Abstract
INDONESIA:
Marah adalah salah satu ekspresi emosi manusia untuk melampiaskan ketidakpuasan, kekecewaan atau kesalahannya ketika terjadi gejolak emosional yang tidak terkendalikan, tidak mengenakkan dan menimbulkan konflik serta suatu peristiwa interpersonal yang biasanya menimbulkan penilaian negatif dari diri atau masyarakat, juga merupakan suatu respon, dorongan sekaligus tujuan dari seseorang serta dioperasionalisasikan sebagai perasaan-perasaan dan ekspresi perilaku yang terbagi dalam tiga, yaitu tinggi, sedang dan rendah.
Rumusan Masalah dalam Penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah kecenderungan tingkat marah pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN MMI Malang, (2) Bagaimanakah kecenderungan tingkat marah pada mahasiswi Fakultas Psikologi UIN MMI Malang, (3) Apakah ada perbedaan kecenderungan tingkat marah antara mahasiswa dengan mahasiswi Fakultas Psikologi UIN MMI Malang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kecenderungan tingkat marah antara mahasiswa dengan mahasiswi. Hipotesis yang diajukan adalah bahwa ada perbedaan kecenderungan tingkat marah antara mahasiswa dengan mahasiswi.
Dalam Penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel tergantung adalah kecenderungan tingkat marah sedangkan variabel bebasnya adalah jenis kelamin. Sampel dari penelitian ini adalah mahasiswa dan mahasiswi semester II fakultas psikologi UIN MMI Malang bejumlah 100 responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah skala kecenderungan tingkat marah. Untuk Pengujian kualitas alat ukur, digunakan rumus product moment, alpha dan uji t.
Berdasarkan hasil analisa data pada penelitian ini diperoleh suatu kesimpulan bahwa “ tidak ada perbedaan kecenderungan tingkat marah antara mahasiswa dengan mahasiswi” dengan nilai (t hitung = 0,027 < ttabel = 1,660 dan taraf signifikansi 0,979 > 0,05). Selisih perbedaan sebesar 0,16, sehingga hipotesa pada penelitian ini ditolak yaitu tidak ada perbedaan kecenderungan tingkat marah antara mahasiswa dengan mahasiswi (Ha ditolakdan Ho diterima.
ENGLISH:
Anger is a human emotion expressions to vent dissatisfaction, frustration or guilt when there is uncontrolled emotional turmoil, uncomfortable and lead to conflict and an interpersonal event that usually lead to negative assessments of themselves or the community, is also a response, once the purpose of boost operationalized as a person as well as the feelings and expressi ons of behavior that are divided into three, namely high , medium and low .
Problem formulation in this study are: (1) What is the tendency of the level of angry students of the Faculty of Psychology at UIN MMI Malang, (2) What is the tendency of the level of student angry at the Faculty of Psychology UIN MMI Malang, (3) Is there any difference between the rate trend angry student with student Faculty of Psychology UIN MMI Malang. This study aims to determine the tendency of the rate difference between students with student angry. The hypothesis is that there is a tendency of the rate difference between students with student angr .
This study there are two variables: the dependent variable is the tendency of a furious rate while the independent variable is gender. Samples from this study were male and female students second semester psychology faculty UIN MMI Malang totaling 100 respondents. Sampling was done by purposive sampling method. The instrument used is the tendency of the rate scale upset. To test the quality of the measuring instrument, used product moment formula, alpha and t test.
Based on the analysis the research data obtained a conclusion that "there is no difference between the tendency of the rate of students with student angry" with the value (= 0.027 < = 1.660 and significance level 0.979 > 0.05 ). Difference in difference of 0.16, so the hypothesis is rejected in this study there was no difference between the rate trend angry student with studen t ( Ho rejected and Ha accepted.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Remaja merupakan masa peralihan dari masa
kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa tersebut dipenuhi dengan banyak tantangan
dan perubahanperubahan yang terjadi pada diri remaja, baik perubahan pada fisik
maupun psikis. Masa remaja juga disebut sebagai masa pubertas yang berkenaan
dengan permasalahan dalam hal sekitar reproduksi. Pubertas berarti dimulainya
kehidupan seksual dewasa. Periode pubertas terjadi karena kenaikan sekresi
hormon gonadotropin oleh hipofisis yang perlahan, dimulai sekitar tahun
kedelapan dari kehidupan (Guyton, 1997:23). Remaja sering dikaitkan dengan
masalah konflik. Hal ini berkaitan dengan posisi remaja yang berada pada masa
transisi sehingga ia banyak dihadapkan pada masalah-masalah. Saat ini mahasiswa
di Indonesia umumnya berusia 18-24 tahun. Jika dilihat dari rentang usia
tersebut maka mereka sudah masuk dalam tahap perkembangan dewasa awal (Hurlock,
1980:175). Akan tetapi berhubung statusnya yang masih bergantung pada orangtua,
terutama secara finansial, sehingga dalam banyak hal ia masih memiliki
karakteristik sebagai remaja. Itu sebabnya Mőnks dkk. (1996:98) menyebutkan
para mahasiswa termasuk dalam kategori masa remaja yang diperpanjang. Oleh
karenanya Mőnks dkk. (1996:101) masih memasukkan usia 18-21 tahun kedalam
rentang usia remaja akhir. Pembagian tersebut banyak ditentukan oleh
faktor-faktor sosial-ekonomi dan 2 sosial-budaya. Dalam banyak hal mahasiswa
masih memiliki ciri-ciri sebagai remaja sehingga dalam penelitian ini
pembahasan mengenai mahasiswa lebih banyak bersinggungan dengan teori mengenai
tahap perkembangan remaja. Dengan demikian pembahasan mengenai mahasiswa dalam
penelitian ini lebih ditekankan pada mereka yang berada pada rentang usia 18-21
tahun saja. Sebenarnya jika dilihat dari tahap perkembangan selanjutnya sebagai
seorang yang akan memasuki masa dewasa awal, seharusnya mereka sudah tidak
bergantung pada orangtua. Akan tetapi sebagai mahasiswa mereka masih terikat
secara finansial, sosial dan emosional pada orangtua mereka. Hal ini
kemungkinan menimbulkan konflik yang lebih besar pada diri mahasiswa
(Steinberg, 2002:74). Mahasiswa sebagai sumber aya manusia merupakan potensi
vital yang strategis serta mempunyai ciri-ciri tersendiri yang khusus.
Mahasiswa merupakan kekuatan pembangunan dan sekaligus merupakan kunci pembuka
bagi terwujudnya masa depan yang lebih baik seperti yang dicita-citakan. Hampir
di sepakati oleh semua kalangan bahwa mahasiswa adalah penyandang predikat
sebagai agen moral force, dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarat,
lebih dari komponen lain. Bahkan di era reformasi popolaritas penegak moral
yang lain, seperti ulama dan para guru. Memang setelah reformasi, secara umum
kepedulian mahasiswa mengalami peningkatan luar biasa sebagai penggerak
perubahan (agent of change), kekuatan moral (moral force), dan kekuatan intelektual
(intellectual force) (Syahrin Harahap, 2005:82) Peran besar mahasiswa sebagai
generasi muda terakumulasi dalam optimalisasi kemampuan fisik, semangat
idealisme dan fitrah ruhaniyah yang 3 mudah disentuh keimanan. Sementara di
sisi lain aspek intelektualitas mereka dan akan menjadi aset berharga bagi
penyiapan SDM Islami di masa depan. Beranjak dari hal tersebut, mahasiswa mampu
menjadi motor penggerak perubahan menuju kebaikan sepanjang masa. Dengan
demikian, pembinaan mahasiswa dan upaya perencanaan strategis sejak awal perlu
mendapat perhatian yang ekstra serius. Kreatifitas dan sikap inovatif mereka
pada gilirannya meupakan potensi teramat penting. Perubahan menuju kebaikan di
kalangan mahasiswa akan mampu mempengaruhi opini masyarakat dan memberi rangsangan
bagi lapisan masyarakat lainnya untuk berubah menuju kebaikan. Seperti yang
telah diketahui bersama, bahwa mahasiswa termasuk dalam kategori remaja, dan
pada masa-masa tersebut kondisi psikis mahasiswa cukup rentan dalam menempuh
kehidupannya. Keinginan-keinginan dan idealisme remaja dalam diri mahasiswa
begitu besar sehingga seringkali keluar tanpa dapat dikendalikan. Kondisi
tersebut salah satunya akan dapat terlihat jika mahasiswa mengalami kemarahan.
Unsur kemarahan ini salah satu yang dapat menjerumuskan mahasiswa dalam setiap
langkahnya. Umumnya reaksi yang terjadi ketika menghadapi konflik adalah
kemarahan. Marah adalah salah satu ekspresi emosi manusia untuk melampiaskan
ketidakpuasan, kekecewaan atau kesalahannya ketika terjadi gejolak emosional
yang tidak terkendalikan, tidak mengenakkan dan menimbulkan konflik serta suatu
peristiwa interpersonal yang biasanya menimbulkan penilaian negatif dari diri
atau masyarakat, juga merupakan suatu respon, dorongan sekaligus tujuan dari
seseorang serta dioperasionalisasikan sebagai perasaan-perasaan dan ekspresi 4
perilaku (Purwanto dan Mulyono, 2005:69). Di satu sisi manusia memang perlu
melepaskan marah yang ada di dalam dirinya agar diperoleh suatu kelegaan, atau
agar terlepas dari suatu beban emosi yang cukup berat yang mengganjal dalam
hatinya. Marah adalah salah satu emosi manusia yang normal dan sehat. Setiap
individu pernah marah dengan berbagai alasan. Meski merupakan suatu hal yang
wajar dan sehat, namun jika tidak dikendalikan apalagi bersifat destruktif,
maka marah berpotensi besar untuk menimbulkan masalah baru, seperti masalah di
tempat kerja, di dalam keluarga, ataupun hubungan interpersonal dalam
masyarakat. Penelitian-penelitian sebelumnya mendukung suatu konsep bahwa
faktor somatiklah sebagai faktor penyebab utama, sedangkan faktor psikologis
timbul kemudian sebagai akibat perubahan-perubahan faaliah, biokimia serta
perubahan anatomik karena pengaruh perubahan hormonal (Hadi, 1990:70). Banyak
yang menganggap kemarahan sebagai sesuatu yang akan mengakibatkan konsekuensi
negatif bagi kehidupan sosial seseorang dan mempengaruhi kesejahteraannya. Oleh
karena potensinya yang besar untuk konflik dan kekerasan, Deffenbacher dkk.
maupun Novaco (dalam Weber, 1994:57) menyatakan bahwa kemarahan lebih sering
diperlakukan sebagai masalah sosial dan personal, dan selanjutnya sebagai suatu
masalah klinis. Dalam penelitian yang mendalam mengenai pengalaman kemarahan
sehari-hari, Averill (dalam Weber, 1994:61) menyuruh subjek penelitian untuk
menjabarkan penyebab-penyebab kemarahannya, motif-motif mereka untuk menjadi
marah, perilaku yang ditimbulkan, dan untuk memberikan suatu evaluasi 5
retrospektif bagi seluruh episode kemarahannya. Sebagaimana yang diperkirakan,
mayoritas dari kemarahan disebabkan oleh kejadian-kejadian yang ditimbulkan
oleh perbuatan salah yang dilakukan orang lain, serta perilaku yang dianggap
membahayakan yang dipersepsikan sebagai ketidakadilan atau penghindaran. Marah
yang terkait dengan penelitian ini adalah marah yang bersifat aktif maupun
pasif. Marah aktif adalah marah yang disalurkan dengan melontarkan kata-kata
kasar, melemparkan kesalahan pada orang lain, tidak punya tenggang rasa,
memaki, mengancam lewat kata-kata atau dengan benda yang membahayakan diri
sendiri maupun orang lain. Perilaku vandalisme dan balas dendam juga termasuk
dalam kategori ini. Sedangkan marah pasif adalah marah yang menggunakan aksi
tutup mulut, bergosip, menghindari kontak mata, menyalahkan diri sendiri,
sering minta maaf, menangis, dan jarang tersenyum. Ada pula yang menyalurkannya
dengan memprovokasi atau memperlihatkan empati berlebihan (Rahmi, 2008:38).
Emosi marah terjadi pada semua jenis kelamin, yaitu pria dan wanita. Pria dan
wanita yang masih berusia remaja seringkali mengalami emosi marah yang
disebabkan perilaku-perilaku yang seringkali masih dalam tataran uji coba.
Selain itu disebabkan remaja juga masih belum terlalu optimal dalam mengatasi
kemarahan yang dialaminya sehingga perilaku remaja saat marah terlihat lebih
kasar daripada orang dewasa. Masalah marah yang sering dialami oleh setiap
individu juga dibahas dalam agama Islam. Salah satu hadits yang menjelaskan
tentang marah dari Mu’adz bin Anas r.a., bahwa Nabi Muhammad S.A.W. telah
bersabda: 6 َن ْن َو َك ُىوقَاِدر َظ َه َغْي ى ًظا ْن
َعلَ أ يُْنِفذَهُ دَ َعاهُ للاُ سبحانو و تعالى ى َ َعلَ ِق ُر ُؤ ْو ِس َخالَئِ ْ
ال َ َه يَ ْوم ِة ِقيَا ِ َزهُ ال ى ْ يُ َخيّ ِه َن ُح َحتَّ ْ ِعْي ْو ِر ِن ال
ْ َه َء ال ا َشا Artinya: "Barangsiapa yang menahan marah, padahal
dia mampu melepaskannya, niscaya Allah akan memanggilnya di atas para pemimpin
makhluk pada Hari Kiamat hingga Dia memberikan pilihan bidadari untuknya sesuai
kehendaknya." (Riyadus Sholihin, III:47) Dalam Al-Qur’an juga banyak
dibahas tentang marah, salah satunya dalam surat Ali Imron ayat 134: ª !$#ur 3 Ĩ$¨ Y9$# Ç`tã tûüÏù$yèø9$#ur xáøtóø9$# tûüÏJÏà»x6ø9$#ur Ïä!#§ Ø9$#ur Ïä!#§ £9$# Îû tbq à )ÏÿZ ã tûïÏ% © !$# ÇÊÌÍÈ úüÏZÅ¡ós ßJø9$# =Ït ä
Artinya: "mereka yang menafkahkan (harta) sama ada pada waktu lapang atau waktu
sempit, mereka yang menahan kemarahan dan memaafkan kesalahan yang dilakukan
oleh manusia dan Allah mengasihi orang yang melakukan kebaikan". (Depag,
2000:67) Dua dalil diatas membuktikan bahwa masalah marah merupakan satu hal
yang juga diperhatikan oleh Islam. Selain itu, sikap marah ini merupakan suatu
hal yang cukup penting diperhatikan. Sikap marah merupakan suatu sifat yang
harus mampu dikontrol sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap diri
sendiri maupun lingkungan sekitar. Meskipun remaja yang terdiri atas laki-laki
dan perempuan, hal tersebut tidak menutup kemungkinan terjadinya perbedaan
tingkat marah diantara keduanya. Perbedaan tersebut bisa dilihat dari struktur
fisik dan kapasitas psikologis remaja sehingga dapat menjadi salah satu
penyebab terjadinya perbedaan tingkat marah, tetapi dilain sisi tidak ada beda
tingkat marah remaja. Hal tersebut dapat dilihat dari kedudukan remaja yang
sama-sama sebagai 7 manusia yang memiliki rasa marah. Perbedaan marah remaja
laki-laki dan perempuan diasumsikan terletak pada pengetahuan, persiapan,
kondisi fisik dan psikis remaja. Pengetahuan remaja mengenai hal-hal seputar
pergaulan dan kehidupan akan menimbulkan suatu persiapan yang matang, bagaimana
caranya agar saat konflik datang remaja tidak mengalami gangguan aktifitas
sehingga sebagian remaja akan mampu mengontrol perilakunya saat emosi marah
datang. Kondisi fisik remaja merupakan salah satu aspek yang diasumsikan mampu
mempengaruhi marah remaja karena dengan kondisi yang kurang sehat maka fisik
remaja akan mengalami rasa sakit sehingga mudah menimbulkan rasa marah. Aspek
psikis remaja merupakan aspek penting dalam mengontrol perilaku karena aspek
tersebut mampu mengontrol atau kehilangan kontrol sehingga emosi marah remaja
bisa meningkat atau tetap stabil. Emosi marah ini juga berlaku pada mahasiswa
dan mahasiswi Fakultas Psikologi UIN MMI Malang. Mahasiswa dan mahasiswi
Fakultas Psikologi UIN MMI Malang yang dapat dikatakan berbasis agama islam dan
yang setiap saat belajar mengenai perilaku manusia tetap tidak terlepas dari
emosi marah. Konflik yang sering dihadapi mahasiswa dan mahasiswi seringkali
menimbulkan kemarahan. Tingkat kemarahan mahasiswa dan mahasiswi tersebut masih
menjadi suatu pertanyaan apakah ada beda tingkat marah antara mahasiswa dengan
mahasiswi, atau malah tidak ada beda. Berdasarkan paparan di atas, peneliti
merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang tingkat marah ditinjau dari
jenis kelamin. Ketertarikan peneliti terhadap permasalahan di atas bermaksud 8
mengadakan penelitian tentang tingkat marah remaja dengan melakukan studi
perbandingan antara mahasiswa dengan mahasiswi dan mengambil judul
"Perbedaan Kecenderungan Tingkat Marah Ditinjau Dari Jenis Kelamin”. B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah kecenderungan tingkat marah pada
mahasiswa Fakultas Psikologi UIN MMI Malang? 2. Bagaimanakah kecenderungan
tingkat marah pada mahasiswi Fakultas Psikologi UIN MMI Malang? 3. Apakah ada
perbedaan kecenderungan tingkat marah antara mahasiswa dengan mahasiswi
Fakultas Psikologi UIN MMI Malang? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini
adalah: 1. Untuk mengetahui kecenderungan tingkat marah pada mahasiswa Fakultas
Psikologi UIN MMI Malang. 2. Untuk mengetahui kecenderungan tingkat marah pada
mahasiswi Fakultas Psikologi UIN MMI Malang. 3. Untuk membuktikan ada perbedaan
kecenderungan tingkat marah antara mahasiswa dengan mahasiswi Fakultas
Psikologi UIN MMI Malang. 9 D. Manfaat Penelitian Setiap kegiatan penelitian
pasti mempunyai manfaat tertentu. Manfaat dalam penelitian ini adalah : 1.
Secara teoritis a. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan referensi
dalam penelitian-penelitian di bidang sosial dan klinis yang akan datang. b.
Sebagai bahan kajian tambahan bagi mahasiswa psikologi yang berminat untuk
mempelajari psikologi sosial dan klinis. 2. Secara praktis a. Remaja Dengan
mengetahui ada tidaknya perbedaan tingkat marah antara mahasiswa dan mahasiswi
diharapkan keduanya mampu mengontrol emosi marah dalam dirinya. b. Orang Tua
Diharapkan orang tua lebih mampu menasehati dan memberikan pemahaman terhadap
putera-puterinya mengenai kesabaran, pola hidup sehat, menjaga vitalitas tubuh
dan menjaga diri dari lingkungan yang kurang baik. c. Peneliti Dengan adanya
penelitian ini dapat dijadikan pengalaman dan pengetahuan bagi peneliti
mengenai tingkat marah mahasiswa dan mahasiswi.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" : Perbedaan kecenderungan tingkat marah ditinjau dari Jenis kelamin: Studi komparasi pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment