Abstract
INDONESIA:
Kecerdasan spiritual adalah kemampuan seseorang untuk menghadapi dan memecahkan masalah makna dan nilai yang lebih luas dan mendalam. Seseorang yang memiliki kecerdasan spriritual lebih cenderung memiliki kepekaan yang lebih dari pada lainnya. Kecerdasan spiritual sangat penting untuk menumbuhkan motivasi belajar pada siswa. Motivasi belajar adalah proses di mana adanya suatu perubahan tingkah laku pada individu dan disebabkan adanya pengalaman.
Penelitian ini dilakukan di MA Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran lamongan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah a). untuk mengetahui tingkat kecerdasan spiritual siswa, b) untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa, dan c) untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar siswa MA Tarbiyatut Tholabah kranji Paciran Lamongan.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Adapun jumlah subjek diambil oleh peneliti sebesar 41 siswa. Pengambilan data menggunaka dua skala, yaitu: skala kecerdasan spiritual dan skala motivasi belajar. Teknik datanya menggunakan analisis normalitas, analisis korelasi product moment, analisis tingkat pengkategorian.
Dari hasil penelitian, bahwa tingkat kecerdasan spiritual siswa MA Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, memiliki kategori tinggi dengan prosentase 100%. Sedangkan tingkat motivasi belajar siswa MA Tarbiyatut Tholabag memiliki kategori sedang dengan prosentase 63,41%. Dan menunjukkan korelasi antara kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar siswa dengan hasil korelasi yang signifikan (rxy=0.654) dengan angka signifikan (0.000<0,05). Artinya ada hubungan antara kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar siswa MA Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan.
ENGLISH:
The Spiritual intelligence is the ability to face and solve problems of meaning and value that is wider and deeper. Someone who has a spiritual intelligence are more likely to have more sensitivity than others. Spiritual intelligence is very important to motivate the students to learn. Motivation to learn is a process in which a change in the behavior of individuals and due to the experience.
This research was conducted at Islamic Junior High School Tarbiyatut Tholabah Lamongan. The purpose of this study was a) to determine the students level of spiritual intelligence, b) to determine the level of student motivation, and c) to determine the relationship between spiritual intelligence with student motivation Islamic Junior High School Tarbiyatut Tholabah kranji Paciran Lamongan.
This study uses quantitative methods. As for the number of subjects taken by researchers at 41 students. Data retrieval make use of the two scales, namely: spiritual intelligence scale and the scale of motivation to learn. Normality of data using analysis techniques, product moment correlation analysis, analysis of the level of categorization.
From the research, that the level of spiritual intelligence Islamic Junior High School Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, has a high category with a percentage of 100%. While the level of student motivation Islamic Junior High School Tarbiyatut Tholabah have medium category with the percentage of 63.41%. And shows the correlation between spiritual intelligence with students' motivation with the result that significant correlation (r xy = 0.654) with a significant number (0.000<0.05). This means that there is a relationship between spiritual intelligence with student motivation Islamic Junior High School Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam perspektif Islam, pengembangan ilmu
pengetahuan merupakan keniscayaan, sehingga mengembangkan bidang keilmuan tidak
boleh terlepas dari tata nilai Islam. Ilmu pengetahuan dan proses pendidikan,
di pihak lain menjadi jembatan untuk memahami hakikat ketuhanan. Sebagaimana
hal itu dikemukakan Hasan Langgulung bahwa konsep dasar pendidikan adalah
bertumpu pada landasan epistemologis mengenai manusia seutuhnya, yaitu berupa
potensi yang terus menerus mendayagunakan fitrah manusia sebagai potensi menuju
kehidupan yang lebih baik. Dalam Islam, normativitas tujuan pentingnya manusian
memperoleh aspek pendidikan dikemukakan dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat
30 menyebutkan bahwa: øÎ)ur tA$s% /u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# Z pxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkÏù `tB ßÅ¡øÿã $pkÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB w tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ 2
Artinya: “ Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka
berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang
yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami
Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
”.(. Al Baqarah, 2: 30) Demikian juga Allah SWT juga memperhatikan eksistensi
manusia di muka bumi, setelah mempeoleh cukup pengetahuan maka Allah SWT
menempatkan manusia sebagai eksistensi yang kreatif, sebagaimana termaktub
dalam surat Hud ayat 61 * 4n<Î)ur yqßJrO öNèd%s{r& $[sÎ=»|¹ 4 tA$s% ÉQöqs)»t (#rßç6ôã$# © !$# $tB /ä3s9 ô`ÏiB >m»s9Î) ¼çnçöxî ( uqèd Nä.r't±Rr& z`ÏiB ÇÚöF{$# óOä.tyJ÷ètGó$#ur $pkÏù çnrãÏÿøótFó$$sù ¢OèO (#þqç/qè? Ïmøs9Î) 4 ¨bÎ) În1u Ò=Ìs% Ò=Åg C ÇÏÊÈ
Artinya: “ dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata:
"Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain
Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya,
karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya
Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)." (QS.
Hud, 11: 61). 3 Atas dasar dua ayat itu pula, Quraish Shihab (1996),
menjelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah membina manusia pribadi dan kelompok
sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya, guna
membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah. Manusia yang
dibina adalah mahkluk yang memiliki jiwa. Pembinaan unsur material (jasmani)
dan immaterial (akal-unsur) akalnya menghasilkan ilmu. Pendidikan adalah suatu
usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana
dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah
sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan
pendidikan tersebut. Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya
perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan diperoleh
keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar
tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi
belajar yang memuaskan dibutuhkan proses belajar. Perkembangan manusia
diperoleh dari proses kegiatan belajar itu berlangsung sejak lahir sampai
meninggal dunia. Menurut pandangan ulama seperti Al-Ghazali, Ibnu Sina, dan
Ibnu Arabi manusia diberi kemampuan berfikir rasional dalam dirinya oleh Tuhan,
dan kemampuan rasionalnya baru akan berfungsi aktual jika dikembangkan melalui
proses belajar. 4 Sedangkan menurut Sardiman (2005) mendeskripsikan bahwa
motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual, peranan
yang khas adalah dalam hal menumbuhkan gairah, merasa senang dan semangat untuk
belajar. Siswa yang mempunyai motivasi belajar kuat akan mempunyai banyak
energi untuk melakukan kegiatan belajar. Idealnya motivasi haruslah intrinsik,
yakni pembelajar memiliki motivasi diri (self-motivation). Akan tetapi, untuk
meraihnya pembelajaran perlu memiliki sasaran dan keinginan kuat untuk sukses.
Anak yang mengalami ganggun belajar, seperti dispraksia dan disleksia, akan
menganggap motivasi sebagai tantangan, sama halnya kegagalan akan berakibat
pada penurunan motivasi. Pernyataan ini sering disebut sebagai ketak berdayaan
belajar (learning helpessness). Yang penting, pembelajaran jangan sampai berada
dalam keadaan ini dan karena alasan ini perlu kesuksesan awal ketika
mengerjakan tugas baru. Penting pula bahwa ekstrinsik (penghargaan) dan
intrinsik (motivasi diri) dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran.
Menurut Winkels (dalam Iskandar 2009), dalam proses pembelajaran dikenal adanya
motivasi belajar. Motivasi belajar merupakan motivasi yang diterapkan dalam
kegiatan belajar mengajar dengan keseluruhan penggerak psikis dalam diri siswa
yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar dalam mencapai
satu tujuan, Iskandar, (2009). Motivasi belajar mempunyai peranan penting dalam
memberi rangsangan, semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga yang mempunyai
5 motivasi tinggi, mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan proses
pembelajaran. Motivasi belajar bisa timbul karena faktor intrinsik atau faktor
dari dalam manusia yang disebabkan oleh dorongan atau keinginan akan kebutuhan
belajar, harapan, dan cita-cita. Faktor ekstrinsik juga mempengaruhi dalam
motivasi belajar. Faktor ekstrinsik berupa adanya penghargaan, lingkungan
belajar yang menyenangkan, dan kegiatan belajar yang menarik. Motivasi dan
belajar adalah dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah kegiatan yang
mengubah tingkah laku melalui latihan dan pengalaman sehingga menjadi lebik
baik sebagai hasil dari penguatan yang dilandasi untuk mencapai tujuan. Proses
belajar sangat diperlukan dalam motivasi, sebab seseorang yang tidak mempunyai
motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini
merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh
kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu menarik
orang tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhanya. Maslow
sangat percaya bahwa tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh
kebutuhan-kebutuhan tertentu, seperti kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa
cinta, penghargaan aktualisasi diri, mengetahui dan mengerti, dan kebutuhan
estetik. Kebutuhan-kebutuhan inilah menurut Maslow yang mampu memotivasi
tingkah laku individu. Sedangkan proses belajar membutuhkan suatu motivasi
belajar yang cukup kuat, agar hasil dari belajar mendapatkan hasil yang 6 sangat
memuaskan. Dan sehingga kebutuhan akan belajarpun juga terpenuhi. Lain halnya
bagi siswa yang tidak ada motivasi dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang
merupakan dorogan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Disini tugas guru adalah
membangkitan motivasi peserta didik sehingga ia mau melaksanakan belajar.
Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam hidup manusia, tanpa
pendidikan manusia tidak akan bisa mencapai cita-cita yang mulia. Pendidikan
merupakan sarana bagi seseorang untuk mewujudkan cita dan impian dalam
hidupnya. Keberhasilan mencapai tujuan pembelajaran di sekolah yang ditandai
dengan prestasi yang tinggi, kemampuan intelektual yang memadai serta
kepribadian yang baik dalam diri tiap siswa adalah harapan kita semua. Untuk
mencapai prestasi dibutuhkan kerja keras dari semua elemen yang berasal dari
pendidik, masyarakat maupun dari anak didik itu sendiri. Segala upaya yang
dilakukan secara maksimal dari pendidik dan masyarakat tidak akan berhasil jika
siswa yang dididik sendiri tidak memiliki semangat untuk maju, maka
keberhasilanpun akan sulit tercapai. Untuk itu, tentunya dalam menempuh
pendidikan memerlukan motivasi yang besar, agar segala hambatan yang datang
dapat diatasi. Tanpa motivasi yang besar, seseorang dapat kehilangan semangat
dalam belajar, yang dapat membuatnya mengalami kegagalan dalam pendidikan.
Dengan demikian, motivasi berperan besar dalam menentukan berhasil tidaknya
seseorang dalam pendidikan. 7 Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan
prestasi belajar siswa selain motivasi adalah kecerdasan. Dalam dekade terakhir
ini muncul adanya kecerdasan spiritual yang diyakini sebagai puncaknya
kecerdasan karena tidak hanya mengandalkan penalaran maupun emosi saja namun
juga menekankan aspek spiritual dalam mengarahkan manusia menuju kesuksesan
dalam menjalani hidup. Dalam perkembangannya kecerdasan ini disinyalir juga
mampu menghidupkan motivasi siswa dalam belajar sehingga membantu siswa dalam
mencapai prestasi belajar yang diinginkan. Penting bagi guru untuk meningkatkan
kecerdasan spiritual siswa, karena salah satu untuk mencapai keberhasilan siswa
adalah kerdasan spiritual. Tanpa adanya kecerdasan spiritual, siswa tidak akan
bisa mengarahkan hidup pada diri siswa untuk kedepannya. Adapun penelitian yang
dilakukan oleh Siti Rofi’ah yang berjudul “Hubungan Kecerdasan Spiritual Dan
Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri Kabupaten Sukoharjo”. Dari hasil
penelitiannya terdapat hubungan yang positif. Ini berarti kecerdasan spiritual
sangat penting adanya dala diri siswa untuk menuntun kehidupannya. Penelitian
serupa juga pernah dilakukan oleh Ellyzabeth Sukmawati yang berjudul “Hubungan
Kecerdasan Spiritual Dengan Motivasi Belajar Pada 8 Mahasiswa Semester II Akbid
Mitra Husada Karanganyar “. Dari hasil penelitian ini mengatakan bahwa terdapat
hubungan antara kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar yang positif. Ini
berarti semakin tinggi kecerdasan spiritual maka semakin tinggi pula motivasi belajar
mahasiswa. Menurut Zohar dan Marshall (2007) kecerdasan spiritual adalah
kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu
kecerdasan untuk menempatkan perilaku dalam hidup kita dalam kontek makna yang
lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup
seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. SQ adalah landasan yang
diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan Spiritual
Quotient (SQ) merupakan kecerdasan tertinggi manusia, (Zohar dan Marshall,
2007). Islam mengatakan bahwa spiritual quotient adalah kemampuan untuk memberi
makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui langkahlangkah dan
pemikiran yang bersifat fitrah dan tauhid (integralistik) serta berprinsip
hanya kepada Allah Ta’ala (Agustian, 2001). Spiritual Quotient adalah hubungan
yang tidak bisa dipisahkan antara manusia dengan khaliq nya. Hubungan ini sudah
dibawa semenjak manusia lahir yang dikenal dengan fitrah beragama. 9 SQ
(spiritual qoutient) sebagai kecerdasan yang bersumber dari dalam diri
seseorang, diyakini apabila terus dikembangkan akan mampu melahirkan
nilai-nilai positif dalam diri orang bersangkutan, termasuk membangkitkan
motivasi belajar. Sebelum SQ ditemukan, terlebih dulu populer intellegence
qoutient (IQ) atau kecerdasan intelektual yang menjadi tolak ukur dalam menilai
kecerdasan seseorang. Menurut teori, IQ menentukan tinggi rendahnya kecerdasan
seseorang. Ternyata, IQ tidak menjamin seseorang sukses dalam hidupnya. Ini
terkait dengan penemuan Daniel Goleman pada pertengahan tahun 1990. Ketika ia
memperlihatkan faktor-faktor penyebab mengapa orang yang ber-IQ tinggi gagal,
sementara mereka yang ber-IQ sedang, sukses dalam kehidupannya. Ditemukan oleh
Daniel Goleman, ternyata ada kecerdasan lain dalam kehidupan ini yang tidak
kalah penting, yaitu kecerdasan emosional atau emotional quotient (EQ).
Kecerdasan emosional memberi kita kesadaran mengenai perasaan milik diri
sendiri dan juga perasaan milik orang lain. Kecerdasan emosional memberi kita
rasa empati, cinta, motivasi dan kemampuan untuk menanggapi kesedihan atau
kegembiraan secara tepat, (Zohar & Marshall, 2007). Kecerdasan spiritual
merupakan penyatu dari kecerdasan-kecerdasan lain seperti IQ dan EQ, di mana SQ
mempunyai frekwensi osilasi 40 Hz di dalam otak, fungsi dari osilasi ini adalah
menggabungkan proses inderawi dan intelektual di seluruh bagian otak. Dengan
kata lain osilasi-osilasi ini menempatkan aktivitas neuron teransang 10 kedalam
konteks yang lebih besar dan lebih bermakna, (Zohar & Marshall, 2007). Dari
uraian di atas, diharapkan agar para guru, dalam memberikan pelajaran kepada
siswa, tidak hanya untuk mengasah kecerdasan inteligensi tapi diperlukan juga
untuk mengasah kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual juga sangat
diperlukan, diantaranya untuk membentuk perilaku siswa, yang berakhlak mulia.
Karena kecerdasan spiritual mengajak dan bahkan membimbing kita menjadi the
genuine self, diri yang genuine, yang asli (origin) dan autentik, yang
karenanya selalu mengalami harmoni ilahi ke hadirat Robbi. Hati nurani menjadi
pusat kecerdasan spiritual manusia. Pendukung keberhasilan dalam belajar tidak
hanya kecerdasan spiritual saja, akan tetapi motivasi belajar juga sebagai
pendukung keberhasilan belajar. Pusat kecerdasan intelektual dan kecerdasan
emosional adalah kecerdasan spiritual. Motivasi belajar dalam penelitian ini
yaitu suatu pendorong yang dapat mengubah tingkah laku untuk aktivitas belajar
demi tujuan yang ingin dicapai. Motivasi merupakan salah satu aspek psikis yang
memiliki pengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar. Dalam Psikologi,
istilah motif sering dibedakan dengan istilah motivasi. Untuk lebih jelasnya
apa yang dimaksud dengan motif dan motivasi, berikut ini penulis akan
memberikan pengertian dari kedua istilah tersebut. Kata"motif"
diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
(Sadirman, 2011). Motivasi belajar adalah suatu usaha 11 dorongan dalam diri
individu dengan menggerakkan seluruh energi psikisnya untuk mendapatkan suatu
hasil yang diinginkan dalam proses belajar. Motivasi belajar bisa mengambil
berbagai macam bentuk dan akhirnya akan menjadi suatu karakteristik pribadi
yang secara luas ditentukan melalui proses belajar. Bila motivasi belajar
seorang anak sudah berkembang dengan baik sebagai sebuah ciri pribadi, masa
depannya akan diberkahi dengan penemuan, kesempatan, dan kontribusi, (Reymond
& Judith, 2004). Menurut Reymond dan Judith (2004), pengaruh utama dalam
motivasi belajar itu ada 4, yaitu budaya, keluarga, sekolah, dan diri anak.
Masing-masing pengaruh utama tersebut mewakili sebuah sistem. Melihat kenyataan
di atas, pada dasarnya setiap orang memiliki SQ dan motivasi dalam belajar
untuk mencapai hasil belajar, termasuk siswa-siswi Madrasah Aliah Tarbiyatut
Tholabah di Desa Kranji Paciran Lamongan yang pada kesempatan ini diambil
sebagai subjek penelitian. Penting bagi peneliti untuk mendapatkan gambaran,
apakah ada hubungan antara kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar siswa.
Peneliti ingin meneliti lebih jauh lagi meneliti tentang peranan spiritualitas,
dalam menumbuhkan motivasi belajar pada siswa. Madrasah Aliyah adalah salah
satu sekolah yang bernaung di yayasan pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah.
Karena Madrasah Aliyah ini berbasis dari pondok pesantren yang kental akan
agamanya maka ada perbedaaan dalam 12 pembagian kelas untuk siswa laki-laki dan
perempuan. Untuk siswa putra kelasnya berada disebelah barat tepat diatas
kantor Madrasah Aliyah, sedangkan kelas putri berada disebelah timur tepatnya
dibawah ruang auditorium. Dalam hal ini tidak hanya kelasnya yang dipisah, akan
tetapi pelajaran yang diajarkanpun juga berbasis keagamaan seperti hadits,
nahwu shorof, qowaidul fiqh, aqidah akhlaq, fiqih, ilmu perbintangan, ghorib
Al-Qur’an, dan masih banyak lagi. Tidak hanya pelajaran agama saja akan tetapi
terdapat pelajaran umum seperti biologi, fisika, kimia, matematika, bahasas
Indonesia, bahasa Inggris, sosiologi, geografi, akutansi dan lain sebagainya.
Seharusnya siswa mendapatkan banyak pelajaran tentang keagamaan yang diambil.
Sehingga siswa banyak memiliki makna dan nilai yang dapat dijadikan suatu bahan
acuan dalam bermasyarakat. Agar siswa dapat memiliki sikap yang akhlakul
karimah. Begitu pula dengan siswa yang bertempat tinggal di lingkungan pondok
pesantren. Seharusnya mereka mendapatkan banyak ilmu agama untuk bekal di masa
yang akan datang, ketika mereka sudah menyelesaikan tugasnya sebagai siswa.
Dengan banyaknya ilmu yang di dapat maka dalam diri siswa memiliki motivasi intrinsik,
dimana motivasi tersebut didorong dalam diri individu masing-masing dalam
keadaan sadar dan tidak bergantung akan dorongan eksternal. Dalam hal ini siswa
siswi harus memiliki motivasi belajar yang tinggi, karena bagi siswa siswi
belajar bukanlah aktivitas yang menyenangkan. Motivasi belajar perlu adanya
suatu dorongan yang kuat dari internal maupun eksternal. Motivasi belajar
timbul karena adanya hasrat dalam diri kita. 13 Dari hasil wawancara yang
dilakukan kepada beberapa guru pengabdi mengatakan bahwa siswa siswi MA
Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan berbeda dengan siswa siswi MA
Tarbiyatut Tholabah Yang dahulu, kebanyakan siswa siswi yang sekarang kurang
memperhatikan dan kurang aktif dalam pelajaran yang diberi, sedangkan siswa
siswi yang dahulu senang memperhatikan dan aktif dalam menerima pelajaran
Paparan di atas peneliti ingin meneliti hubungan kecerdasan spiritual dengan
motivasi belajar pada siswa madrasah aliyah tarbiyatut tholabah. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahuai hubungan antara dua variabel atau
lebih, atau hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat,
(Iskandar,2009). Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang sudah ada,
perbedaan dari penelitian ini adalah dari segi tempat yang berbeda, karena
penelitian ini bertempat di MA Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan.
Tempat penelitian ini berada di dekat pantai utara (Pantura) Lamongan, dari
segi budaya, sifat, dan sikap yang berbeda. Sifat dan sikap masyarakat di sana
kebanyakan bersikap keras. Karena mayotitas penduduk desa Kranji adalah seorang
nelayan. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif yang
berjenis korelasi product moment, penelitian ini sering disebut dengan
penelitian hubungan sebab akibat. Instrument yang digunakan oleh peneliti
adalah dengan menggunakan angket untuk mengetahui ada tidaknya kolerasi dalam
penelitian tersebut. 14 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana tingkat kecerdasan
spiritual siswa MA Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan? 2. Bagaimana
tingkat motivasi belajar siswa MA tarbiyatut Tholabah kranji Paciran Lamongan?
3. Adakah hubungan antara kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar siswa MA
Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan? C. Tujuan 1. Mengetahui tingkat
kecerdasan spiritual siswa MA Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan 2.
Mengetahui tingkat motivasi belajar siswa MA Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran
Lamongan 3. Mengetahui adakah hubungsn antara kecerdasan spiritual dengan
motivasi belajar siswa MA Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan D.
Manfaaat Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain ialah: 1.
Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
psikologi pendidikan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada 15 serta dapat
memberi gambaran mengenai hubungan kecerdasan spiritual dengan prestasi belajar
Matematika. 2. Lembaga pendidikan atau sekolah; sebagai acuan dalam
pengembangan potensi peserta didik khususnya dalam motivasi belajar siswa. 3.
Orang tua; untuk dijadikan bahan perhatian orang tua dalam mendidik
anak-anaknya, agar lebih memperhatikan faktor psikologis demi mempersiapkan
anaknya dalam menghadapi masalah pendidikan, meningkatkan motivasi belajar,
khususnya kesulitan belajar.
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment