Abstract
INDONESIA:
Pada dasarnya manusia dilahirkan sebagai makhluk pembelajar.Tugas, tanggung jawab dan panggilan pertama manusia adalah menjadi pembelajar. Kemandirian belajar adalah suatu proses belajar dimana setiap individu dapat mengambil inisiatif dengan atau tanpa bantuan orang lain dalam hal mendiagnosa kebutuhan belajar, merumuskan tujuan belajar, mengidentifikasi sumber-sumber belajar (baik berupa orang maupun bahan), memilih dan menerapkan strategi belajar yang sesuai begi dirinya, serta mengevaluasi hasil belajarnya.
Penelitian dilakukan di SMP N 2 Randuagung Lumajang. Tujuan dalam penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui tingkat efikasi diri siswa disekolah SMP N 2 Randuagung Lumajang, (2) untuk mengetahui tingkat kemandirian belajar pada siswa di SMP N 2 Randuagung Lumajang dan (3) untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan kemandirian belajar siswa di SMP N 2 Randuagung Lumajang.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, variabel bebas yaitu efikasi diri dan variabel terikat yaitu kemandirian belajar. Subyek penelitian ini berjumlah 127 responden, yang merupakan siswa-siswi kelas VIII SMP N 2 Randuagung Lumajang. Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode angket berupa skala likert untuk efikasi diri dan kemandirian belajar dilengkapi dengan dokumentasi dan wawancara. Analisa data penelitian ini menggunakan teknik korelasi product moment Karl Person dengan bantuan SPSS 16.0 for windows.
Berdasarkan analisa data diperoleh hasil sebagai berikut: (1) hasil analisa efikasi diri berada dalam kategori tinggi dengan jumlah prosentase 53,5% sebanyak 68 siswa,(2) hasil analisa kemandirian belajar berada dalam kategori tinggi dengan jumlah prosentase 55,1% sebanyak 70 siswa,(3) hasil korelasi menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara efikasi diri dengan kemandirian belajar dengan nilai koefisien korelasi rxy= 0.540 dan p= 0.000 < 0.05. Artinya semakin tinggi tingkat efikasi diri maka semakin tinggi pula kemandirian belajar pada siswa.
ENGLISH:
Basically human being are born as a learner. Duties, responsibilities and human first callis to be a learner. Humans as learner give understanding that this human un iqueness in comparison with various other God's creatures (Andrias Harefa,2005:23). Learning is not a process that is so absorbing knowledge format on teacher, but learning is aprocessin which students are required to be active in the learning activities.
The study was conductedin SMPN2 Randuagung Lumajang. The purpose of this study was (1) to determine the level of school students' self-efficacy of SMPN2 Randuagung Lumajang, (2) to determine the level of learning independence in students at SMPN2 Randuagung Lumajang and (3) to determine the relationship between self-efficacy with learning independence students in SMPN2 Randuagung Lumajang.
This study use quantitative, self-efficacy independent variable and the dependent variable that is independent learning. The subject of this study is 127 respondents, which is the eighth gradestudents of SMPN2 Randuagung Lumajang. This study is a population study. In collecting the data, the researcher use Likert scale questionnaire method for learning self-efficacy and self-reliance comes with documentation and interviews. This study use data analysis techniques Karl Person product moment correlation with SPSS16.0 for Windows.
Based on theanalysis of the data obtained the following results: (1) self- efficacy analysis results in category high percentage of 53.5% by numbers many as 68 students, (2) the results of the analysis are independent learning in the high category with55.1% as a percentage of the number 70 students, (3) the correlation results showe significant relationship between self-efficacy with in dependent learning with a correlation coefficient xy=0.540 and p=0.000<0.05. This means that the higher thelevel of self-efficacy, the higher the students independent learning.
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Pada dasarnya manusia dilahirkan sebagai
makhluk pembelajar, tugas tanggung jawab dan panggilan pertama manusia adalah
menjadi pembelajar. Manusia sebagai pembelajar memberikan kepada kita sebuah
pemahaman bahwa inilah keunikan manusia dibandingkan dengan berbagai makhluk
ciptaan Tuhan lainnya. 1 Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang
sudah jadi bentukan guru, namun belajar adalah sebuah proses dimana siswa
diharuskan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa merupakan pribadi yang unik
dengan segala karakteristiknya yang memiliki potensi, minat,bakat dan
kreativitas yang semuanya itu dikembangkan ke arah kemandirian, sehingga mereka
dapat menjalani kehidupan yang lebih efektif. Salah satu kemandirian adalah
kemandirian dalam belajar. Kenyataannya kemandirian dalam belajar belum
dimiliki oleh banyak pelajar. Guru di sekolah mengatakan bahwa pelajar sekarang
banyak yang bersifat seperti “paku’. Ia baru akan bergerak kalau dipukul dengan
martil. Membaca buku pelajaran saja misalnya, kalau tidak disuruh atau
diperintahkan oleh guru maka buku-buku tersebut akan tetap tidak tersentuh dan
akan selalu utuh karena tidak dibaca. 2 Belajar adalah kegiatan yang berproses
dan merupakan unsure yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis
jenjang pendidikan. Berarti 1 Harefa Andreas. 2005. Menjadi Manusia Pembelajar.
Jakarta: PT Kompas Nusantara. Hlm:23 2 Usman. 2007.Peningkatan Kemandirian
Belajar Siswa Melalui Layanan Bimbingan kelompok. Jurnal ilmiah Konseling. (vol
2). Hlm: 279 2 bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu
sangat beergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia
berada disekolah maupun di lingkungan rumah atau keluargnya sendiri. 3 Dalam
perspektif islam, belajar merupakan kewajiban bagi setiap muslim dalam rangka
memperoleh ilmu pengetahuan sehingga derajat kehidupan meningkat. Dalam surat
Mujaddalah ayat 8 ( öNä3s9 ª !$# Ëx|¡øÿt (#qßs|¡øù$$sù ħÎ=»yfyJø9$# Îû (#qßs¡¡xÿs? öNä3s9 @Ï% #sÎ) (#þqãZtB#uä tûïÏ%©!$# $pk r'¯»t ª !$#ur 4 ; M»y_uy zOù=Ïèø9$# (#qè?ré& tûïÏ%©!$#ur öNä3ZÏB (#qãZtB#uä tûïÏ%©!$# ª !$# Æìsùöt (#râà±S$$sù (#râà±S$# @Ï% #sÎ)ur ÇÊÊÈ ×Î7yz tbqè=yJ÷ès? $yJÎ/ 4
Artinya :’’Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan’.5 Belajar merupakan
suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat mengarah kepada
tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada
tingkah laku yang buruk. 6 Belajar mandiri dapat diartikan sebagai kegiatan
belajar aktif, yang didorong oleh minat atau motif untuk menguasai suatu
kompetensi guna mengatasi masalah dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau
kompetensi yang telah dimiliki.7 Kemandirian dalam belajar merupakan syarat
mutlak bagi siswa guna mencapai 3 Muhibbin Syah.2010. Psikologi Suatu
Pendekatan Baru. Bandung.Remaja Rosdakarya hlm:87 4 Al-Qur’an surat Mujadalah
ayat 8 5 Departemen Agama RI, Al-Hikam, 2008. Al-Qur’an dan Terjemahan.
Bandung; Diponegoro hlm;543 6 Ngalim Purwanto. 2004. Psikologi pendidikan.
Bandung. Rosdakarya. Hlm:85 7 Harris Mudjiman. 2008. Belajar Mandiri.
Surakarta:UNS Press. Hlm:7 3 hasil yang memuaskan, hal ini dapat dimengerti karena
kegiatan belajar merupakan tanggung jawab dari siswa itu sendiri. Kemandirian
dalam belajar memberikan landasan yang kuat bagi keberhasilan studi untuk
meraih prestasi. Kemandirian belajar merupakan proses dimana individu mengambil
inisiatif dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi sistem
pembelajaran. Kemandirian belajar merupakan salah satu factor yang menentukan
keberhasilan siswa dalam belajar, sehingga sikap mandiri ini penting dimiliki
oleh siapa saja yang ingin mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Orang tua
mempunyai peranan penting dalam membentuk kemandirian belajar. Hal ini
disebabkan karena orang tualah yang menjadi pendidik pertama dan utama. Dengan
kata lain, orang tua menjadi penanggung jawab pertama dan utama terhadap
pendidikan anakanaknya.8 Terjadinya perkembangan ilmu pengetahuan dan
pendidikan yang semakin pesat membuat siswa dituntut untuk menjadi lebih
mandiri, khususnya dalam mengakses informasi-informasi pendidikan. Siswa harus
dapat mengetahui bagaimana belajar yang baik, bagaimana beradaptasi dengan
lingkungan yang terus mengalami perubahan dan bagaimana mengambil insiatif
secara mandiri ketika kesempatan tersedia. Siswa yang memiliki kemandirian
belajar dapat mempersiapkan dirinya dalam memasuki dunia baru.9 Kemandirina belajar
merupakan proses dimana individu berinisiatif belajar dengan atau tanpa bantuan
orang lain, mendiagnosa kebutuhan belajar sendiri, merumuskan tujuan belajar
sendiri, mengidentifikasikan sumber belajar 8 Merriam, S & Caffarella R.S
2010. Korelasi Antara dukungan Sosial Orang Tua dan SelfDerected Learning pada
siswa SMA. Jurnal Psikologi. (vol 37 no 2) hlm 217 9 Gibbons. 2010. Korelasi
Antara dukungan Sosial Orang Tua dan Self-Derected Learning pada siswa SMA.
Jurnal Psikologi. (vol 37 no 2) hlm 217 4 yang dapat digunakannya, memilih dan
menerapkan strategi belajarnya dan mengevaluasi hasil belajarnya. kemandirian
belajar adalah usaha untuk menetapkan sendiri tujuan atau sasaran belajar,
usaha mencapainya mencakup pula usaha memilih sendiri sumber belajar dan
menggunakan teknik-teknik belajar yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut.10
Pernyataan ini sejalan dengan pendapat Tahar dan Enceng11 bahwa dalam
kemandirian belajar individu bebas menentukan dan mengelola sendiri bahan ajar,
waktu, tempat dan memanfaatkan berbagai sumber belajar yang diperlukan.
Individu memiliki kemampuan dalam mengelola cara belajar, meiliki rasa tanggung
jawab yang tinggi dan terampil memanfaatkan sumber belajar. Kemandirian belajar
akan menjadikan siswa bertanggung jawab dalam mengatur dan mendisiplinkan
dirinya dalam mengembangkan kemampuan belajar atas kemauan sendiri. Individu
yang menerapkan kemandirian belajar akan mengalami perubahan dalam kebiasaan
belajar yaitu dengan cara mengatur dan mengorganisasikan dirinya sedemikian
rupa sehingga dapat menentukan tujuan belajar, kebutuhan belajar dan strategi
yang digunakan dlam belajar mengarah kepaa tercapainya tujuan yang telah
dirumuskan. Pembentukan kemandirian belajar pada siswa ditentukan oleh dua hal.
Pertama adalah sumber12 sosial yaitu orang dewasa yang berada di lingkungan
siswa seperti orang tua, pelatih, anggota keluarga dan guru. Orang dewasa ini
dapat mengkomunikasikan nilai kemandirian belajar dengan modeling, 10
Joyoatmojo. 2006. Belajar Mandiri: Bekal untuk Menapak Jalan Menuju belajar
Sepanjang Hayat. Surakarta: UNS. Hlm: 16 11 Tahar & Enceng. 2006. Hubungan
Kemandirian Belajar dan Hasil Belajar pada Pendidikan Jarak Jauh. Jurnal
Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh. Vol 7 no 2. Hlm 91-101 12 Meichenbaum. 2010.
Korelasi Antara Dukungan Sosial Orang Tua dan Self-Directed Learning pada
siswa. Jurnal Psikologi. Vol 37. No. 2. Desember 2010. Hlm 217 5 memberikan
arah dan mengatur perilaku yang akan dimunculkan. Sumber yang kedua adalah
mempunyai kesempatan untuk melatih kemandirian belajar. Siswa yang secara
konstan selalu diatur secara langsung oleh keluarga atau orangtua dan guru
tidak dapat membangun keterampilannya untuk dapat belajar secara mandiri karena
lemahnya kesempatan yang mereka punya. kamandirian belajar dapat dikatakam
berlangsung bila peserta didik secara sistematik mengarahkan perilaku dan
kognisinya dengan cara memberi perhatian pada instruksi tugas-tugas,melakukan
proses dan mengintegasikan pengetahuan,mengulang-ulang informasi untuk diingat
serta mengembangkan dan memelihara keyakinan postif tentang kemampuan belajar
(self efficacy) dan mampu mengantisipasi hasil belajanya. 13 Self efficacy
didefinisikan sebagai pandangan individu terhadap kemampuan dirinya dalam
bidang akademik tertentu.Pandangan self efficacy individu berpengaruh terhadap
pilihan kegiatan yang akan diikutinya. Keadaan tesebut melukiskan bahwa pada
dasarnya individu merupakan peserta aktif dalam belajarnya.14 self efficacy
berkaitan dengan SDL(self directed learning), tujuan berprestasi dalam
belajar,atibusi, kemandirian belajar dan volition. Dalam studinya mereka
menemukan bahwa mahasiswa yang memiliki self efficacy yang tinggi menunjukkan
derajat SRL (self regulated learning) yang tinggi juga. 13 B.J Zimmerman &
D.H. Schuk. 1998. Introduction to Self regulated learning (SRL). Cycle 14
N.Wongsri, R.H Cantwell, J. Arcer. 2002. The Validation of Measures of
Self-Efficacy motivation and Self-Regulated Learning Among that tertiary
Student. Paper Presented at the Annual Conference of the Australian Association
for Research in Education. Brinsbane. December. 6 Penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Nia Indah Pujiati15 pada siswa SMPN 2 Rajapolah kelas VII
menunjukkan adanya hubungan positif antara efikasi diri dengan kemndirian
belajar pada siswa. Hasil penelitian ini meperlihatkan bahwa semakin tinggi
efikasi diri yang dimiliki pada siswa maka semakin tinggi kemandirian belajar
pada siswa. Keyakinan akan kemampuan diri siswa menjadi aspek penting untuk
menggerakkan proses belajar yang berkesinambungan. Keyakinan akan kemampuan
diri pada siswa akan menggerakkan perilaku serta serangkaian tindakan dalam
memenuhi tuntutan dari berbagai situasi. Keyakinan diri terhadap kemampuan yang
dimiliki oleh individu merujuk pada istilah efikasi diri. Efikasi diri
merupakan keyakinan akan kemampuan individu untuk dapat mengorganisi dan
melakukan serangkaian tindakan yang dianggap perlu dalam mencapai suatu hasil
yang diinginkan.16 Efikasi diri ini dapat terlihat dari upaya siswa dalam
mengatasi tuntutan-tuntutan pendidikan disekolah.Hal ini meliputi keyakinan
siswa bahwa usaha yang dilakukannya dapat mengatasi kesulitankesulitan belajar,
keyakinan dalam mengerjakan berbagai tugas dan upaya mempertahankan aktivatas
sebagai upaya mencapai prestasi belajar yang diinginkan di sekolah. 15 Skripsi
Nia Indah Pujiati. 2010. Hubungan Antara Efikasi Diri dengan Kemandirian
Belajar Siswa: Studi Terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Rajapolah. Fakultas
Psikologi. Bandung:UPI 16 Albert BAndura. 1997. Self efficacy: The exercise of
Control. USA: W.H freemen and Company. Hlm 3 7 Hasil penelitian tentang efikasi
diri yakni yang di lakukan oleh Ennike Sulistyowati17 yang menyimpulkan bahwa
ada hubungan yang positif dan signifikan antara harga diri dengan efikasi diri
pada siswa kelas X-F SMK PGRI Salatiga dengan kendall’stau_brxy =0,260 pada
Asyimp.sig, 2-rooled p=0,0..
<0,005. Dengan demikian harga diri memiliki hubungan yang positf dan signifikan dengan efikasi diri siswa kelas X-F SMK PGRI 2 Salatiga. Kemandirian belajar adalah kondisi aktivitas belajar yang mandiri tidak tergantung dengan orang lain, memiliki kemauan serta bertanggung jawab sendiri dalam menyelesaikan masalah belajarnya. Kemandirian belajar akan terwujud apabila siswa aktif mengontrol sendiri segala sesuatu yang lebih dalam pembelajaran yang dilalui dan siswa juga mau aktif dalam belajar. Di dalam dunia pendidikan, belajar aktif harus ditempuh untuk mendidik siswa agar belajar mandiri. Kualitas kemandirian adalah ciri yang sangat dibutuhkan manusia dimasa depan, jadi kesimpulan dari kemandirian belajar aalah suatu usaha yang dilakukan untuk melakukan aktivitas belajar dengan cara mandiri atas dasar emosinya sendiri untuk menguasai suatu materi tertentu sehingga bisa dipakai untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Sehingga dalam kemandirian belajar siswa harus proaktif serta tidak tergantung pada guru. Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang mana siswanya termasuk pada remaja awal. Menurut hasil wawancara kepada guru BK, wawancara beberapa 17 Skripsi. Ennike Sulistyani. 2012. Hubungan Antara efikasi Diri dengan Harga diri pada siswa kelas-F Jurusan Penjualan SMK PGRI 2.Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Salatiga. Unicersitas Kristen satya wacana. 8 guru mata pelajaran dan kepala sekolah setempat. Hasil observasi dilapangan terdapat fenomena yang terjadi di SMPN 2 Randuangung Lumajang adalah: Ditemukan gejala-gejala ketidak mandirian belajar pada siswa antara lain: 1) jika pergantian jam pelajaran, banyak siswa kurang mempersiapkan bahanbahan bidang study yang sesuai jadwal, justru jalan-jalan keluar kelas, 2) tugas rumah (PR) yang diberikan oleh guru dikerjakan siswa dengan cara mencontoh pekerjaan teman, bahkan terkadang dikerjakan dikelas saat guru yang bersangkutan akan memulai proses belajar mengajar, 3) pada saat ulangan / ujian kelihatan cemas, cenderung minta jawaban dari teman lain baik langsung maupun memakai HP, seakan mereka tidak percaya pada kemampuan diri mereka sendiri, 4) dari hasil layanan konsultasi diperoleh data siswa mempunyai masalah yaitu: mengeluh tidak percaya diri, malas belajar, kurang motivasi, merasa berat mengerjakan tugas-tugas guru, tidak mampu membagi waktu belajar, dan tidak mempunyai ketrampilan belajar. Menurut penuturan guru BK kemandirian belajar pada siswa di SMPN 2 Randuagung masih tergolong rendah karena salah satunya dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang kurang mendukung. Fenomena di atas menjadi indikasi bahwa siswa belum bisa menilai kemampuan dirinya sendiri dalam proses pembelajaran. Sementara itu, menurut konselor fenomena tersebut disebabkan oleh kemandirian belajar siswa yang belum “ajeg” yang berhubungan dengan rasa percaya diri siswa sebagai bentuk keyakinan akan kemampuan dirinya mengikuti pembelajaran di sekolah. Berdasarkan fenomena dan penelitian terdahulu yang telah diuraikan, peneliti ingin menggali lebih dalam terkait permasalahan mengenai hubungan efikasi diri 9 dengan kemandirian belajar. Efikasi diri menjadi variabel independent (yang mempengaruhi) karena didasarkan pada teori-teori para ahli yang akan diperdalam pada bab II dan telah dibuktikan dengan penelitian-penelitian terdahulu. A. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana tingkat Efikasi Diri pada siswa kelas VIII SMPN 2 Randuagung Lumajang? 2. Bagaimana tingkat Kemandirian Belajar pada siswa kelas VIII SMPN 2 Raduagung Lumajang? 3. Bagaimana Hubungan antara Efikasi Diri dengan Kemandirian Belajar pada siswa kelas VIII SMPN 2 Randuagung Lumajang? B. TUJUAN 1. Untuk mengetahui tingkat Efikasi Diri pada siswa kelas VIII SMPN 2 Raduagung Lumajang? 2. Untuk mengetahui tingkat Kemandirian Belajar pada siswa kelas VIII SMPN 2 Randuagung Lumajang? 3. Untuk mengetahui Hubungan Efikasi Diri pada siswa kelas VIII SMPN 2 Randuagung Lumajang? C. MANFAAT Manfaat Teoritis 1. Bagi pengembangan ilmu, diharapkan penelitian ini bisa memberikan informasi dan sumbanagan ilmu pengetahuan sebagai kajian teoritis khususnya yang berkaitan dengan efikasi diri terhadapa kemandirian siswa 10 serta dalam upaya pengembangan mutu pendidikan dalam bidang bimbingan dan konseling. Manfaat Praktis 1 Bagi konselor dapat menjadi input yang senantiasa melaksanakan proses bimbingan dan Konseling disekolah, serta dianjurkan agar mampu membekali siswa dalam mengembangkan kemandirian siswa. 2. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat memberikan kepuasan tersendiri karena dapat menjawab dan mengugkap keinginan serta menjadi tanbahan ilmu pengetahuan tentang hubungan efikasi diri terhadap kemandirian belajar pada siswa.>
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment