Abstract
INDONESIA:
Untuk meraih sebuah kesuksesan sangatlah tidak mudah, seperti halnya siswa dan siswi kelas VIII SMP Negeri 1 Lawang yang memiliki hambatan dalam menyelesaikan studi mereka.adversity quotient merupakan pengukuran kemampuan seseorang dalam merespon suatu tantangan dalam kehidupannya untuk mencapai keberhasilan. prokrastinasi akademik adalah perilaku yang disengaja, artinya faktor–faktor yang menyebabkanpenundaan penyelesaian tugas berasal dari keputusan dirinya sendiri.
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Lawang dengan tujuan: (1) untuk mengetahui tingkat adversity quotient siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Lawang (2) untuk mengetahui tingkat prokrastinasi akademik siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Lawang (3) untuk mengetahui ada tidaknya hubungan adversity quotient dengan prokrastinasi akademik pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Lawang.
Rancangan penelitian ini adalah korelasional kuantitatif. Variabel bebas ialah adversity quotient (X) dan variabel terikatnya ialah prokrastinasi akademik. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 1 Lawang tahun ajaran 2013-2014 (254 siswa) dan diambil 20% dari populasi sebagai sampel (50 siswa). Sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Reabilitas dan validitas kedua alat ukur telah diuji dengan menggunakan metode angket CVR. Sedangkan metode analisis data dengan menggunakan product moment Karl Pearson dengan bantuan SPSS 16.0 for windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi yang signifikan (rxy = - 0,755 ; sig = 0,000 < 0,05 ) antara adversity quotient dengan prokrastinasi akademik. Dikatakan signifikan atau mempunyai hubungan apabila r hitung lebih besar daripada r tabel. Dengan taraf signifikansi 5%, r hitung dari hasil korelasi diatas memiliki nilai rhit-0,755 dengan probabilitas 0,000. Jika p < 0,05 maka Ho ditolak, sedangkan jika p > 0.05 maka Ha diterima. Hasil dari probabilitas menunjukkan angka 0,000 dengan artian probabilitas kurang dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya adversity quotient memiliki hubungan (berkorelasi) dengan prokrastinasi akademiksiswa kelas VIII tahun ajaran 2013-
2014 di SMPN 1 Lawang.
2014 di SMPN 1 Lawang.
ENGLISH:
To achieve a success is not easy, as well pupils and students of class VIII SMP Negeri 1 Lawang which has obstacles in completing their studies. adversity quotient is a measurement of a person’s ability in responding to a challenge in life to achieve success. procrastinastion academic is a behavior that is intentional, it mean that of factor causing delays in the completion of task derived from the decision its self.
This research was conducted on grade VIII in SMP Negeri 1 Lawang with the purpose of: (1) to find out the level of adversity quotient grade VIII in SMP Negeri 1 Lawang (2) to determine the level of academic procrastination students of class VIII in SMP Negeri 1 Lawang (3) to find out whether or not there is a relationship of adversity quotsient wiyh academic procracrastination in students of class VIII in SMP Negeri 1 Lawang.
The design of this research is quantitave correlational. Free variable in this study the adversity quotient (x) and the variable are bound is a academic procrastination. The population in this research is the whole VIII SMPN 1 Lawang school year 2013-2014 (254 student) and taken 20% of population as a sample (50 students). Samples were taken using a purposive sampling technique. Reability and validity of both the measurement tool has ben tested with the method using quotien form CVR Content. While the method of data analysis is using Pearson Product Moment Karl analysis with the help of SPSS 16.0 for windows.
The result showed that there was a correlation significant (rxy = -0,755; sig= 0,000& it 0.05) between adversity quotient with procrastination academic. Said to be significant or hada relationship when the count is greater than r tables. with a 5% significance level, count of results correlation r above, it has a value of r hit - 0,755 with probability of 0.000 if p & it 0.05 the Ho is rejected, and if p & gt 0.05 Ha then accepted. The result of the probability figures shows 0.000 with the sense of probability less than 0.05 Ha Ho was rejected and then accepted. Does adversity quotient relatiobship (correlated) with the procrastination academic grade VIII the school year 2013-2014 in the SMP 1 Lawang.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat
penting bagi setiap manusia. Melalui pendidikan seseorang akan mendapatkan
berbagai pengetahuan, keterampilan, kecakapan serta kepribadian yang matang
sehingga mampu bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan tatanan masyarakat.1
Pendidikan dapat pula diartikan sebagai usaha secara sengaja untuk meningkatkan
pendewasaan dan mampu memikul tanggung jawab moril dari segala perbuatannya.2
Munandar menjelaskan bahwa, pendidikan mempunyai peran yang amat menentukan
bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan
bangsa dan negara.3 Pendidikan sendiri dianggap sebagai hal yang penting dan
tak dapat dipisahkan dari kehidupan. Pendidikan tidak hanya bertindak sebagai
alat yang dapat meningkatkan kapasitas kemampuan seorang anak, tetapi juga
menjadi alat untuk memenuhi kebutuhan manusia.4 1 Suryono, (1991). “Hubungan
Antara Tingkat Pendidikan dan Penguasaan Informasi Perkoperasian dengan
Partisipasi Anggota dalam Pengembangan KUD Tri Upaya Kecamatan Piyungan
Kabupaten Bantul”. Skripsi, IKIP Yogyakarta. 2 Soegardo, Poerbakawatja, (1982).
“Ensiklopedia Pendidikan,” Jakarta: Gunung Agung. 3 Munandar, U. (2002).
Kreativitas dan Keterbakatan “ Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat ”.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 4 Kumar, N.,.” Assessing the Learning Culture
and Performance of Educational Institutions”, Performance Improvement, Vol.44,
No.9. October, pp.27-32. Kumar, N., 2005. Assessing the Learning Culture and
Performance of Educational Institutions, Performance Improvement, Vol.44, No.9.
October, pp.27-32. Thn. 2007 2 Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan suatu
bangsa sangat bergantung pada kualitas manusia yang ada di negara tersebut
khususnya generasi muda. Salah satu jalur strategis yang dapat digunakan untuk
mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas itu tentunya adalah jalur
pendidikan (ibrahim dalam sulistyaningsih).5 Dalam proses pendidikan selalu
terlibat interaksi antara guru dengan siswa. Siswa adalah peserta didik yang
terdaftar dan belajar di suatu lembaga sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap
perkembangannya digolongkan sebagai masa remaja awal. Awal masa remaja
berlangsung kira-kira dari 13-17 tahun.6 Belajar merupakan tugas utama seorang
siswa, namun tidak semua siswa memiliki pengelolaan belajar yang baik,
khususnya dalam pengelolaan waktu, hal ini pula yang dialami siswa di SMP
Negeri 1 Lawang. Pengelolaan waktu belajar yang kurang baik menyebabkan siswa
sering melakukan penundaan dalam mengerjakan tugas-tugas akademik. Djamarah
mengatakan bahwa selama menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal baik pelajar
maupun mahasiswa, tidak akan terlepas dari keharusan mengerjakan tugas-tugas
studi.7 Sebagai tenaga pengajar yaitu guru dan dosen pasti memberikan tugas
dengan batas waktu tertentu untuk pengumpulan tugas. Maka, seorang siswa harus
menggunakan rentang waktu dalam satu hari yaitu 24 jam dengan seefektif untuk 5
Sulistyaningsih, W. (2005). Kesiapan Bersekolah Ditinjau dari Jenis Pendidikan
Prasekolah Anak dan Tingkat Pendidikan Orang tua. Jurnal Psikologi. Volume
I.No.1,17 6 Hurlock, B. Elizabeth. (1993). Psikologi Perkembangan, Jakarta:
Penerbit Erlangga. 7 Djamarah. (2002). Rahasia sukses belajar.Jakarta: Rineke
Cipta 3 menyelesaikan tugas-tugasnya studinya sampai pada batas waktu
pengumpulan tersebut. Masalah pengaturan inilah yang menjadi persoalan bagi
siswa. Djamarah menemukan banyak pelajar dan mahasiswa mengeluh karena tidak
dapat membagi waktu dengan baik, kapan harus memulai dan mengerjakan sesuatu.8
Adannya kecenderungan untuk tidak segera memulai ketika menghadapi suatu tugas
merupakan indikasi dari perilaku menunda dan kelalaian dalam mengatur waktu
merupakan faktor penting yang menyebabkan individu menunda dalam melakukan dan
menyelesaikan tugas. Perilaku menunda sebuah pekerjaan ini disebut dengan
prokrastinasi. Sedangkan orang yang melakukan penundaan disebut
prokrastinator.9 Perilaku menunda (prokrastinasi) lebih banyak dimanifestasikan
dalam dunia pendidikan yang sering disebut dengan prokrastinasi akademik. Menurut
Nugrasanti, lamanya masa studi yang harus ditempuh oleh siswa menjadi indikasi
adanya prokrastinasi akademik di kalangan pelajar.10 Berbagai hambatan dan
kesulitan yang ditemui baik dari faktor internal maupun eksternal. Faktor
internal meliputi ketidaksiapan diri menghadapi kesulitan dalam mengerjakan
tugas-tugas akademik, faktor 8 Djamarah. (2002). Rahasia sukses
belajar.Jakarta: Rineke Cipta 9 Kartadinata, I, & Sia, T.2008.
“Prokrastinasi Akademik dan Manajemen Waktu”,Anima Indonesian Psychological
Journal, 23 (2), Hal.110 10 Stoltz. G paul. Adversity Quotient.(2000).Mengubah
Hambatan Menjadi Peluang. Jakarta.Grasindo 4 eksternal yakni seperti tugas yang
diberikan oleh guru dipandang kurang kooperatif dan banyak tuntutan. Menurut
data penelitian Harra Marano juga memberikan kesimpulan bahwa 20% individu
diluar negeri mengaku bahwa dirinya adalah seorang prokrastinator, bahkan bagi
individu prokrastinasi telah menjadi semacam gaya hidup. Dunia pendidikan tidak
terlepas dari masalah prokrastinasi, menurut hasil survey majalah New Statement
26 februari 1999 juga memperlihatkan bahwa kurang lebih 20% sampai dengan 70%
pelajar melakukan prokrastinasi.11 Hal ini juga sejalan dengan temuan Nurjanni
(2005), Andrieta, Ranggi, Sifa, Honey (2007) yang melaporkan bahwa
prokrastinasi dialami oleh hampir 20% pelajar di Sumatera Barat.12 Penelitian
di Amerika Utara menggambarkan keadaan pendidikan yaitu, kira-kira 70% pelajar
memunculkan prokrastinasi. Konsekuensi negatif dari prokrastinasi ini seperti
performa yang kurang, mutu kehidupan individu berkurang, pengaruh negatif dan
menurunnya prestasi.13 Hal ini juga terjadi pada mahasiswa Universitas Sumatera
Utara (USU). Berdasarkan penelitian prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh
Sari,dkk kepada 66 mahasiswa Fakultas Psikologi USU menunjukkan 11 Zakarilya
(dalam gufron) Loc cit p 16 12 Rahmat Pasaribu. 2009.Prokrastinasi. Rahmat
Pasaribu Blog’s. Monday, April 13, 13 Schouwenburg, H.C, PhD. (2001). The
Nature of Procrastination (meta-analysis). Piers Steel. University of Calgary.
(online). Tanggal akses: 2 Februari 2013. Available FTP: www.ask.com 5 sebesar
48.5% atau sebanyak 32 mahasiswa melakukan prokrastinasi dalam tugas mengarang
78.8% atau sebanyak 52 mahasiswa melakukan prokrastinasi dalam belajar untuk
mempersiapkan diri dalam menghadapi ujian, 65.2% atau sebanyak 43 mahasiswa
melakukan prokrastinasi dalam tugas membaca, 51.5% atau 34 mahasiswa melakukan
prokrastinasi dalam menghadiri pertemuan/diskusi, 40.9% atau sebanyak 27
mahasiswa melakukan prokrastinasi dalam tugas administratif dan sebanyak 63.6%
atau 42 mahasiswa melakukan prokrastinasi secara keseluruhan. Menurut
penjelasan data di atas, peneliti juga menemukan beberapa indikasi fenomena
prokrastinasi yang terjadi pada sebagian siswa yang terbukti mengalami dan
sebagian juga tidak mengalami perilaku prokrastinasi yang terjadi di SMP Negeri
1 Lawang. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi akademik pada
siswa merupakan salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian. Burka dan
Yuen mengemukakan bahwa prokrastinasi terjadi pada setiap diri individu tanpa
memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai pekerja atau pelajar.14
Penelitian dari Bruno mengungkapkan bahwa ada 70% pelajar memasukkan sikap
menunda sebagai kebiasaan dalam hidup mereka.15 Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara awal yang dilakukan oleh peneliti kepada beberapa siswa. Beberapa
hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti dilokasi ialah sebagai berikut:
14 Burka & Yuen, (1983). “Why you Do it”. New York: Perseus Books Groups.
15 Elis dan Knaus (dalam Ferrari dkk), 1995.Procrastination and Task Avoidance,
Plenum Press New York..Hal.71 6 Subjek 1 : “aku memang sering menunda ngerjain
tugas. karena aku kurang yakin terhadap hasil kerjaan tugasku dan kurang begitu
bersemangat ketika mendapat tugas” (Komunikasi Personal, 2 Maret 2013). Subjek
2 : “aku menunda menyelesaikan tugas, karena aku menganggap nilai dari hasil
usahaku selama belajar sudah cukup bagus” (Komunikasi Personal, 2 Maret 2013).
Subjek 3 : “alasan saya sering melakukan penundaan tugas yaitu, karena saya
menganggap pemberian tugas hanya menambahi beban aktivitas saya dan membatasi
aktivitas lain saya.(Komunikasi Personal, 10 Maret 2013). Subjek 4 : “untuk
munculnya kemauan saya dalam menyelesaikan tugas sangatlah berat, dibandingkan
kemauan saya untuk melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan.”
(Komunikasi Personal, 10 Maret 2013). Subjek 5 : “saya tidak suka menunda dalam
menyelesaikan tugas, karena saya yakin tugas yang saya kerjakan dapat memberikan
dampak positif dan manfaat bagi diri saya”. (Komunikasi Personal, 11 Maret
2013). Sebagaimana data hasil wawancara yang ada dan diungkapkan oleh beberapa
siswa SMP Negeri 1 Lawang, Mereka mengaku memiliki masalah terutama yang
berkaitan dengan studi mereka saat ini. Beberapa siswa tersebut mengaku
memiliki masalah berkaitan dengan kurangnya 7 percaya diri, tidak adanya
kemauan mengolah masalah yang dihadapi, merasa cukup puas dengan hasil
kinerjanya, merasa terbebani oleh adanya tugas dan lain sebagainya. Fakta-fakta
tersebut memperkuat argumentasi bahwa hidup tidak mudah, dalam mencapai sebuah
kesuksesan dibutuhkan usaha dan daya tahan untuk menghadapi masalah dan resiko
atas usaha tersebut. Beragam masalah dihadapi setiap orang dengan cara yang berbeda,
dan hasilnya pun ada yang gagal dan ada pula yang berhasil. Dibutuhkannya daya
juang yang tinggi untuk mengatasi masalah dan hambatan dalam dunia akademik
secara baik. Kemampuan dalam mengatasi kesulitan-kesulitan ini disebut dengan
adversity quotient. Menurut Paul G. Stoltz, Ph.D , suksesnya pekerjaan dan
hidup terutama ditentukan oleh adversity quotient (AQ).16 Adversity quotient
merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengamati kesulitan dan
mengolah kesulitan tersebut dengan kecerdasan yang dimiliki sehingga menjadi
sebuah tantangan untuk diselesaikan. Menurut Stoltz, bahwa hidup itu seperti
mendaki gunung. Kepuasan dicapai melalui usaha yang tidak kenal lelah untuk
terus mendaki meskipun terkadang langkah demi langkah yang ditampakkan terasa
lambat dan menyakitkan. Sementara itu, siswa yang mengalami prokrastinasi
akademik pasti menghadapi permasalahan yang cukup komplek baik emosional,
kognitif dan sosial yang berkaitan dengan 16 Stoltz. G poul. Adversity
Quotient.(2000).Mengubah Hambatan Menjadi Peluang. Jakarta.Grasindo 8
kekurangannya tersebut. Sedangkan siswa yang tidak mengalami prokrastinasi
akademik bisa dibilang mereka telah mampu untuk mengolah kesulitan yang
dihadapinya dengan kemampuan kecerdasan yang dimilikinya dalam memfungsikan
respon individu tersebut dalam memandang masalah yang dihadapinya sebagai
tantangan yang mereka harus lalui. Seorang siswa yang menunda tugas terkadang
disebabkan oleh adanya keterbatasan individu dalam merespon dan memandang
pentingnya akan tugas untuk segera diselesaikan atau sebaliknya. Seorang siswa
yang mampu merespon masalah yang dihadapinya dengan keyakinan yang positif, dan
keyakinan atas usaha yang dilakukannya dapat mendatangkan keberhasilan di masa
yang akan datang. Mereka cenderung menghiraukan beberapa kondisi yang negatif
yang dapat mempengaruhi dirinya. Sedangkan siswa yang mempunyai keyakinan
negatif dalam memandang suatu masalah yang dihadapinya, maka siswa tersebut
mempunyai hambatan dalam dirinya. Menurut Pulatie, kecerdasan adversity
quotient merupakan teori sekaligus ukuran bermakna dan merupakan seperangkat
instrumen yang telah diasah untuk membantu seseorang supaya tetap gigih dalam
menghadapi berbagai tantangan.17 Idealnya adversity yang tinggi ini dimiliki
oleh siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Lawang. sehingga mereka tidak mudah
menyerah ketika berhadapan dengan tugas akademik. 17 Stoltz. G paul. Adversity
Quotient.(2000).Mengubah Hambatan Menjadi Peluang. Jakarta.Grasindo 9
Ketidakmampuan merespon kesulitan atau hambatan dalam mengerjakan tugas sekolah
pada akhirnya berujung pada penundaan untuk tidak segera menyelesaikan tugas.
Dengan demikian adversity quotient memiliki peran penting dalam menghadapi
berbagai kesulitan. Bagi siswa harus selalu berusaha untuk membutuhkan adversity
quotient yang cukup agar bisa mengatasi seluruh permasalahan dibidang akademik.
Menurut Stoltz, seseorang dikatakan memiliki kecerdasan adversity quotient
tinggi jika ia termotivasi, punya dorongan, semangat dan ambisi yang tinggi,
gigih dalam menghadapi segala rintangan.18 Penelitian tentang adversity
quotient juga telah banyak dilakukan baik diluar negeri maupun di dalam negeri.
Salah satu penelitian tentang adversity quotient juga pernah dilakukan oleh
Yudha Tri Kardila dalam skripsinya meneliti bahwa hubungan antara adversity
quotient dengan prokrastinasi akademik dalam mengerjakan skripsi pada mahasiswa
dan menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara adversity
quotient dengan prokrastinasi akademik dalam mengerjakan skripsi. Penelitian
lain mengenai adversity quotient pernah dilakukan oleh Aarifatunnisaa tentang
hubungan adversity quotient dengan kebermaknaan hidup. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa tingkat adversity quotient mahasiswa baru Fakultas
Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang rata-rata pada
kategori sedang dengan prosentase 71,11% atau 32 mahasiswa. 18 Stoltz. G paul.
Adversity Quotient.(2000).Mengubah Hambatan Menjadi Peluang. Jakarta.Grasindo
10 Berdasarkan penelitian terdahulu, penulis merasa tertarik untuk meneliti
bagaimana hubungan antara adversity quotient dengan prokrastinasi akademik pada
siswa kelas VIII tahun ajaran 2013-2014 di SMP Negeri 1 Lawang. B. RUMUSAN
MASALAH Dari uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian
dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah tingkat prokrastinasi
akademik pada siswa kelas VIII tahun ajaran 2013-2014 di SMP Negeri 1 Lawang?
2. Bagaimanakah tingkat adversity quotient pada siswa kelas VIII tahun ajaran
2013-2014 di SMP Negeri 1 Lawang? 3. Apakah ada hubungan antara prokrastinasi
akademik dengan adversity quotient pada siswa kelas VIII tahun ajaran 2013-2014
di SMP Negeri 1 Lawang? C. TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk mengetahui tingkat
prokrastinasi akademik pada siswa kelas VIII tahun ajaran 2013-2014 di SMP
Negeri 1 Lawang. 2. Untuk mengetahui tingkat adversity quotient pada siswa
kelas VIII tahun ajaran 2013-2014 di SMP Negeri 1 Lawang. 3. Untuk mengetahui
ada tidaknya hubungan prokrastinasi akademik dengan adversity quotient pada siswa
kelas VIII tahun ajaran 2013- 2014 di SMP Negeri 1 Lawang. 11 D. MANFAAT
PENELITIAN Hasil penelitian mengenai hubungan antara adversity quotient dengan
prokrastinasi pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Lawang ini diharapkan dapat
memberikan manfaat baik secara teoritik maupun aspek praktis, adapun beberapa
manfaat dijelaskan sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Sebagai bahan kajian
dalam pengembangan keilmuwan psikologi, khususnya psikologi pendidikan serta
menambah khasanah keilmuwan pada mahasiswa psikologi . 2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata kepada dunia
pendidikan, yakni dengan memberikan informasi baru yang dapat dijadikan sebagai
bahan referensi dalam melakukan bimbingan konseling pada siswa yang mengalami
prokrastinasi akademik.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" : Hubungan antara adversity quotient dengan prokrastinasi akademik pada siswa kelas VIII tahun ajaran 2013-2014 di SMP Negeri 1 Lawang." Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment