Abstract
INDONESIA:
Dunia pendidikan di Indonesia sedang dihadapai dengan berbagai macam masalah yang menghampiri. Salah satunya yang cukup ramai menjadi bahan perbincangan adalah kasus kekerasan (bullying) yang terjadi pada siswa sekolah. Kekerasan yang ditemui ini bisa secara fisik, verbal, dan relasional. Kekerasan seperti ini, yang dilakukan oleh pihak yang merasa dirinya lebih berkuasa atas pihak yang dianggap lebih lemah. Mereka sebagai korban bullying sering mengalami ketakutan untuk sekolah dan menjadi tidak percaya diri merasa tidak nyaman, dan tidak bahagia.
Penelitian ini dilakukan di MAN Tlogo Blitar. Tujuan dalam penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui tingkat bullying pada siswa MAN Tlogo Blitar (2) untuk mengetahui tingkat kepercayaan diri siswa MAN Tlogo Blitar (3) untuk mengetahui ada hubungan tidak antara bullying dengan kepercayaan diri siswa MAN Tlogo Blitar.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Variabel bebas yaitu bullying dan variabel terikatnya yaitu kepercayaan diri. Subjek penelitian ini berjumlah 108 responden, yang merupakan siswa-siswi kelas X MAN Tlogo Blitar. Dalam pengumpulan data penelti menggunakan metode angket berupa skala likert yang dolengkapi dengan dokumentasi. Analisa data penelitian in menggunakan teknik korelasi product moment Karl Pearson dengan bantuan SPSS 16,0 for windows.
Berdasarkan analisa sata diperolah hasil sebagai berikut: (1) hasil analisis aspek bullying dalam jumlah prosentase berada dalam katagori rendah, bullying fisik 99%, pada bullying verbal 55%, dan untuk bullying relasional 81%. (2) hasil analisa kepercayaan diri siswa berada dalam katagori sedang dengan jumlah prosentase 62%, (3) hasil korelasi menunjukkan ada hubungan positif antara bullying dengan kepercayaan diri siswa dengan nilai koefisisen kolerasi rxy = 0,438 dan p = 0,000 < 0,05. Artinya semakin rendah tingkat bullying maka semakin tinggi pula kepercayaan diri siswa.
ENGLISH:
The educational world in Indonesia is faced with many oncoming problems. One of which has been quite discussed are the cases of bullying which has been happening to school students. The violence can come in the form of physical, verbal and relational abuse. The violence has been done by those we feel superior to those who are considered weak. Those who are victims of bullying often experience trauma and are afraid of going to school and become insecure and unhappy.
This research is carried out at the State Madrasah Aliyah MAN TlogoBlitar. The purpose of this research is: (1) to understand the level of bullying towards students of MAN TlogoBlitar (2) and to understand the level of self confidence of the students of MAN TlogoBlitar (3) and to know if there is a correlation between bullying and self-confidence of the students of MAN TlogoBlitar.
This research utilizes the quantitative method. The free variable is bullying whereas the tied variable is self-confidence. The research subjects are 108 respondents, which are the students of class X MAN TlogoBlitar. In data collection, the researcher uses the inquiry form method using the likert scale with documentation. The Analysis in this research uses the correlation technique in the product moment by Karl Pearson with the help of SPSS 16,0 for windows.
Based on the analysis, the results are: 1 analytical aspect of bullying in the low category of percentage, physical bullying amounts to 99%, verbal bullying 55%, and relational bullying 81%. 2 Results of analyzing the self-confidence of the students amounts to medium percentage of 62%. 3 Correlational results shows that there is a positive link between bullying and the self-confidence of the students with the coefficient correlation rxy = 0,438 and p = 0,000 < 0,05. Which means that the lower the bullying rates are, the higher the self-confidence of the students.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Akhir-akhir ini, dunia pendidikan di Indonesia
sedang dihadapkan dengan berbagai macam masalah yang menghadang di
hadapannya.Dari masalah yang ringan seperti mencontek saat ujian, sampai pada
perkelahian masal atau tawuran yang berakibatkan luka parah bahkan sampai pada
tingkat kematian.Salah satunya yang cukup ramai menjadi bahan perbincangan
adalah kasus kekerasan (bullying) yang terjadi pada siswa sekolah baik yang
dilakukan oleh kelompok luar sekolah, teman sejawat, siswa junior, siswa
senior, antar sesama siswa, bahkan tidak sedikit oknum guru sendiri yang
menjadi pelaku.Dari pelakunya maupun korbannya bisa bersifat perorangan atau
kelompok.Kekerasan yang ditemui ini bisa secara fisik, verbal, dan relasional.
Kekerasan seperti ini, yang dilakukan oleh pihak yang merasa dirinya lebih
berkuasa atas pihak yang dianggap lebih lemah, disebut dengan bullying. Menurut
Bambang Sudiyo yang dikutip dalam Kompas (Senin, 01 Mei 2006) menyebutan bahwa
bullying bermakna penyiksaan atau pelecehan yang dilakukan tanpa motif, tetapi
dengan sengaja atau dilakukan berulang-ulang terhadap orang yang lebih
lemah.Istilah bullying atau biasa dikenal bully kerap menjadi polemik atau
bahan perbincangan yang muncul di media 2 massa, media elektronik dan media
cetak lainnya. Berita yang dimuat biasanya berisi tentang kekerasaan yang terjadi
pada siswa sekolah terutama siswa sekolah menengah, dan tak jarang pula terjadi
di bangku sekolah dasar. Data yang dirilis Pusat Data dan Informasi, Komisi
Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), menyebutkan, angka kekerasan pada tahun
2011 menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan sekaligus mengkhawatirkan.
Sekretaris Jenderal Komnas PA Samsul Ridwan menyebut adanya peningkatan laporan
atau pengaduan yang diterima Divisi Pengaduan dan Advokasi, Komnas Anak. Untuk
jumlah pengaduan yang masuk, peningkatannya mencapai 98 persen pada tahun 2011,
yaitu 2.386 pengaduan dari 1.234 laporan pada tahun 2010. Kasus kekerasan
seksual juga meningkat menjadi 2.508 kasus pada tahun 2011, meningkat dari data
tahun 2010 sebanyak 2.413 kasus. Sebanyak 1.020 kasus atau setara 62,7 persen
dari angka tersebut adalah kasus kekerasan seksual yang dilakukan dalam bentuk
sodomi, pemerkosaan, pencabulan, dan inses. Selebihnya adalah kekerasan fisik
dan psikis (edukasi.kompas.com, 16 Juni 2012). Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI) mencatat pada tahun 2012 ini terjadi peningkatan kasus kekerasan
terhadap anak di sekolah hingga lebih dari 10 persen. Catatan ini didasarkan
pada hasil survey KPAI di 9 propinsi terhadap lebih dari 1000 orang siswa
siswi.Baik dari tingkat Sekolah Dasar/MI, SMP/MTs, maupun SMA/MA. Survey ini
menunjukan 87,6% 3 siswa mengaku mengalami tindak kekerasan. Baik kekerasan
fisik maupun psikis, seperti dijewer, dipukul, dibentak, dihina, diberi stigma
negatif hingga dilukai dengan benda tajam. Dan sebaliknya 78,3 persen anak juga
mengaku pernah melakukan tindak kekerasan dari bentuk yang ringan sampai yang
berat (ABC Radio Australian, 20 Desember 2012). Menurut Seto Mulyadi yang
dikutip dalam data Media Indonesia mengatakan bahwa selama Januari-April 2007
terdapat 417 kasus kekerasan terhadap anak. Rinciannya, kekerasan fisik 89
kasus, kekerasan seksual 118 kasus, dan kekerasan psikis 210 kasus.Dari jumlah
itu 226 kasus terjadi di sekolah. Di Indonesia, bullying di sekolah atau di
sebut dengan school bullyingini sering terjadi di SMA.Akan tetapi tidak hanya
dibangku SMA saja, dari tingkat SMP bahkan SD sudah ada perilaku school
bullying. School bullying memiliki beragam bentuk dan variasi.Seperti ancaman
atau pemalakan lebih sering muncul dalam beberapa bentuk seperti minta makanan,
minta dibuatkan tugas sampai saat ujian minta untuk diberikan contekan. Kasus
lain yaitu berupa ejekan kepada teman-temannya sampai teman yang diejek
menangis, sehingga jadi bahan tertawaan oleh mereka yang mengejek. Selain itu kebiasaan
memanggil temannya dengan nama aneh yang dimaksudkan untuk melecehkan. Anak
perempuan biasanya berbeda dari anak laki-laki dalam jenis perilaku bullying
yang mereka lakukan. Anak perempuan cenderung 4 menghargai hubungan intim
dengan perempuan, sehingga mereka paling sering terlibat dalam agresi
terselubung atau relasional, kekerasan yang dilakukan biasanya dengan menahan
persahabatan mereka atau dengan menyabotase hubungan orang lain. Apalagi dengan
kemajuan teknologi, seperti saat ini bullying dapat dilakukan secara tidak
langsung dengan memanfaatkan social network (facebook, twitter, bbm, dll), atau
dengan sms, biasanya berupa fitnah, menyebarkan gosip, atau menjelek-jelekan
orang yang tidak disukainya. Sedangkan anak laki-laki biasanya membentuk ikatan
sosial melalui kegiatan kelompok, sehingga kekerasan yang dilakukan sering
melibatkan kelompok, dimana mereka memiliki peran masing-masing saat melakukan
tindakan bullying, satu orang sebagai pemimpin kelompok, yang lain (anggota
kelompok atau siswa lain) sebagai penonton. Barangkali banyak dari kita ingat,
dan mungkin mengalami, ada kalanya kakak kelas di SMA bersikap begitu arogan,
terkadang merampas barang yang kita punya.Bagi siswi SMA yang cantik,
seringkali diintimidasi oleh kakak kelasnya yang merasa tersaingi
kecantikannya. Menurut Coloroso (2007), terdapat tiga jenis perilaku bullying,
yaitu secara fisik, secara verbal, dan secara relasional. Perilaku bullying
yang dilakukan secara fisik dapat berupa menggigit, menarik rambut, memukul, menendang,
mengunci, dan mengintimidasi korban di ruangan atau dengan mengitari,
memelintir, menonjok, mendorong, mencakar, meludahi, 5 mengancam dan merusak
barang-barang (Astuti, 2008). Secara verbal perilaku bullying dapat berupa
memanggil dengan nama buruk, mengancam, mengolok-olok, jahil, menyebarkan isu
buruk, dan lain-lain (Coloroso, 2007). Sedangkan perilaku bullying secara
relasional dapat berupa tindakan seperti memasang muka dan melakukan gerakan
tubuh yang melecehkan (secara seksual) atau terus menerus mengasingkan korban
dari kelompoknya (SEJIWA, 2006). Besarnya dampak negative yang ditimbulkan
akibat perilaku bullying terhadap para korban masih belum disadari sepenuhnya
oleh masyarakat. Pada sebagian masyarakat perilaku bullying dianggap sebagai suatu
hal yang wajar terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat belum menyadari
bahwa pengaruh lingkungan seperti itu memberikan dampak yang cukup besar
terhadap perkembangan psikologis remaja. Bullyingb isa menjadi masalah
kesehatan publik yang perlu mendapatkan perhatian karena orang-orang yang
menjadi korban bullying kemungkinan akan menderita depresi dan kurang percaya
diri. Korban biasanya akan merasakan berbagai emosi negatif, seperti marah,
dendam, tertekan, takut, malu, sedih, tidak nyaman, terancam, tetapi tidak
berdaya menghadapinya. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat mengembangkan
perasaan rendah diri dan tidak berharga. Bahkan, tak jarang ada yang ingin
keluar dan pindah ke sekolah lain. Apabila mereka masih bertahan di situ,
mereka biasanya terganggu konsentrasi dan prestasi 6 belajarnya atau sering
sengaja tidak masuk sekolah. Dampak psikologis yang lebih berat adalah
kemungkinan akan timbulnya masalah pada korban, seperti rasa cemas berlebihan,
selalu merasa takut, depresi, menurunnya rasa kepercayaan dirinya dan ingin
bunuh diri. Kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau perasaan yakin atas
kemampuan diri sendiri, sehingga orang yang bersangkutan tidak terlalu cemas
dalam tindakan-tindakannya, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai
dengan keinginan dan bertanggung jawab atas perbuatanya, hangat dan sopan dalam
berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan berpartisipasi serta dapat
mengenal kelebihan dan kekurangannya. Rasa percaya diri merupakan pelindung
bagi seorang anak, dalam menghadapi berbagai tantangan dihadapannya kelak.
Anak-anak yang merasa bahagia akan keadaan dirinya, akan mudah saat menghadapi
konflik dan tahan terhadap halhal negative. Seorang anak yang percaya dirinya
cukup tinggi, akan menikmati kehidupannya, ia akan lebih bersikap realistis,
positif dalam memandang suatu masalah dan umumnya optimis dalam menghadapinya.
Sebaliknya seorang anak yang kurang puas dengan kondisinya, akan merasa cemas
dan frustrasi menghadapi tantangan ke depan. Anak-anak yang berpikir buruk
tentang dirinya pun, akan mengalami kesulitan menemukan cara untuk menghadapi
masalah. 7 Bagi korban bullying, sekolah dapat menjadi tempat yang tidak
menyenangkan dan berbahaya. Ketakutan yang mereka alami dapat menimbulkan
depresi, kepercayaan diri yang menurun akibat dibully oleh teman-temannya atau
senior, malas masuk sekolah, sehingga mengakibatkan prestasi siswa
menurun.Menurut Sciara, 2004; Olweus, 2005; dan Coloroso, 2006 (dalam Saripah,
2010) dalam sebuah peristiwa bullying, pelaku dan korban sama-sama merupakan
elemen kunci yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Pelaku bullying pada
umumnya memiliki ciri khas yaitu agresivitas yang tinggi dan kurang memiliki
empati. Sementara itu, pada korban, yang perlu ditingkatkan adalah assertiveness
dan kepercayaan dirinya. Dengan demikian, bentuk-bentuk bantuan yang perlu
diberikan kepada korban hendaknya fokus kepada upaya meningkatkan
asertivitasnya dan kepercayaan dirinya. Chapman (dalam Saripah, 2010) mencatat
bahwa The dominant bullying behaviour is effectively reinforced by the response
given by ‘secure’ and ‘non-assertive’ people to bullying. Selanjutnya, hasil
studi pendahuluan oleh Edmonton (dalam Saripah, 2010) juga memperlihatkan
korban bullying cenderung memiliki ketidakpercayaan diri yang tinggi.Pada diri
korban, aspek percaya diri ini yang tidak mampu mereka tampilkan sehingga
mereka menjadi target dari pelaku. Kepercayaan diri seseorang akan sangat
dipengaruhi oleh masa perkembangan yang sedang dilaluinya. Terutama bagi
remaja, kepercayaan 8 diri ini akan mudah berubah. Hal ini tergantung dari
pengalaman-pengalaman dalam hubungan interpersonalnya.Namun demikian pengalaman
tidak selalu memberikan umpan balik positif. Akibatnya, bila umpan balik yang
diterima remaja positif maka kepercayaan diri yang dimilikinya akan membaik,
sebaliknya jika umpan balik yang diterimanya sering kali negatif hal ini akan
memengaruhi kepercayaan dirinya. Kepercayaan diri seseorang akan tergantung
pada beberapa hal, namun yang sudah jelas kepercayaan diri seseorang tergantung
pada interaksi sosial seseorang. Melalui interaksi ini individu akan
mendapatkan umpan balik dalam aktivitas yang dilakukannya. Kepercayaan diri
memiliki fungsi sebagai pendorong remaja meraih kesuksesan. Untuk itu remaja
yang menjadi korban bullying perlu diberikan perhatian khusus dan memfokuskan
pada kelebihan yang dimiliki, serta cara mengurangi kelemahannya. Dengan
begitu, seorang remaja akan memiliki pandangan yang baik terhadap dirinya dan
akhirnya akan memiliki kepercayaan diri yang baik. B. Rumusan Masalah 1.
Bagaimana tingkat bullying pada siswa MAN TLOGO Blitar? 2. Bagaimana tingkat
kepercayaan diri pada siswa MAN TLOGO Blitar? 3. Adakah hubungan antara
bullying dengan kepercayaan diri pada siswa MAN TLOGO Blitar? 9 C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat bullying pada siswa MAN TLOGO Blitar 2. Untuk
mengetahui tingkat kepercayaan diri pada siswa MAN TLOGO Blitar 3. Untuk
mengetahui adakah hubungan antara bullying dengan kepercayaan diri pada siswa
MAN TLOGO Blitar. D. Manfaat Penelitian Aspek akademis: Memberikan sumbangan
pengetahuan dalam keilmuan psikologi yakni tentang “Hubungan antara Bullying
dengan Kepercayaan Diripada Siswa MAN TLOGO Blitar”. Aspek Praktis: Hasil
penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran, saran, dan informasi
kepada orang tua, Sekolah, dan Instansiinstansi Pendidikan mengenai “Hubungan
antara Bullying dengan Kepercayaan Diri pada Siswa MAN TLOGO Blitar” sebagai
upaya preventif dan kuratif.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" : Hubungan antara bullying dengan kepercayaan diri siswa MAN Tlogo Blitar." Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment