Abstract
INDONESIA:
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam hal meningkatkan kualitas bangsa. Kata menyontek dalam kegiatan akademis sering terjadi dalam dunia pendidikan. Oleh sebab itu, menyontek menjadi salah satu fenomena yang muncul menyertai proses belajar siswa di sekolah. Dengan semakin maraknya perilaku menyontek ini, maka perlu meningkatkan faktor-faktor yang menurunkan perilaku menyontek ini antara lain yaitu dengan meningkatkan efikasi diri dan religiusitas siwa.
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1). Bagaimana tingkat efikasi diri siswa? 2). Bagaimana tingkat religiusitas siswa? 3). Bagaimana tingkat perilaku menyontek siswa? 4). Apakah ada hubungan yang signifikan antara efikasi diri terhadap intensitas perilaku menyontek pada siswa? 5). Apakah ada hubungan yang signifikan antara religiusitas terhadap intensitas perilaku menyontek pada siswa? 6). Manakah yang lebih besar hubungannya antara efikasi diri atau religiusitas terhadap perilaku menyontek pada siswa?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 1). Mengetahui tingkat efikasi diri siswa, 2). Mengetahui tingkat religiusitas siswa, 3). Mengetahui tingkat menyontek siswa, 4). Mengetahui ada tidaknya hubungan efikasi diri terhadap intensitas perilaku menyontek pada siswa, 5). Mengetahui ada tidaknya hubungan efikasi diri terhadap intensitas perilaku menyontek pada siswa, dan 6). Mengetahui mana yang lebih besar hubungan antara efikasi diri atau religiusitas terhadap perilaku menyontek pada siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif korelatif, yaitu mencari hubungan antara efikasi diri dan religiusitas dengan intensitas perilaku menyontek pada siswa. Subjek dalam penelitian ini adalah 71 siswa. Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan skala efikasi diri, religiusitas dan intensitas perilaku menyontek. Skala efikasi diri terdiri dari 22 aitem dengan α = 0.844, skala religiusitas terdiri dari 25 aitem dengan α = 0.897 dan untuk skala perilaku menyontek terdiri dari 28 aitem dengan α = 0.921.
Analisis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan negatif antara efikasi diri dan religiusitas dengan intensitas perilaku menyontek adalah uji statistik parametrik teknik analisis regresi berganda linier. Hasil analisis tersebut menunjukkan adanya hubungan negatif dan signifikan antara efiaksi diri dan religiusitas dengan intensitas perilaku menyontek pada siswa MTs Mazra’atul Ulum Paciran-Lamongan. Hal tersebut ditunjukkan oleh angka koefesien korelasi (rxy) sebesar 0.493 dengan P = 0.000 (p < 0.05). sehingga hipotesis yang menyatakan ada hubungan negatif antara efikasi diri dan religiusitas dengan intensitas perilaku menyontek dapat diterima. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif antara efikasi diri dan religiusitas dengan intensitas perilaku menyontek pada siswa MTs Mazra’atul Ulum Paciran- Lamongan. Semakin positif efikasi diri dan religiusitas maka semakin rendah intensitas perilaku menyontek dan sebaliknya.
ENGLISH:
Educational is one of the important factors in terms of improving the quality of the nation. The word cheating in academic activities often occur in education. Therefore, cheating became one of the emerging phenomenon accompanying the students’ learning process in schools. With the rise of the cheating behavior, it is necessary to improve the factors that decrease the cheating behavior among others is to increase students’ self- efficacy and religiosity.
formulation of the problem of this study are as follows: 1). How the level of students’ self-efficacy? 2). How the level of religiosity of students? 3). How the level of cheating behavior of students? 4). Are there significant relationship between the intensity of self-efficacy on students cheating behavior? 5). Are there significant relationship between religiosity on the intensity of cheating on student behavior? 6). which on a greater correlation between self-efficacy or religiosity againts cheating behaviors in students?. The purpose of this study was to determine: 1). Knowing the students self-efficacy levels 2). Knowing the students level of religiosity 3). Knowing the students level of cheating behavior 4). Knowing the relationship of the intensity of self-efficacy on students cheating behavor 5). Determine wheter there is a relationship to the intensity of self-efficacy on students cheating behavior, and 6). Knowing where the larger relationship between self- efficacy or religiosity against cheating behaviors in students.
this research is a descriptive correlative quantitative approach, which is looking for a relationship between self-efficacy and religiosity with intensity of cheating behavior in students. Collecting data in this study using a self-efficacy scale, the intensity of religiosity and cheating behavior. Self-efficacy scale consists of 22 aitem with ɑ = 0.844, religiosity scale consist of 25 aitem with ɑ = 0.897 and for cheating behavior scale consists of 28 aitem with ɑ = 0.921.
Analysis of the data used to determine the negative relationship between self-efficacy and religiosity with the intensity of cheating behavior is parametric statistical tests of multiple liniear regression analysis techniques. The results of this analysis showed a negative and significant relationship between our selves and religiosity intensy of cheating behavior on student or MTs Mazra’atul Ulum Paciran-Lamongan. This is indicated by the number of correlation coefficients (rxy) of 0.493 with P = 0.000 (P<0.05). So the hypothesis that there is a negative relationship between self-efficacy and religiosity with intensity cheating behavior is acceptable. Based on this study it can be concluded that there is a negative relationship between self-efficacy and religiosity with intensity on student cheating behavior of MTs Mazra’atul Ulum Paciran-Lamongan. The more positive self-efficacy and religiosity, the lower the intensity of cheating behavior, and conversely.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan
merupakan salah satu faktor penting dalam hal meningkatkan kualitas bangsa. Hal
tersebut tercermin dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa. Mazra’atul Ulum
merupakan salah satu lembaga pendidikan yang terdiri dari beberapa jenjang
pendidikan yang diantaranya adalah Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau setingkat
dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Lembaga pendidikan yang berbasiskan
agama Islam yang bertujuan melejitkan potensi diri serta melahirkan intelektual
muslim. Selain kegiatan belajar mengajar, siswa MTs Mazra’atul Ulum juga
mengikuti kegiatan ekstrakulikuler yang diadakan oleh madrasah. Diantaranya
adalah olahraga, tataboga, bimbingan belajar, dzibaiyah, muhadloroh, mengaji
kitab kuning dan kegiatan keagamaan yang lainnya. Dengan kegiatan yang padat
siswa tentu harus sebisa mungkin mengatur jadwal kegiatannya sehari-hari.
Karena kalau tidak siswa akan kewalahan dengan segudang kegiatan yang ada.
Siswa berkativitas dari sekolah sampai siang, kemudian diteruskan dengan
kegiatan ekstrakulikuler sampai sore dan kegiatan yang lainnya. Dengan banyaknya
aktivitas, tak jarang dari siswa sudah mulai malas belajar lagi pada malam hari
karena sudah lelah dengan aktivitas yang sangat 2 padat. Siswa sudah lelah dan
lebih memilih untuk bertistirahat atau sekedar menonton televisi dan bersantai.
Karena siswa tidak belajar pada waktu malam, ketika ada ulangan atau tes
berlangsung siswa tidak siap menghadapai tes tersebut. Dengan begitu siswa
lebih memilih jalan pintas dengan meminta jawaban dari temannya atau menyontek.
“.....wes capek banget mbak, soale dari pagi sekolah terus siangnya les sampek
sore, masih ada ekstra sampek jam lima, yawes malemnya tak buat lihat tv ajah,
lek gak gitu ya main game, hehehe…lha aku males mbak malemnya disuruh belajar
lagi…” (wawancara subjek 1, 02-05-2014). Kata menyontek sudah tidak asing lagi
bagi pelajar. Perilaku menyontek merupakan fenomena yang sudah lama ada dalam
dunia pendidikan sekolah. Masalah menyontek selalu terkait dengan tes atau
ujian. Ujian diadakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa
terhadap materi yang telah diberikan. Dalam dunia pendidikan, ujian dimaksudkan
untuk mengukur taraf pencapaian suatu tujuan pengajaran oleh siswa sebagai
peserta didik, sehingga siswa dapat mengetahui tingkat kemampuannya dalam
memahami pelajaran yang sedang ditempuh. Bila ternyata hasilnya belum maksimal,
maka proses belajar harus ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitas
(Maradina, 2008). Setiap siswa selalu berusaha dan ingin meraih prestasi yang
terbaik. Berbagai cara dilakukan oleh siswa untuk mendapatkan prestasi yang
terbaik. Mulai dari cara yang baik seperti belajar teratur setiap hari,
mengikuti bimbingan belajar, belajar kelompok dan sebagainya. Namun tidak
jarang pula siswa menggunakan cara yang tidak seharusnya dilakukan oleh para
siswa untuk mendapatkan prestasi yang baik. Bahkan sebagian siswa ada yang
melakukan 3 kecurangan demi memperoleh hasil yang terbaik, seperti menyontek.
Perilaku menyontek merupakan salah satu permasalahan yang ada hampir di setiap
jenjang pendidikan, salah satunya adalah pada level sekolah menengah pertama.
Dalam Kamus Bahasa Inggris (Echols & Shadily, 2003) kata menyontek atau
menjiplak disebut dengan istilah Cheating. Hal ini sesuai dengan artikel yang
ditulis oleh Alhadza, kata menyontek sama dengan Cheating. Beliau mengutip pendapat
Bower, yang mengatakan Cheating adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara
yang tidak sah untuk tujuan yang sah atau terhormat yaitu mendapatkan
keberhasilan akademis atau menghindari kegagalan akdemis (Alhadza dalam
Alawiyah, 2011:21). Perilaku menyontek merupakan suatu perbuatan atau cara yang
tidak jujur, curang dan menghalalkan segala cara untuk mencapai nilai yang
maksimal dan terbaik saat tes atau ujian dalam setiap pelajaran. Perilaku
menyontek dapat diwujudkan dalam bentuk-bentuk: menggunakan catatan jawaban
pada saat tes, mencontoh jawaban siswa lain, memberikan jawaban yang telah
selesai pada teman, meskipun hal-hal tersebut tidak diperbolehkan dalam tes
(Kalusmeimer, 1985:388). Menurut Mulyana (dalam Alawiyah, 2011), perilaku
menyontek dapat dilakukan dalam bentuk-bentuk sebagai berikut: menulis contekan
di meja atau di telapak tangan, menulis disobekan kertas yang disembunyikan
dilipatan baju, bisa juga dengan melihat buku pedoman atau buku catatan sewaktu
ujian. Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, telepon genggam pun
dapat digunakan sebagai sarana menyontek. Dengan menyimpan data contekan di
dalam memori telepon genggam atau saling berkirim jawaban melalui pesan
singkat. 4 Intensitas mencontek pada siswa tidak dengan sendirinya menjadi
perilaku, karena masih tergantung pada faktor lain yang diperkirakan dapat
menghambat atau mendukung perwujudan perilaku mencontek (Setyani, 2007). Niat
siswa untuk mencontek akan semakin besar jika berada dalam situasi yang
menguntungkan dan mendukung bagi siswa tersebut untuk mencontek. Menurut
kalusmeimer (1985:388) siswa akan terdorong untuk mencontek apabila merasa
perilakunya tidak akan ketahuan. Meskipun ketahuan, hukuman yang akan diterima
tidak akan terlalu berat menurut siswa tersebut. Perilaku mencontek biasanya
akan muncul ketika siswa berada dalam kondisi terdesak, misalnya diadakannya
ulangan secara mendadak, terlalu banyak materi yang diujikan dan kurangnya
waktu untuk belajar. Beberapa data yang memprihatinkan adalah Survey nasional
yang dilakukan oleh Josephson Institute of ethics di Amerika pada tahun 2006
(Paris S Strom; Robert D Stromdengan: 2007 dalam Hartanto, 2010) dengan
responden 36.000 siswa Sekolah Menegah Pertama menemukan 60% siswa menerima dan
mengakui pernah mencontek pada saat ujian dan pengerjaan tugas. Terjadi
peningkatan sebesar 10% dalam kurun waktu 20 tahun. 95% diantaranya mengaku
bahwa tidak pernah ketahuan ketika mencontek. permasalahan ini dalam berbagai
kajian dan penelitian perlu untuk segera mendapatkan penanganan. Hasil
penelitian hadi Warsito (2004, dalam Hairida, 2012) menunjukkan bahwa terdapat
hubungan kausal positif signifikan antara self-efficacy dengan prestasi
akademik. Hasil selanjutnya juga menemukan bahwa self-efficacy berhubungan
kausal baik secara langsung maupun secara tak langsung dengan prestasi
akademik. 5 Untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam belajar, peran serta
tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks yaitu dengan cara
mengetahui karakteristik siswa. Salah satu karakteristik siswa yaitu dengan
mengetahui self-efficacy siswa, hal tersebut menjadi sangat penting untuk
dipertimbangkan guru sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan
siswa dalam belajar. Self-efficacy merupakan keyakinan seseorang bahwa dirinya
akan mampu melaksanakan tingkah laku yang dibutuhkan dalam suatu tugas.
Selfefficacy menentukan seberapa besar usaha yang akan dicurahkan dan seberapa
lama individu akan tetap bertahan dalam menghadapi hambatan atau pengalaman
yang kurang menyenangkan. Self-efficacy lebih kepada seseorang mempercayai yang
dilakukannya dengan kemampuan yang dimiliki dalam berbagai situasi (Bandura,
1997:37), sehingga tinggi rendahnya self-efficacy siswa sangat berkaitan dengan
optimisme siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Self-efficacy rendah
dapat terjadi karena seseorang belum mengenal potensi dirinya dan
hambatan-hambatan dalam pengembangan potensi diri tersebut. Menurut Bandura
(1997), pengukuran self-efficacy yang dimiliki seseorang mengacu pada tiga
dimensi, yaitu: level (tingkatan), generality (umum) dan strength (kekuatan)
(Hairida, 2012). Dengan semakin maraknya perilaku menyontek (cheating) pada
siswa sekolah maka perlu mengantisipasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
terjadi perilaku menyontek. Adapun faktor internal yang diduga dapat
meningkatkan dan menurunkan perilaku menyontek pada 6 kalangan siswa Sekolah
Menengah Pertama adalah keyakinan dalam diri siswa akan kemampuan diri sendiri
(self-efficacy) serta religiusitas siswa itu sendiri. salah satu faktor yang
bias mempengaruhi perilaku menyontek seseorang adalah faktor nilai kebaikan
yang dipegang oleh individu. Nilai-nilai tersebut ditandai dengan adanya
ketaatan seseorangterhadap moral, etika, dan prinsip religius (agama).
Seseorang yang bisamematuhi etika dan nilai-nilai agama akan mampu menilai dan
menerima dirinyasebagai diri yang positif. Nilai-nilai agama pada diri
seseorang akan menuntunseseorang tersebut menjadi pribadi yang sehat.
Nilai-nilai atau penghayatanseseorang terhadap agama yang diyakininya dalam
psikologi disebut religiusitas (Rettinger & Jordan dalam Purnamasari,
2013:16) Perilaku menyontek juga bisa dipengaruhi oleh religiusitas siswa yang
kurang. Dengan mengenyang pendidikan dan pengajaran yang berbasis agama dan
lingkungan yang mendukung, siswa harusnya mampu dan memiliki sikap religiusitas
yang tinggi. Religiusitas adalah seberapa dalam penghayatan atas agama yang
dianutnya. Bagi seorang muslim, religiusitas dapat diketahui dari seberapa jauh
pengetahuan, keyakinan, pelaksanaan dan penghayatan atas agama Islam. Makna
religiusitas menurut Fetzer (dalam Farhah, 2011:19) yaitu seberapa kuat
individu penganut agama merasakan pengalaman beragama sehari-hari, mengalami
kebermaknaanhidup dengan beragama, mengekspresikan keagamaan sebagai sebuah
nilai, meyakini ajaran agamanya, memaafkan, melakukan praktek beragama (ibadah)
secara menyendiri, mendapat dukungan penganut sesama 7 agama, mengalami sejarah
keberagamaan, komitmen beragama, mengikuti organisasi atau kegiatan keagamaan,
dan meyakini pilihan agamanya. menurut Rettinger dan Jordan (dalam Purnamasari,
2013:16) menyebutkan bahwa faktor demografi lain yang mempengaruhi perilaku
menyontek adalah kepercayaan atau agama, status perkawinan, keterlibatan
organisasi, bekerja sambil sekolah, banyaknya mata pelajaran. Siswa yang kadar
keimanannya masih labil, akan mudah terjangkit konflik batin dalam berhadapan
dengan kondisi lingkungan yang menyajikan berbagai hal yang seharusnya
bertentangan dengan norma agamanya. Menyontek merupakan salah satu hal yang
bertentangan dengan norma agama. Dikatakan bertentangan karena menyontek adalah
suatu tindakan yang curang dan tidak diperbolehkan. Apabila keyakinan beragama
telah menjadi bagian yang integral dalam kepribadian seseorang, maka keyakinan
itulah yang akan mengawasi segala tindakan, perkataan bahkan perasaannya.
Uraian diatas menunjukkan bahwa self-efficacy dan religiusitas turut berperan
penting dalam pembentukan tingkah laku mencontek. Meskipun hal demikian tidak
sesuai dengan tujuan pendidikan dan tidak meningkatkan kualitas belajar siswa.
Perilaku menyontek ini masih banyak dilakukan oleh siswa di sekolah. Hal
tersebut terjadi karena masyarakat memiliki pandangan bahwa prestasi belajar
tercermin dari pencapaian nilai yang tinggi, sehingga membuat siswa terpaku
untuk memperoleh nilai yang tinggi dengan cara apapun. Fakta diatas menunjukkan
bahwa perilaku menyontek merupakan suatu permasalahan yang menarik untuk dikaji
lebih lanjut. Berpijak dari uraian diatas, 8 maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan tema: Hubungan antara Efikasi Diri dan Religiusitas
dengan Intensitas Perilaku Menyontek pada Siswa MTs Mazra’atul Ulum
Paciran-Lamongan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan masalah yang diatas, maka
permasalahan dalam penelitian ini difokuskan pada: 1. Bagaimana tingkat efikasi
diri siswa MTs Mazra’atul Ulum PaciranLamongan? 2. Bagaimana tingkat
religiusitas siswa MTs Mazra’atul Ulum PaciranLamongan? 3. Bagaimana tingkat
perilaku menyontek (Cheating) siswa MTs Mazra’atul Ulum Paciran-Lamongan? 4.
Apakah ada hubungan yang signifikan antara efikasi diri terhadap intensitas
perilaku menyontek (cheating) pada siswa MTs Mazra’atul Ulum Paciran? 5. Apakah
ada hubungan yang signifikan antara religiusitas terhadap intensitas perilaku menyontek
(cheating) pada siswa MTs Mazra’atul Ulum Paciran? 6. Manakah yang lebih besar
hubungannya antara efikasi diri atau religiusitas terhadap perilaku menyontek
(Cheating) pada siswa MTs Mazra’atul Ulum Paciran? 9 C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat: 1. Mengetahui tingkat efikasi
diri siswa MTs Mazra’atul Ulum PaciranLamongan. 2. Mengetahui tingkat
religiusitas siswa MTs Mazra’atul Ulum PaciranLamongan. 3. Mengetahui tingkat
menyontek siswa MTs Mazra’atul Ulum PaciranLamongan 4. Mengetahui ada tidaknya
hubungan efikasi diri terhadap intensitas perilaku menyontek (cheating) pada
siswa MTs Mazra’atul Ulum Paciran. 5. Mengetahui ada tidaknya hubungan efikasi
diri terhadap intensitas perilaku menyontek (cheating) pada siswa MTs
Mazra’atul Ulum Paciran. 6. Mengetahui mana yang lebih besar hubungan antara
efikasi diri atau religiusitas terhadap perilaku menyontek (Cheating) pada
siswa MTs Mazra’atul Ulum Paciran. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini
diharapakan bermanfaat bagi: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi pengembangan ilmu psikologi,
khususnya psikologi pendidikan. Selain itu dari hasil penelitian ini diharapkan
juga dapat menambah khazanah 10 pengetahuan tentang perilaku menyontek serta
faktor-faktor internal yang mempengaruhinya. 2. Manfaat Praktis Bagi pihak MTs
Mazra’atul Ulum Paciran-Lamongan penelitian ini dapat memberikan informasi
tentang faktor-faktor penyebab siswa menyontek, khususnya pada saat ujian berlangsung.
Sehingga mampu mengurangi intensitas menyontek pada siswa. Sedangkan bagi
siswa, siswa mendapatkan informasi tentang hal apa saja yang menyebabkan siswa
menyontek. Dengan demikian diharapkan siswa dapat menghilangkan kebiasaan
menyontek dan dapat memperoleh hasil ujian dengan baik dan jujur. E.
Orisinalitas Penelitian 1. Cholila, Nur (2011) yang berjudul “Hubungan antara
konsep diri dengan perilaku menyontek pada siswa SMP Satya Dharma Desa Balung
Lor Kecamatan Balung Kabupaten Jember” dengan hasil yaitu adanya korelasi
antara konsep diri dengan perilaku menyontek pada siswa SMP Satya Dharma Desa
Balung Lor Kecamatan Balung Kabupaten Jember yang bersifat negatif. 2.
Istamala, M. S. (2012) yang berjudul “Hubungan Konsep Diri dengan Intensi
Mencontek Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Plaosan Kabupaten Magetan” dengan hasil
yaitu adanya hubungan negatif dan signifikan antara konsep diri dengan intensi
mencontek.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" : Hubungan antara efikasi diri dan religiusitas dengan intensitas perilaku menyontek pada siswa di MTs Mazra'atul Ulum Paciran Lamongan" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah iniDOWNLOAD
No comments:
Post a Comment