarga. (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h;145 17 Save, M. Dagun.
Psikologi Keluarga. (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h; 147 18 Ibid, h;148 7
harmonis, maka keluarga tersebut akan diliputi konflik yang sengit, lenyapnya
penghargaan, hilangnya sikap saling menghormati dan sebagainya.19 Majalah Times
telah menulis sebuah laporan tentang buku yang ditulis oleh Jeane Raynolds
dengan judul Laisa Amamal Athfaal yang menyebutkan bahwa 40-50% anak-anak yang
melihat sengitnya konflik keluarga mengalami masalah dalam menjalin hubungan
dengan yang lainnya dan mengalami masalah dalam pendidikan.20 Kemudian fakta di
lapangan memperlihatkan tingginya angka perceraian di Rembang. Pengadilan Agama
Kabupaten Rembang menyebutkan jumlah perkara yang masuk akhir 2009 lalu
mencapai 1.136 dan lebih dari 95% adalah kasus perceraian. Pada tahun 2008 lalu
tercatat ada 942 perkara, dimana 906 diantaranya merupakan kasus gugat cerai.21
Kemudian data yang dimili oleh NU Rembang menyebutkan pengajuan perceraian di
Rembang selama Januari-Juli 2011 lebih dari 600 kasus.22 Pengadilan Agama
Rembang saat ini tercatat dalam dua bulan saja pada tahun 2012 ada 171 perkara
perceraian dengan kasus perselingkuhan, ekonomi keluarga, mabuk, perjudian, dan
KDRT.23 Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan peneliti
terhadap siswa di kelas X, sebagian mengungkapkan bahwa mereka masih 19 Abdul
‘Id, Athif. Mendidik Anak dengan Kasih Sayang. (Solo:Abyan, 2009), h;76 20
Ibid, h;77 21Cybernews. 07 Januari 2010. Angka Perceraian di Rembang Mencapai
1.084 Perkara. http://www.yiela.com/. Diakses pada tanggal 17 Februari 2012
22NU online. 05 Agustus 2011. Angka Perceraian di Rembang Diperkirakan Naik.
http://www.nu.or.id/page/ diakses pada tanggal 17 Februari 2012 23 Warta
merdeka. 25 Februari 2012. Awal 2012 Angka Perceraian di Rembang Naik.
http://wartamerdeka.com/. Diakses pada tanggal 1 Maret 2012 8 bingung dan
ragu-ragu terhadap karier mereka di masa depan. Mereka juga bimbang apakah akan
mengambil jurusan IPA, IPS ataukah Bahasa, akan melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi dengan pilihan jurusan apa ataukah langsung
bekerja. Mereka mengatakan bahwa mereka sangat membutuhkan nasehat dari orang
yang lebih dewasa, terutama nasehat dan dukungan dari orang tua untuk
memutuskan jurusan yang akan dipilihnya. Creed, Patton, dan Prideaux, (2006) di
dalam jurnal penelitiannya mengungkapkan bahwa sebanyak 50% siswa mengalami
kebingungan dalam pengambilan keputusan karier.24 Pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh remaja sama pentingnya dengan pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh dewasa. Keputusan pengambilan jurusan ketika di SMA sangat
berpengaruh terhadap masa depan mereka. Merupakan awal dari pengambilan
keputusan karier itu sendiri, karenanya remaja SMA seharusnya dapat mengambil
keputusan yang tepat, karena akan mempengaruhi masa depan mereka. Namun, seringkali
remaja merasa bingung dan bimbang dengan pilihan karier mereka, karena itulah
remaja membutuhkan dukungan dari keluarga mereka. Hubungan yang harmonis dan
interaksi yang baik antar orang tua dengan anak membantu remaja dalam mengambil
keputusan karier mereka. Namun, bagaimana jika di dalam keluarga terdapat
perpecahan, yang membawa dampak terhadap semua anggota keluarga. 24 Creed, P.
A, Patton, W., and Prideaux. Predicting change over time in careen planning and
career exploration for high school students. Journal of Adolescence. 9 Orang
tua akan disibukkan dengan masalah-masalah mereka sendiri, padahal remaja
membutuhkan bantuan orang tuanya dalam memilih karier meraka. Penelitian
tentang pengambilan keputusan pernah dilakukan oleh Sulistiyowati (2010) yang
meneliti tentang perbedaan pengambilan keputusan siswa dari keluarga utuh
dengan siswa dari keluarga broken home di SMA Negeri 2 Malang, hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari kelurga utuh di SMA Negeri 2 Malang dikategorikan mampu
dalam pengambil keputusan, dengan presentase sebesar 95,23%, sedangkan siswa
dari keluarga broken home di SMA tersebut dikategorikan kurang mampu dalam
mengambil keputusan dengan presentase sebesar 62,5%. Berdasarkan hasil
analisisnya diketahui ada perbedaan keputusan siswa yang berasal dari keluarga
utuh dan siswa yang berasal dari keluarga broken home di SMA Negeri 2 Malang.25
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui
tingkat pengambilan keputusan karier siswa dari keluarga utuh di MA Mu’allimin
Mu’allimat Rembang dan tingkat pengambilan keputusan siswa dari keluarga broken
home di MA Mu’allimin Mu’allimat Rembang, serta perbedaan di antara keduanya,
dengan membuat sebuah skala pengambilan keputusan karier yang akan disebarkan
kepada para siswa dari keluarga utuh dan dari keluarga broken home. Keadaan
keluarga dalam penelitian ini merupakan variabel bebas dan pengambilan
keputusan karier merupakan varibel terikat. 25Sulistiyowati. 2010. Perbedaan
Pengambilan Keputusan Siswa dari Keluarga Utuh dengan Dari Keluarga Broken Home
di SMA Negeri 2 Malang. (Skripsi) (Malang: Jurusan Bimbingan Konseling dan
Psikologi Universitas Negeri Malang) 10 Keluarga yang utuh dalam penelitian ini
merupakan keluarga yang secara stuktur masih lengkap, yaitu terdapat ayah dan
ibu, serta terdapat interkasi yang harmonis di dalam keluarga, sedangkan
keluarga broken home merupakan keluarga yang terjadi keretakan, berupa
perceraian ataupun kematian, serta terdapat interaksi yang tidak harmonis. Oleh
karena itu peneliti mengangkat judul “Perbedaan Pengambilan Keputusan Karier
Siswa Dari Keluarga Utuh dan Dari Keluarga Broken Home di MA Mu’allimin
Mu’allimat Rembang” B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan
masalah yang ingin diperoleh jawabannya dalam penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana tingkat pengambilan keputusan karier siswa-siswi dari keluarga utuh
di MA Mu’allimin Mu’allimat Rembang? 2. Bagaimana tingkat pengambilan keputusan
karier siswa-siswi dari keluarga broken home di MA Mu’allimin Mu’allimat
Rembang? 3. Bagaimana tingkat perbedaan pengambilan keputusan karier
siswa-siswi dari keluarga utuh dan dari keluarga broken home di MA Mu’allimin
Mu’allimat Rembang? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah
dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah: 1. Untuk mengetahui tingkat pengambilan keputusan karier siswa-siswi
dari keluarga utuh di MA Mu’allimin Mu’allimat Rembang? 11 2. Untuk mengetahui
tingkat pengambilan keputusan karier siswa-siswi dari keluarga broken home di
MA Mu’allimin Mu’allimat Rembang? 3. Untuk mengetahui tingkat perbedaan
pengambilan keputusan karier siswasiswi dari keluarga utuh dan dari keluarga
broken home di MA Mu’allimin Mu’allimat Rembang? D. Manfaat Penelitian Sedangkan
manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis:
Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan keilmuan bagi keilmuan yang
terkait, sekaligus sebagai bahan telaah bagi penelitian selanjutnya, serta
dapat memberi pemahaman pada pembaca tentang pentingnya melakukan pengambilan
keputusan terutama dalam hal kariernya 2. Manfaat Praktis: Secara praktis
penelitian ini dapat digunakan sebagai: a. Bagi siswa-siswi MA Mu’allimin
Mu’allimat Rembang baik yang dari keluarga utuh maupun dari keluarga broken
home, agar mereka mengetahui tentang pentingnya sebuah keputusan. b. Bagi guru,
konselor dan orang tua, agar dapat membimbing mereka dalam mengambil sebuah
keputusan kariernya yang sangat penting untuk masa depan mereka
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" : Perbedaan pengambilan keputusan karier siswa dari keluarga utuh dan dari keluarga broken home di MA Mu’allimin Mu’allimat Rembang.." Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment