Abstract
INDONESIA:
Perilaku asertif menurut Galassi & Galassi merupakan kemampuan seseorang dalam mengkomunikasikan pikiran, perasaan, serta keinginan secara langsung (verbal), terbuka, jujur, spontan, tanpa merugikan/merendahkan diri sendiri maupun orang lain. Aspek perilaku asertif yaitu mengungkapkan perasaan positif, afirmasi diri, dan mengungkapkan perasaan negatif. Perilaku asertif menurut Rathus salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah tipe kepribadian, yang dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu ekstrovert dan introvert. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui tipe kepribadian ekstrovert-introvert mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2009 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, (2) mengetahui tingkat perilaku asertif mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2009 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, (3) mengetahui hubungan tipe kepribadian ekstrovert-introvert dengan perilaku asertif mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2009 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu: alat tes, angket, wawancara, dan observasi. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2009 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dengan jumlah keseluruhan 164 mahasiswa. Untuk pengambilan sampel menggunakan teknik probability / random sampling atau sampel acak sebesar 50% sehingga sampel yang didapat berjumlah 82 mahasiswa yang terdiri dari 28 laki-laki, dan 54 perempuan. Adapun instrument penelitian ini menggunakan alat tes EPI (Eysenck Personality Inventory) yang diadaptasi dari tokoh psikologi kepribadian Hans Eysenck dengan item sebanyak 56 pernyataan yang mengungkap tipe kepribadian ekstrovert-introvert, sedangkan untuk skala perilaku asertif mengacu pada aspek perilaku asertif dari Galassi & Galassi dengan menggunakan skala likert yang berjumlah 50 pernyataan dengan analisis validitas menggunakan product moment dan reliabilitas menggunakan alpha cronbach.
Berdasarkan penelitian ini didapatkan hasil bahwa pada kategori ekstrovert terdapat 51 mahasiswa dengan prosentase 62,2%, dan pada kategori introvert 31 mahasiswa dengan prosentase 37,8%. Sedangkan untuk perilaku asertif terdapat 40 mahasiswa atau bila diprosentasikan berjumlah 48,8% yang berperilaku asertif tinggi, 51,2% atau 42 mahasiswa yang berperilaku asertif sedang, dan sisanya 0% atau 0 mahasiswa berperilaku asertif rendah. Berdasarkan data yang terkumpul dan dianalisis didapatkan hasil koefisien korelasi (rxy) 0,314 dengan p = 0,004 (p<0,05). Hal ini berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara tipe kepribadian ekstrovert-introvert dengan perilaku asertif. Hal ini membuktikan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima.
ENGLISH:
Assertive behaviour by Galassi & Galassi statement that is someone’s ability to communicate the tought, feeling, and desire orally, openly, honestly, and spontaneously without humiliate self dignity or other. The aspects of assertive behaviour is expressed positive feelings, self-affirmation, and express negative feelings. According to rathus, one of the factors which influence assertive behaviour development is personality type, in this research, the personality type devided into 2, they are extrovert and introvert. Therefore, this study aims to (1) know the type of personality student of psychology faculty class 2009 UIN Malang Maulana Malik Ibrahim, (2) determine the level of assertive behavior student of psychology faculty class 2009 UIN Malang Maulana Malik Ibrahim, and (3) determine the relationship of personality types assertive behavior student of psychology faculty class 2009 UIN Malang Maulana Malik Ibrahim.
This research is a quantitative research which uses data collection techniques such as: test instruments, questionnaires, interviews, and observation. The population in this research are 164 psichology faculty of class 2009 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. The sampling technique in this research is random sampling in the percentage of 50%, so that the researcher gets 28 male student and 54 female student. The instrument in this research is EPI (Eysenck Personality Inventory) which is adapted from the personality psychologist Hans Eysenck which consists of 56 statement revealing extrovert and introvert personality type. While, the aspect of assertive behaviour from Galassi & Galassi, uses likert scale of 50 statement and the validity analysis uses product moment and the reliability uses alpha cronbach.
The result of this research can be listed as in extrovert category there are 51 student (62,2 %) and in introvert category there are 31 student (37,8%). While in the assertive behaviour, there are 40 student (48,8%) who have high assertive behaviour, 42 student (51,2%) who have medium assertive behaviour, and 0 student (0%) who have low assertive behaviour. Based on the data collection and analysis the research gets correlation coefficient (rxy) 0.314 with p = 0.004 (p <0.05). it means that the correlation of them is significant correlation between personality type and assertive behavior. This proves that the hypothesis in this study received.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Masalah
“Mahasiswa“ merupakan sebuah ungkapan yang secara terminologi melekat erat pada
diri muda anak bangsa yang memiliki semangat membara jika dipercikkan api
motivasi dan masa dimana seorang pemuda berada dalam tahap persiapan menuju
kehidupan yang lebih jauh lagi. Mahasiswa merupakan sebuah estetika gairah muda
yang bergelora dan tidak semua pemuda dapat meraihnya. Sebuah sebutan yang
tentunya harus ditebus dengan perjuangan, baik itu dengan pengorbanan materi
dan nonmateri. Mahasiswa juga dikatakan sebagai suatu kelompok dalam masyarakat
yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga
merupakan calon intelektual atau cendekiawan muda dalam suatu lapisan
masyarakat yang sering kali syarat dengan berbagai predikat.1 Masa depan suatu
bangsa ditentukan oleh generasi muda yang salah satunya adalah mahasiswa. Oleh
karena itu, seorang mahasiswa harus sadar akan tugas yang diembannya dan
perannya yang begitu penting bagi bangsa. Hal ini dikarenakan yang menjadi
tugas mahasiswa sebenarnya adalah sebagai Agent Of Change, Social Control,
Moral Force, dan Iron Stock.2 Peran dan fungsi mahasiswa sebagai Agent Of
Change yaitu sebagai agen perubahan. Seorang mahasiswa diharapkan mampu membuat
perubahan suatu negara ke arah yang positif. Banyak cara untuk menjalankan
peran ini, yaitu 1 Caly, Sadli. 2012. Mahasiswa dan Menulis. Hlm. 1 2 PWK
Institut Teknologi Sepuluh Nopember. 2010. Peran dan Fungsi Mahasiswa. Hlm. 1 2
misalnya dengan rajin mengikuti kegiatan penelitian sehingga dapat menemukan
suatu alat atau metode yang baru, lalu dengan menjadi mahasiswa yang kritis
terhadap perkembangan global saat ini serta bagaimana cara menyikapinya.3 Peran
dan fungsi mahasiswa sebagai Social Control yaitu sebagai kontrol atau
barometer kehidupan sosial di dalam suatu masyarakat. Mahasiswa dapat
mengendalikan keadaan sosial yang ada di lingkungan masyarakat, yaitu seperti
mendemo kebijakan-kebijakan pemerintah yang dianggap tidak sesuai.4 Peran dan
fungsi mahasiswa sebagai Moral Force yaitu sebagai pembentuk moral dalam suatu lingkungan
masyarakat. Mahasiswa dapat menjadi pembentuk moral masyarakat, misalnya dengan
membiasakan membuang sampah dengan mendaur ulang sampah dengan cara memberi
penyuluhan atau kegiatankegiatan sosial lainnya. Seorang mahasiswa dapat
menjadi teladan moral yang baik dalam masyarakat.5 Peran dan fungsi mahasiswa
sebagai Iron Stock maksudnya adalah seorang mahasiswa diharapkan mampu menjadi
pengganti orang-orang yang memimpin dalam suatu negara. Mahasiswa sebagai
generasi penerus dan pejuang suatu bangsa diharapkan mempunyai mental baja,
yaitu mental yang tidak mudah menyerah.6 Dari keempat macam peran dan fungsi
yang telah dijelaskan di atas, seperti halnya mahasiswa fakultas psikologi
angkatan 2009 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang juga mempunyai peran dan fungsi
yang harus diemban. Sebagai 3 Ibid. Hlm. 1 4 Ibid. Hlm. 1 5 Ibid. Hlm. 1 6
Ibid. Hlm. 1 3 mahasiswa psikologi hendaknya mahasiswa mampu menjalin
komunikasi dan hubungan yang baik dengan orang lain. Hal ini mengingat bahwa
fakultas psikologi didirikan berdasarkan latar belakang pentingnya komunikasi
dalam segala aspek kehidupan dan memperhatikan karakter serta kondisi manusia
sebagai pihak yang membutuhkan kajian dan jasa psikologi. Mereka dicetak dengan
kurikulum berbasis kompetensi dengan prinsip integratif (seorang psikolog
adalah seorang ilmuwan sekaligus praktisi). Selain itu sarjana psikologi yang
dihasilkan fakultas ini diharapkan dapat responsive dan memiliki kemampuan
dalam upaya menghasilkan inovasi-inovasi baru dalam mengembangkan keilmuan psikologi.7
Mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2009 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
apabila ditinjau dari periode perkembangannya berada dalam masa adolescence
atau remaja yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”.8 Menurut
Hurlock adolescence adalah periode transisi ketika individu mengalami perubahan
fisiologis dan psikologis dari anak-anak menuju dewasa. Menurut pembagian fase
perkembangannya, mahasiswa Psikologi angkatan 2009 UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang ini berada pada masa adolescence dengan usia 19 th - 21 th yang masuk
dalam masa remaja akhir. Pada masa menuju ke adolescence akhir individu tidak
lagi mengalami pergolakan emosi tetapi emosinya sudah mulai stabil walaupun
belum mencapai taraf optimal. 9 7 Buku Profil UIN. 2012. Hlm. 30 8 Hurlock,
Elizabeth B.. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga. hlm. 213. 9 Ibid. hlm. 206. 4 Sebagai mahasiswa
fakultas psikologi angkatan 2009 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang juga
mempunyai peran dan fungsi yang harus diemban dan pastinya juga terdapat
permasalahan yang terjadi pada mahasiswa, baik di dalam kampus maupun di luar,
dengan orang tua, keluarga, maupun teman sebaya yang membutuhkan sebuah
perilaku yang dinilai mampu menjembatani mereka dalam menyelesaikan
konflik-konfliknya, yaitu perilaku asertif. Dari hasil wawancara non struktur
yang dilakukan oleh peneliti kepada beberapa mahasiswa psikologi angkatan 2009
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, didapatkan bahwa sebenarnya mereka senang menjadi
mahasiswa psikologi, apalagi saat masih semester satu dan dua. Akan tetapi
ketika mulai masuk semester lima dan enam, sudah mulai terasa berat. Jika
dilihat dari jumlah mata kuliah yang dipasarkan memang sudah banyak yang harus
mereka ambil yaitu sekitar 140 sks. Mereka juga mendapatkan mata kuliah sosial,
kepribadian, dan lain-lain yang harus diterapkan dalam bentuk karakter di
kehidupan seharihari.10 Selain itu juga didapatkan dari hasil wawancara yaitu
mengenai perilaku mencontek di kalangan mahasiswa psikologi angkatan 2009 UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang didapatkan bukti bahwa saat ini, kegiatan
menyontek di kalangan mahasiswa telah menjadi suatu hal yang lumrah, bahkan
telah menjadi suatu kebiasaan atau kebudayaan yang seringkali dilakukan oleh para
mahasiswa pada saat mereka sedang ujian/kuis. Padahal mereka mengetahui
bahwasanya menyontek itu merupakan prilaku yang salah, tetapi mereka malah
tetap terus 10 Wawancara pada tanggal 22 Desember 2011 yang bertempat di Gedung
B kepada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2009 UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang. 5 melakukannya dengan dalih karena kepepet (terpaksa), belum belajar,
materinya sulit, dan sebagainya. Awalnya mereka tidak berani untuk mencontek,
tetapi karena ada ajakan teman untuk membuat kerpe’an (catatan kecil yang
berisi materi yang akan dijadikan bahan untuk ujian, dan dibuka pada saat
mengerjakan soal ujian) maka pada akhirnya mereka juga mengikutinya baik dengan
cara menulis kecil-kecil di kertas, mencetak slide materi dari dosen, atau menulis
materi di hand phone. Selain mencontek, mereka juga mengaku memberikan contekan
kepada teman lainnya yang meminta jawaban. Mereka tidak berani untuk menolak
permintaan dari temannya tersebut karena khawatir dianggap pelit, tidak loyal,
dan tidak gaul di mata teman-temannya. Berdasarkan paparan profil dan kondisi
di atas menurut Galassi & Galassi yang menjadi aspek-aspek perilaku asertif
yaitu afirmasi diri, tepatnya pada bagian menolak permintaan. Individu berhak
menolak permintaan yang tidak rasional dan untuk permintaan yang walaupun
rasional, tapi tidak begitu diperhatikan. Dengan berkata “tidak” dapat membantu
kita untuk menghindari keterlibatan pada situasi yang akan membuat penyesalan
karena terlibat, mencegah terjadinya suatu keadaan dimana individu akan merasa
seolah-olah telah mendapatkan keuntungan dari penyalahgunaan atau memanipulasi
ke dalam sesuatu yang diperhatikan untuk dilakukan. Selain itu, perilaku lain
yang ditunjukkan mahasiswa psikologi angkatan 2009 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
selama mengikuti proses perkuliahan, yaitu kurang aktifnya diskusi di kelas,
dengan alasan kurang percaya diri dalam berbicara di depan umum atau tidak bisa
membuat pertanyaan sehingga suasana diskusi di kelas terasa mati, takut salah,
dan merasa minder jika berkumpul atau 6 berdiskusi dengan teman-teman yang
lebih pintar. Sementara aspek-aspek perilaku asertif yang disampaikan oleh
Galassi & Galassi yaitu afirmasi diri pada bagian mengungkapkan pendapat.
Berdasarkan paparan profil dan kondisi di atas menurut Galassi & Galassi
yang menjadi aspek-aspek perilaku asertif yaitu afirmasi diri, tepatnya pada
bagian mengungkapkan pendapat. Setiap individu mempunyai hak untuk
mengungkapkan pendapatnya secara asertif. Mengungkapkan pendapat pribadi
termasuk di dalamnya dapat mengemukakan pendapat yang bertentangan dengan
pendapat orang lain atau berpotensi untuk menimbulkan perselisihan pendapat
dengan orang lain, contohnya adalah mengungkapkan ketidaksepahaman dengan orang
lain. Beberapa permasalahan yang terjadi pada mahasiswa seperti yang telah
dijelaskan di atas, baik di dalam kampus maupun di luar, dengan orang tua,
keluarga, maupun teman sebaya membutuhkan perilaku asertif sebagai perilaku
yang dinilai mampu menjembatani mereka dalam menyelesaikan konflikkonfliknya.
Perilaku asertif merupakan perilaku dimana individu mampu mengekspresikan
perasaannya, membela hak pribadinya, dan menolak permintaan yang dianggap tidak
layak dengan tetap menyampaikannya dengan tidak menyakiti perasaan orang lain.
Perilaku asertif ini penting dilakukan karena perilaku asertif akan menimbulkan
harga diri yang tinggi dan hubungan yang baik antar individu. Mahasiswa
merupakan usia dimana perilaku asertif sangat penting dilakukan untuk
menghindari konflik dengan teman sebaya, orang tua, maupun 7 lingkungan
masyarakat yang memungkinkan mereka terjerumus ke dalam hal-hal negatif.11
Perilaku asertif adalah bentuk komunikasi langsung terhadap kebutuhan,
keinginan, dan pendapat seseorang tanpa menghukum, mengancam, atau merendahkan
orang lain. Menurut Galassi dan Galassi perilaku asertif juga melibatkan
prinsip berpegang teguh pada hak-hak sah seseorang tanpa melanggar hak orang
lain dan tanpa terlalu takut dalam proses tersebut. Perilaku asertif melibatkan
ekspresi langsung dari perasaan seseorang, preferensi, kebutuhan, atau pendapat
dalam cara yang tidak mengancam atau menghukum orang lain.12 Menurut Alberti
dan Emmons, perilaku asertif adalah perilaku berani menuntut hak-haknya tanpa
mengalami ketakutan atau rasa bersalah serta tanpa melanggar hak-hak orang
lain.13 Menurut Rathus, memberi batasan asertifitas sebagai kemampuan
mengekspresikan perasaan, membela hak secara sah dan menolak permintaan yang
dianggap tidak layak serta tidak menghina atau meremehkan orang lain.14 Menurut
Sadarjoen seseorang dapat dikatakan asertif bila ia mampu menegakkan hak-hak
pribadi dengan cara mengekspresikan pikiran, perasaan, dan keyakinan yang ada
dalam dirinya dengan cara langsung melalui ungkapan verbal yang dilakukan
dengan jujur dan dengan cara nyaman tanpa mengabaikan hak-hak orang lain.15
Sedangkan Galassi menegaskan bahwa kemampuan untuk 11 Ummi. 2012. Identifikasi
Masalah Remaja. Hlm. 12 12 Galassi dan Galassi. 1977 13 Setiono, Vivi &
Pramadi Andrian. 2005. Pelatihan Asertivitas dan Peningkatan Perilaku Asertif
pada Siswa-Siswi SMP. Anima, Indonesian Psychological Journal. hlm. 151. 14
Amirullah. 2009. Hlm. 2 15 Sadarjoen, Sawitri Supardi. 2005. Jiwa yang rentan
”Pernak-pernik permasalahan kepribadian,kejiwaan, dan stres. Hlm. 6. 8
mengekspresikan diri tampaknya menjadi keterampilan yang diinginkan dan
diperlukan untuk kelangsungan hidup manusia. Di samping itu, kemampuan untuk
mengekspresikan diri telah menjadi komponen penting dari definisi kesehatan
mental yang turun temurun selama bertahun-tahun. Kita sering menemukan bahwa
individu yang memiliki kesulitan mengekspresikan diri mereka di berbagai
perilaku liar dengan sejumlah orang melaporkan perasaan rendah diri, depresi,
dan kecemasan yang tidak semestinya dalam situasi interpersonal pada diri mereka.
Mereka melaporkan bahwa mereka merasa tidak dihargai, diterima begitu saja,
atau dimanfaatkan oleh orang lain.16 Perilaku asertif terdiri dari tiga
kategori yang dikelompokkan oleh Galassi & Galassi, yaitu mengungkapkan
perasaan positif, afirmasi diri, dan mengekspresikan perasaan negatif.
Masing-masing kategori memiliki beberapa perilaku yang menjadi karakteristik
kategori tersebut. Pengungkapan perasaan positif terdiri dari perilaku memberi
dan menerima pujian, meminta pertolongan, mengungkapkan perasaan suka, cinta,
dan sayang, serta memulai dan terlibat percakapan. Afirmasi diri terdiri dari
perilaku mempertahankan hak, menolak permintaan, dan mengungkapkan pendapat.
Kategori terakhir, yakni pengungkapan perilaku negatif terdiri dari perilaku
mengungkapkan ketidaksenangan dan mengungkapkan kemarahan. 17 Secara umum,
pentingnya membahas topik tentang perilaku asertif adalah karena perilaku
asertif menimbulkan harga diri yang tinggi dan hubungan dengan orang lain yang
memuaskan karena memungkinkan orang untuk 16 Ibid. 197 17 Galassi dan Galassi,
1977 9 mengemukakan apa yang diinginkan secara langsung dan jelas sehingga
menimbulkan rasa senang dalam diri pribadi dan orang lain. Sebagai mahasiswa
perlu berperilaku asertif agar dapat mengurangi stress ataupun konflik yang
dialami sehingga tidak melarikan diri ke hal-hal negatif.18 Perilaku asertif
pada masing-masing individu berbeda. Menurut Rathus, perbedaan perilaku asertif
pada masing-masing individu dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah tipe kepribadian dari individu tersebut. 19 Kepribadian
(personality) merupakan salah satu kajian psikologi yang lahir berdasarkan
pemikiran, kajian atau temuan-temuan (hasil praktik penanganan kasus) para
ahli. Objek kajian kepribadian adalah “human behavior”, perilaku manusia, yang
pembahasannya, terkait dengan apa, mengapa, dan bagaimana perilaku tersebut.20
Menurut Eysenck kepribadian adalah jumlah total dari actual atau potensial
organisme yang ditentukan oleh hereditas dan lingkungan yang berawal dan
berkembang melalui interaksi fungsional dari faktor-faktor utama yang terdiri
dari kognitif (intelligence), sektor konatif (character), sektor afeksi
(temperament), dan sektor somatic (constitution).21 Tipe kepribadian yang
digunakan dalam penelitian ini difokuskan pada tipe kepribadian Eysenk, yakni
tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. Tipe kepribadian ini digunakan
karena tipe kepribadian ekstrovert mengandung 18 Alberti dan Emmons dalam
Widjaja&Wulan, 1998 19 Rathus dalam Fersterheim dan Baer, 1995 20
Kusmayadi, Muhammad Agus. 2001. Profil Kepribadian Siswa Berprestasi Unggul dan
Ashor berdasarkan Program Studi. Hlm 1 21 Suryabrata. 2007. Hlm. 319 10
komponen impulsivitas, pengaruh positif, dan sosialisasi yang merupakan
komponen penting dalam perilaku asertif.22 Menurut Jung, sikap introversi
mengarahkan pribadi kepengalaman subjektif, memusatkan diri pada dunia dalam
dan privat dimana realita hadir dalam bentuk hasil amatan, cenderung
menyendiri, pendiam tidak ramah, bahkan antisosial. Sikap ekstraversi
mengarahkan pribadi ke pengalaman obyektif, memusatkan perhatiannya kedunia
luar alih-alih berfikir mengenai persepsinya, cenderung berinteraksi dengan
orang sekitarnya, aktif dan ramah.23 Eysenk menegaskan bahwa individu dengan
kepribadian ekstrovert cenderung mampu mengekspresikan perasaannya dengan lebih
bebas, tidak perlu merasa takut terhadap akibatnya, dan berani bertanggungjawab
atas apa yang dilakukannya. Sedangkan tipe kepribadian introvert adalah
kebalikan dari trait ekstrovert, yakni sulit bergaul, statis, pasif, ragu, taat
aturan, sedih, minus, lemah, dan penakut. Individu dengan tipe kepribadian ini
cenderung tertutup, susah mengungkapkan apa yang diinginkannya, dan takut
menanggung akibat atas perbuatannya.24 Eysenck juga mengemukakan bahwa tipe
kepribadian introvert dan ekstrovert menggambarkan keunikan individu dalam
bertingkah laku terhadap stimulus sebagai suatu perwujudan karakter,
temperamen, fisik, dan intelektual individu dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.25 22 Eysenk dan Eysenk, 1968 dalam Mitkovic, 2010 23 Alwisol
2009. Hlm. 45 24 Alwisol, 2004. Hlm. 321 25 Suryabrata, 2003. Hlm. 293 11
Menurut Rathus, proses komunikasi merupakan syarat utama dalam setiap
interaksi. Interaksi akan lebih efektif apabila setiap orang mau terlibat dan
berperan aktif. Orang yang berperan aktif dalam proses komunikasi adalah mereka
yang secara spontan mengutamakan buah pikirannya dan menanggapi pendapat setiap
sikap pihak lain. Sifat spontan ini dapat dijumpai pada orang yang berkepribadian
ekstrovert. Orang yang berkepribadian ini memiliki ciri-ciri mudah melakukan
hubungan dengan orang lain, imulsif, cenderung agresif, sukar menahan diri,
percaya diri, perhatian, mudah berubah, bersikap gampangan, mudah gembira, dan
banyak teman. Sebaliknya orang yang berkepribadian introvert, mempuanyai
ciri-ciri pendiam, gemar mawas diri, teman sedikit, cenderung membuat rencana
sebelum melakukan sesuatu, serius, mampu menahan diri terhadap ledakan-ledakan
perasaan dan penaruh prasangka terhadap orang lain.26 Kedua kepribadian itu
turut menentukan tingkah laku mahasiswa dalam hidup bermasyarakat yang
mempunyai berbagai macam fenomena yang harus dihadapi oleh setiap individu
sebagai makhluk sosial. Dengan berbagai macam fenomena tersebut akan menimbulkan
berbagai macam persepsi dan akhirnya melahirkan sikap-sikap berbeda pada
mahasiswa tersebut dalam merespons setiap rangsangan dalam dirinya. 26
Fensterheim, H. & J.Baer. 1995. Jangan Bilang Ya Bila Anda akan Mengatakan
Tidak. Jakarta: Gunung Jati. hlm. 24. 12 Fenomena di atas didukung oleh
penelitian terdahulu sebagai berikut: Tabel 1. Penelitian Terdahulu No Peneliti
Judul Penelitian Hasil Persamaan Perbedaan 1 Umi Farida (2007) Hubungan Tipe
Kepribadian Ekstrovert Dan Introvert Dengan Perilaku Agresif Pada Remaja Di SMU
Widya Dharma Turen Ada hubungan yang sangat signifikan antara tipe kepribadian
introvert dengan perilaku agresif. Menggunakan variabel tipe kepribadian
ekstrovert dan introvert, menggunakan pendekatan kuantitatif. Dikorelasikan
dengan perilaku agresif pada sampel remaja di SMU 2 Mohamad Syafiq (2010)
Hubungan Tipe Kepribadian Dengan Penyesuaian Diri Siswa (Pada Madrasah
Tsanawiyah Khadijah Di Malang) Ada hubungan yang signifikan antara tipe
kepribadian dengan penyesuaian diri siswa di Madrasah Tsanawiyah Khadijah
Malang. Menggunakan variabel tipe kepribadian, menggunakan pendekatan
kuantitatif. Dikorelasikan dengan Penyesuaian Diri, pada sampel siswa Madrasah
Tsanawiyah 3 Faolina Arina Hidayati (2009) Hubungan antara self esteem dengan
perilaku asertif siswa kelas X di SMAN 3 Malang self-esteem siswa mempunyai
korelasi positif dengan perilaku asertif, dan berarti semakin tinggi selfesteem
siswa, maka semakin tinggi pula perilaku asertifnya. Menggunakan variabel
perilaku asertif, menggunakan pendekatan kuantitatif Dikorelasikan dengan self
esteem pada sampel siswa kelas X di SMAN 3 Malang 4 Desy Mustika Porpitasari
(2007). Pengaruh Perilaku Asertif Terhadap Hubungan Interpersonal Pada Siswa
Kelas XI SMK Islam 1 Blitar. Ada pengaruh yang signifikan antara perilaku
asertif terhadap hubungan interpersonal signifikansi atau perilaku asertif
berpengaruh terhadap hubungan interpersonal Menggunakan variabel perilaku
asertif, menggunakan pendekatan kuantitatif Dikorelasikan dengan hubungan
interpersonal pada sampel siswa Kelas XI SMK Islam 1 Blitar, meneliti tentang
pengaruh perilaku asertif 13 Berdasarkan uraian dari penelitian terdahulu
diatas dan melihat faktafakta dengan teori dan penelitian yang telah ada, maka
penulis mencoba meneliti dengan mengkorelasikan antara variabel tipe
kepribadian dan perilaku asertif karena mengingat belum ditemukannya penelitian
yang menggabungkan dua variable tersebut. Judul dari penelitian ini adalah
“Hubungan Tipe Kepribadian dengan Perilaku Asertif Mahasiswa Fakultas Psikologi
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang”. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana tipe
kepribadian ekstrovert-introvert mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2009 UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang? 2. Bagaimana tingkat perilaku asertif mahasiswa
fakultas psikologi angkatan 2009 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang? 3. Apakah
ada hubungan tipe kepribadian ekstrovert-introvert dengan perilaku asertif
mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2009 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang? C.
Tujuan Penelitian 1. Mengetahui tipe kepribadian ekstrovert-introvert mahasiswa
fakultas psikologi angkatan 2009 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. 2.
Mengetahui tingkat perilaku asertif mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2009
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. 14 3. Mengetahui hubungan tipe kepribadian
ekstrovert-introvert dengan perilaku asertif mahasiswa fakultas psikologi
angkatan 2009 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini antara lain: a.
Penelitian ini memberikan informasi tentang hubungan tipe kepribadian
ekstrovert-introvert dengan perilaku asertif. b. Penelitian ini juga dapat
menjadi penelitian landasan bagi peneliti lain untuk meneliti variabel-variabel
lain yang turut berhubungan terhadap tipe kebribadian ekstrovert-introvert dan
perilaku asertif. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian adalah: a.
Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai hubungan
tipe kepribadian ekstrovert-introvert dengan perilaku asertif. b. Penelitian ini
memberikan informasi kepada mahasiswa akan pentingnya berperilaku asertif dalam
kehidupan sehari-hari. c. Bagi lembaga, sebagai bahan rujukan bagi praktisi
psikologi dan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak fakultas dalam mengambil
kebijakan terkait dengan mahasiswa. d. Dapat dijadikan rujukan untuk mengambil
kebijakan yang terkait dengan cara memperlakukan mahasiswa agar mampu bersikap
lebih asertif 15 sesuai dengan kapasitas kemampuan yang dimilikinya dan
kepribadiannya, sehingga mahasiswa dapat belajar secara optimal dan mampu
mengatasi konflik-konflik yang sedang dihadapi dengan optimis. e. Penelitian
ini akan membantu mahasiswa untuk mengetahui seberapa besar tingkat perilaku
asertif mereka, setelah itu mahasiswa dapat meningkatkannya, sehingga akan mudah
dalam menjalin hubungan dengan orang lain, dan akan lebih mudah dalam mencari
solusi dari berbagai macam masalahnya.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" : Hubungan tipe kepribadian dengan perilaku asertif mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment