Abstract
INDONESIA:
Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat disekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum. Proses berikutnya yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma dan peraturan sosial kemasyarakatan. Dalam proses penyesuaian sosial, individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok.
Penelitian ini menggunakan kuantitatif korelasi. Sampel Penelitian sebanyak 32 siswa MA Muhammadiyah 2 Kedungkandang Malang. Pengambilan data menggunakan skala sikap. Pengolahan menggunakan korelasi produk moment dari Carl Pearson, dan uji validitas serta reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach. Pengolahan data tersebut diolah dengan program SPSS 17 for windows.
Berdasarkan analisa penelitian, pada Penyesuaian Sosial rata-rata siswa berada dalam kategori rendah prosentase 43,75% dari 14 subjek 10 subjek (31,25%) berada pada tingkat penyesuaian sosial yang tinggi, 8 subjek (25 %) berada pada kategori sedang. Sedangkan pada Kenakalan siswa diperoleh hasil pada umumnya berada pada kategori sedang 46,9% dari 15 subjek, 13 subjek (40,6%) berada pada tingkat kenakalan siswa yang tinggi, dan 4 subjek (12,5 %) berada pada tingkat kenakalan siswa yang cukup rendah. Hubungan penyesuaian sosial dengan kenakalan siswa MA Muhammadiyah 2 Kedungkandang Malang diperoleh rhit -0,686, p = 0,000, dimana taraf signifikansi untuk jumlah subyek 32 orang adalah 0,349 (rtabel) sehingga rhit > rtabel (p < 0,050) (0,000 < 0,050) untuk taraf siginifikansi 5 % yang berarti bahwa antara penyesuaian sosial dengan kanakalan siswa terdapat hubungan yang signifikan dengan arah hubungan berlawanan, yakni jika penyesuaian sosial semakintinggi maka kenakalan siswa semakin rendah, atau sebaliknya.
ENGLISH:
Social adjustment occurs within the scope of social relations where people live and interact with others. These relationships include relationships with the surrounding community homes, family, school, friends or the public in general. The next process is to be carried out in the social adjustment of the individual is the willingness to adhere to social norms and regulations. In the process of social adjustment, individuals begin to get acquainted with the rules and the regulations and obey so that it becomes part of the establishment on his social life and be a pattern of group behavior .
This study uses a quantitative correlation. The study sample as many as 32 students MA Muhammadiyah 2 Kedungkandang Malang. Data retrieval using an attitude scale. Processing using the product moment correlation of Carl Pearson, and test the validity and reliability using Cronbach alpha formula. Processing of the data is processed using SPSS 17 for windows.
Based on the analysis of the research, the Social Adjustment average student is in a category lower percentage of 43.75 % of the 14 subjects with 10 subjects (31.25 % ) is at a high level of social adjustment, 8 subjects ( 25 % ) were in the medium category. While the student Delinquency obtained results in general are in the category of being 46.9 % of the 15 subjects, 13 subjects ( 40.6 % ) are at a high level of student misbehavior, and 4 subjects (12.5 % ) are at the level of student misbehavior which is quite low. Relationship with the social adjustment of students delinquency MA Muhammadiyah 2 Kedungkandang Malang obtained rhit -0.686, p = 0.000, where the significance level for the number of subjects was 32 people 0,349 rhit > rtabel (p < 0,050) (0,000 < 0,050)for the significant level of 5 %, which means that the social adjustment of students with delinquency significant relationship with the opposite direction of the relationship, ie, if social adjustment, the higher the delinquency of students getting low, or vice versa.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial tidak
dapat lepas dari ketergantungannya pada individu lain. Dalam proses kehidupan
individu sebagai anggota masyarakat, mereka tidak begitu saja melakukan
tindakan yang dianggap sesuai dengan dirinya. Individu mempunyai lingkungan
yang didalamnya terdapat aturan-aturan yang membatasi tingkah lakunya, oleh
karena itu individu harus dapat menempatkan dan menyesuaiakan diri dengan
lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Pada adaptasi, bentuk penyesuaian
dirinya berupa fisik, dimana individu akan berusaha menyesuaiakan diri dengan
masyarakat, sebab tingkah lakunya tidak hanya berhubungan dengan lingkungan
fisik tetapi juga berhubungan dengan lingkungan sosial yang didalamnya terdapat
aturan-aturan atau norma-norma yang ada dan berlaku mengikat setiap individu
yang ada didalam masyarakat. Dalam istilah Psikologi, penyesuaian sosial
disebut dengan istilah sosial adjustment. Adjustment itu sendiri merupakan suatu
proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri sendiri dan tuntutan
lingkungan.1 Manusia dituntut untuk menyesuaiakan diri dengan lingkungan
sosial, kejiwaaan dan lingkungan alam sekitarnya. Kehidupan itu sendiri secara
alamiah juga mendorong manusia untuk terus-menerus menyesuaikan diri. 1
Chaplin, James P, Kamus lengkap psikologi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2008). Hal. 469 2 Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial
tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan
tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat disekitar tempat tinggalnya,
keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum. Dalam hal ini
individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan dampak bagi komunitas.
Individu menyerap berbagai informasi, budaya dan adat istiadat, sementara
komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh
individu.2 Proses berikutnya yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian
sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma dan peraturan sosial kemasyarakatan.
Dalam proses penyesuaian sosial, individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah
dan peraturan-peraturan tersebut lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari
pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok.3
Callhoun dan Accocella mendefinisikan bahwa penyesuaian sosial sebagai
interaksi yang kontinyu dengan diri sendiri, orang lain, dan dunia atau
lingkungan sekitar. Sedangkan menurut Mu’tadin, penyesuaian sosial adalah
kemampuan untuk mematuhi norma-norma dan peraturan sosial kemasyarakatan. 4
Sedangkan menurut Hurlock yang dimaksud dengan penyesuaian sosial itu sendiri
adalah keberhasilan penyesuaian diri dengan orang lain pada umunya dan terhadap
kelompok pada khususnya. 5 2 Meylita,Eva, Penyesuaian Sosial pada Anak yang
Sering Mendapat Hukuman Fisik, Skripsi (tidak diterbitkan). UMM. Hal. 2 3 Ibid,
hal. 2 4 Calhoun, J, F. Dan Acocella J, R. Psikologi tentang Penyelesaian dan
Hubungan Kemanusiaan. (Semarang: IKIP Press,1995) hal. 14 5 Hurlock, E, B.
Perkembangan anak, jilid 1. (Jakarta: Erlangga, 1997)hal.287 3 Dari teori yang
diungkapkan oleh para tokoh dapat disimpulkan, Apabila seorang individu mampu
menyesuaikan dirinya dengan baik yaitu mampu menjalani aturan dan norma-norma yang
berlaku di dalam kelompok atau lingkungan sosialnya dapat dinyatakan individu
tersebut berhasil dalam penyesuaian sosialnya sehingga mampu untuk menjalankan
aturan-aturan dan norma-norma yang ada di dalamnya dan mampu menerima dirinya
berada di lingkungan sosialnya. Permasalahan tentang penyesuaian sosial dan
keterkaitannya dengan pola asuh telah banyak disoroti oleh peneliti,
sebagaimana Maretiana dalam penelitiannya yang berjudul hubungan perilaku lekat
dengan penyesuaian sosial anak telah menemukan bahwa perilaku lekat dengan
penyesuaian sosial anak mempunyai korelasi yang signifikan yang artinya ada
hubungan yang signifikan.6 Ada hubungan antara penyesuaian sosial siswa (X)
dengan kecenderungan agresi (Y) pada siswa SMA Negeri 9 Malang. Dalam penelitiannya
Yuni Wulyaningsih “Ada pengaruh penyesuaian sosial siswa terhadap kecenderungan
agresi pada siswa SMA Negeri 9 Malang” diterima pada taraf kepercayaan 99%.
menemukan ada pengaruh penyesuaian sosial siswa terhadap kecenderungan agresi
pada siswa SMA Negeri 9 Malang.7 Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan
teknik analisis regresi ganda 2 prediktor menghasilkan koefisien korelasi R =
0,651 dengan Freg = 27,540 dengan p < 0,01. Penelitiannya Eko Setianingsih,
Zahrotul Uyun, Susatyo Yuwono hal ini berarti hipotesis mayor yang diajukan
diterima, yaitu ada 6 Maretiana,A. Hubungan perilaku lekat dengan penyesuaian
sosial anak, Jurnal psikodinamika.(vol.3 no.2,2001) hal.5 7 Wulyaningsih .
pengaruh penyesuaian sosial siswa terhadap kecenderungan agresi pada siswa SMA
Negeri 9 Malang(fakultas psikologi wisnuwardana) Hal.19 4 hubungan yang sangat
signifikan antara penyesuaian sosial dan kemampuan menyelesaikan masalah dengan
kecenderungan perilaku delinkuen pada siswa. 8 Selama dalam proses pembinaan,
penggemblengan dan pendidikan di sekolah biasanya terjadi interaksi antara
sesama anak siswa, dan antara anak-anak siswa dengan para pendidik. Proses
interaksi tersebut dalam kenyataannya bukan hanya memiliki aspek sosiologis
yang positif, akan tetapi juga membawa akibat lain yang memberi dorongan bagi
anak sekolah untuk menjadi nakal (delinquency). 9 Banyak indikasi yang
membuktikan bahwa anak-anak siswa yang memasuki sekolah hanya sebagian saja
yang benar-benar berwatak sholeh, sedangkan bagian yang lain adalah nakal
(delinquency). Indikasi lain yang tidak kalah penting dan menarik, terdapat di
antara mereka yang “Cross Boy” dan croos Girl”. Keadaan ini memberi kesan
sangat kuat bahwa kehidupan yang serba bebas tersebut akan mudah sekali ditiru
atau diterima teman-temanya di sekolah.10 Fenomena lain yang kerap kali muncul
adalah suatu kondisi lain yang sebenarnya hanya sebagai akibat dari beberapa
anak tertentu dalam hal ini dapat diambil contoh adanya hak anak-anak sekolah
yang berasal dari keluarga yang kurang mengutamakan dan mementingkan anak dalam
belajar. Biasanya anakanak tersebut bersikap acuh terhadap tugas-tugas sekolah
dan kehilangan rasa tanggung jawab di dalamnya, sikap tersebut biasanya mudah
ditiru oleh anak-anak yang lain. 8 Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro
(Vol.3 No. 1, Juni 2006) hal.4 9 (www.masbied.com)diakses 14 April 2012 10
(www.masbied.com)diakses 14 April 2012 5 Berkaitan dengan keadaan tersebut maka
sekolah sebagai tempat atau ajang pendidikan anak-anak dapat pula menjadi
sumber terjadinya konflik-konflik kejiwaan sehingga memudahkan anak-anak
menjadi nakal (delinquency). Aktifitas belajar bagi setiap individu tidak
selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar berjalan sesuai
aturan, kadang-kadang tidak. Sekalipun siswa sudah mengetahui
peraturan-peraturan yang harus dipatuhi serta menjalankan tata tertib di
sekolah akan tetapi tak jarang siswa yang melakukan pelanggaran. Berdasarkan
paparan diatas subjek yang dipilih dalam penelitian ini adalah siswa MA
Muhammadiyah 2 Kedungkandang Malang dikarenakan di MA tersebut ditemukan adanya
fenomena siswa yang melanggar peraturan sekolah, menurut hasil wawancara dengan
guru BK MA Muhammadiyah 2 Kedungkandang 2 Malang yang dilakukan 24 Mei 2013
beberapa siswa sering meninggalkan kelas ketika jam pelajaran berlangsung untuk
kembali ke asrama hal yang biasa mereka lakukan di asrama ketika membolos yaitu
tidur. Asrama merupakan tempat bolos siswa yang merasa bosan berada di dalam
kelas, yang mana bangunan asrama berada tepat di atas bangunan kelas siswa
melangsungkan KBM. Dari hasil observasi antara bangunan ruang KBM dan asrama
tidak ada gerbang pemisah karena itu siswa dapat dengan mudahnya kabur ke
asrama dengan alasan mengantuk selain itu juga karena penjagaan yang kurang
ketat dari pihak sekolah dan asrama. Diungkapkan juga oleh ibu Sulis selaku
guru BK MA yang dilakukan 24 Mei 2013 beberapa siswa kerap kabur dari asrama
dan tidak masuk sekolah, siswa 6 kabur untuk jalan jalan, ada yang pergi ke
warnet, ada juga yang pulang ke rumah siswa yang tidak tinggal di asrama.
Sekalipun kebanyakan dari siswa tinggal di asrama tak jarang siswa datang
terlambat ke sekolah, berbagai alasan diungkapkan siswa sehingga tidak dapat
mengikuti jam pelajaran sesuai dengan waktu masuk yang sudah ditetapkan
sekolah. Sudah sering pihak sekolah memberi peringatan, teguran hingga hukuman
kepada siswa yang kerap melanggar peraturan akan tetapi siswa dengan mudah
melakukan kembali kesalahanya untuk melanggar peraturan sekolah. Dari 2 kelas
yang dijadikan subjek penelitian, siswa 1 kelas diantaranya mampu menceritakan
kejadian atau sikap pelanggaran yang pernah dilakukan melalui selembaran esay
yang dilakukan tanggal 2 Mei 2013 diantaranya kabur untuk main ke warnet, main
ps, janjian ketemu teman dekat (pacar), nonton konser. Beberapa siswa pasrah
jika sepulangnya kabur kepalanya dibotakin dengan alasan yang penting mereka
bisa keluar untuk refreshing. Dapat disimpulkan dari hal tersebut kurangnya
kesadaran para siswa dalam mematuhi peraturan sekolah karena seringnya
mengabaikan aturan atau peringatan yang seharusnya dipatuhi oleh para siswa.
Apabila hal tersebut dibiarkan terus menerus menjadi kebiasaan para siswa maka
akan menjadi dampak yang dapat menularkan kepada para siswa yang lain bahkan
menurun pada generasi selanjutnya. Menurut ungkapan ibu sulis (24 Mei 2013)
selaku guru BK di MA Muhammadiyah Kedungkandang mengenai penyesuaian sosial
yang ada pada siswa siswinya baik antar teman, dengan kakak tingkatnya bahkan
kepada 7 gurunya dinilai cukup baik dengan melihat latar belakang siswanya dari
berbagai macam latar belakang keluarga yang berbeda, perbedaan ras karena
terdapat beberapa siswa dari luar jawa. Mereka mampu menyesuaikan dengan
lingkungan sosialnya dengan baik, menghormati orang yang lebih tua seperti
sikapnya terhadap guru-guru maupun dengan kakak tingkatnya dan mereka memiliki
tenggang rasa yang baik ketika ada teman asrama yang sakit atau terkena
musibah. Namun terkadang sikap tenggang rasanya disalah artikan untuk menolong
temannya supaya terhindar dari hukuman karena telah melanggar aturan misalnya
kabur tidak masuk sekolah tetapi mengizinkan temannya kepada guru dengan alasan
sakit berada di asrama. Dari penjelasan di atas diungkapkan penyesuaian sosial
pada siswa cukup baik akan tetapi karena sering disalahgunakan oleh para
siswanya maka kenakalan atau perilaku yang keluar dari aturan di dalam sekolah
terkadang dilakukan oleh beberapa siswanya, misalnya dengan mengizinkan teman
yang bolos dengan alasan sakit dan sedang istirahat di dalam asrama. Dalam
proses menuju kedewasaan, siswa membutuhkan penyesuaian sosial. Menurut hurlock
(1999), yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan
meningkatnya pengaruh teman sebaya, perubahan dalam perilaku sosial,
pengelompokkan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan,
nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial dan nilai-nilai baru dalam
seleksi pemimpin. 11 11 Hurlock E.B, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi kelima. (Jakarta: Erlangga. 1999)Hal. 213 8
Dengan memperhatikan latar belakang di atas, maka penulis terdorong untuk
mengkaji tentang HUBUNGAN PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN KENAKALAN SISWA MA
MUHAMMADIYAH 2 KEDUNGKANDANG MALANG. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di
atas maka rumusan masalah yang ingin diperoleh jawabannya dalam penelitian ini
adalah: 1. Bagaimana tingkat penyesuaian sosial siswa di MA Muhammadiyah 2
Kedungkandang? 2. Bagaimana tingkat kenakalan pada siswa di MA Muhammadiyah 2
Kedungkandang? 3. Apa ada hubungan penyesuaian sosial dengan kenakalan pada
siswa di MA Muhammadiyah 2 Kedungkandang? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan
rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui tingkat penyesuaian sosial
siswa di MA Muhammadiyah 2 Kedungkandang. 2. Untuk mengetahui tingkat kenakalan
pada siswa di MA Muhammadiyah 2 Kedungkandang. 3. Untuk mengetahui Apa ada
hubungan penyesuaian sosial dengan kenakalan pada siswa di MA Muhammadiyah 2
Kedungkandang. 9 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Memberikan sumbangan
informasi guna perkembangan ilmu psikologi terutama psikologi perkembangan dan
psikologi sosial. 2. Manfaat Praktis Apabila hipotesis teruji maka diharapkan
hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi Sekolah, guru, tentang
pentingnya penyesuaian sosial yang baik di lingkungan sekolah. Khususnya bagi
siswa-siswi, agar mereka mengetahui betapa pentingnya penyesuaian sosial
tentang permasalahan yang berkaitan dengan dirinya tentang hubungan penyesusian
sosial dengan kenakalan siswa.
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment