Abstract
INDONESIA:
Anak jalanan yang sering hidup dan berkembang di bawah stigma atau cap sebagai pengganggu ketertiban mempunyai banyak motivasi yang mendorong mereka untuk tetap bertahan dan menikmati hidup dengan segala kekurangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prestasi pada anak jalanan di Kota Malang, faktor yang mempengaruhi dalam mencapai prestasi anak jalanan di Kota Malang, pihak yang paling berperan dan bentuk dukungan yang diterima oleh anak jalanan di Kota Malang dalam pencapaian prestasi.
Sepanjang perjalanan hidup manusia sudah pasti memiliki keinginan untuk mencapai suatu keberhasilan atau prestasi. Kesimpulan dari beberapa definisi prestasi yang dikemukakan oleh para ahli bahwa prestasi merupakan hasil yang telah dicapai dari suatu usaha yang telah dikerjakan dan diciptakan baik secara individual atau kelompok berupa pengetahuan maupun keterampilan. Beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi diantaranya adalah intelegensi, motivasi, kepribadian dan lingkungan baik keluarga maupun sekolah.
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode campuran (Mixed Methods Research) dengan pengambilan data berupa angket terbuka. Subyek dalam penelitian ini sebanyak 30 anak jalanan, dalam hal ini untuk menentukan subyek menggunakan teknik purposive sampling dengan dengan ketentuan subyek masih anak-anak usia antara 6-18 tahun, termasuk dalam kategori children on the street yang menghabiskan waktu lebih dari 4 jam di jalan dan bukan termasuk anak yang tinggal di rumah singgah tertentu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi anak-anak jalanan terhadap prestasi yang membanggakan erat kaitannya dengan masalah ekonomi. Selain mendapatkan uang banyak dari hasil kerjanya untuk membahagiakan orang tua, anak jalanan juga bangga akan prestasinya karena merasa bisa hidup mandiri tanpa menyusahkan orang tua. Faktor yang mempengaruhi anak jalanan dalam pencapaian prestasinya tidak lain adalah dengan bekerja keras, dalam hal ini mereka didukung oleh orang tuanya dengan selalu diberikan motivasi agar giat bekerja. Beberapa anak jalanan lainnya mengaku tidak mendapatkan dukungan dari siapapun dalam bentuk apapun, namun dengan bekerja keras mereka tetap bisa meraih keberhasilan
ENGLISH:
Street children often live and thrive under a stigma or stamp as a disturber of order whose have many motivations that drive them to survive and enjoy life with all its shortcomings. Many of those who have had enough of what they get now, but also not a few of those who want a big change and meaning in his life.
Along the journey of human life certainly has the desire to achieve a success or achievement. The conclusion of some achievement definitions are proposed by the experts that the achievement is a result that has been achieved from a business that has been done and created either individually or in groups in the form of knowledge and skills. Some of the factors that affect performance such as intelligence, motivation, personality, and environments are both the family and school.
In this research, the method which is used is the method mix (Mixed Methods Research) with data collection in the form of an open questionnaire. The subjects in this study are 30 street children, in this case to determine the subjects using purposive sampling technique with the provisions of the subjects are children aged between 6-18 years, including in the category of children on the street who spent more than 4 hours on the road and not include children who live in certain houses.
The results showed that the perception of street children against the proud achievement was closely related to economic problems. In addition to getting as much money from his work to his parents happy, street children are also proud of his accomplishments because they feel able to live independently without frustrating for parents. Factors which affect street children in the achievement of the performance are hard work, in which case they are supported by their parents to always be motivated to work harder. Several other street children pleaded to not get support from anyone in any form, but with hard work they can still achieve success.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Indonesia dilihat dari jumlah penduduknya yang
semakin membludak sebenarnya memiliki banyak sekali potensi sumber daya
manusia, hal ini sesuai dengan data Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) bahwa
jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2012 diperkirakan sekitar 257.516.167
jiwa. Menurut BKKBN dalam hasil sensus penduduk pada tahun 2010, Indonesia
berada pada peringkat ke-4 sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar
dengan laju pertambahan penduduk (LPP) 1,49 persen per tahun, maka jumlah
penduduk akan bertambah sekitar 3,5 juta jiwa per tahun, sehingga diperkirakan
pada akhir 2012 jumlah penduduk mencapai 245 juta jiwa. Merujuk pada data-data
yang telah disebutkan diatas, begitu banyaknya jumlah sumber daya manusia di Indonesia
namun sangat disayangkan hal tersebut kurang begitu dimanfaatkan secara
optimal, sehingga menyebabkan sumber daya manusia yang tidak berkualitas dan
ketidakberhasilan di berbagai bidang. Salah satu faktor yang mempengaruhi
antara lain adalah minimnya perhatian pemerintah terhadap rakyatnya terutama
masyarakat menengah kebawah. Padahal negara yang sehat, kuat, cerdas, dan
berkualitas tidak lain didukung oleh tumbuh dan berkembangnya masyarakat yang
sehat, kuat, cerdas dan berkualitas pula. Karena keutuhan bangsa merupakan
tanggung jawab semua lapisan masyarakat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(BPS) bahwa di negara Indonesia setiap tahunnya terjadi kelahiran sekitar 4,5
juta bayi. Bayi-bayi ini akan berkembang dan mempunyai kebutuhan yang berbeda
sesuai dengan peningkatan usianya. Pada saat ini dari 100 persen anak-anak yang
masuk sekolah dasar, 50% diantaranya tidak dapat melanjutkan ke jenjang sekolah
yang lebih tinggi setelah lulus SMP. Mereka akan putus sekolah dan menuntut
pekerjaan padahal tidak mempunyai ketrampilan yang memadai. Sempitnya lapangan
kerja membuat para pemuda-pemudi putus sekolah dan menciptakan pekerjaannya
sendiri di sektor informal. Jumlah penduduk miskin di Indonesia menurut Badan
Pusat Statistik Indonesia pada Maret 2012 mencapai 29,13 juta jiwa (11,96
persen), melihat kondisi negara ini yang semakin lama semakin memprihatinkan
membawa dampak buruk di berbagai bidang baik sandang, pangan dan papan yang
semakin melonjak harganya. Hal ini menjadikan anak-anak bangsa pun turut
merasakan keterpurukan dengan banyak tercecernya anak-anak dibawah umur yang
tidak dapat merasakan indahnya kehidupan sekolah, melanjutkan pendidikan,
bermain dan lain sebagainya, sehingga masyarakat menjulukinya sebagai anak
jalanan yang dipandang sebelah mata tidak ada gunanya. Anak jalanan yang
dianggap tidak mempunyai orientasi hidup dan tidak pernah melakukan kegiatan
yang positif merupakan masalah sosial yang menjadi fenomena menarik dalam
kehidupan bermasyarakat. Anak-anak yang sebagian besar hidupnya berada di
jalanan dapat dijumpai di berbagai titik pusat keramaian di kota besar, seperti
di pasar, terminal, stasiun, traffic light, pusat pertokoan, dan sebagainya.
Kehidupan jalanan mereka terutama berhubungan dengan kegiatan ekonomi,
diantaranya mengamen, mengemis, mengasong, kuli, loper koran, pembersih mobil,
dan sebagainya. Meskipun ada pula sekumpulan anak yang hanya berkeliaran atau
berkumpul tanpa tujuan yang jelas di jalanan (Suyanto, 2010:184). Secara umum,
pendapat yang berkembang di masyarakat mengenai anak jalanan adalah anak-anak
yang berada di jalanan untuk mencari nafkah dan menghabiskan waktu untuk
bermain, tidak bersekolah, dan kadang kala ada pula yang menambahkan bahwa
anak-anak jalanan mengganggu ketertiban umum dan melakukan tindak kriminal
(Martini dan Agustian dalam Yudit, 2008:147). Melihat fenomena tersebut, yang
lebih menarik lagi adalah anak-anak jalanan pada umumnya berada pada usia
sekolah, usia produktif, usia dimana berhak mendapatkan pelayanan yang layak
dan mempunyai kesempatan yang sama seperti anak-anak pada umumnya. Anak-anak
dapat dikatakan sebagai anak jalanan jika berusia antara 5-18 tahun dan banyak
menghabiskan waktunya di jalan untuk bekerja mencari nafkah atau hanya menjadi
pengangguran yang suka berkeliaran di jalan dan tempat-tempat umum lainnya
(DepSos RI, 2006 dalam Yudit, 2008:148). Anak jalanan memang terlihat memiliki
mental yang kokoh namun di sisi lain hal itu dapat memberikan pengaruh negatif
terhadap perkembangan dan pembentukan kepribadiannya dan pada saatnya akan
melahirkan kepribadian yang introvert, cenderung sukar mengendalikan diri dan
asosial (Jiunkpe, 2006:85). Ironis memang, anak-anak jalanan merupakan generasi
penerus bangsa yang tergolong masih kecil dan harus merasakan kerasnya
kehidupan. Ditinjau dari sisi latar belakang kehidupan keluarga yang sangat
tidak nyaman untuk tumbuh dan berkembang, sesungguhnya tak ada tempat untuk
menyia-nyiakan anak-anak miskin yang terlunta-lunta hidup di jalanan. Kehadiran
mereka justru perlu diberdayakan dengan sentuhan lembut penuh kemanusiawian,
bukannya malah dibiarkan menjadi korban dan target tindak kekerasan dari orang
yang tidak bertanggung jawab. Menurut UUD 1945, “Anak terlantar dipelihara oleh
Negara” artinya pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap pemeliharaan dan
pembinaan anak-anak terlantar termasuk juga anak jalanan. Kondisi ini
diperparah dengan sikap pemerintah yang belum sepenuhnya mampu memberikan
perlindungan memadai untuk anak-anak jalanan. Meskipun telah disediakan
tempat-tempat binaan dan rumah singgah, anak-anak jalanan tidak sepenuhnya
memahami apa sebenarnya fungsi dan manfaat dari tempattempat tersebut karena
minimnya sosialisasi dari pihak negara dan kegiatankegiatan yang ada dinilai
kurang menarik bagi mereka. Anak jalanan ditinjau dari sebab dan intensitas
mereka berada di jalanan memang tidak dapat disamaratakan. Banyak kemungkinan
mereka berada di jalanan, diantaranya adalah tekanan masalah ekonomi,
pergaulan, pelarian, tekanan dari orang tua, dan atas dasar pilihannya sendiri
karena ingin merasa bebas tanpa beban. Pada hakekatnya, anak jalanan berhak
untuk mendapatkan hak asasi yang sama dengan anak-anak pada umumnya sesuai
dengan UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Keputusan Presiden RI
No. 36 tahun 1990 tentang pengesahan Konvensi Hak Anak (Convention on The Right
of The Child) yaitu hak sipil dan kemerdekaan (Civil right and freedoms),
lingkungan keluarga dan pilihan pemeliharaan (Family environment and
alternative care), kesehatan dasar dan kesejahteraan (Basic health and
welfare), pendidikan, rekreasi dan budaya (Education, leisure and culture
activities), dan perlindungan khusus (Special protection) (Dhini, 2003 dalam
Suhartini, 2008:20). Walaupun tidak ada data yang tepat menunjukkan berapa
pertumbuhan jumlah anak jalanan, namun dapat dipastikan setiap tahun jumlah
mereka selalu meningkat. Menurut Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial
Departemen Sosial jumlah anak jalanan pada tahun 2004 sebesar 98.113 anak yang
tersebar di 30 provinsi. Berdasarkan hasil survey dan pemetaan sosial anak
jalanan yang dilakukan oleh Departemen Sosial dan salah satu universitas di
Jakarta jumlah anak jalanan pada tahun 2006 yang tersebar di 33 provinsi
sebesar 144.889 anak (DepSos RI, 2006). Pada tahun 2010 jumlah anak-anak
jalanan membengkak menjadi 232.894 anak dan jumlah tersebut diperkirakan masih
dapat bertambah lagi dari tahun ke tahun (KemenSos RI, 2010). Menurut Soerjono
Soekanto (2006:79) fenomena munculnya anak jalanan ini bukanlah karena adanya
transformasi sistem sosial ekonomi dan masyarakat pertanian kemasyarakat
praindustri atau karena proses industrialisasi. Namun, adanya transformasi
sosial ekonomi masyarakat industrialisasi menuju masyarakat yang kapitalistik.
Dalam hal ini, dibutuhkan kerjasama dan kesadaran antara pemerintah dan
masyarakat akan pentingnya memperbaiki generasi bangsa. Tanpa disadari, anak
jalanan yang sering hidup dan berkembang dibawah stigma atau cap sebagai
pengganggu ketertiban mempunyai banyak motivasi yang mendorong mereka untuk tetap
bertahan dan menikmati hidup dengan segala kekurangan. Banyak diantara mereka
yang sudah merasa cukup dengan apa yang mereka dapatkan sekarang, namun juga
tidak sedikit dari mereka yang menginginkan perubahan besar dan berarti dalam
hidupnya. Kebiasaan hidup dan menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan
dapat menimbulkan berbagai macam permasalahan yang rentan dialami oleh
anak-anak jalanan. Departemen Sosial RI (2006) mengungkapkan beberapa
permasalahan yang dialami anak jalanan yaitu kekerasan dalam keluarga ataupun
di jalanan yang mengakibatkan terganggunya fisik dan psikologis anak, pelecehan
seksual yang sering dialami oleh anak jalanan perempuan untuk dijadikan
komoditas sebagai pelacur, kriminalitas yang dilakukan anak jalanan itu sendiri
ataupun dari pihak lain yang memanfaatkan anak jalanan untuk dijadikan pelaku
kejahatan di jalanan, putus sekolah atau bahkan tidak sekolah karena mencari
uang sepanjang waktu di jalanan, penyalahgunaan obat dan zat adiktif serta
resiko yang tinggi terhadap gangguan kesehatan dan keselamatan jiwa. Berbagai
permasalahan yang mengancam anak-anak jalanan diatas jelas sangat diperlukan
adanya upaya dan solusi yang nyata untuk mengatasinya. Upaya pengentasan
anak-anak jalanan yang dilakukan oleh pihak pemerintah selama ini dinilai masih
kurang memenuhi sasaran. Hal ini terbukti banyak program-program yang diberikan
pemerintah bagi anak jalanan tidak mendapatkan hasil yang berarti karena masih
belum sesuai dengan kebutuhan anak jalanan sehingga potensi yang ada kurang
bisa berkembang dengan baik. Penanganan dalam permasalahan tersebut harus lebih
bersifat partisipatoris dan mengacu pada kebutuhan anak jalanan itu sendiri
serta diselaraskan sesuai dengan bakat dan minatnya. Program Wajib Belajar
(Wajar) yang telah berjalan sekian lama, nyatanya masih terdapat anak-anak yang
tidak punya kesempatan untuk memperoleh pendidikan. Data Susenas pada tahun
2000 menunjukkan bahwa 5,2 persen pekerja anak tidak atau belum pernah sekolah.
Kemiskinan diduga merupakan faktor penyebab utama keadaan tersebut, sehingga
orang tua lebih memilih mengirimkan anak-anaknya bekerja sebagai pengganti
sekolah (Usman & Nachrowi, 2004:153). Tidak ada seorangpun yang
menginginkan hidup sengsara, setiap orang pasti memiliki harapan, keinginan,
cita-cita dan tujuan hidup untuk berubah menjadi lebih baik dari masa lalunya.
Salah satu faktor yang berperan dalam mewujudkannya adalah motivasi untuk
berprestasi dalam segala hal. Dengan mempunyai motivasi yang tinggi maka
seseorang akan berusaha meskipun bersusah payah untuk mewujudkan dan
mendapatkan hasil yang terbaik. Selalu optimis dalam berusaha dan menganggap
rintangan-rintangan yang ada hanyalah kerikil kecil yang mudah untuk
disingkirkan, serta memiliki ketidakpuasan terhadap prestasi yang telah didapatkan.
Seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi pasti bertanggung jawab
atas perbuatan yang telah dilakukan, berani mengambil resiko demi mewujudkan
cita-cita dan harapannya dan tidak mudah putus asa. Pada umumnya, orang yang
memiliki motivasi berprestasi tinggi lebih berhasil dan sukses dalam menggapai
impiannya dibandingkan orang yang motivasi berprestasinya rendah. Uniknya,
anak-anak jalanan yang hidup seadanya dan serba keterbatasan itu juga memiliki
motivasi untuk bisa mencapai prestasi sesuai dengan keinginan atau keahliannya.
Ada keinginan untuk puas, bangga, dan sukses dengan hasil yang didapatnya
meskipun dianggap remeh dan mendapatkan cibiran dari lingkungan sekitarnya.
Priya G. Nalkur (2009:329) menyebutkan dalam salah satu artikelnya bahwa ada
beberapa hal yang menjadi prioritas, keinginan dan menjadi suatu kepuasan pada
anak jalanan yaitu mendapat dukungan dalam melakukan aktivitas dari lingkungan
di sekitarnya terutama orang-orang yang lebih tua/dewasa, memiliki waktu yang
cukup untuk melakukan aktivitas yang disukai tanpa ada paksaan dari orang lain
dan mempunyai tempat yang nyaman untuk tidur. Hal tersebut bisa dibilang
sederhana namun sangat berarti bagi anak jalanan, berbeda dengan anak sekolah
pada umumnya yang dijadikan prioritas adalah mendapatkan kesehatan,
melaksanakan ujian dengan baik dan mendapat nilai yang memuaskan. Berbagai
keterbatasan yang ada tidak menjadi penghalang bagi anakanak jalanan dalam
meraih prestasinya. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengembangkan potensi
dan kreativitas diri, menunjukkan pada masyarakat bahwa stigma yang diberikan
selama ini pada anak jalanan adalah keliru. Anak jalanan mempunyai banyak
kelebihan, mereka mampu berkarya, mampu berusaha meraih mimpi walau setinggi
langit. Menurut sebagian orang prestasi hanya berkaitan dengan akademik saja,
namun banyak contohnya orang yang dalam bidang akademik tidak berprestasi atau
bahkan lemah dalam belajar namun pada bidang lain mampu untuk membuktikan bahwa
mereka berprestasi. Begitu juga dengan anak-anak jalanan, banyak dari komunitas
ini mempunyai prestasi diluar bidang akademik dan prestasi yang mereka raih
sesuai dengan bakat dan potensi yang dimilikinya. Usaha dan kemampuan yang
positif tersebut sebagai wujud untuk mencapai prestasi diantaranya prestasi
akademik atau dalam hal pendidikan seperti belajar dengan rajin, prestasi kerja
yang mencakup banyak hal seperti pekerjaan yang dilakukan anak jalanan di
jalan, membantu orang tua bekerja, prestasi dalam bidang seni dan budaya
seperti bermusik, menyanyi, melukis dan sebagainya, prestasi di bidang olah
raga seperti bulu tangkis, basket, sepak bola, prestasi dalam bidang sosial
seperti membantu teman yang kesulitan, ikut serta sebagai sukarelawan dalam
membantu korban bencana dan sebagainya. Lingkungan memang menjadi salah satu
faktor yang mempengaruhi seseorang dalam bersikap, bertindak maupun
berprestasi, begitu juga bagi anakanak jalanan. Selain orang tua dan keluarga,
mereka juga banyak berkecimpung dengan teman sebaya yang kerap menghabiskan waktu
bersama di jalan, pengajar di rumah singgah atau tempat binaan, para guru di
sekolah, hingga premanpreman di jalanan. Demi tercapainya prestasi bagi anak
jalanan, selain memiliki kemampuan diri, keinginan dan motivasi yang kuat juga
menjadi faktor penentu bagi tercapainya prestasi, karena dengan prestasi dan
karya-karya seseorang akan berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya, dan
semua itu tidak lepas dari dukungan dan motivasi keluarga maupun lingkungan di
sekitarnya. Berdasarkan beberapa keterangan tersebut, maka peneliti sangat
tertarik untuk meneliti lebih jauh dan mendalam tentang bagaimana persepsi
anak-anak jalanan mengenai prestasi yang dikemas dalam judul penelitian
“Prestasi Pada Anak Jalanan di Kota Malang”. B. Rumusan Masalah 1. Apa prestasi
yang di persepsikan oleh anak jalanan di Kota Malang ? 2. Faktor apa sajakah
yang mempengaruhi pencapaian prestasi anak jalanan di Kota Malang ? 3. Siapa
yang paling berperan terhadap pencapaian prestasi anak jalanan di Kota Malang ?
4. Apa bentuk dukungan yang diterima oleh anak jalanan di Kota Malang dalam
pencapaian prestasi ? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui apa prestasi
yang dipersepsikan bagi anak jalanan di Kota Malang. 2. Untuk mengetahui faktor
apa saja yang mempengaruhi pencapaian prestasi anak jalanan di Kota Malang. 3.
Untuk mengetahui siapa yang paling berperan terhadap pencapaian prestasi anak
jalanan di Kota Malang. 4. Untuk mengetahui bentuk dukungan yang diberikan pada
anak jalanan di Kota Malang dalam pencapaian prestasi. D. Manfaat Penelitian 1.
Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat keilmuan bagi
khalayak umum. Selain itu dapat digunakan sebagai tambahan wawasan kajian ilmu
pengetahuan terutama dalam bidang psikologi sosial dan psikologi pendidikan. 2.
Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan membantu
menjadi tolak ukur bagi pihak-pihak yang terkait dalam mengentaskan
permasalahan anak jalanan selama ini agar disesuaikan pada kebutuhan anak
jalanan tersebut. Selain itu, penelitian ini juga digunakan sebagai media
informasi kepada para pembaca untuk dapat membantu memahami bagaimana persepsi
anak-anak jalanan terhadap prestasi sesuai dengan karakteristik identitasnya
untuk dapat mengembangkan sumber daya manusia agar menjadi lebih berkualitas.
Menambah informasi bagi masyarakat sekitar bahwa anak jalanan memiliki hak yang
sama dengan anak-anak lainnya. Oleh karena itu mereka harus dilindungi dan
tidak diperlakukan sewenang-wenang.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Prestasi pada anak jalanan di Kota Malang." Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment