Abstract
INDONESIA:
Adanya proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan motivasi belajar siswa lebih banyak ditentukan dalam lingkungan keluarga. Kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara terus-menerus perlu dikembangkan kepada semua orangtua. Dari banyak masalah yang terjadi disekolah ternyata faktor pada siswa antara lain motivasi belajar. Berdasarkan hal tersebut, dapat dicari bagaimana tingkat pola asuh demokratis orangtua pada siswa kelas V MI (Madrasah Ibtidaiyah) Thoriqotul Hidayah Gendong Laren Lamongan, bagaimana tingkat motivasi belajar siswa kelas V MI (Madrasah Ibtidaiyah) Thoriqotul Hidayah Gendong Laren Lamongan, dan adakah pengaruh pola asuh demokratis orangtua terhadap motivasi belajar siswa kelas V MI (Madrasah Ibtidaiyah) Thoriqotul Hidayah Gendong Laren Lamongan.
Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat pola asuh demokratis orangtua pada siswa kelas V MI (Madrasah Ibtidaiyah) Thoriqotul Hidayah Gendong Laren Lamongan, untuk mengetahui seberapa besar tingkat motivasi belajar siswa kelas V MI (Madrasah Ibtidaiyah) Thoriqotul Hidayah Gendong Laren Lamongan, dan untuk mengetahui adanya pengaruh pola asuh demokratis orangtua terhadap motivasi belajar siswa kelas V MI (Madrasah Ibtidaiyah) Thoriqotul Hidayah Gendong Laren Lamongan.
Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dan jenisnya berupa kuantitatif yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya pengaruh antara dua variabel. Metode pengumpulan data berupa angket, observasi dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa-siswi kelas V MI (Madrasah Ibtidaiyah) Thoriqotul Hidayah Gendong Laren Lamongan yang berjumlah 57 siswa, terdiri dari 30 perempuan dan 27 laki-laki. Analisa data yang digunakan adalah regresi linear sederhana dengan menggunakan komputer program SPSS 16.0 for windows.
Berdasarkan hasil analisa dapat diketahui bahwa tingkat pola asuh demokratis orangtua pada siswa kelas V MI (Madrasah Ibtidaiyah) Thoriqotul Hidayah Gendong Laren Lamongan berada pada kategori sedang, dengan responden yang berjumlah 35 siswa atau 61%. Sedangkan tingkat motivasi belajar (yaitu intrinsik dan ekstrinsik) yang dimiliki oleh siswa kelas V MI (Madrasah Ibtidaiyah) Thoriqotul Hidayah Gendong Laren Lamongan diketahui pada kategori sedang, dengan responden yang berjumlah 38 siswa atau 66,7%. Pengaruh antara pola asuh demokratis orangtua terhadap motivasi belajar siswa sangat signifikan, dimana diketahui nilai koefisien korelasi 0.379 (37.9%) pada taraf P=0.004. pola asuh demokratis orangtua mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap motivasi belajar siswa.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.1 Indonesia
sekarang ini menghadapi transformasi dari masyarakat agraris kemasyarakat
industri dan nantinya ke masyarakat informasi, dimana untuk pengambilan
keputusan terbuka banyak kemungkinan pilihan. Siswa kita perlu belajar
bagaimana menggunakan potensi-potensi secara optimal untuk menemukan jawaban
yang inovatif terhadap masalah. Siswa adalah subjek yang terlibat dalam
kegiatan belajar disekolah. Dalam kegiatan tersebut siswa juga mengalami tindak
mengajar dan merespons dengan kegiatan belajar. Pada umumnya, semua siswa
memang belum menyadari pentingnya belajar. Berkat informasi guru tentang
sasaran belajar, maka siswa mengetahui apa arti belajar baginya.2 Pendidikan
merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk membentuk generasi yang
siap mengganti tongkat estafet generasi tua dalam rangka membangun masa depan.
Karena itu pendidikan berperan mensosialisasikan 1 UU no 20 Tahun 2003.”Syistem
Pendidikan Nasional Bab I, Pasal I”. 2003. Hal:3 2 Dimyati dan Mujiono, Belajar
dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), hal. 22 2 kemampuan baru
kepada mereka agar mampu mengantisipasi tuntutan masyarakat yang dinamik. Dalam
keseluruhan proses pendidikan tujuannya untuk menyiapkan generasi penerus yang
berkualitas, baik moral maupun intelektual serta berketerampilan dan
bertanggung jawab. Salah satu upaya untuk menyiapkan genearasi penerus tersebut
adalah melalui lembaga sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling
pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak
bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai
peserta didik. Siswa mengalami suatu proses belajar. Dalam proses tersebut,
siswa menggunakan kemampuan mentalnya untuk mempelajari bahan belajar.
Kemampuankemampuan kognitif, afektif, psikomotorik yang dibelajarkan dengan
bahan belajar menjadi semakin rinci dan menguat. Adanya informasi tentang
sasaran belajar, adanya penguatan-penguatan, adanya evaluasi dan adanya
keberhasilan belajar, menyebabkan siswa semakin sadar akan kemampuan dirinya.3
Amanat pembukaan UUD Negara RI 1945 menghendaki agar bangsa Indonesia
sejahtera, cerdas, dan dapat berperan di dunia. Semua ini berkaitan erat dengan
pendidikan bermutu tinggi. Disamping itu, telah dicanangkan dalam empat pilar
pembelajaran dari UNESCO pada akhir abad ke-20, yaitu learning to know (belajar
untuk tahu), learning to do (belajar untuk berbuat), learning to be (belajar
untuk membangun jati diri), dan learning together (belajar untuk hidup bersama
secara harmonis).4 3 Ibid 4Koko Martono, Peranan Buku dalam Proses Belajar
Mengajar, (Jakarta: http://ganeca.blogspirit.com /ge_mozaik_juni_2005), Akses:
11 Desember 2012 3 Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokratis dan bertanggungjawab.5 Hal ini berarti pendidikan
merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan
diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan
perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara adekuat
(cocok) dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian pendidikan bagi kehidupan
manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa
adanya pendidikan mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang
sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep
pandangan hidup mereka. Oleh karena itu pendidikan dipandang mempunyai peranan
pokok atau penting dalam kehidupan bangsa dimasa depan, karena istilahnya
sebagai sarana dalam rangka mempersiapkan atau melahirkan SDM (Sumber Daya
Manusia) yang unggul dan berkualitas, sebagai generasi penerus bangsa yang
nantinya akan memegang tonggak kehidupan suatu bangsa. Dalam pendidikan
diharapkan dapat menghasilkan manusia yang memiliki kesiapan dalam memasuki era
globalisasi dan industrialisasi. SDM (Sumber Daya Manusia) sangat menentukan
kemajuan dari suatu bangsa, khususnya bangsa Indonesia. Dalam artian, apabila
sumber daya manusia itu 5 Undang-undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. (Bandung: Qanon, 2004), hlm 12 4 berkualitas dan unggul, maka
secara otomatis bangsa tersebut akan maju dan sebaliknya apabila sumber daya
manusia tersebut mengalami dekadensi (penurunan), maka bangsa tersebut akan
mundur bahkan bisa juga mengalami stagnansi (pemberhentian). Oleh karena itu
anak berprestasi merupakan aset Negara yang perlu kita bina dan dukung untuk
tetap mempertahankan prestasinya dalam rangka untuk mempersiapkan kelanjutan
kehidupan suatu Negara. Sarana proses belajar mengajar yang lengkap tentu akan
menambah motivasi belajar siswa, sebaliknya sarana yang kurang dapat
mengakibatkan penyampaian materi pelajaran kurang baik. Sekolah yang didalamnya
terdapat media pembelajaran sebagai fasilitator dan guru sebagai motivator bagi
siswa dalam meningkatkan mutu pendidikan, diharapkan tidak hanya berdasarkan
pada nilai yang didapat siswa melainkan aplikasi dari pengetahuan yang
diperoleh dalam bentuk konkret. Sehingga dapat dirasakan kamajuan dan
keberhasilan dari pengajar. Pendekatan dan metode proses belajar mengajar harus
bervariasi, karena jika monoton akan menyebabkan kejenuhan. Potensi siswa tidak
sepenuhnya tergali, bahkan selalu kurang control dalam pengembangan kemampuan.
Jika dibiarkan akan menambah permasalahan dan menghambat belajar mereka.6 Dalam
proses belajar mengajar, guru juga menanam informasi dibenak siswa, kemudian
siswa melakukan suatu rangkaian kegiatan agar informasi itu tumbuh dan
berkembang sehingga mencapai kompetensi yang diinginkan.7 Pada diri siswa
terdapat kekuatan mental yang menjadi penggerak belajar yang berasal dari berbagai
sumber. Siswa belajar karena didorong kekuatan mentalnya baik 6 Dimyati dan
Mujiono, op.cit, hal. 101 7 Dimyati dan Mujiono, op.cit, hal. 104 5 yang
tergolong rendah atau tinggi (berupa keinginan, perhatian, kemauan, dan
citacita). Ahli psikologi pendidikan menyebut kekuatan mental yang mendorong
terjadinya belajar sebagai motivasi belajar.8 Seperti dalam teori social
learning Bandura yang menyatakan bahwa motivasi merupakan tahap terakhir dalam
proses belajar, dimana sebelumnya melalui tahap perhatian, tahap penyimpanan
dalam ingatan, tahap reproduksi dan yang terakhir barulah tahap motivasi.9
Dalam belajar, motivasi memegang peranan yang penting. Motivasi merupakan
pendorong siswa dalam belajar. Intensitas belajar siswa sudah tentu dipengaruhi
oleh adanya motivasi. Siswa yang ingin mengetahui sesuatu dari apa yang
dipelajarinya adalah sebagai tujuan yang ingin siswa capai selama belajar.
Karena siswa mempunyai tujuan ingin mengetahui sesuatu itulah akhirnya
terdorong untuk mempelajarinya. Oleh karena itu, motivasi tidak dapat
dipisahkan dari aktivitas belajar siswa. Siswa dengan motivasi belajar yang
tinggi yaitu siswa yang berusaha membuat aktivitas akademiknya menjadi lebih
berarti dan bermakna serta berusaha untuk mengambil aktivitas akademik tersebut.
Peran orang tua dan peran guru adalah dua factor penting dalam mengembangkan
motivasi belajar siswa. Karena dengan motivasi yang kuat, maka hambatan apapun
yang ditemui akan dengan sendirinya secara gigih pula usaha untuk
mengatasinya.10 Prestasi belajar yang tinggi merupakan idaman atau kebanggaan
bagi setiap siswa, bahkan bukan hanya mereka saja namun juga orang-orang yang
ada 8 Ibid, hal. 80 9 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar. (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004), hal. 112 10 Supardi Sadarjoen, Pernak-Pernik Hubungan
Orangtua-Remaja Anak “Bertingkah” Orangtua Mengekang. (Jakarta: Kompas, 2005),
hal. 117 6 disekelilingnya. Dalam proses belajar untuk mencapai suatu prestasi,
pasti tidak lepas dari adanya factor-faktor yang melatar belakanginya. Menurut
Clark bahwa hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa
dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.11 Dimyati dan Mujiono, menyatakan bahwa
adanya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi siswa dalam belajar salah satunya
adalah faktor eksternal, dimana kondisi lingkungan disekitar siswa terutama
pada lingkungan keluarga.12 Menurut Purwanto bahwa ada beberapa factor yang
mempengaruhi prestasi belajar yaitu factor internal, terdiri dari: fisiologis
dan psikologis, sedangkan factor eksternal, terdiri dari: lingkungan dan
instrumental. Lingkungan itu meliputi: keluarga, sekolah, teman, dan
masyarakat.13 Faktor tersebut juga diperkuat oleh pernyataan Locke (1623-1704),
mengungkapkan teori tabula rasanya. Ia beranggapan bahwa jiwa manusia ibarat kertas
putih yang kosong. Akan menjadi bagaimana jiwa seseorang tersebut nantinya
sangat tergantung pada apa dan bagaimana pengalaman atau pendidikan yang telah
diterima oleh seseorang itu dari lingkungannya.14 Dalam hal ini termasuk
lingkungan keluarga yang sangat berpengaruh dalam pembentukan pribadi siswa.
Keluarga merupakan salah satu factor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar siswa, yang didalamnya terdapat pola asuh orangtua yang nantinya sangat
berpengaruh pada motivasi belajar dan prestasi siswa. Keluarga merupakan
lingkungan yang memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak, termasuk
perkembangan motivasi dan prestasi belajarnya. Kondisi atau tata cara kehidupan
keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan motivasi dan 11
Nana Sujana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT. Sinar Baru
Albensindo, 2000), hlm. 39 12 Dimyati dan Mudjiono, op. cit, hal. 99 13 Ngakim
Purwanto. Psikologi Pendidikan Edisi ke2 (Bandung: CV. Renadja Karya, 1988),
hlm. 112 14 Gerungan, Psikologi Sosial, (Yogyakarta: Andi, 2001), hal. 13 7
prestasi belajar anak. Orangtua memegang peranan yang penting dalam pembentukan
pribadi anak. Orangtua yang mewarnai tabiat, sikap dan tingkah laku anak,
karena bagaimanapun juga lingkungan keluarga yang berpengaruh terhadap
perkembangan jasmani dan rohani anak. Hal ini sesuai dengan ungkapan Zakiyah
Darajat bahwa hubungan orangtua terhadap pertumbuhan jiwa anak tersebut.
Hubungan yang serasi, penuh pengertian, dan kasih sayang, akan membawa pada pembinaan
pribadi yang tenang dan mudah dididik, karena mendapatkan kesempatan yang cukup
baik untuk tumbuh dan berkembang. Tapi hubungan orangtua yang tidak serasi,
banyak perselisihan dan percekcokan akan membawa anak kepada pertumbuhan yang
sukar dan tidak mudah dibentuk.15 Jadi keluarga merupakan lingkungan yang
pertama dan utama dalam memberikan pengaruh yang mendalam terhadap kehidupan,
pertumbuhan dan perkembangan anak menuju kearah kedewasaan. Oleh karena itu
keterlibatan orangtua memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap
keberhasilan anak dalam belajar, karena keluarga lingkungan yang terdekat dan
pertama kali yang dikenal oleh seorang anak. Didalamnya mereka dibesarkan,
didewasakan dan juga diberikan pendidikan. Pengalaman pertama anak tersebut akan
terus terbawa sampai anak menginjak dewasa. Hal ini sebagaimana diungkapkan
oleh Sardiman bahwa kelurga merupakan lingkungan pertama yang dikenal oleh anak
dan memberikan pengalaman pendidikan yang pertama. Banyak hal yang dipelajari
anak ketika ada dirumah tentang kehidupan social dalam keluarga akan
mempengaruhinya bila kelak berhubungan atau berinteraksi dengan lingkungan luar
yaitu disekolah dan masyarakat.16 Selain itu 15 Zakiyah Darajat. Ilmu Jiwa
Agama (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2003), hlm. 67) 16 Siti Partini Suardiman.
Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: Studing, 1988), hlm. 104 8 Wirowidjoyo juga
mengungkapkan bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan
utama yang sangat menentukan pendidikan anak pada jenjang berikutnya.17 Pemikiran
diatas menunjukkan bahwa peran edukatif keluarga (orangtua) merupakan kebutuhan
yang mutlak bagi setiap anak dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam dunia
belajarnya, baik dirumah maupun disekolah. Orangtua merupakan salah satu factor
yang turut menentukan keberhasilan belajar anak disekolah. Keterlibatan
orangtua diantaranya ia berperan sebagai pendidik dalam keluarga, menciptakan
iklim keluarga yang tenang, aman, dan sehat, sehingga memungkinkan terciptanya
suasana belajar yang lebih baik. Bahkan sikap dan perhatiannya ikut mewarnai
perkembangan motivasi dan prestasi belajar anak disekolah meskipun hal tersebut
harus yang ditunjang oleh factor yang ada didalam diri anak sendiri. Untuk itu
keluarga (orangtua) dituntut untuk memfasilitasi berbagai macam kebutuhan anak
dalam belajarnya. Belajar anak dalam keluarga dirumah tidak lain adalah sebagai
upaya menunjang prestasi belajar disekolah. Hampir semua orangtua mendambahkan
anaknya berprestasi dalam belajar disekolahnya, sehingga orangtua semaksimal mungkin
untuk mencarikan cara bagaimana agar dapat menjadikan anaknya berhasil dan
berprestasi dalam menempuh pendidikan disekolahnya. Kehadiran orangtua
sangatlah berharga bagi perkembangan kepribadian dan motivasi seorang anak.
Namun yang terpenting dalam hal ini adalah bagaimana para orangtua menerapkan
pola asuh untuk dapat mengembangkan dan memotivasi anak - anaknya terutama pada
saat mereka sedang belajar. Pola asuh orangtua tidak hanya 17 Slameto. Belajar
dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Bina Aksara, 2003), hlm. 1 9
menimbulkan hubungan yang kuat didalam keluarga tetapi juga sikap dan perilaku
anak tersebut. Banyak orang mengatakan bahwa anak berprestasi disekolah
disebabkan karena keterlibatan orangtua yang sangat intensif dirumah dalam
membantu anak menyelesaikan tugas - tugas disekolah dan termasuk pula dalam
membantu menyelesaikan kesulitan anak dalam belajar. Namun demikian cara yang
ditempuh oleh orangtua dalam menciptakan suasana belajar anak dirumah tidaklah
sama antara keluarga satu dengan keluarga yang lainnya. Hal ini mungkin
disebabkan oleh berbagai latar belakang kehidupan keluarga yang bersangkutan.
Akan tetapi pada prinsipnya peran orangtua dalam menciptakan suasana belajar
anak dirumah sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar anak disekolah.
Untuk itu berbagai upaya orangtua dalam mendidik anak dirumah perlu sekali
dicarikan formatnya sehingga dapat dijadikan contoh dan ditiru oleh semua
orangtua pada umumnya dalam menghantarkan pendidikan anaknya kelak. Adapun pola
asuh orangtua yang diterapkan itu berbeda - beda tergantung pada status social,
budaya tempat tinggal serta latar belakang pekerjaan orangtua. Tiap-tiap pola
asuh yang diterapkan itu mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri. Menurut
Baumrind bahwa pola asuh orangtua itu terbagi menjadi tiga macam, yaitu: pola
asuh otoriter, yaitu pemegang peranan ada pada orangtua, pola asuh demokratis
yaitu pola asuh yang disesuaikan dengan perkembangan anak, dan pola asuh
permisif yaitu pemegang peranan adalah anak.18 Diantara ketiga pola asuh ini
yang paling efektif untuk diterapkan adalah pola asuh demokratis, karena pola
pengasuhannya berjalan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak,
sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar anak. 18 Mussen. Perkembangan dan
Kepribadian Anak (Jakaerta: Arcan, 1994), hlm. 399 10 Penelitian terdahulu
menunjukkan adanya kesenjangan, yaitu hasil penelitian Mar’atus Sholikhah
tentang “hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas II SMP
Islam 01 Pujon Malang” menunjukkan bahwa: ada hubungan yang signifikan antara
pola asuh bebas dengan prestasi belajar siswa kelas II SMP Islam 01 Pujon
Malang. Dalam artian pola asuh orangtua yang bebas dapat meningkatkan prestasi
akademik anak atau mendukung anak berprestasi akademik disekolah.19 Penentuan
lokasi penelitian di MI (Madrasah Ibtidaiyah), karena mengingat ketergantungan
anak pada orangtuanya itu lebih tinggi dibandingkan jenjang pendidikan
diatasnya. Peneliti memilih MI Thoriqotul Hidayah Gendong Laren Lamongan
sebagai lokasi penelitian, mengingat MI Thoriqotul Hidayah tersebut merupakan
lembaga pendidikan yang banyak menampung siswa-siswi yang sebagian besar
orangtuanya seorang pendidik, secara otomatis juga mempunyai pandangan yang
luas bagaimana dapat memberikan pola asuh yang baik pada anaknya dan
kemungkinan berpengaruh pada motivasi belajarnya. Dan juga karena faktor
orangtua siswa yang heterogen (mempunyai latar belakang yang beragam), yaitu
pegawai negeri, wiraswasta, dan petani. Menurut uraian diatas, dapat
disimpulkan bahwa terdapat adanya pengaruh pola asuh demokratis orangtua
terhadap motivasi belajar siswa. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis sangat
tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang bagaimana “Pengaruh Pola Asuh
Demokratis Orangtua Terhadap Motivasi Belajar Siswa”. 19 Mar’atus Sholikhah.
Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas II SMP Islam 01
Pujon Malang, Skripsi Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 2004, hlm. 64 11 B. Rumusan
Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
dirumuskan menjadi beberapa pokok permasalahan yang akan dikemukakan,
diantaranya adalah: 1. Bagaimana tingkat pola asuh demokratis orangtua pada
siswa kelas V MI Thoriqotul Hidayah Gendong Laren Lamongan? 2. Bagaimana tingkat
motivasi belajar siswa kelas V MI Thoriqotul Hidayah Gendong Laren Lamongan? 3.
Adakah pengaruh pola asuh demokratis orangtua terhadap motivasi belajar siswa
kelas V MI Thoriqotul Hidayah Gendong Laren Lamongan? C. Tujuan Penelitian 1.
Untuk mengetahui tingkat pola asuh demokratis orangtua pada siswa kelas V MI
Thoriqotul Hidayah Gendong Laren Lamongan. 2. Untuk mengetahui seberapa besar
tingkat motivasi belajar siswa kelas V MI Thoriqotul Hidayah Gendong Laren
Lamongan. 3. Untuk mengetahui adanya pengaruh pola asuh demokratis orangtua
terhadap motivasi belajar siswa kelas V MI Thoriqotul Hidayah Gendong Laren
Lamongan. D. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini, peneliti bermaksud
memberikan manfaat baik secara praktis maupun secara teoritis, adapun manfaat
yang diperoleh sebagai berikut: 12 1. Secara Teoritis Manfaat yang diperoleh
melalui penelitian ini adalah menambah wawasan dan pengetahuan khususnya dalam
psikologi pendidikan dan perkembangan terutama dalam pola asuh demokratis
orangtua. Dan diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmiah baik
secara langsung maupun tidak langsung sebagai salah satu sumber referensi pada
mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. 2.
Secara Praktis a. Bagi peneliti, merupakan pengalaman yang dapat digunakan
untuk bekal meningkatkan pengetahuan dan kemampuan sesuai dengan disiplin ilmu
yang telah ditekuni. b. Bagi sekolah, sebagai bahan informasi dalam upaya
meningkatkan kualitas anak didik disekolah. c. Bagi siswa MI Thoriqotul Hidayah
Gendong Laren Lamongan, untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh pola asuh
demokratis orangtua terhadap motivasi belajar siswa. d. Bagi orangtua, sebagai
pedoman dalam menerapkan pola asuh yang tepat dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa dengan jalan menciptakan kondisi lingkungan keluarga yang
kondusif atau pola asuh yang sesuai dengan tingkat perkembangan.
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment