Abstract
INDONESIA:
Masa remaja merupakan masa perkembangan transisi antara masa kanak–kanak menjadi masa dewasa. Perkembangan kehidupan sosial remaja juga ditandai dengan gejala meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam kehidupan mereka. Remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan diterima teman sebaya atau kelompok. Remaja yang memiliki keterampilan sosial lebih dapat mengungkapkan perasaan dan pikirannya dalam hubungan interpersonal. Remaja memerlukan keterampilan sosial agar mampu menjalin hubungan yang positif dengan teman sebaya dan diterima oleh teman sebaya.
Penelitian ini dilakukan di MTs Muhammadiyah I Malang. Tujuan dalam penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui tingkat keterampilan sosial siswa di MTs Muhammadiyah I Malang, (2) untuk mengetahui tingkat penerimaan teman sebaya pada siswa di MTs Muhammadiyah I Malang, dan (3) untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara keterampilan sosial dengan penerimaan teman sebaya pada siswa di MTs Muhammadiyah I Malang.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Variabel bebas yaitu keterampilan sosial dan variabel terikat yaitu penerimaan teman sebaya. Subyek penelitian berjumlah 74 responden, yang merupakan siswa-siswi kelas VII MTs Muhammadiyah I Malang. Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode angket berupa skala likert untuk keterampilan sosial dan penerimaan teman sebaya yang dilengkapi dengan hasil wawancara dan dokumentasi. Analisa data penelitian ini menggunakan teknik korelasi Product Moment Karl Pearson dengan bantuan SPSS 16.0 for windows.
Berdasarkan analisa data diperoleh hasil sebagai berikut : (1) hasil analisa keterampilan sosial berada dalam kategori sedang dengan jumlah prosentase 59,5% sebanyak 44 siswa, (2) hasil analisa penerimaan teman sebaya berada dalam kategori tinggi dengan jumlah prosentase 50% sebanyak 37 siswa, (3) hasil korelasi menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara keterampilan sosial dengan penerimaan teman sebaya dengan nilai koefisien korelasi rxy = 0.476 dan p=0.000 < 0.05. Artinya semakin tinggi tingkat keterampilan sosial maka semakin tinggi pula tingkat penerimaan teman sebaya.
ENGLISH:
Adolescence is a developmental period of transition between childhood into adulthood. The development of adolescent social life was also marked by symptoms of increasing peer influence in their lives. Juveniles have a strong need to be liked and accepted peers or group. They need the social skill to be able to establish the positive relationship with peers and accepted by peers.
The research was conducted in MTs Muhammadiyah I Malang. The purposes of this research are (0) to determine the level of students' social skill in MTs Muhammadiyah I Malang, (3) to determine the level of peers acceptance to students in MTs Muhammadiyah I Malang, and (2) to determine whether there is any relationship between social skill with peers acceptance in students in MTs Muhammadiyah I Malang.
This study uses quantitative methods. The independent variables are social skills and the dependent variables are peers acceptance. The number of research subjects are 47 respondents, who are the students of class VII MTs Muhammadiyah I Malang. This is a population study. In collecting the data, the researcher used a Likert scale questionnaire method for social skills and peers acceptance that comes with the interview and documentation. This study uses data analysis technique of Karl Pearson Product Moment Correlation with SPSS 0.61 for Windows.
Based on the data analysis, the following results are obtained: (0) the analysis of social skills are in average category with a total percentage 59.55 from 77 students, (3) the analysis of peers acceptance are in high category with a total percentage of 51% from 24 students, (2) the correlation results showed that no significant relationship between social skills with peers acceptance with a correlation coefficient r xy = 1674. and p = 16111 > 1615. The result indicates that the higher the level of social skill, the higher the level of peers acceptance.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Masa remaja merupakan masa perkembangan
transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis,
kognitif dan sosial-emosional (Santrock, 2003). Menurut Hurlock (1980) istilah
remaja berasal dari bahasa latin adolescence yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh
menjadi dewasa”. Istilah adolescence memiliki arti yang luas, mencakup
kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh
Piaget (Hurlock, 1980) yang menyatakan bahwa secara psikologis masa remaja adalah
usia individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak
lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam
tingkat yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Masa remaja bisa
disebut sebagai masa sosial karena sepanjang masa remaja hubungan sosial
semakin tampak jelas dan sangat dominan (Yusuf, 2006). Menurut Daradjat (1994),
istilah remaja atau kata yang berarti remaja tidak ada dalam Islam. Dalam Al
Qur’an terdapat kata baligh yang menunjukkan bahwa seseorang tidak kanak-kanak
lagi, disebutkan dalam surah An Nur ayat 59 : 2 4 öNÎgÎ=ö6s% `ÏB úïÏ%©!$# tbxø«tGó$# $yJ2 (#qçRÉø«tFó¡uù=sù zOè=ßsø9$# ãNä3ZÏB ã@»xÿôÛF{$# x÷n=t/ #sÎ)ur ÇÎÒÈ ÒOÅ6ym í OÎ=tæ ª !$#ur 3 ¾ÏmÏG»t#uä öNà6s9 ª !$# ßûÎiüt7ã Ï9ºxx.
Artinya : 59. Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur baligh, Maka hendaklah
mereka meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin
Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya. dan Allah Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana (Depag RI, 2007). Di dalam hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari
dan Muslim juga terdapat kata asy syabab yang merupakan jama’ dari kata
asy-syaab yang artinya pemuda atau orang yang sudah dewasa (baligh). ِ صلى اهلل عليه وسلم ه َّ لل َ وُل ا ُ س َ ا ر َ اَل لَن َ رضي
اهلل عنه ق ٍ ود ُ ع ْ َس ِن م ْ ب ِ ه َّ لل َ ا دِ ْ ب َ ع ْ َن ع ض َغ : أَ ُ ه َّ ن ِ إ
َ , ف
ْ وج َّ َ َز ت َ َْلي َ ف ة َ اء َ لْب َ ا ُ ْ ُكم ن ِ م َ َطَاع ت ْ ِن اس َ ِب
م ا َ شب ل َّ َ ا َ ْ َشر ع َ ا م َ )
ي ِر
, َ َص ْلب ِ ل ) ٌ اء َ ِوج ُ لَه ُ ه َّ ن ِ إ َ ; ف ِ م ْ صو َّ ال
ِ ب ِ ه ْ لَي َ َع ف ْ ع َطِ ت ْ َس ي ْ ََل ْ ن َ م َ ِج , و ْ َر ْلف ِ ل ُ َن ْص
أَح َ و ِ ه ْ لَي َ ع ٌ َق َّ ف ت ُ م Artinya : Abdullah Ibnu Mas'ud ra.
berkata: Rasulullah saw bersabda pada kami: "Wahai generasi muda,
barangsiapa di antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin, karena
ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu
hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu." (H.R. Muttafaq
Alaihi). Dalam Islam memang tidak dijelaskan secara langsung mengenai makna
remaja, namun diwakilkan dengan kata baligh. Seseorang yang telah akil baligh
artinya telah bertanggung jawab atas setiap perbuatannya. 3 Selain itu bagi
seseorang yang telah baligh, berlaku baginya seluruh ketentuan hukum Islam
dalam kehidupan sehari-hari. Hurlock (1980) membagi usia masa remaja menjadi
dua periode yaitu remaja awal dari usia 13 sampai 16/17 tahun dan remaja akhir
usia 16/17 sampai 18 tahun. Sedangkan menurut Papalia et.al (2008), masa remaja
dimulai pada usia 11 atau 12 sampai remaja akhir atau awal dua puluhan, dan
masa tersebut membawa perubahan besar saling bertautan dalam semua ranah
perkembangan. Perkembangan kehidupan sosial remaja salah satunya ditandai dengan
gejala meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam kehidupan mereka. Sebagian
besar waktunya dihabiskan untuk berhubungan atau bergaul dengan teman-teman
sebaya mereka. Jean Piaget dan Harry Stack Sullivan (dalam Desmita, 2009)
menekankan bahwa melalui hubungan teman sebaya anak dan remaja belajar tentang
hubungan timbal balik yang simetris. Mereka juga mempelajari secara aktif
kepentingan-kepentingan dan perspektif teman sebaya dalam rangka memuluskan
integrasi dirinya dalam aktivitas teman sebaya yang berkelanjutan. Pada masa
remaja hal yang terpenting dalam proses sosialisasinya adalah hubungan dengan
teman sebaya, baik dengan sejenis maupun lawan jenis. Relasi yang baik di
antara teman-teman sebaya dibutuhkan bagi perkembangan sosial yang normal di masa
remaja dan perkembangan di masa selanjutnya. Remaja sangat ingin diterima dan
dipandang sebagai anggota kelompok teman sebaya, baik di sekolah maupun di luar
sekolah 4 (Yusuf, 2006). Remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan
diterima teman sebaya atau kelompok. Sebagai akibatnya, mereka akan merasa
senang apabila diterima dan sebaliknya akan merasa sangat tertekan dan cemas
apabila dikeluarkan dan diremehkan oleh teman-teman sebayanya (Santrock, 2007).
Pada masa remaja, penerimaan teman sebaya sangat diperlukan. Remaja akan
diterima oleh teman sebayanya apabila remaja tersebut mampu memenuhi
harapan-harapan yang ada dalam kelompok mereka. Diterima atau tidaknya remaja
oleh teman-temannya sangat mempengaruhi sikap dan tingkah lakunya. Terpenuhinya
kebutuhan penerimaan teman sebaya akan memberi rasa puas dan senang sehingga
memberi kehidupan sosiopsikologis yang baik bagi remaja (Mappiare, 1982). Lebih
lanjut, Hartup (Desmita, 2009) menyebutkan bahwa pengaruh teman sebaya
memberikan fungsi-fungsi sosial dan psikologis yang penting bagi remaja.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Issa Puhar (2007) pada remaja panti
asuhan, menunjukkan adanya hubungan positif antara kematangan sosial dengan
penerimaan teman sebaya. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa semakin
tinggi kematangan sosial yang dimiliki remaja, semakin besar penerimaan teman
sebaya yang diperoleh. Kelompok teman sebaya memegang peranan penting dalam
kehidupan remaja. Peranan kelompok sebaya bagi remaja dapat memberikan kesempatan
untuk belajar tentang : (1) cara berinteraksi dengan orang lain, (2) Mengontrol
tingkah laku sosial, (3) 5 mengembangkan keterampilan, dan minat yang relevan
dengan usianya, (4) saling bertukar perasaan dan masalah (Yusuf, 2006). Dalam
sebuah studi, para peneliti menemukan bahwa remaja meluangkan rata-rata 103
menit perharinya untuk berinteraksi dengan kawan-kawan dan 28 menit perharinya
bersama orang tuanya. Remaja juga menyatakan bahwa mereka lebih mengandalkan
teman-teman daripada orang tua untuk memenuhi kebutuhan kebersamaan,
nilai-diri, dan keakraban. Menurut Buhrmester, remaja yang tidak memiliki teman
dekat, cenderung lebih merasa kesepian, depresi dan memiliki harga diri yang
rendah dibandingkan remaja yang memiliki teman akrab. Meningkatnya kedekatan
dan pentingnya persahabatan menantang para remaja untuk lebih menguasai
kompetensi sosial yang lebih canggih (Santrock, 2007). Menurut Hartup (1992)
salah satu fungsi dari hubungan teman sebaya yaitu meningkatkan keterampilan
sosial dasar, (misalnya keterampilan komunikasi sosial, keterampilan kerjasama
dan keterampilan masuk kelompok). Gresham dan Elliot (Cartledge & Milburn,
1995) menyebutkan keterampilan sosial dikaitkan dengan peneriman teman sebaya,
individu yang diterima dan populer di antara teman sebaya dikatakan memiliki
keterampilan sosial yang baik. John Coie (dalam Santrock, 2007) berpendapat
bahwa anak-anak yang ditolak disebabkan kurang memiliki keterampilan sosial
yang diperlukan untuk berteman dan mempertahankan relasi yang positif dengan
mereka. 6 Pendapat tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
Veronika Pranata (2007) pada siswa SMP Kebon Dalem kelas VIII. Hasil
penelitiannya menunjukkan ada hubungan negatif antara keterampilan sosial
dengan penolakan teman sebaya pada remaja, yang berarti bahwa semakin tinggi
keterampilan sosial maka semakin rendah penolakan teman sebaya. Menurut
Schneiders (Nurihsan & Agustin, 2011) kebutuhan akan penerimaan sosial
menjadi salah satu kebutuhan sosial remaja. Penerimaan sosial pada masa remaja
berkaitan dengan penerimaan teman sebaya karena pada peride ini remaja lebih
banyak berinteraksi dengan kelompok teman sebaya dan remaja sangat membutuhkan
penerimaan oleh kelompoknya. Tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut dikarenakan
adanya penolakan oleh kelompok teman sebaya atau faktor lain dapat menyebabkan
kekecewaan dan perasaan rendah diri pada remaja serta akan berpengaruh terhadap
perkembangan sosialnya kelak. Remaja sebagai makhluk sosial, dituntut untuk
mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan norma yang
berlaku. Oleh karena itu ia dituntut untuk menguasai keterampilanketerampilan
sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya (Fatimah,
2006). Remaja yang memiliki keterampilan sosial lebih dapat mengungkapkan
perasaan dan pikirannya dalam hubungan interpersonal. 7 Keterampilan sosial
pada remaja meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang
lain, memberi atau menerima, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku.
Remaja memerlukan keterampilan sosial agar mampu menjalin hubungan yang positif
dengan teman sebaya dan diterima oleh teman sebaya. Para peneliti menemukan
bahwa anakanak yang disukai dan diterima oleh teman-temannya memiliki sejumlah
keterampilan sosial seperti peduli pada orang lain, mendengarkan dengan cermat
dan dapat mengendalikan emosi-emosi negatifnya (Santrock, 2007). Madrasah
Tsanawiyah (MTs) sederajat dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP), yang mana
siswanya termasuk dalam kategori remaja awal. Menurut hasil wawancara dengan
salah satu guru BK di MTs Muhammadiyah I Malang (04 Mei 2013) diketahui bahwa
siswa dengan keterampilan sosial yang baik memiliki tingkat interaksi atau komunikasi
yang cukup tinggi dengan teman-teman sebayanya. Siswa dengan keterampilan
sosial akan lebih mudah dalam menjalin hubungan dengan teman sebaya karena
mereka memiliki kemampuan untuk bisa membuat orang lain merasa nyaman atau
betah ketika berada di dekat mereka. Realita di lapangan, ditemukan bahwa
keterampilan sosial pada siswa kelas VII masih cukup rendah sehingga masih
memerlukan bantuan guru BK dalam hal saling mengenal satu sama lain. Menurut
hasil wawancara, interaksi antara siswa masih cukup rendah dikarenakan siswa
kelas VII sebagai siswa tahun pertama di MTs, masih malu-malu dan memerlukan 8
penyesuaian, baik dengan lingkungan sekolah maupun dengan temanteman barunya
Menurut penuturan guru BK, penerimaan teman sebaya di MTs Muhammadiyah I Malang,
khususnya pada siswa kelas VII dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya
kesamaan sifat atau karakter diantara teman sebaya. Selain itu kesamaan dalam
kegiatan ekskul juga mempengaruhi dalam penerimaan teman sebaya siswa kelas VII
dan akibatnya ketika mereka terlalu nyaman dengan teman-teman yang memiliki
karakteristik yang sama, beberapa siswa membentuk group sendiri dan tidak
membaur bersama teman-teman lainnya. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa
pentingnya keterampilan sosial bagi siswa sebagai soft skill agar mereka dapat
menjalin hubungan dengan teman sebaya secara positif dan mudah untuk bergaul
dan berbaur bersama teman-teman lainnya sehingga tidak membentuk
kelompokkelompok tertentu yang membuat penerimaan teman sebaya akan menjadi
sulit. Ketika pemenuhan kebutuhan akan penerimaan teman sebaya tidak terpenuhi
maka akan berdampak pada perkembangan psikis dan sosial bagi remaja.
Berdasarkan fenomena dan penelitian terdahulu yang telah diuraikan, peneliti
ingin menggali lebih dalam terkait permasalahan mengenai hubungan antara
keterampilan sosial dengan penerimaan teman sebaya. Keterampilan sosial menjadi
variabel independen (yang mempengaruhi) karena didasarkan pada teori-teori para
ahli yang akan 9 diperdalam pada bab II dan telah dibuktikan dengan
penelitian-penelitian terdahulu. B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana tingkat
keterampilan sosial pada siswa MTs Muhammadiyah I Malang ? 2. Bagaimana tingkat
penerimaan teman sebaya pada siswa MTs Muhammadiyah I Malang ? 3. Apakah
terdapat hubungan antara keterampilan sosial dengan penerimaan teman sebaya
pada siswa MTs Muhammadiyah I Malang ? C. TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk mengetahui
tingkat keterampilan sosial pada pada siswa MTs Muhammadiyah I Malang 2. Untuk
mengetahui tingkat penerimaan teman sebaya pada pada siswa MTs Muhammadiyah I
Malang 3. Untuk mengetahui hubungan antara keterampilan sosial dengan
penerimaan teman sebaya pada siswa MTs Muhammadiyah I Malang D. MANFAAT
PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memberikan sumbangan keilmuan
psikologi khususnya yang berkaitan dengan keterampilan dengan penerimaan teman
sebaya. 10 2. Manfaat Praktis a. Sebagai bahan informasi bagi pihak terkait,
baik orang tua dan guru mengenai pentingnya keterampilan sosial pada remaja
khususnya yang terkait dengan penerimaan teman sebaya. b. Sebagai bahan
informasi bagi peneliti untuk belajar memahami permasalahan-permasalahan remaja
terutama yang berkaitan dengan perkembangan sosial remaja.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Hubungan antara keterampilan sosial dengan penerimaan teman sebaya pada siswa kelas VII di MTs Muhammadiyah I Malang." Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment