Abstract
INDONESIA:
Konflik antar perguruan silat sering kali terjadi. Hal ini didasari oleh sikap fanatisme. Sikap ini berkembang dari kebanggan kolektif. Kebanggaan secara teoritis, sangat berhubungan dengan konsep identitas sosial dan harga diri kolektif.(Rubin & Hewstone, 1998). Pada penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan kebanggan kolektif masa beberapa perguruan silat. Penelitian ini mengunakan teori kebanggaan dari Sullivan (2013).Kebanggaan kolektif dicirikan dengan emosi positif, identitas sosial tinggi dan harga diri kolektif yang tinggi.
Penelitian melibatkan 150 responden dengan rincian 50 subyek dari anggota kelompok kera sakti, 50 subyek dari anggota kelompok setia hati dan 50 subyek dari anggota kelompok perguruan silat. Pengukuran kebanggaan kolektif, terdiri dari 24 item, validitas dari yang terkecil 0,272 sampai 0,910 dan reliabilitas sebesar 0.908.
Hasil dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan tingkat kebanggaan kolektif anggota kelompok perguruan silat Kera Sakti, Setia hati dan pagar nusa. Kelompok Kera Sakti (rerata sikap 63.56), kelompok pagar nusa (rerata sikap 72.74) dan kelompok setia hati (rerata sikap 67.54). Hal ini menunjukkan perbedaan yang signifikan Collective Pride terhadap kelompok-kelompok tersebut pernyataan tersebut didasarakan pada hasil uji F dengan menggunakan Anova, hasilnya ditemukan nilai F=7.036p=0.01 (p= 0.01 = Signifikan).
ENGLISH:
Clashes between perguruan silat frequently happen. This is based on the attitude of fanaticism. This attitude is developed from a collective pride. The pride is associated theoretically with the concept of social identity and collective self- esteem (Rubin & Hewstone, 1998). This study is aimed to find out the differences in collective pride among the mass at several perguruan silat. This study uses pride theory proposed by Sullivan (2013) which collective pride is characterized into a positive emotion, a high social identity, and a high collective self-esteem.
This study involves 150 respondents from the member of kera sakti, setia hati, and pagar nusa which are 50 people of each group. The measurement of the collective pride consists of 24 items, the validity from 0.272 to 0.910, and the reliability is 0.908.
The result shows that there are differences in collective pride level of the member of perguruan silat Kera Sakti, Setia hati, and Pagar Nusa, which are kera sakti (mean: 63.56), pagar nusa (mean: 72.74), and setia hati (mean: 67.54). This indicates their significant differences in Collective Pride against the groups, regarding the test result of F using Anova resulting that F value =7.036 p=0.01 (p= 0.01 = Significant).
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Masalah Pada
dasarnya manusia dalam hidup di dunia ini tidak bisa hidup sendiri, mereka
selalu bersosialisasi atau senang berkelompok, manusia diciptakan di dunia ini
untuk saling mengenal satu sama lainnya, setelah saling mengenal satu sama
lainnya akhirnya terjalin suatu ikatan tertentu, suatu ikatan tertentu terjadi
karena banyak hal, bisa karena menemukan teman baru, bisa karena menemukan
sesuatu hal yang baru, bisa pula karena mempunyai kecocokan yang sama atau hobi
yang sama dan sebagainya. Dalam hal ini manusia biasanya setelah saling
mengenal akan berkumpul dan melakukan kebiasaan-kebiasaan kelompoknya. Banyak
juga yang memilih Perguruan Silat untuk bersosialisasi, jadi berkelompok akan
menjadi suatu hal yang sangat menguntungkan. Pertama adalah melengkapi
kebutuhan hidupnya sebagai manusia yaitu bersosialisasi dengan yang lain, dan
yang kedua bisa memiliki keahlian yang lebih, atau bahkan keahlian khusus.
Tetapi tidak selalu proses sosial dalam kelompok perguruan silat berlangsung
secara positif, utamanya hubungan sosial antar kelompok. Fakta akhir-akhir ini
menunjukkan bahwa konflik antar kelompok perguruan silat sangat sering terjadi.
Misalnya, tawuran yang terjadi di bojonegoro yang melibatkan 2 perguruan silat
yaitu: perguruan silat Setia Hati TERATE dengan Perguruan Silat IKS.PI KERA
SAKTI (Republika, 2013). Peristiwa serupa juga terjadi di 2 Jombang yang
melibatkan 2 perguruan silat Setia Hati TERATE dan IKS.PI KERA SAKTI terlibat
tawuran antar perguruan (Madiun Bangkit, 2013). Adanya konflik antar kelompok
tersebut bisa didorong sikap fanatik yang berlebihan terhadap kelompok
masing-masing. Wujud dari sikap fanatik tersebut, salah satunya tergambar pada
saat ada acara yang melibatkan massa dalam jumlah banyak, seperti orkes
dangdut. Banyak di antara pemuda yang menonton acara tersebut adalah anggota
perguruan silat. Mereka datang dari perguruan yang beragam secara berkelompok
dengan membawa atribut ataupun ciri khas perguruan masing-masing. Pada saat
perguruan A bertemu dengan perguruan B maka hal yang akan terjadi adalah saling
menonjolkan identitas masing-masing. Awalnya hanya saling melihat, diteruskan
dengan saling mengejek, dan kalaupun ada yang tidak terima dengan ejekan
tersebut maka tawuran akan terjadi. Bukan masalah individu saja, tetapi hal ini
menyangkut identitas kelompok atau harga diri perguruan silat (Wawancara dengan
anggota perguruan silat KS). Penelitian yang dilakukan oleh Maksum (2009)
menunjukkan bahwa konflik antar perguruan silat terjadi akibat identitas sosial
yang terdistorsi. Menurut sudut pandang teori identitas sosial, konflik antar
kelompok bukan disebabkan oleh frustasi atau karena perebutan sumber-sumber
yang langka.Tetapi terjadi karena menyangkut identitas kelompok. Dalam realitas
kehidupan, seseorang seringkali dikelompokkan atau dikategorikan atas dasar
agama, suku, atau organisasi yang diikuti. Seseorang akan selektif menentukan
kategori yang dapat memenuhi identitas sosialnya, terutama identitas yang
positif. Dari sinilah kemudian muncul in-group dan out-group , yaitu menganggap
kelompoknya lah 3 yang paling benar, sementara kelompok lain dianggap salah.
(Wann, Shelton, Smith, Walker, 2002) Gesekan antar kelompok lebih sering
dikarenakan masalah sepele, seperti halnya yang diungkapkan oleh salah satu
anggota perguruan SH: “Saat ada salah satu anggota dari perguruan A dengan
bangganya menggunakan identitas perguruan (kaos) pada saat dia melakukan
kegiatan seperti pada saat ngopi ataupun bermain bola. Namun tanpa disadari
dari perguruan lain merasa tersinggung karena mempunyai fikiran bahwa seorang
yang memakai identitas perguruan (kaos) tadi itu pamer, dan menantang siapa
saja yang tidak terima kalau dia memakai identitas perguruan (kaos) tersebut”.
Terjadilah olok-olokan atau bahkan sampai mengakibatkan perkelahian antar
individu di tempat tersebut. Dan bisa saja itu menjadi konflik yang besar
karena sudah mengatasnamakan perguruan”(Wawancara dengan salah satu anggota SH)
Sikap fanatik dengan menonjolkan identitas ini tidak terlepas dari rasa bangga
terhadap perguruan.Kebanggan terhadap kelompok seperti ini disebut dengan
Kebanggaan kolektif.Kebanggaan sangat berhubungan secara teoritis dengan konsep
identitas sosial dan harga diri kolektif. (Rubin & Hewstone, 1998).
Kebanggaan individu merupakan emosi berfokus pada diri sendiri yang terjadi
ketika seseorang mengakui tindakan terpujinya. Hanya ada sedikit penelitian
empiris yang fokus secara langsung pada pengalaman kebanggaan sebagai emosi
kolektif. Tetapi secara umum literatur menyediakan ciri-ciri yang luas bahwa
masyarakat dapat mengalami kebanggaan pada kelompok mereka. (Leeuwen, Wilco van
Dijk, Ümit, 2013) Untuk menyatakan bahwa masyarakat mengidentifikasi in-group
mereka, berlaku in-group yang positif merupakan sumber kebanggaan kolektif yang
berperan terhadap harga diri anggota kelompok. Harth dkk (2008) menemukan bahwa
ketidak samaan intergroup yang menjadi fokus dan legitimasi ingroup 4 menambah
rasa bangga secara kolektif. Leach dkk (2007) mengamati bahwa kebanggaan
kolektif secara langsung berkaitan dengan moralitas ingroup yang dirasakan.
Oleh karena itu bukti langsung atau tidak langsung menunjukkan bahwa kebanggaan
juga merupakan emosi kolektif. Konflik sering kali dipicu oleh rasa bangga,
seperti yang diungkapkan oleh ketua ranting anggota perguruan silat KS
bahwasanya: “Kebanggaan bukan hanya sebatas rasa bangga yang hanya merasa
bangga karena mempunyai ilmu yang berbeda dari yang lain, akan tetapi rasa
bangga yang dimiliki oleh orang yang mengikuti perguruan terhadap organisasi
perguruanya sangatlah besar, karena orang yang sudah mengikuti organisasi
perguruan silat dan memang sudah memahami betul apa esensi perguruan silat yang
diikutinya akan sangat menjunjung tinggi nama perguruan”. Individu ataupun
anggota dari perguruan silat akan marah jika sampai ada yang melecehkan
perguruan, siapapun yang melukai atau menyakiti saudara seperguruanya sama
halnya sudah mengusik organisasi. Semua anggota perguruan pastinya menginginkan
perguruanya untuk berkembang, dan memiliki banyak saudara seperguruan.
(Wawancara dengan Roni, ketua ranting KS Balen) Penelitian mengenai faktor
kebanggan terhadap kelompok pada diri pesilat perlu dikembangkan karena belum
banyak dilakukan. Kebanggaan terhadap kelompok atau perguruan dimana ia menjadi
anggota perlu dikaji lebih mendalam lagi sampai sejauh mana kebanggaan
tersebut. Disini menarik untuk meneliti Kebanggan terhadap kelompok pada
Perguruan Setia Hati TERATE (SH) IKS.PI KERA SAKTI (KS), dan Pagar Nusa (PN).
Perguruan setia hati terate yang intensitas tawuran-nya tinggi baik dengan
out-group (Perguruan lain, KS) ataupun in-group (SH Winongo) (detik.com 2009).
Perguruan Setia Hati merupakan kelompok perguruan yang paling tua di antara
kelompok perguruan kera sakti dan pagar nusa, yakni pada tahun 1922. Perguruan
Setia Hati teratai yang asli dari jawa, melihat dari sejarah perguruan yang
mengungkapkan 5 bahwasanya para pendiri perguruan setia hati teratai adalah
asli keturunan jawa dan pada masa itu sangat kuat kepercayaan terhadap nenek
moyang atau lebih kita kenal sebagai animisme dan dinamisme. Kelompok perguruan
Kera sakti pun juga demikian yang intensitas tawuran-nya juga tinggi, sangat
sering terjadi tawuran antara perguruan kera sakti dengan setia hati terate.
Kelompok perguruan ini merupakan perguruan beladiri beraliran kung fu untuk
gerakan beladirinya tetapi untuk kerohaniannya lebih cenderung ke Banten dan
Ulama Jawa. Berdiri pada 15 Januari 1980 oleh bapak Totong Kiemdarto dengan
gerakan beladiri kung fu aliran utara dan selatan yang dipelajarinya dari
pendekar aliran Kung Fu China yang ada di Indonesia. Pagar nusa adalah salah
satu perguruan yang besar, dan juga pernah terlibat dalam tawuran yang terjadi
antar perguruan. Kelompok perguruan ini merupakan kelompok perguruan islam,
khususnya pada golongan NU (Nahdlatul Ulama’), Pada tahun 1985, di pesantren
Tebuireng Jombang, para pendekar dan kiai berinisiatif membentuk organisasi
Pencak Silat yang terdapat di pondok- pondok pesantren.Tahun 1986 di pesantren
Lirboyo, Kediri JawaTimur, pendekar dan masyayikh meminta Gus Maksum Jauhari
membidangi dan mempersiapkan lahirnya organisasi Pencak Silat bernama Ikatan
Pencak Silat Nahdlatul Ulama “PAGARNUSA” yang merupakan akronim dari “Pagarnya
Ulama dan Bangsa”. 6 B. Rumusan Masalah Dilihat dari latar belakang masalah
yang ada, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana
tingkat Kebanggan kolektif yang dimiliki oleh anggota perguruan silat IKS.PI
KERA SAKTI (KS)? 2. Bagaimana tingkat Kebanggan kolektif yang dimiliki oleh
anggota perguruan silat Setia Hati TERATE (SH)? 3. Bagaimana tingkat Kebanggan
kolektif yang dimiliki oleh anggota perguruan silat Pagar Nusa (PN)? 4. Apakah
terdapat perbedaan tingkat kebanggan kolektif antara perguruan silat IKS.PI
Kera Sakti (KS), Setia Hati Terate (SH), Pagar Nusa (PN)? C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui tingkat Kebanggan
kolektif yang dimiliki oleh anggota perguruan silat IKS.PI KERA SAKTI (KS) 2.
Untuk mengetahui tingkat Kebanggan kolektif yang dimiliki oleh anggota
perguruan silat Setia Hati TERATE (SH) 3. Untuk mengetahui tingkat Kebanggan
kolektif yang dimiliki oleh anggota perguruan silat Pagar Nusa (PN) 4. Untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan tingkat kebanggan kolektif antara perguruan
silat IKS.PI KERA SAKTI (KS), Setia Hati TERATE (SH), Pagar Nusa (PN)? 7 D.
Manfaat Penelitian Manfaat atau kontribusi yang dapat diperoleh dari penelitian
ini meliputi: 1. Manfaat teoritis: a. Secara teoritis penelitian ini dapat
memberikan tambahan pemikiran terhadap perkembangan teori keilmuan psikologi
Sosial, sekaligus sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya. b. Mencoba
menganalisa teori-teori yang terkait dengan psikologi kelompok, terutama
kebanggaan, dalam konteksnya adalah keindonesiaan. 2. Manfaat praktis: a.
Secara praktis penelitian ini dapat digunakan sebagai wawasan atau sumbangan
informasi bagi dunia akademis khususnya di lingkungan Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Malang mengenai pentingnya menemukan makna hidup pada
setiap individu dan memanfaatkan potensi yang dimiliki agar bisa terus maju
dalam hidup. b. Sebagai bahan acuan penanganan konflik pada kelompok perguruan
silat c. Harapanya hasil penelitian ini akan menyelesaikan konflik yang menahun
dalam perguruan silat, menjadi pola-pola resolusi konflik pada konflik yang
mempunyai gejala yang sama.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" : Kebanggaan kolektif anggota perguruan silat: Kera Sakti, Setia Hati Terate, Pagar Nus" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment