Abstract
INDONESIA:
Dunia pendidikan adalah pemegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Pendidikan anak usia dini, animo masyarakat menyekolahkan anak di PAUD sekarang semakin meningkat. Tidak hanya bagi golongan atas saja yang berminat untuk menyekolahkan anak di PAUD, namun juga masyarakat dari golongan rendah dan sedang sekarang juga berminat untuk menyekolahkan anak sejak usia dini. Keputusan yang diambil orang tua untuk menyekolahkan anak tidak berkaitan dengan kepentingan orang tua, anak yang sekolah di PAUD butuh bersekolah di PAUD bukan dari paksaan orang tua. Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah : 1) bagaimana tingkat status sosial ekonomi orang tua di pendidikan anak usia dini, 2) bagaimana tingkat motivasi orang tua menyekolahkan anak di pendidikan anak usia dini, 3) apakah ada hubungan antara status sosial ekonomi dengan motivasi orang tua menyekolahkan anak di pendidikan anak usia dini.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui :1) tingkat status sosial ekonomi orang tua, 2) tingkat motivasi orang tua menyekolahkan anak, 3) membuktikan ada tidaknya hubungan antara status sosial ekonomi dengan motivasi orang tua menyekolahkan anak di pendidikan anak usia dini.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif korelatif, yaitu mencari hubungan antara status sosial ekonomi dengan motivasi orang tua menyekolahkan anak di PAUD. Subyek dalam penelitian ini adalah 80 orang tua yang menyekolahkan anak di PAUD Smart Kids dan PAUD Sahabat Ananda kecamatan Dau kabupaten Malang. Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan skala status sosial ekonomi dan skala motivasi orang tua menyekolahkan anak di PAUD. Skala status sosial ekonomi terdiri dari 15 aitem dengan = 0,880, skala motivasi orang tua menyekolahkan anak di PAUD terdiri daari 29 aitem dengan = 0,858. Analisis data yang digunakan untuk mengetahui adakah hubungan positif antara status sosial ekonomi dengan motivasi orang tua menyekolahkan anak di PAUD adalah uji statistik product moment.
Hasil analisis tersebut menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan antara status sosial ekonomi dengan motivasi orang tua menyekolahkan anak di PAUD. Hal tersebut ditunjukkan oleh angka koefisien korelasi (rxy) sebesar 0.390 dengan P = 0.000 (p < 0.05). Sehingga hipotesis kerja (Ha) yang menyatakan ada hubungan positif antara status sosial ekonomi dengan motivasi orang tua menyekolahkan anak di PAUD dapat diterima. Dari penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan positif antara status sosial ekonomi dengan motivasi menyekolahkan anak di PAUD. Semakin tinggi status sosial ekonomi orang tua maka semakin tinggi pula motivasi menyekolahkan anak di PAUD dan begitu pula sebaliknya.
ENGLISH:
The world of education is the holder of an important role in improving human resources are more qualified. Early childhood education, the public interest to send children in early childhood is now increasing. Not only for the upper class who are interested to send their children in early childhood, but also the people of the lower class and are now also keen to educate children from an early age. Decisions taken parents to send children not related to the interests of the parents, school children in early childhood schooling in early childhood need not of coercion parents. Problem formulation in this study are: 1) how the level of socio-economic status of parents in early childhood education, 2) how the level of motivation of parents to send children in early childhood education, 3) whether there is a relationship between socio-economic status with the motivation of parents to send children in early childhood education.
The purpose of the study was to determine: 1) the level of socio-economic status of parents, 2) the level of motivation of the parents send their children, 3) prove the relationship between socio-economic status with the motivation of parents to send children in early childhood education.
This research is a descriptive correlative quantitative approach, is looking for a relationship between socio-economic status with the motivation of parents to send children in early childhood. The subjects in this study were 80 parents who send their children in early childhood and early childhood Smart Kids Friends Ananda kecamantan Dau Malang regency. Collecting data in this study using a scale of socioeconomic status and scale motivation of parents to send children in early childhood. Socio-economic status scale consists of 15 item with α = 0.880, scale motivation of parents to send children in early childhood consists daari 29 item with α = 0.858. Analysis of the data used to determine is there a positive relationship between socio-economic status with the motivation of parents to send children in early childhood is a statistical test product moment.
The results of this analysis showed a positive and significant relationship between socio-economic status with the motivation of the parents send their children in early childhood. This is indicated by the number of correlation coefficients (rxy) of 0.390 with P = 0.000 (P < 0.05). So that the working hypothesis (Ha) that states there is a positive relationship between socio-economic status with the motivation of parents to send children in early childhood is acceptable. From this study proves that there is a positive relationship between socio-economic status with the motivation to send children in early childhood. The higher the socioeconomic status of the parents, the higher the motivation to send children in early childhood education and conversely.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pemegang
peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas
adalah dunia pendidikan. Pendidikan memiliki tujuan untuk mencerdaskan,
meningkatkan dan dapat memberikan perubahan dalam tingkah laku. Mulai dari
kandungan sampai beranjak dewasa sampai tua manusia mengalami proses pendidikan
yang berasal dari orang tua, masyarakat dan lingkungannya. Menurut Ngalim
Purwanto (2009:79),
\ pendidikan dasar anak yaitu berasal
dari pendidikan keluarga yang menjadi fondasi/dasar bagi pendidikan anak
selanjutnya, pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga menentukan
pendidikan di kehidupan anak selanjutnya baik di sekolah maupun di masyarakat,
peran orang tua dalam lingkup keluarga yaitu menjadi guru atau pendidik yang
mengajarkan tentang penanaman sikap, perilaku maupun nilai-nilai menjalani
kehidupan anak yang lebih baik di masa mendatang. Usia dini merupakan masa
keemasan (Golden Age) yaitu masa yang dimulai dari usia 0-4 tahun, pertumbuhan
sel jaringan otak pada anak mencapai 50% bila pada usia itu, otak anak tidak
mendapat rangsangan yang maksimal maka otak anak tidak akan berkembang secara
optimal (Depdiknas, 2003: 1) dan setelah usia anak mencapai 8 tahun maka 80%
kecerdasan manusia sudah terbentuk, artinya kapasitas kecerdasan anak hanya
bertambah 30% setelah usia 4 tahun hingga mencapai 8 tahun. Pengetahuan tentang
pentingnya mengembangkan potensi anak sejak usia dini wajib dimiliki oleh
setiap orang tua, agar orang tua dapat membantu mengoptimalkan potensi yang
dimiliki 2 anak. Dari tahun ke tahun jumlah lembaga PAUD semakin meningkat, hal
ini menunjukkan bahwa pengetahuan orang tua tentang perkembangan anak usia dini
sudah mulai menyebar dan diterapkan oleh orang tua. Pada tahun 2005 jumlah
kelompok belajar (KB) adalah 19.919 dan pada tahun 2010 jumlahnya meningkat
menjadi 31.628 KB. Dan jumlah taman kanak-kanak juga meningkat pada tahun 2005
ada 54.031 TK, dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 68.484 TK (Kemdiknas,
2012: diunduh 24 september 2013). Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan
layanan pendidikan yang berfungsi untuk membina dan menyiapkan anak usia 0-6
tahun menghadapi pendidikan sekolah dasar. Pendidikan anak usia dini bertujuan
merangsang perkembangan dan pertumbuhan jasmani dan rohani anak. Anak usia 0-6
tahun berada dalam masa keemasan, di masa ini anak dapat menangkap setiap
stimulus yang diberikan oleh orang di sekitarnya dengan baik dan tanpa
pertimbangan karena anak berpikiran egosentris, pembelajaran melalui proses
modeling sangat sesuai bagi anak usia dini, sehingga orang tua seharusnya
memberikan contoh/model perilaku sehari-hari yang baik untuk anak. Pendidikan
usia dini merupakan fondasi dasar pembinaan kepribadian anak. Anak yang
mendapatkan pembinaan sejak dini akan dapat meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan fisik serta mental, yang nantinya berdampak pada peningkatan
prestasi belajar, etos kerja, dan produktivitas, sehingga pada akhirnya anak
lebih mampu mandiri dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Selain guru di
sekolah, orang tua berperan penting dalam proses mendidik dan merawat anak,
sehingga bakat dan potensi anak dapat berkembang secara optimal. 3 Pemerintah
telah memberikan fasilitas bagi masyarakat yang memiliki anak pada usia dini,
dengan didirikannya PAUD. Program pendidikan bagi anak-anak yang masih berusia
dini (PAUD) merupakan upaya untuk melakukan pembinaan yang ditujukan terhadap
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Program pendidikan anak pada
usia dini lazimnya dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini
dapat diselenggarakan melalui berbagai jalur baik jalur formal, nonformal,
maupun informal. Orang tua berupaya memberikan dan memilihkan fasilitas terbaik
untuk anaknya, termasuk memilihkan sekolah yang dapat mengembangkan potensi
anak. Orang tua menginginkan anaknya memiliki kehidupan yang lebih baik dari
orang tuanya sehingga orang tua selalu mencoba memilihkan lembaga pendidikan
terbaik untuk anaknya. Namun tidak semua anak yang berada masa usia dini bisa
mengikuti pendidikan, sebenarnya orang tua berkeinginan menyekolahkan anak
namun terkendala dengan keadaan atau status sosial ekonomi orang tua. Status
sosial ekonomi orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Anak
yang dibesarkan dalam keluarga yang berkecukupan memiliki sarana dan prasarana
yang memadai dalam pengembangan pendidikannya berbeda dengan anak yang berasal
dari lingkungan yang kekurangan, kehidupan mereka kebanyakan fokus mencari
makan untuk sehari-hari saja susah apalagi untuk menikmati sarana dan prasarana
pendidikan mereka kebanyakan tidak 4 memikirkan atau mengabaikan tentang
pendidikan anaknya, hal ini terjadi akibat keterbatasan yang dialami oleh
keluarga yang berada dalam status sosial yang rendah (Gerungan, 2004:196).
Menurut Nasution, kedudukan atau status menentukan posisi seseorang dalam
struktur sosial, yakni menentukan hubungan dengan orang lain. Status atau
kedudukan individu, apakah ia berasal dari golongan atas atau ia berasal dari
golongan bawah dari status orang lain, hal ini mempengaruhi peranannya. Peranan
adalah konsekuensi atau akibat kedudukan atau status sosial ekonomi seseorang.
Tetapi cara seseorang membawakan peranannya tergantung pada kepribadian dari
setiap individu, karena individu satu dengan yang lain berbeda (Nasution,
1994:73). Semua manusia ingin mendapatkan keberhasilan (achievement). Maslow
mengungkapkan ada lima tingkatan kebutuhan pokok manusia, lima kebutuhan pokok
tersebut biasa dikenal dengan hierarki needs, yaitu Kebutuhan fisiologis,
kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar yang bersifat primer dan vital, yang
berkaitan dengan fungsi-fungsi biologis dasar dari organisme manusia seperti
kebutuhan untuk pangan, sandang, papan, dan sebagainya. Kebutuhan akan rasa
aman dan perlindungan, seperti kebutuhan agar terlindung dari bahaya dan
ancaman, perlakuan tidak adil, dan sebagainya. Kebutuhan sosial yang meliputi
kebutuhan untuk dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai
anggota kelompok, rasa setia kawan, dan berkerjasama. Kebutuhan akan
penghargaan, kebutuhan ini berkaitan dengan ingin dihargai karena prestasi,
kemampuan, kedudukan atau status, pangkat, dan yang lainnya. Kebutuhan akan 5
aktualisasi diri, berkaitan dengan kebutuhan mempertinggi potensi yang
dimiliki, pengembangan diri secara maksimum, kreatifitas dan ekspresi diri. Di
desa Rejoagung, banyak orang tua yang berada dalam status sosial ekonomi yang
rendah mengeluhkan tentang biaya yang harus dibebankan kepada orang tua dalam
menyekolahkan anak di pendidikan anak usia dini. “bapaknya aja kerjanya
serabutan, kok ya biaya buat sekolah anak mahal banget, buat cari lauk saja
susah, mau cari uang kemana cari kerjaan juga susah” (03 agustus 2014) dikutip
dari jawaban yang disampaikan oleh salah satu orang tua laki-laki (kepala rumah
tangga) setelah wawancara tentang menyekolahkan anak di pendidikan anak usia
dini, inilah keluhan yang disampaikan oleh orang tua tersebut.
Namun meski
orang tua tersebut berada dalam status sosial ekonomi yang rendah, ia masih
memiliki keinginan/motivasi untuk menyekolahkan anaknya meski biaya yang
ditanggung besar atau mahal. Motivasi merupakan dorongan yang berasal dari diri
seseorang dalam melakukan sesuatu. Menurut Santrock, motivasi adalah proses
yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang
memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama
(Santrock, 2007). Secara etimologis, motif atau dalam bahasa Inggrisnya motive
berasal dari kata motion yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Jadi
istilah motif erat kaitannya dengan gerak, yakni gerakan yang dilakukan oleh
manusia, atau disebut juga dengan perbuatan atau tingkah laku. Motif dalam
psikologi berarti rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga bagi terjadinya
suatu tingkah laku. (Sobur, 2009). 6 Motivasi merupakan istilah yang lebih umum
yang menunjuk pada seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong,
dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkannya, dan
tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan. (Sobur, 2009). Sobur (2009) juga
mengatakan bahwa motivasi itu berarti membangkitkan motif, membangkitkan daya
gerak, atau menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu
dalam rangka mencapai suatu kepuasan atau tujuan. Orang tua memiliki cita-cita
menyekolahkan anak, agar anak memiliki kehidupan yang lebih baik dari orang
tuanya atau anak bisa meraih achieved status (status yang diperoleh secara
sengaja) yang tidak hanya dicita citakan orang tua tapi yang dicita-citakan
oleh anak, orang tua menginginkan agar anaknya menjadi anak yang pandai atau
bisa mengembangkan bakat yang dimiliki anak, dan agar anak dapat berguna bagi
orang lain, bangsa dan negaranya. Setiap orang tua akan berusaha memberikan
yang terbaik untuk anaknya, termasuk dalam hal ini pendidikan yang memang sudah
menjadi kebutuhan fisiologis untuk anak, orang tua dari golongan apapun
senantiasa mengusahakan agar anaknya dapat mengenyam dunia pendidikan mulai
usia dini sampai perguruan tinggi. Yang biasa menjadi kendala anak untuk
bersekolah adalah masalah tingginya biaya pendidikan. Pendidikan sekarang ini
menjadi bahasan yang hangat di setiap keluarga, bukan hanya keluarga yang
memiliki anak yang telah tumbuh remaja namun keluarga yang masih memiliki anak
yang berada pada usia dini, orang tua yang peduli akan pendidikan anak, ia akan
berusaha untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya. 7 Semua orang tua pasti
menginginkan apapun yang terbaik untuk anaknya, dulu kebanyakan ibu-ibu hanya
menjadi ibu rumah tangga yang mengurus keperluan rumah tangga dan mengasuh
anak. Ibu-ibu yang menjadi ibu rumah tangga memiliki banyak waktu untuk
mendidik anak dan bermain dengan anak, namun sekarang ini di zaman yang serba
maju banyak ibu-ibu yang bekerja dengan alasan untuk mengisi kekosongan atau
untuk membantu suami dalam membiayai keluarga. Dengan adanya PAUD, bagi ibu-ibu
yang bekerja mereka menitipkan anak di PAUD. Ada berbagai macam alasan yang
memotivasi orang tua menyekolahkan anak di PAUD. Di PAUD anak diajarkan
calistung (baca, tulis dan berhitung), orang tua bangga jika anaknya masih kecil
sudah pandai calistung, meski pada hakekatnya anak sekecil itu masih senang
untuk bermain-main bukan belajar. Fenomena anak dalam usia dini yang
disekolahkan di pendidikan anak usia dini semakin marak saat ini, baik itu di
desa maupun di kota. PAUD-PAUD ini saling berkompetesi menarik masyarakat baik
yang berasal dari yang kaya hingga yang miskin. Di PAUD Sahabat Ananda,
kedudukan sosial ekonomi orang tua berasal dari bermacam-macam lapisan, baik
yang berprofesi sebagai dokter sampai buruh tani. Antusiasnya orang tua
menyekolahkan anak di PAUD menjadi fenomena yang menarik untuk diteliti, karena
dari berbagai kalangan atau golongan saling berbondong-bondong untuk
mendaftarkan anaknya di PAUD. Namun ada orang tua yang berpenghasilan cukup dan
berada dalam golongan atas yang berpendapat bahwa menyekolahkan anak di PAUD
akan mematikan potensi anak atau membodohkan anak karena anak usia dini berada
dalam masa bermain bukan diajari dengan calistung, karena calistung itu 8
dipelajari ketika anak berusia tujuh tahun atau ketika anak telah masuk sekolah
dasar. Yang perlu dingat adalah anak bersekolah dimanapun merupakan kebutuhan
dan kepentingan anak bukan untuk kebutuhan dan kepentingan orang tua sehingga
anak dipaksa masuk sekolah khususnya bagi anak PAUD. Jika orang tua memaksakan
kehendaknya untuk menyekolahkan anak untuk bersekolah, anak akan merasa tidak
nyaman dan menangis sewaktu ditinggal pulang oleh ibunya, karena anak berangkat
ke sekolah bukan karena keinginannya tetapi keinginan orang tua, hal ini bisa menjadi
trauma tersendiri untuk anak di masa yang akan datang. Dari fenomena yang
menarik di atas maka peneliti akan meneliti secara lebih dalam tentang
“Hubungan antara Status Sosial Ekonomi dengan Motivasi Orang Tua Menyekolahkan
Anak di PAUD Smart Kid dan PAUD Sahabat Ananda Kecamatan DAU.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
tingkat status sosial ekonomi orang tua di Pendidikan anak usia dini?
2. Bagaimana
tingkat motivasi orang tua menyekolahkan anak di pendidikan anak usia dini?
3. Apakah ada
hubungan antara status sosial ekonomi dengan motivasi orang tua menyekolahkan
anak di pendidikan anak usia dini?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui
tingkat status sosial ekonomi orang tua di pendidikan anak usia dini 9 2.
Mengetahui tingkat motivasi orang tua menyekolahkan anak di pendidikan anak
usia dini 3. Membuktikan adakah hubungan antara status sosial ekonomi dengan
motivasi orang tua menyekolahkan anak di pendidikan anak usia dini.
D. Manfaat
Penelitian
Hasil penelitian ini mempunyai beberapa
manfaat, baik manfaat dari segi teoritis maupun dari segi praktis, yaitu
sebagai berikut:
1. Manfaat
teoritis: a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk
pengembangan penelitian, khusunya yang berhubungan dengan status sosial ekonomi
dan motivasi orang tua menyekolahkan anak. b. Hasil penelitian ini semoga dapat
digunakan sebagai acuan bagi penelitian yang sejenis.
2. Manfaat
praktis: a. Bagi tenaga pendidik, hasil penelitian ini dapat menjadi informasi
dan bahan pertimbangan untuk menetapkan kebijakan-kebijakan sekolah yang
berkaitan dengan orang tua. b. Bagi orang tua, agar tetap berusaha memberikan
yang terbaik dalam mendidik anak dan menjadi pendidik yang tulus untuk anak,
meski dalam keterbatasan. c. Bagi peneliti, saya yang kelak ingin menjadi tenaga
pendidik. Maka, penelitian ini akan saya jadikan sebagai bahan referensi agar
dapat menjalin kerja sama yang baik dengan orang tua.
No comments:
Post a Comment