Abstract
INDONESIA:
Sering kali siswa di sekolah merasa “saya tidak dapat” dan “saya tidak mampu” merupakan alasan ketika siswa tersebut di berikan tugas harian maupun ujian baik dalam ujian nasional maupun ujian akhir semester banyak remaja yang melakukan tindakan mencontek pada teman yang dia anggapnya lebih menguasai pelajaran tersebut. Efikasi diri seperti halnya kecerdasan spiritual yang mengacu pada keterampilan, kemampuan dan keberhasilan dalam menemukan makna hidup. Karena kurangnya percaya diri ataupun kurannganya kenyakinan terhadap kemampuannya sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan adakah pengaruh kecerdasan spiritual terhadap efikasi diri serta tingkat kecerdasan spiritual dan efikasi diri siswi Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasio nal, metode yang digunakan adalah metode skala kecerdasan spiritual dan skala efikasi diri, subjek penelitian ini adalah siswi kelas X, XI, XII Madrasah Aliyah Islamiyah Attanwir dengan jumlah 126 siswi, pengambilan sampel dengan teknik double sampling yaitu purposive sampling dan quota sampling. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana.
Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa siswa kelas X, XI, XII Madrasah Aliyah Islamiyah Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro sebagian sebagian besar memiliki kecerdasan spiritual sedang yaitu sebanyak 71.4 % demikian juga dengan efikasi dirinya yang tergolong sedang yaitu 77 %. Sedangkan hasil penelitian mengenai pengaruh kecerdasan spiritual terhadap efikasi diri di dapat nilai Fhit sebesar 38.656 dan nilai p=0.000 pada taraf signifikansi 5 % (0.05), serta nilai koefesian regresi sebesar 0.487. Hal ini berarti bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan kecerdasan spiritual terhadap efikasi diri, karena nilai p < 0.01, untuk koefisien determinan atau nilai R Square yang di peroleh adalah 0.232 atau 23.2 % yang berarti bahwa sumbangan efektif kecerdasan spiritual terhadap efikasi diri sebesar 23.2 % dan sisanya 76.8 % dipengaruhi varabel lain. Maka hipotesis yang diajukan oleh peneliti diterima yaitu adanya pengaruh kecerdasan spiritual terhadap efikasi diri siswi Madrasah Aliyah Islamiyah Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro
ENGLISH:
Often students in school feel "I cannot do it" and "I cannot afford" when they are given daily assignments and exams both national exams and final exams. Many students commit acts of cheating on her friend whom regard it more master lesson than them due to a lack of confidence in their ability or performance. Self- efficacy as well as spiritual intelligence refers to the skills, abilities and success in finding the meaning of life. The purpose of this study was to examine the effect of self-efficacy on spiritual intelligence and the level of spiritual intelligence and self-efficacy of students of Madrasah Aliyah Islamiyah Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro.
This research was quantitative correlation research. To collect the data, the researcher used spiritual intelligence scale and self-efficacy scale. The subject of this study was a student of class X, XI, XII at Madrasah Aliyah Islamiyah Attanwir. The number of subjects was 126 students taken by a double sampling technique that are purposive sampling and quota sampling. To examine the hypothesis, the researcher used simple regression analysis.
The results of the analysis showed that 71.4 % students of class X, XI, XII of Madrasah Aliyah Islamiyah Attanwir Talun Bojonegoro Sumberrejo had a moderate or high level of spiritual intelligence and 77 % students had a moderate level of self-efficacy. The result of regression analysis was Fhit value of 38 656 and p = 0.000 at significance level of 5 %, and the regression coefficient was 0.487. This result mean that there was a positive and significant effect of spiritual intelligence on self-efficacy, because of p < 0.01. It was also obtained coefficient determinant or R Square value 0.232. The score of R square indicated that the effective contribution of spiritual intelligence on self-efficacy was 23.2 % and there was 76.8 % other variables affecting self-efficacy. According to the result, the hypothesis proposed by researchers that spiritual intelligence has an effect on self-efficacy of students of Madrasah Aliyah At- Tanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro was accepted.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Remaja merupakan masa transisi, atau
masa peralihan dari anak menuju dewasa. Remaja berasal dari kata latin
adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti
tumbuh menjadi dewasa. Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari tiga belas
tahun sampai enam tahun atau tujuh belas tahun, dan akhir masa remaja bermula
dari usia enam belas atau tujuh belas sampai delapan belas tahun, yaitu masa
usia matang secara hukum (Hurlock, 1997, p. 206). Usia remaja sebetulnya tidak mempunyai
tempat yang jelas, tidak termasuk golongan anak, tetapi juga tidak termasuk
golongan usia dewasa atau usia tua. Pada usia ini umumnya anak sedang duduk di
bangku sekolah menengah (Monks, 1985, p. 216) Remaja merupakan penerus suatu
bangsa. Nasib suatu bangsa kelak akan ditentukan oleh bagaimana remajanya masa
kini. Clelland (Widanarti, 2002, p. 112) mengatakan bahwa muncul gejala di
berbagai negara berkembang bahwa remaja kurang mempunyai kebutuhan untuk
berprestasi dan bertanggung jawab yang menyebabkan lambatnya pembangunan di
negara tersebut. Bila gejala ini tidak di atasi maka lambat laun pembangunan di
negara tersebut dapat berpengaruh. Kemampuan remaja dalam menyelesaikan
tugas-tugasnya baik di sekolah maupun di rumah tidak hanya dipengaruhi oleh
potensi kognitif yang dimiliki 2 oleh remaja itu sendiri tetapi juga
dipengaruhi oleh keyakinan remaja tersebut dalam menyelesaikan tugas-tugas yang
diembannya. Pada kenyataannya, sering kali terlihat bahwa siswa yang mempunyai
kecerdasan di atas rata-rata mempunyai kecenderungan motivasi yang lebih
adaptif misalnya mengerjakan tugas dengan tekun dan lebih yakin dengan
kemampuan mereka. Sebaliknya, siswa yang memiliki kecerdasan rata-rata memiliki
kecenderungan berprestasi yang kurang, misalnya tidak yakin dengan kemampuan
akademisnya sendiri dan mudah putus asa. Keyakinan remaja tetang kemampuan
dirinya dalam menyelesaikan tugas dapat meningkatkan usaha untuk dapat mencapai
tujuannya, namun hal ini dapat pula menjadi penghambat usaha remaja dalam manggapai
impiannya. Ada perasaan “saya tidak dapat” dan “saya tidak mampu”, merupakan
alasan-alasan yang dapat menghambat seseorang dalam mencapai sasaran
(Widanarti, 2002, p. 113). Seperti yang di ungkapkan salah satu siswi kelas XI:
“mas setiap saya berada di dalam ruangan ujian kok lupa semua apa yang sudah
saya pelajari tadi malam, terus saya kurang yakin sama apa yang saya tulis
tadi”. Dan kelas XII : “padahal saya itu belajar semalam mas tapi kenapa tiba
soal dihadapan saya hafalan saya jadi ngebleng” Kurangnya kepercayaan yang
dimiliki siswi dapat menyebabkan mereka merasa tidak mampu untuk berhadapan
dengan tugas-tugas dan menekuni pelajaran-pelajaran tersebut. Siswi merasa
kurang yakin ketika mereka 3 dihadapkan dengan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
Hal ini tersirat dari hasil wawancara dengan beberapa siswa kelas 2 dan 3
Madrasah Aliyah Islamiyah Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro yang
mengungkapkan bahwa beberapa pelajaran memang tergolong sulit dan mereka sering
kali tidak yakin dengan jawaban yang telah mereka berikan, bahkan sering pula
lupa dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya akibat ketegangan yang
mereka alami menjelang ujian berlangsung. Tekanan baik dari sekolah berupa
tugas-tugas mata pelajaran, kegagalan dalam ujian maupun tuntutan orang tua
terhadap siswa tidak jarang menyebabkan stres dan kecemasan. Banyak orang tua
yang membebankan kepada anak-anak mereka dengan tuntutan akademik yang sulit
untuk dicapai. Dengan alasan seperti itu ketika remaja atau siswa di sekolah di
berikan tugas harian maupun ujian baik dalam ujian nasional maupun ujian akhir
semester banyak remaja yang melakukan tindakan mencontek pada teman yang dia
anggapnya lebih menguasai pelajaran tersebut. Mencontek, menjiplak, atau bahasa
komputernya copy paste, merupakan hal yang sangat umum di lakukan oleh semua
orang di dunia ini. Terlebih lagi bagi mereka yang sedang berada di dalam dunia
pendidikan. Hal yang mungkin merupakan sebuah kewajiban bagi siswasiswa untuk
melakukannya (Risti, 2014). Setiap individu adalah seperti apa yang dia
pikirkan, jika berpikir akan berhasil, maka kemungkinan besar akan mampu diraih
keberhasilan tersebut. Kuncinya pada kenyakinan diri sendiri. Keyakinan akan
kemampuan diri sering di kenal dengan efikasi diri. Efikasi diri (self-Eficacy)
adalah persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam
situasi tertentu. Efikasi 4 adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan
tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah. Bandura mendefinisikan bahwa
efikasi diri (self-eficacy) adalah keyakinan individu mengenai kemampuan
dirinya dalam melakukan tugas atau tindakan yang di perlukan untuk mencapai
hasil tertentu (Rini, 2010). Seseorang dengan efikasi diri percaya bahwa mereka
mampu melakukan sesuatu untuk mengubah kejadian-kejadian di sekitarnya,
sedangkan seseorang dengan efikasi diri rendah menganggap dirinya pada dasarnya
tidak mampu mengerjakan segala sesuatu yang ada disekitarnya. Dalam situasi
yang sulit, orang dengan efikasi yang rendah cenderung mudah menyerah.
Sementara dengan orang dengan efikasi diri yang tinggi akan berusaha lebih
keras untuk mengatasi tantangan yang ada (Rini, 2010). Konsep dasar teori
efikasi diri adalah pada masalah adanya keyakinan bahwa pada setiap individu
mempunyai kemampuan mengontrol pikiran, perasaan dan perilakunya. Dengan
demikian efikasi diri merupakan masalah persepsi subjektif. Artinya efikasi
diri tidak selalu menggambarkan kemampuan yang sebenarnya, tetapi terkait
dengan keyakinan yang di miliki individu (Bandura, 1986). Tekanan baik dari
sekolah berupa tugas-tugas pelajaran, kegagalan dalam ujian maupun tuntutan
orang tua terhadap siswa tidak jarang menyebabkan stres dan kecemasan. Banyak
orang tua yang membebankan kepada anak-anak mereka dengan tuntutan akademik
yang sulit untuk dicapai (Bandura, 1997). Kondisi seperti ini membutuhkan
kualitas emosional dan spiritual yang prima dalam berbagai bentuknya seperti
Self tolerance (kemampuan untuk mengatur emosi yang memicu stres atau cemas),
flexibility (kemampuan untuk beradaptasi dan 5 menyesuaikan diri terhadap
situasi tertentu), optimisme dan kemandirian. Kualitas emosional dan spiritual
tersebut dapat dimiliki oleh siswa yang memiliki kecerdasan emosi dan
kecerdasan spiritual yang memadai. Seperti halnya Spiritual Intelligence (SI)
yang mengacu pada keterampilan, kemampuan dan keberhasilan dalam menemukan
makna hidup, menemukan cara moral dan etika untuk membimbing kita dalam hidup,
mengeksternalisasi perasaan kita akan makna dan nilai-nilai dalam kehidupan
pribadi kita dan dalam hubungan interpersonal kita (Wigglesworth, Cindy.
http://personalityeginugraha.wordpress.com/ di akses 7-9-2013). Spiritual
Intelligence tidak mesti berhubungan dengan agama. Kecerdasan spiritual
(Spiritual Intelligence) adalah kecerdasan jiwa yang dapat membantu seseorang
membangun dirinya secara utuh. Spiritual Intelligence tidak bergantung pada
budaya atau nilai. Tidak mengikuti nilai-nilai yang ada, tetapi menciptakan
kemungkinan untuk memiliki nilai-nilai itu sendiri Penelitian yang pernah di
lakukan oleh Mia Rahma Romadona (2008) dengan judul Hubungan antara Kecerdasan
Spiritual dengan Efikasi Diri pada Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Ahmad
Dahlan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan
spiritual dengan efikasi diri pada mahasiswa fakultas farmasi. Subyek
penelitian adalah mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan. Metode
dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasi product moment. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara
kecerdasan spiritual dengan efikasi diri pada mahasiswa Fakultas Farmasi
Universitas Ahmad Dahlan. Hal ini 6 ditunjukkan dengan nilai rxy sebesar 0,632
dan p sebesar 0,000 (p< 0,01). Semakin tinggi tingkat kecerdasan spiritual
maka akan semakin tinggi pula tingkat efikasi diri dan sebaliknya. Sumbangan
efektif kecerdasan spiritual untuk memunculkan persepsi efikasi diri sebesar
40%. Penelitian lain di lakukan oleh Asadolah Khadivi, Yusef Adib, dan Farnaz
Farhanghpour (2012) tentang Relationship between spiritual intelligence and
selfesteem with students` educational improvement. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan spiritual dan harga diri
siswa dengan peningkatan pendidikan dari sampel 357 siswa SMA. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan spiritual dan
harga diri siswa. Selain itu, hasil regresi berganda menunjukkan bahwa di
antara keempat variabel kecerdasan spiritual. Keyakinan spiritual, kemampuan
menangani masalah, kesadaran diri, minat, dan keyakinan moral terdiri 46% dari
harga diri siswa. Penelitian lain yang di lakukan oleh Achmad Purna Nugraha,
dan Irwan Nuryana, K (2007) dengan judul Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dan
Efikasi Diri Pelajaran Matematika tujuan dari penelitian ini menguji hubungan
antara kecerdasan emosi dan efikasi diri pelajaran matematika. Hipotesis yang
yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara kecerdasan emosi
dan efikasi diri pelajaran matematika dengan sampel 67 siswa kelas 3 SMA
Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Hasil Uji hipotesis dilakukan denqan menggunakan
korelasi non parametrik Spearmen menghasilkan korelasi sebesar 0,286 dengan p =
0,10 (p
<0,05). Hasil penelitian menunjukkan ada korelasi antara 7 kecerdasan emosi dan efikasi diri pelajaran matematika sebesar 0,286. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Adanya hubungan antara kecerdasan emosi dan efikasi diri pelajaran matematika menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai kecerdasan emosi maka semakin tinggi pula efikasi diri pelajaran matematika, begitu pula sebaliknya. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad M. Mahasneh (2014) dengan judul The relationship between Multiple Intelligence and Self-efficacy among sample of Hashemite university students. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara beberapa kecerdasan dan efikasi diri. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari (576) mahasiswa (laki-laki dan perempuan) yang dipilih secara acak dari berbagai fakultas dari Universitas Hashimiah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara self-regulatory secara positif terkait dengan kinestetik-jasmani, intrapersonal, logis, interpersonal, visual, musik, eksistensial, dan verbal-linguistik multiple intelligence. Orang yang mempunyai Spiritual Intelligent yang baik akan sesuai antara hati, kata dan perbuatannya, selaras antara apa yang ada dalam hatinya, ucapan dan perbuatannya. Kecerdasan berbeda dengan kepandaian. Kepandaian sebatas kemampuan aktifitas rohani dan jasmani yang di miliki seseorang. Sedangkan kecerdasan merupakan kesanggupan manusia untuk menyesuaikan diri dengan keadaan-keadaan baru denagn cepat (Zohar dalam Marshal, 2003, p. 167) Kenapa peneliti memilih perempuan dari pada laki-laki untuk menjadi subjek karena Orang tua sering kali memiliki pandangan yang berbeda terhadap kemampuan laki-laki dan perempuan. Zimmerman (Bandura, 1997: 213) 8 mengatakan bahwa terdapat perbedaan pada perkembangan kemampuan dan kompetesi laki-laki dan perempuan. Ketika laki-laki berusaha untuk sangat membanggakan dirinya, perempuan sering kali meremehkan kemampuan mereka. Hal ini berasal dari pandangan orang tua terhadap anaknya. Orang tua menganggap bahwa wanita lebih sulit untuk mengikuti pelajaran dibanding lakilaki, walaupun prestasi akademik mereka tidak terlalu berbeda. Semakin seorang wanita menerima perlakuan streotipe gender ini, maka semakin rendah penilaian mereka terhadap kemampuan dirinya. Pada beberapa bidang pekerjaan tertentu para pria memiliki efikasi diri yang lebih tinggi dibanding dengan wanita, begitu juga sebaliknya wanita unggul dalam beberapa pekerjaan dibandingkan dengan pria. Siswa dengan kecerdasan spiritual memiliki keterampilan non kognitif seperti keuletan, bertahan menghadapi frustasi dan gangguan mood yang dapat mempengaruhi konsentrasinya dan memicu stres serta kecemasan dalam belajar sehingga membantunya dalam menekuni dan sukses dalam pelajaran. Berdasarkan uraian di atas, menarik untuk diteliti lebih lanjut tentang “Pengaruh Kecerdasan Spiritual Terhadap Efikasi Diri Siswi Madrasah Aliyah Islamiyah Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro”. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana tingkat kecerdasan spiritual siswi Madrasah Aliah Islamiyah Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro? 2. Bagaimana tingkat efikasi diri siswi Madrasah Aliyah Islamiyah Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro? 9 3. Adakah pengaruh kecerdasan spiritual terhadap efikasi diri siswi Madrasah Aliyah Islamiyah Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui tingkat kecerdasan spiritual siswi Madrasah Aliah Islamiyah Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro. 2. Untuk mengetahui tingkat efikasi diri siswi Madrasah Aliah Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro. 3. Untuk membuktikan pengaruh kecerdasan spiritual terhadap tingkat efikasi diri siswi Madrasah Aliyah Islamiyah Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro? D. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis Penelitian ini bermanfaat sebagai informasi yang dapat menambah khasanah keilmuan psikologi, khususnya psikologi perkembangan yaitu mengenai pembahasan kecerdasan spiritual dan psikologi pendidikan yaitu tentang efikasi diri. 2. Secara praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai efikasi diri siswa dalam pembelajaran khususnya di sekolah tersebut dan dapat pula membantu mengembangkan efikasi diri dan menumbuhkan kecerdasan spiritual para siswa.>
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" : Pengaruh kecerdasan spiritual terhadap efikasi diri siswi Madrasah Aliyah Islamiyah Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah iniDOWNLOAD
No comments:
Post a Comment