Abstract
INDONESIA:
Perkembangan autonomy remaja sangat penting karena remaja banyak dihadapkan pada keputusan- keputusan yang sukar terhadap gaya hidup mereka. Teman sebaya sangat berpengaruh dalam kehidupan remaja, teman sebaya akan mempenngaruhi gaya hidup remaja.Gaya hidup akan mempengaruhi masa depan seseorang. Seorang santri merupakan generasi penerus bangsa dan penegak agama, seorang dituntut untuk memiliki kemandirian dalam kehidupan masyarakat. Konsep diri sangat penting dalam kehidupan individu, lebih lebih santri yang hidup dalam suatu lingkungan budaya khusus pendidikan islam, atau sub culture. Konsep diri seseorang akan mempengaruhi tingkah lakunya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat konsep diri, kemandirian dan mengetahui hubungan konsep diri dengan kemandirian santri putri di Pondok Pesantren Sabilurrosyad Gasek Karangbesuki Sukun Malang.
Penelitian ini menggunanakan metode kuantitatif korelasional. Pengambilan sampel ini berdasarkan random sampling yang diambil 50% dari jumlah populasi yaitu sebanyak 60 santri putri di Pondok Pesantren Sabilurrosyad Gasek Karangbesuki Sukun Malang. Pengumpulan data menggunakan metode angket yang terdiri dari skala konsep diri sebanyak 30 aitem dengan reliabilitas ɑ = 0,91dan skala kemandirian sebanyak 25 aitem dengan reliabilitas ɑ = 0,90. Uji validitas menggunakan product moment corellation dari person dan uji reliabilitasnya menggunakan alfa cronbach. pengelolahan data tersebut menggunakan program SPSS for windows.
Berdasarkan hasil penelitian dapat menunjukan bahwa tingkat konsep diri santri kategori tinggi13%, sedang70 % dan rendah 17% .Tingkat kemandirian santri berada pada kategori tinggi 20%, sedang63 %, rendah dengan prosentase 17%. Hasil uji hipotesis menunujukan signifikan (p) konsep diri pada nilai 0,840 > 0,05 dan nilai signifikan (p) kemandirian pada 0,729 > 0,05.tingkat korelasi (r)= 0, 584 dan sig (p) = 0, 000. Dimana (p) < 0,01, hal ini menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara konsep diri dengan kemandirian santri putri di Pondok Pesantren Sabilurrosyad Gasek Karangbesuki Sukun Malang.
ENGLISH:
The development adolescent is very important because adolescent to come out many decision’s wich complexs in her life style. Adolescent see the peer give more effect for her life style. A life style will be effects for future. A students who is also the nation's next generation and enforcement are required to have the independence in religion public life. Self concept very important for individual life, specifically the student who life in environment that has a islamic culture. Self effication be obtained wich a indivual experience’s be produced social interaction. Self concept student will be effect the behavior. This study was to determine the level of self concept, autonomy, and relation between self concept and aoutonomy of adolescent woman students at Sabilurrosyad islamic boarding school Gasek Karangbesuki Sukun Malang.
This study method was a quantitative correllation. For taking the sample on random sampling and take 50% of the total population. That is 60 woman students at Sabilurrosyad Islamic boarding school Gasek Karangbesuki Sukun Malang. Collecting data of the study used questionnaire method, consisting of self-concept scale by 30 items with reliability ɑ = 0.91 and scale autonomy by 25 item swith reliability ɑ = 0.90.
The result of the study showed that the level of self-concept in the high category 13%, moderate 70% and low 17%. Level of autonomy in the high category 20%, moderate 63%, a low 17%. Hypothesis test show significant (p) concept of self in the value 0.840> 0.05 and significant values (p) independence of 0.729> 0.05. level of correlation (r) = 0, 584 and sig (p) = 0, 000. Where (p) <0.01, indicating a positive and significant relationship between self-concept and autonomy woman students at Sabilurrosyadislamic boarding schoolGasek Karangbesuki Sukun Malang.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan
lemah dan tidak berdaya, ia membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi
kebutuhannya. Pada masa bayi ketika lapar dia akan menangis, dan ketika
disuapin ia akan diam, hal ini menunjukan bahwa manusia tidak bisa lepas dari
bantuan orang tua atau orang disekitarnya. Seorang anak akan belajar melakukan
sesuatu dengan sendiri dan secara perlahan akan melepaskan diri dari
ketergantungan orang tua atau orang disekitar lingkungannya dan belajar untuk
mandiri. Hal ini merupakan merupakan proses alamiah yang dialami oleh setiap
manusia tidak terkecuali remaja. Remaja dituntut untuk dapat bertanggungjawab
atas segala tingkah lakunya, mampu mencari jalan keluar atas permasalahnnya
didalam kehidupan bermasyarakat. Perkembangan autonomy remaja sangat penting
karena remaja banyak dihadapkan pada keputusan- keputusan yang sukar terhadap
gaya hidup mereka (Mahmud, 2009: 65). Gaya hidup remaja akan mempengaruhi masa
depan remaja, bagaimana seorang remaja harus bertingkah, bagaimana seorang
remaja harus menghabiskan waktunya dan dengan siapa seorang remaja harus
berteman. Pribadi yang mandiri atau otonomy adalah salah satu tugas
perkembangan pada masa remaja.Selama masa remaja anak bergerak meninggalkan
ketergantungan yang menjadi karakteristik masa kanak- kanak menuju otonomi yang
menjadi ciri khasnya masa dewasa. (Mamud, 2009:65). Lasron (dalam Santrock,
2007: 20).menjelaskan bahwa masa remaja sebagai periode transisi perkembangan
antara masa kanak- kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan
perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosio- emosional. Tugas pokok remaja
ialah mempersiapkan diri memasuki masa dewasa. Monks, dkk (1992: 269)
menjelaskan bahwa dalam perkembangan sosial remaja terdapat dua macam gerak
yaitu, remaja mulai memisahkan diri dengan orang tua dan menuju pada teman
sebaya. Erikson (dalam Desmita, 2010: 185) menyatakan bahwa kemandirian adalah
usaha untuk melepaskan diri dari orang tua dengan maksud untuk mencari
identitas ego, yaitu merupakan perkembangan kearah individualitas yang mantap
dan berdiri sendiri. Kemandirian ditandai dengan kemampuan menentukan nasib
sendiri, kreatif, inisiatif, mengatur tingkah laku, bertanggung jawab, mampu
menahan diri, membuat keputusan sendiri, serta mampu mengatasi masalah tanpa
ada pengaruh dari orang lain. Steinberg (dalam Desmita, 2010: 186) mengemukakan
tiga aspek kemandirian yaitu: kemandirian emosional (emotional autonomy),
kemandirian tingkah laku (behavioral autonomy), kemandirian nilai ( value
autonomy). Dalam hal kemandirian emosional remaja memulai tidak bergantung
secara emosi terhadap orang tua seperti tidak bermanja- manja lagi pada orang
tua, remaja mulai dapat mengatasi gejolak perasaannya (sedih, takut, bingung)
tanpa harus mengeluh pada orang tua.Dalam hal kemandirian perilaku timbulnya
rasa tanggung jawab, menggunakan kemampuannya sendiri dalam mengatasi masalah
dan mempunyai kebebasan untuk mencari jalan keluar. Dan dalam hal kemandirian
nilai, remaja mengalami perubahan- perubahan pada konseppemikiran, remaja mampu
dalam memaknai mana yang benar dan mana yang salah, mampu memaknai mana yang
penting dan mana yang tidak penting. Kemandirian muncul pada diri individu
karena ada beberapa faktor yang mempengaruhinya.Ada empat faktor yang
mempengaruhinya yaitu, 1) Gen atau keturunan orang tua. Orang tua yang memiliki
sifat kemandirian tinggi seringkali menurunkan anak yang yang memiliki
kemandirian juga. 2) Pola asuh orang tua, cara orang tua mengasuh dan mendidik
anak akan mempengaruhi perkembangan kemandirian anak remajanya. 3) Sistem
pendidikan disekolah proses pendidikan disekolah yang tidak mengembanngkan
demokratisasi pendidikan dan cenderung menekankan indroktrinasi tanpa
argumentasi akan menghambat perkembangan kemandirian remaja. 4) Sistem
kehidupan dimasyarakat. Sistem kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan
pentingnya hirarki struktur sosial, merasa kurang aman atau mencekam serta
kurang menghargai manifestasi potensi remaja dalam kegiatan produktif dapat
menghambat kelancaran perkembanagan kemandirian remaja. (Ali &Asrori, 2011:
18-119). Brammer dan Shostrom (dalam Ali dan Asrori, 2011: 109) mengatakan bahwa
kata kemandirian berasal dari kata dasardiriyang mendapatkan awalan kedan
akhiran anyang kemudiaan membentuk suatu kata keadaan atau kata benda. Karena
kemandirian berasal dari kata dasar diri, pembahasan mengenai kemandirian tidak
dapat dilepaskan dari pembahasan mengenai perkembangan diri itu sendiri, yang
dalam konsep Carl Roger disebut dengan istilah selfkarena diri itu merupakan
inti dari kemandirian. Fitts (dalam Agustiani, 2006:139).mengatakan bahwa
konsep diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang.Fitts (dalam
Agustiani, 2006: 138- 139) mengatakan bahwa konsep diri merupakan aspek penting
dalam diri seseorang.Karena konsep diri seseorang merupakan kerangka acuan
(frame of reference) dalam berinteraksi dengan lingkungan. Ia menjelaskan
konsep diri secara fenomenologis, dan mengatakan bahwa ketika individu
mempersepsikan dirinya, bereaksi terhadap dirinya, memberikan arti dan
penilaian serta membentuk abstraksi tentang dirinya, berarti ia menunjukan
suatu kesadaran diri (self awareness) dan kemampuan untuk keluar dari dirinya
sendiri untuk melihat dirinya seperti yang ia lakukan terhadap dunia diluar
dirinya. Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang
dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman- pengalaman yang diperoleh dari interaksi
dengan lingkungan .konsep diri bukan merupakan faktor bawaan, melainkan
berkembang dari pengalaman yang terus menerus dan terdiferensiasi. Dasar dari
konsep diri individu di tanamkan pada saat- saat dini kehidupan anak dan
menjadi dasar yang mempengaruhi tingkah lakunya dikemudian hari. (Agustiani,
2006:139). Seseorang yang mempunyai konsep diri yang baik atau positifakan
bersikap optimis, berani mencoba hal- hal baru, berani sukses dan berani pula
gagal, penuh percaya diri, antusias, merasa diri berharga, berani menentapkan
tujuan hidup serta bersikap dan berfikir positif. Sebaliknya, semakin jelek/
negatif konsep diri, maka akan semakin sulit seseorang untuk berhasil, sebab
dengan konsep diri yang jelek atau negatif akan mengakibatkan tumbuh rasa tidak
percaya diri, takut gagal sehingga tidak berani mencoba hal- hal yang baru dan
menantang, merasa diri bodoh, rendah diri, merasa diri tidak berguna, pesimis,
serta berbagai perasaan dan perilaku inferior lainnya. (Desmita: 2010: 164).
Seseorang akan mempunyai kemandirian jika sesorang tersebut mampu mempunyai
konsep diri yang positif karena konsep diri merupakan sesuatu yang
mengorganisir pikiran kita dan menentukan tingkah laku kita dalam
bersosialisasi. Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada
22-28 Januari 2013 ditemukan permasalahan dalam diri remaja santri di Pondok
Pesantren Putri Sabilurrosyad Karangbesuki Sukun Malang terkait dengan masalah
konsep diri, sebagaian santri menunjukan pada konsep diri yang rendah
diantaranya adalah mereka merasa kuarang dapat mengakui kelebihan fisik mereka,
mereka juga kurang dapat mengakui kemampuan yang ada dalam diri mereka, malu-
malu untuk mengakui kemampuannya, pesimis terhadap diri sendiri, dan sebagaian
santri merasa enggan untuk mengajari teman sebayanya karena merasa kurang mampu
jika disuruh mengajari teman sebayanya, seperti halnya yang terjadi pada ST
(nama samaran), ST merasa kurang pesimis terhadap kemampuannya untuk menjadi
pengurus di pondok pesantren ini padahal para santri lain banyak yang meyakini
bahwa dia mempunyai kemampuan untuk menjadi pengurus, ST dalam kehidupan
sehari-harinya di pondok terlihat begitu sederhana, toleransi, peduli dengan
teman- temannya dan penuh tanggung jawab atas amanah yang diberikan pada
dirinya, dia juga mampu untuk mengambil keputusan dengan baik dan tidak mudah
dipengaruhi oleh teman- temannya. Perilaku tersebut menunjukan bahwa ST
mempunyai konsep diri yang negatif danmemiliki kemandirian yang baik. Seorang
santri yang bernama RJ (nama samaran) merasa dirinya adalah orang yang mampu
dalam segala hal, selalu memberikan gambaran positif terhadap keadaan fisiknya,
dia juga merasa bahwa dirinya mempunyai peran penting dilingkungan keluarga
maupun sosialnya, dia mengaku dapat mengintropeksi dirinya dengan baik akan
tetapi dalam realitanya dia masih sering menggantungkan kepentingan pribadinya
terhadap orang lain seperti mencucikan baju ke laundry, dia juga masih sering
ingin untuk diperhatikan orangtuanya seperti dikirim makanan atau barang-barang
keperluan dari rumah, dia juga kurang bertanggung jawab terhadap kegiatan-
kegiatan yang ada di pondok pesantren dan tidak mempunyi kepedulian terhadap
keadaan pondok maupun terhadap temannya. Permasalahan kemandirian yang ada di
Pondok Pesantren Putri Sabilurrosyad ini adalah bahwa sebagaian santri masih
ada yang kurang mandiri dalam kesehariannya, hal ini tampak dari aktivitas para
santri yang masih banyak menceritakan keluh kesahnya terhadap orang tuanya,
masih adanya beberapa santri yang melakukan laundry baju, sebagaian santri juga
masih belum dapat memiliki nilai- nilai positif dalam pola berfikirnya, karena
sebagaian mereka masih bersifat mementingkan diri sendiri terhadap keputusan
yang mereka ambil. Realita yang terjadi pada ST dan RJ berbeda dengan berbeda
dengan pendapat Fitts (dalam Agustiani, 2006:139) yang mengatakan bahwa konsep
diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang.Desmita (2010: 169) juga
mengatakan bahwa perilaku individu akan selaras dengan cara individu memandang
dirinya sendiri. Apabila individu memandang dirinya sebagai orang yang tidak
mempunyai cukup kemampuan untuk melakukan suatu tugas, maka seluruh perilakunya
akan menunjukan ketidak mampuannya tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Faikatul (2011) di SMAN 1 Suboh Kecamatan Situbondo menyatakan bahwa tidak
adanya hubungan antara konsep diri dengan kenakalan remaja. Hasil penelitian
diketahui bahwa tingkat konsep diri siswa SMAN 1 Suboh berada pada kategori
tinggi/positif memiliki prosentase 8.1%, kategori sedang memiliki prosentase
91.9% dan kategori rendah/negatif memiliki prosentase 0%. dan tingkat Kategori
kenakalan remaja tinggi memiliki prosentase 0%, kategori sedang memiliki
prosentase 12.7% dan kategori rendah memiliki prosentase 87.5%. Dan dari hasil
korelasi antara konsep diri dengan kenakalan remaja menunjukkan angka sebesar
-0.131 dengan p =.168. Hal ini berarti bahwa tidak ada hubungan antara konsep
diri dengan kenakalan remaja, dengan kata lain Hipotesis alternatif (Ha)
ditolak karena p > 0.05, dapat dijelaskan dengan (rxy = -0.131; Sig = 168
> 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa konsep diri tidak berpengaruh terhadap
perilaku seseorang. Konsep diri sangat penting dalam kehidupan individu, lebih
lebih santri yang hidup dalam suatu lingkungan budaya khusus pendidikan islam,
atau sub culture (Wahid, 2007:1). Konsep diri sangat penting bagi individu,
karena konsep diri berkaitan dengan nilai-nilai baik dan buruk dalam kehidupan,
karena konsep diri seseorang dibentuk dari pengalaman- pengalaman yang
diperoleh individu dari hasil interaksinya dengan lingkungan. Lingkungan yang
baik seperti kehidupan di pondok pesantren akan menciptakan konsep diri yang
baik pula pada individu. Di Pondok Pesantren Sabilurrosyad Gasek Karangbesuki
Malang ini para santri yang mayoritas berusia 19-23 tahun yakni dalam masa
remaja, mereka mendapatkan pendidikan agama yang baik dan berada dalam suasana
lingkungan yang akrab dan penuh kehangantan.Ibu Nyai Saidah (pengasuh pondok)
menuturkan bahwa di pondok pesantren ini suasana dalam kehidupannya adalah
suasana kekeluargaan. Santri merupakan elemen penting dalam struktur pesantren,
dimana setiap gerak langkahnya berpijak pada seorang kyai sebagai uswah hasanh
penerus perjuangan Nabi SAW mereka tunduk terhadap kharismatik seorang Kyai,
sehingga petuahnya merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan (Wahid, 2007:1).
Dalam perkembangan sikap dan perilakunya para santri menjadika Kyai sebagai
tauladan dan menjadikan pendapatpendapat Kyai untuk membangun
kehidupannya.Sumardi (2012:289) mengatakan bahwa para santri itu mempunyai
beberapa karakter diantaranya, tanggung jawab, kedermawanan, disiplin, dan
kemandirian. Santri sebagai generasi penerus bangsa dan perannya sangat
dibutuhkan dalam masyarakat kelak ketika sudah berada di tengah-tengah masyarakat.
Kemandirian santri tidak hanya sebatas tidak bergantung pada orang lain akan
tetapi seorang santri dituntut untuk mampu hidup ditengah masyarakat dengan
memberikan beberapa manfaat dalam kehidupan dimasyrakat. Di Pondok Pesantren
ini para santri dididik kemandiriannya dengan belajar menemukan jalan keluar
atas permasalahan, baik permasalahan pribadi maupun kelompok dan diberikan
tanggung jawab individu terhadap dirinya masingmasing mulai dari mengurus
keuangannya sendiri, membersihkan lingkungannya, belajar dengan sendirinya
tanpa diperintah dan juga keadaan yang jauh dari orang tua. Dari pemaparan
diatas maka, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang terkait konsep
diri dan kemandirian santri di Pondok Pesantren Putri Sabilurrosyad Gasek Karangbesuki
Sukun Malang. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana tingkat konsep diri santri di
Pondok PesantrenPutriSabilurrosyad Gasek KarangbesukiSukun Malang? 2. Bagaimana
tingkat kemandirian santridi Pondok PesantrenPutriSabilurrosyad Gasek
KarangbesukiSukun Malang? 3. Apakah ada hubungan antara konsep diri dengan
kemandirian santridi Pondok PesantrenPutriSabilurrosyad Gasek KarangbesukiSukun
Malang? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui tingkat konsep diri santridi
Pondok PesantrenPutriSabilurrosyad Gasek KarangbesukiSukun Malang. 2. Untuk
mengetahui tingkat kemandirian santri di Pondok PesantrenPutriSabilurrosyad
Gasek KarangbesukiSukun Malang. 3. Untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan
antara konsep diri dengan kemandirian santri di Pondok PesantrenPutriSabilurrosyad
Gasek KarangbesukiSukun Malang D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini
diharapkan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis sebagai
berikut : 1. Manfaat Teoritis Diharapkan dalam penelitian ini dapat memberikan
sumbangan bagi keilmuan psikologi, sebagai wacana pemikiran acuan untuk
pengembangan penelitian selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan
pengetahuan tentang konsep diri dan kemandirian. 2. Manfaat Praktis Diharapkan
dalam penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap santri
putri di Pondok Pesantren Sabilurrosyad Gasek Karangbesuki Sukun Malang
sehingga mereka mampu menyadari akan pentingnya konsep diri dalam pengaruhnya
terhadap kemandirian. Dan diharapkan para santri dapat meningkatkan konsep diri
yang positif dan dapat mencapai kemandirian.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Hubungan konsep diri dengan kemandirian santri di Pondok Pesantren Putri Sabilurrosyad Gasek Karangbesuki Sukun Malang." Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment